Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana karena berkat
dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada
Guru, keluarga dan teman-teman yang telah membimbing dan mendukung kami hingga
makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun guna memberikan pengetahuan tentang Free Seks. Sehingga
kita mengetahui apa itu free seks Di zaman seperti ini, banyak orang yang kurang mengetahui
tentang free seks. Sehingga free seks banyak terjadi di kalangan masyarakat, terutama di
kalangan remaja (pelajar). Semua itu dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang ada
pada diri seseorang.
Kehadiran makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Sehingga tidak banyak terjadi penyimpangan seks di zaman.

BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN SEKS
Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di muka
bumi ini. Bukan hanya manusia yang memiliki naluri seks, tetapi juga termasuk hewan dan
makhluk hidup lainnya (tumbuhan). Seks diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup
hidup suatu spesies atau suatu kelompok (jenis) makhluk hidup. Tujuan utama dari seks
adalah untuk repeuduksi buat kepentingan regenerasi. Artinya setiap makhluk hidup
melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan
keturunannya. Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan
relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia).
Kegiatan seks (bagi manusia) hanya boleh dilakukan ketika sudah ada ikatan yang sah
antara laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut dengan nikah. Hubungan seks yang
dilakukan diluar pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap norma-norma (baik
norma agama maupun norma-noram yang berlaku lainnya) dan merupak suatu perbuatan
dosa yang besar dan sangat berat hukumannnya.
Kita sering mendengar baik dari cerita teman-teman ataupun dari berita tentang
perilaku manusia zaman sekarang yang sering melakukan hubungan seks diluar nikah
(merupakan bagian dari seks bebas / free seks). Hubungan seks tersebut merupakan hubungan
seks liar yang dilakukan secara illegal dalam artian sudah menyalahi norma-norma yang ada.
Tidak sepantasnya apabila seorang manusia melakukan hubungan seks diluar nikah
(seks bebas / free seks), karena hal itu lebih cenderung kepada sifat-sifat kehewanan. Coba
kita bandingkan dengan hewan-hewan yang melakukan hubungan seks sesuka hatinya,
dengan pasangan yang berbeda-beda dan dilakukan dimanapun yang penting ada kemauan.
Hewan melakukan hal tersebut karena mereka tidak dianugerahi akal dan pikiran untuk
melihat mana yang baik, mana yang buruk, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas
untuk dilakukan. Selain itu, hewan tidak terikat dengan norma-norma yang mengharuskannya
untuk megikuti aturan dari norma yang berlaku dan mengikat seorang manusia. Kalau
manusia melakukan kegiatan seks bebas / free seks, berarti derajat mereka tidak lebih dari
hewan yang berwajah manusia, karena manusia dianugerahi oleh Tuhan akal dan pikiran
untuk dapat memilih mana yang baik, mana yang buruk, mana yang pantas dan mana yang
tidak pantas untuk dilakukan.
Hawa nafsu merupakan hal yang sangat menentukan dalam terjadinya perilaku seks
bebas / free seks. Hubungan seks dilakukan apabila hawa nafsu sudah menguasai dirinya.
Hawa nafsu membuat seseorang lupa segala-segalanya, termask lupa akan Tuhan, yang dia
tahu hanyalah bagaimana caranya agar nafsunya tersebut dapat tersalurkan. Oleh karena itu,
sebagai manusia ang diberukan kelebihan oleh Tuhan dibandingfkan dengan makhluk
lainnya, kendalikanlah hawa nafsu kita agar derajat kita bias lebih tingi dari makhlukmakhluk yang lain. Karena diasaat kita kalah oleh hawa nafsu, maka derajat kita sama dengan
seekor hewan.
Seks bebas / free seks merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan
kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia tanpa memfilternya terlebih dahulu. Revolusi
seks yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an sudah mermabah
masuk kenegeri kita tercinta ini melalui piranti teknologi informasi dan saran-sarana hiburan

