No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 1 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
Ditetapkan,
OPERASIONAL
2. Keluhan utama
6. Pemeriksaan fisik:
6.2 Sirkulasi
6.3 Integritas ego
6.4 Eliminasi
6.5 Makanan dan cairan
6.6 Neurosensori
6.7 Kardiovaskuler
6.8 Pernapasan
6.9 Seksualitas
6.10 Gastro intestinal
6.11 Muskulo skeletal
SAK KOLITIS SPASTIK
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 2 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
6.12 Integumen
6.13 Pemeriksaan abdomen: (Inspeksi,
Auskultasi , Perkusi, Palpasi)
PEMERIKSAAN 1. Laboratorium
PENUNJANG Test laboratorium meliputi hitung darah lengkap,
test kimia darah, test fungsi liver dan pengukuran
thyrotropin. Feses juga akan ditest untuk mengetahui
apakah ada perdarahan dengan menggunakan test
kimia khusus yang dinamakan slides hemoecult
test. Hal inisangat penting karena pada pasien dengan
IBS tidak ditemukan adanya perdarahan. Padafeses juga
diperiksa apakah ada mikroorganisme patologis yang
menyebabkan terjadinya diare atau konstipasi.
2. X-ray
X-ray dari gastrointestinal bagian bawah yang d i k e n a l
dengan nama enema barium. Enema barium
merupakan X-ray khusus yang menggunakan
barium sulfat untuk mempertegas garis dari kolon dan
rektum. Barium sulfat merupakan zat kimia seperti kapur
yang terlihat sebagai gambaran putih pada film X-ray.
Pasien akan diberikan cairan barium enema melalui
tabung yang dimasukkan ke dalam rektum. Pasien
akan diinstruksikan untuk menahan cairan didalam
sementara teknisi X-raya k a n m e n g a m b i l s e r i X -
ray. Prosedur ini tidak menyakitkan. X-ray
ini dilakukan untuk membantu dalam
menyingkirkan kondisi seperti tumor, inflamasi,
obstruksi dan penyakit chronic.
3. Endoscopy atau colonoscop
SAK KOLITIS SPASTIK
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 3 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
Colonoscopy adalah pemeriksaan visual dari kolo n
dengan menggunakan fiber optic yang elastis atau
video endoskopi. Alat colonoscope bersifat fleksibel dan
dapat digerakkan sesuai dengan bentuk kolon.. Alat ini berupa
tabung dengan lensa yang dilengkapi dengan kamera TV
kecil dengan lampu pada ujungnya. Pada alat ini terdapat
fiber optic dan chip komputer video yang dapat
mengambil gambar kolon dan menstransmisi
gambaran ke dalam layar video. Untuk
mendapatkan hasil yang bagus, kolon harus bersih dan
bebas dari feses. Pasien dapat meminum obat laxan namun
biasanya pasien hanya meminum air putih dan tidak
memakanapapun sehari-hari sebelum dilakukan pemeriksaan.
Prosedur ini hanya memakan waktu 15-30 menit dan pada saat
dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan tersedasi ringan.
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 4 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
memeperingan nyeri
1.1.5 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
1.1.6 Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
1.1.7 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
1.1.8 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
1.1.9 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
1.2 Terapeutik
1.2.1 Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
1.2.2 Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
1.2.3 Fasilitas istirahat dan tidur
1.2.4 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
1.3 Edukasi
1.3.1 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
1.3.2 Jelaskan strategi meredakan nyeri
1.3.3 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1.3.4 Anjurkan menggunakan secara tepat
1.3.5 Ajarkan tehnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
1.4 Kolaborasi
SAK KOLITIS SPASTIK
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 5 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
1.4.1 Kolaborasi pemberian analgetik
(D.0049) Konstipasi
1. Manajemen Eliminasi Fekal ( I.04151)
1.1 Observasi:
1.1.1 Identifikasi masalah usus dan penggunaan
oobat pencahar
1.1.2 Identifikasi pengobatan yang berefek pada
kondisi gastrointestinal
1.1.3 Monitor buang air besar (mis. warna,
konsistensi, volume)
1.1.4 Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,
atau impaksi Terapeutik
1.1.5 Berikan air hangat setelah makan
1.1.6 Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien
1.1.7 Sediakan makanan tinggi serat.
1.2 Edukasi
1.2.1 Jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan keteraturan peristaltik usus
1.2.1 Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
konsistensi, volume feses
1.2.2 Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik,
sesuai toleransi
1.2.3 Anjurkan pengurangan asupan makanan
yang meningkatkan pembentukan gas.
1.2.4 Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat
1.2.5 Anjurkan meningkatkan asupan cairan,
jika tidak terkontraindikasi
SAK KOLITIS SPASTIK
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 6 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
1.3 Kolaborasi
1.3.1 Kolaborasi pemberian obat supositoria
anal, jika perlu.
(D.0020) Diare
1. Manajemen Diare (I.03101)
1.1 Observasi
1.2 Terapeutik
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 7 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
1.2.4 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
1.3 Edukasi
1.4 Kolaborasi
2.1 Observasi
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 8 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
2.1.5 Monitor waktu pengisian kapiler
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 9 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
intestinal)
3.1 Terapeutik
4 Edukasi
No. Dokumen
No. Revisi
001/SAK/C- Hal. 10 dari 2
RUMAH SAKIT UKRIDA 00
MUT/VII/20
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
kesehatan.
7 Buat catatan selama 3 minggu. Sertakan semua yang
sudah dimakan dan minum dan gejala yang
dirasakan.
PENELAAH KLINIS Badan atau organisasi resmi Keperawatan orang yang
mengkaji, menyelidik; pemeriksa, peneliti
1. Aboutaleb, N., Kuijper, E. and van Dissel, J. (2014).
Emerging infectious colitis. Current Opinion in
Gastroenterology, 30(1), pp.106-115
2. Al-Mahmood, S.M.A. 2018. Prevalence of Irritable Bowel
Syndrome and its Association with Perceived Stress Level
among Nusring Students at The International Islamic
DAFTAR PUSTAKA University Malaysia. International Journal of Care
Scholars. vol.1(2):9-12
3. PPNI (2018). Standar diagnosa keperawatan Indonesia.
Definisi dan indikator diagnostik jakarta: DPP PPNI
4. PPNI (2018). Standar lauran keperawatan Indonesia.
Definisi dan indikator diagnostik jakarta: DPP PPNI
5. PPNI (2018). Standar Intervensi keperawatan Indonesia.
Definisi dan indikator diagnostik jakarta: DPP PPNI