Anda di halaman 1dari 62

SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PADA IBU POST PARTUM


YANG DILAKUKAN EPISIOTOMI DENGAN RUPTURE
PERINEUM SPONTAN PADA PRIMIGRAVIDA
DI RUANG BERSALIN RSUD BAYUNG
LENCIR TAHUN 2023

Disusun Oleh :
DEWI MAYANG SARI
NIM : 213001070094

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2023
SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PADA IBU POST PARTUM


YANG DILAKUKAN EPISIOTOMI DENGAN RUPTURE
PERINEUM SPONTAN PADA PRIMIGRAVIDA
DI RUANG BERSALIN RSUD BAYUNG
LENCIR TAHUN 2023

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kebidanan

DISUSUN OLEH :
DEWI MAYANG SARI
NIM : 213001070094

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2023

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan
Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir Tahun 2023
Nama : Dewi Mayang Sari
NIM : 213001070094
Tanggal Sidang : 24 Februari 2023

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan pada ujian
Sidang Skripsi

Jambi, 24 Februari 2023


Menyetujui
Pembimbing Skripsi

(dr. Ismail Usman, M.Ked (OG)., SpOG)


NIDN. 1010300517138

Mengetahui
Ketua Program Studi SI Kebidanan

(Diane Marlin, S.ST., M.Keb)

ii
NIDN : 1009059001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan
Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir Tahun 2023
Nama : Dewi Mayang Sari
NIM : 213001070094
Tanggal Sidang : 24 Februari 2023

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan dewan Penguji


Pada Tanggal 24 Februari 2023

Mengesahkan
Pembimbing

(dr. Ismail Usman, M.Ked (OG)., SpOG)


NIDN. 1010300517138

Penguji I Penguji II

Ns. Iswadi, S.Kep., M.Kes Ns. Matda Yunartha, S. Kep., M. Kep


NIDN. 1026107502 NIDN. 1021067801

Mengetahui

Ka. Prodi S1 Kebidanan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Diane Marlin, S. ST., M.Keb Subang Aini Nasution, SKM., M.Kes


NIDN. 1009059001 NIDN. 0106018503

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Dewi Mayang Sari
Tempat / Tgl Lahir : Tugumulyo / 17 Juni 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak : Pertama dari dua bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. M. N. Jaya Putra, M. Si
Ibu : Mulyati, S. Pd
Suami : Victor Nicolas, S. Kep, Ners
Anak : 1. Naila Azqila Nafasya
2. Zeline Zakeisha Rafania
Alamat : Jl. Depati Hanafiah RT 003 RW 001, Kel. Bayung Lencir
Indah, Kec. Bayung Lencir, Kab. Musi Banyuasin,
Prov. Sumatera Selatan
Status : Menikah
No HP : 0853-6767-3747
Email : dewimayangs068@gmail.com

v
RIWAYAT PENDIDIKAN
FORMAL
 Tahun 1997-1998: TK Islam Noor Salam Palembang.
 Tahun 1998-2004: SD Negeri 1 B. Srikaton, Kab. Musi Rawas.
 Tahun 2004-2007: SMP Negeri 1 B. Srikaton, Kab. Musi Rawas.
 Tahun 2007-2010: SMA Negeri Tugumulyo, Kab. Musi Rawas.
 Tahun 2010-2013: Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
 Tahun 2021-2023: S1 Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi.

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas akademik Universitas Adiwangsa Jambi, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Mayang Sari
NPM : 213001070094
Program Studi : S-1 Kebidanan
Fakultas : Universitas Adiwangsa Jambi
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Adiwangsa Jambi. Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi
Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir Tahun 2023.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non- exclutive Royalty Free Right) ini Universitas Adiwangsa
Jambi berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jambi
Pada Tanggal 24 Februari 2023
Yang Menyatakan,

(Dewi Mayang Sari)

vii
ABSTRAK

Dewi Mayang Sari. 213001070094


Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi
Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir Tahun 2023