lainnya semakin canggih. Sekarang, untuk mendapatkan suatu video, gambar dan cerita-cerita
tentang seks dan pornografi lainnya sangat mudah, tinggal cari di internet dengan
mengunjungi situs-situs yang meyediakan layanan dewasa tersebut selain itu juga film-film
dewasa tersebut juga sudah dijual oleh para pedagang kaset dan video. Begtu mudahnya
akses untuk mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi sekarang ini menyebabkan semakin
meningkatnya angka perilaku seks bebas / free seks di dalam masyarakat.
2. FASE REMAJA
Manusia selau mengalami perubahan, baik itu perubahan yang bersifat fisik (bentuk
tubuh) maupun yang bersifat nonfisik (sifat dan tingkah laku). Masa remaja merupakan masa
yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada masa ini, pola piker kita mengalami peralihan dari
pola pikir yang masih bersifat kekanak-kanakan menjadi pola pikir yang lebih dewasa.
Setelah melewati masa remaja maka setiap orang akan memasuki sebuah tahapan atau fase
yag disebut dengan fase pendewasaan. Di dalam fase ini manusia mengalami perubahan pola
pikir menjadi lebih matang secara bertahap.
Pada masa remaja biasanya setiap individu masih bingung dalam menentukan siapa
sebenarnya dia (tahap pencarian jati diri) dalam artian masih mencari apa yang harus ia
lakukan dalam kehidupannya. Pada masa inilah diperlukan penanaman nilai-nilai norma yang
berlaku agar pada waktu menjalani fase pendewasaan tidak terjerumus kedalam jurang
kesalahan yang dalam.
3. FASE PENDEWASAAN
Masa remaja biasanya dialami pada saat usia sekolah menengah, setelah masa remaja
ini terlewati maka fase selanjutnya adalah fase pendewasaan yang biasanya dialami setelah
lulus SMU atau pada waktu (seumuran) pertama kali kuliah (awal menjadi mahasiswa). Pada
saat menjadi mahasiswa pola pikir seseorang akan menjadi semakin kritis, responsive dan
cenderung idealis. Pada fasae inilah pola piker terbentuk menjadi semakin matang. Tapi yang
penulis maksud disini bukan berarti bahwa karena menjadi mahasiswalah pikirannya menjadi
lebih matang, tetapi yang penulis maksud adalah pada waktu seumuran mahasiswa walaupun
seseorang tersebut tidak menjadi mahasiswa (yang mengalami hal ini bukan haya mahasiswa
tapi semua orang).
Saat pertama menjadi mahasiswa, setiap individu pasti merasakan perbedaan yang
sangat signifikan dibandingkan dengan masa-masa SMU dan kemungkinan terjerumus
kedalam hal-hal yang negatif (seks bebas / free seks) sangat besar. Apalagi, bagi mereka yang
arus tinggal terpisah dengan orang tua mereka.
4. FAKTA DAN ANALISIS
Penulis akan membahas tentang perilaku seks bebas / free seks di kalangan remaja
(siswa SMU) dan masiswa. Fakta-fakta yang penulis temukan dilapanganakan penulis tulis
dan sya analisis seadanaya.
a. Remaja (SMU)
Seks bebas / free seks ini disebabkan karena ada beberapa tahapan yang biasanya
dilakukan sebelum seseorang berani melakukan hubungan seks yaitu:
1. Pegangan tangan
2. Ciuman sebatas ciuman di pipi dan kening
3. Ciuman bibir (kiss franc)
4. Pelukan

5. Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)


6. Meraba kebagian-bagian yang sensitif (mulai berani buka-bukaan)
7. Melakukan hubungan seks
Biasanya para remaja pada saat berpacaran baru berani melakukan tahapan dari
nomor 1 sampai dengan nomor 5 (walaupun banyak juga yang berani melakukan tahapan
nomor 6, tapi hanya sebagian kecil yang sudah berani melakukan hubungan seks denga
pacarnya).
Penulis pernah mendengar seorang siswi SMU kelas 3 yang kumpul kebo dengan
seorang laki-laki yang merupakan seorang mahasiswa. Mereka sangat berani tidur satu kamar
dan melakukan hubungan seks. Bahkan menurut teman satu kelasnya, seks merupakan
kebutuhan yang wajib mereka penuhi dalam kehidupan mereka.
Terlintas dalam pikiran penulis sebuah pertanyaan ketika mengetahui ada remaja yang
melakukan hubungan seks seperti diatas apakah sudah sedemikian ruasaknya pergaulan
remaja saat ini?. Memang penulis akui tidak tidak banyak kasus hubungan seks antar remaja
yang say dapati di daerah ni, tapi daerah yang penulis amati dan teliti ini merupakan daerah
yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota besar seperti Banjarmasin. Dini dapat penulis
simpulkan bahwa didaerah yang seperti itu saja sudah terdapat kasus seks bebas / free seks,
apalagi kalau di kota besar, mungkin hal itu sudah biasa terjadi (mudah-mudahan saja tidak).
b. Mahasiswa
Mahasiswa seharusnya adalah sosok yang mempunyai wibawa bukan sebaliknya
malah tidak memunyai wibawa sama sekali. Dengan melakukan hubunga seks diluar nikah,
apakah seorang mahasiswa pantas menjadi sosok yang diteladani?. Menurut pengamatan
penulis, sebagian besar mahasiswa pernah melakukan hubungan seks diluar nikah. Bahkan
hubungan seks tersebut bukan hanya dilakukan dengan satu pasangan saja melainkan
dilakukan denbgan beberapa pasangan (gonta-ganti pasangan).
Dalam bagian ini penulis tidak terlalu banyak mengomentari, akan tetapi penulis akan
menyuguhkan fakta-fakta yang ada dan mengajak pembaca untuk berfikir dan menganalisis
sendiri apa yang sebenarnya sudah terjadi dikalangan remaja, mahasiswa dan masyarakat
dalam hal seks bebas / free seks.

BAB II
PEMBAHASAN
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA FREE SEKS
Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan
perilaku seks bebas / free seks. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh
mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan
signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film
yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar.
Disyukuri memang karena ada kecenderungan dunia perfilman Indonesia mulai
bangkit kembali, yang ditandai dengan munculnya beberapa film Indonesia yang laris di
pasaran. Sebutlah misalnya, film Ada Apa Dengan Cinta, Eiffel Im in Love, 30 Hari Mencari
Cinta, serta Virgin. Tetapi rasa syukur itu seketika sirna seiring dengan munculnya dampak
yang ditimbulkan dari film tersebut. Terutama terhadap penonton usia remaja.
Menurut hemat penulis, film-film yang disebutkan tadi laris di pasaran bukan karena
mutu pembuatan filmnya akan tetapi lebih karena film tersebut menjual kehidupan remaja,
bahkan sangat mengeksploitasi kehidupan remaja. Film tersebut diminati oleh banyak remaja
ABG bukan karena mutu cinematografinya, melainkan karena alur cerita film tersebut
mengangkat sisi kehidupan percintaan remaja masa kini. Film tersebut diminati remaja ABG,
karena banyak mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan gaya
pacaran yang sangat berani, dan secara terang-terangan melanggar norma sosial
kemasyarakatan, apalagi norma agama.
Sebagai penulis, penulis sulit dan amat sulit memahami apa sesungguhnya misi yang
ingin disampaikan oleh film tersebut terhadap penontonnya. Bukan saja karena tidak
menggambarkan keadaan sebenarnya yang mayoritas remaja bangsa Indonesia, tetapi juga
karena ia ditonton oleh anak-anak yang belum dapat memberi penilaian baik dan buruk.
Mereka baru mampu mencontoh apa yang terhidang. Akibatnya, remaja mencontoh gaya
pacaran yang mereka tonton di film. Akibatnya pacaran yang dibumbui dengan seks bebas /
free sekspun akhirnya menjadi kebiasaan yang populer di kalangan remaja. Maka, muncullah
patologi sosial seperti hasil penelitian di atas.
Hal kedua yang menjadi penyebab seks bebas / free seks di kalangan remaja adalah
faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Lingkungan
keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya pendidikan agama yang diberikan orangtua
terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih penulisng dan perhatian yang diperoleh sang anak
dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan
lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari
tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan
dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di
lingkungan pergaulan bebas.
Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang kesannya lebih mengarah
kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu istilah Anak Gaul. Istilah ini menjadi
sebuah ikon bagi dunia remaja masa kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar-

mandir di mal, memahami istilah bokul, gaya fun, berpakaian serba sempit dan ketat
kemudian memamerkan lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.
Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik dengan hal yang
disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul dan kampungan. Akibatnya,
remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban dari pergaulan bebas, di antaranya
terjebak dalam perilaku seks bebas / free seks.
2. DAMPAK DAN CARA MENANGGULANGINYA
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas / free seks masih sangat rendah.
Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas / free seks ini adalah meningkatnya angka
kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia
dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada
perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari
terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1
dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat
hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu
tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability,
merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan
juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi)
bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih
menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika
dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung
berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang
berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan
dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan
kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
Bagaimana Remaja Bersikap?
Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab
dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial
manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi
pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai
sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi
yang terjauh dari sendi-sendi agama.
Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam upaya menyelamatkan
generasi muda? Ada beberapa solusi, di antaranya :
a. Membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik.
Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena
itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera
disahkan.
b. Orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga
harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti
pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Yaitu :

a. Kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima
kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality.
b. Tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus
disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang
masuk akal.
c. Latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus membiasakan diri
bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua belah pihak.
d. Ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga
diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa
efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri
anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan
faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan
yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral
dalam berperilaku.
Melihat fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral serta memperbaiki
perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini menjadi tanggung jawab
bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika misi ini ditunda, maka semakin
banyak generasi muda yang menjadi korban dan tidak menutup kemungkinan kita akan
kehilangan generasi penerus bangsa
3. BANYAK ORANG YANG MENJALANI FREE SEKS DI IDONESIA
(PERSENTASE)
Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan
seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian
di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku
taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di
suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie,
induksi haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di Indonesia
cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. Dan 20 persen di antaranya remaja, kata Guru Besar
FK Universitas Udayana, Bali ini.
Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP, 10,53 persen
pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah
berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L., SPOG, seks bebas /
free seks memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain
juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah,
pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di
kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS).
Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari 441 wanita
penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang, 120 pekerja seksual,
228 orang dari keluarga baik. Karena keadaan wanita penderita HIV/AIDS mengalami
penurunan sistem kekebelan tubuh menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS menyerang anak dan
bayi yang dilahirkannya.
Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya
problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan

sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun
diperkirakan 500.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50
% diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di
negara berkembang termasuk Indonesia.
Dampak Seks bebas / free seks terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis Remaja
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas / free seks masih sangat rendah. Yang
paling menonjol dari kegiatan seks bebas / free seks ini adalah meningkatnya angka
kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia
dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada
perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari
terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1
dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat
hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu
tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability,
merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan
juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi)
bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga ahlipun masih
menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika
dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung
berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang
berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui
dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan
setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menimbulkan
adanya free seks adalah sebagai berikut :
a.
Pergaulan.
Kita tahu pergaulan punya pengaruh besar terhadap perilaku kita. Maka jika seseorang
mempunyai lingkungan pergaulan dari kalangan teman-teman yang suka melakukan seks
bebas / free seks, maka dia juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks bebas /
free seks.
b.Pornografi
Pengaruh materi pornografi (film, video, internet dsb). Jika seseorang berulang kali
mengakses materi pornografi, maka ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks bebas / free
seks.
c Pengaruh obat/narkoba dan alkohol.
Seseorang yang bebas dari pengaruh narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini
mencegah dia melakukan perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan

alkohol, maka pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya perilaku
seks bebas / free seks.
d.kualitas hubungan suami-isteri (buat yang sudah menikah).
Jika ada masalah dalam hubungan suami-isteri, maka ini bisa mendorong ybs melakukan
hubungan seks bebas / free seks.
Jadi kombinasi dari sejumlah faktor diataslah yang merupakan penyebab free seks.
2. SARAN
Remaja juga harus bisa menjaga diri. Hal ini mampu dilakukan pada remaja yang
mempunyai kejelasan konsep hidup dalam menjalani hidupnya. Orang tua sejak usia dini
harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Tuhan yang maha esa menciptakan
manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka
remaja akan memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti
hubungan dirinya dengan lingkungaanya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan
memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat.
Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling
memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan
pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ashify, Muhammad Mahdi. 1997. Hawa Nafsu. Bangil: YAPI (Yayasan Pesantren Islam).
http://varfin.wordpress.com/seka-bebas/
http://www.fajar.co.id
Sastro Winata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC.
Winjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
www.google.com\\seks_bebas\ diakses 18 Mei 2008.

Anda mungkin juga menyukai