Ruptur perineum merupakan masalah yang cukup besar dialami oleh ibu
melahirkan, bahkan World Health Organization (WHO) menyebutkan hampir
90% proses persalinan normal mengalami robekan perineum, terutama terjadi
pada ibu primigravida. Robekan yang terjadi pada perineum dapat menyebabkan
rangsangan tingkat nyeri yang berbeda-beda tergantung dari luas robekan dan
beberapa faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture
perineum spontan pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, dimana semua objek penelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir dan telah
dilaksanakan pada bulan Januari s/d Februari tahun 2023. Populasi penelitian ini
adalah seluruh ibu post partum bersalin di RSUD Bayung Lencir bulan Januari s/d
Februari tahun 2023 dan sampel diambil menggunakan teknik Total Sampling
sebanyak 9 orang. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Lembar Observasi
Visual Analog Scale. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan
bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat nyeri
pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan ruptur perineum spontan
pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023, dengan
nilai p-value 0,140.
Diharapkan petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai nyeri pada ibu post partum, dan hendaknya melakukan pemeriksaan dan
sosialisasi berkala terkait ketertiban pengisian dokumentasi pasien terutama pada
pengkajian nyerinya, agar dapat diketahui tingkat nyeri pasien.

Kata Kunci : Episiotomi, Rupture, Persalinan

viii
ABSTRACT

Dewi Mayang Sari. 213001070094


Differences in Pain Levels in Post Partum Mothers Performed by Episiotomy
with Spontaneous Perineal Rupture in Primigravidas in the Delivery Room at
Bayung Lencir Hospital in 2023

Perineal rupture is quite a big problem for mothers who give birth, even
the World Health Organization (WHO) states that almost 90% of normal births
experience perineal tears, especially in primigravida mothers. Tears that occur in
the perineum can cause stimulation of different levels of pain depending on the
extent of the tear and several other factors. This study aims to determine
differences in pain levels in post partum mothers who underwent episiotomy with
spontaneous perineal rupture in primigravidas in the Delivery Room of Bayung
Lencir Hospital.
This research is an analytical research with a cross sectional approach, in
which all research objects are carried out at the same time. This research was
conducted in the Delivery Room of Bayung Lencir Hospital and was carried out
from January to February 2023. The population of this study was all post partum
mothers who gave birth at Bayung Lencir Hospital from January to February
2023 and samples were taken using the Total Sampling technique. . The
instrument in this study used a Visual Analog Scale Observation Sheet. Data
processing was carried out by univariate and bivariate analysis.
The results showed that there was no difference in the level of pain in post
partum mothers who had an episiotomy with spontaneous perineal rupture in
primigravidas in the Delivery Room of Bayung Lencir Hospital in 2023, with a p-
value of 0.140.
It is hoped that health workers will provide health education about pain in
post partum mothers, and should carry out periodic checks and socialization
regarding the order in filling out patient documentation, especially in assessing
pain, so that the patient's pain level can be known.

Keywords : Episiotomy, Rupture, Labor

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyajikan Skripsi yang berjudul
“Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi
Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir Tahun 2023”.
Dalam pembahasan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Yth :
1. Bapak Seno Aji S.Pd., M.Eng., Prac, selaku rektor Universitas Adiwangsa
Jambi.
2. Bapak DRS. H. Syaiful Amri, S.Kom., M.M selaku Wakil Rektor I
Universitas Adiwangsa Jambi.
3. Ibu Subang Aini Nasution. SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi.
4. Ibu Diane Marlin, S.ST, M.Keb, selaku ketua Program Studi SI Kebidanan
Universitas Adiwangsa Jambi yang telah membantu selama perkuliahan.
5. Bapak dr. Ismail Usman, M.Ked (OG)., SpOG, selaku pembimbing yang telah
banyak memberi arahan, bimbingan, dorongan dalam penyusunan Skripsi ini
6. Dosen Prodi SI Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi yang telah banyak
memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Orang tua, ayah (Drs. M. N. Jaya Putra, M. Si), ibu (Mulyati, S. Pd) serta
keluarga besar penulis yang sangat penulis cintai, terima kasih atas do’a
dorongan semangat, pengorbanan dan kepercayaan yang telah di berikan
selama ini.
8. Suami, Victor Nicolas, S. Kep, Ners (ayah), anak - anak, Naila Azqila Nafasya
(ayuk nai) dan Zeline Zakeisha Rafania (cece) yang penulis sangat cintai,
terima kasih sayang atas dukungan dan semangat dalam menyelesaikan
Skripsi ini.

x
9. Teman-teman seperjuangan (Dewi Setiawati, S. Keb, Esti Purnamayanti, S.
Keb, Maya Fitri Yanti, S. Keb, Lola Pitaloka, S. Keb, Silvia Oktaviani, S.
Keb) dan seluruh teman - teman di grup Kito- Kito Unaja dalam suka maupun
duka atas semua dukungan dan kebersamaannya selama ini.
10. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Skripsi ini.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun dalam rangka perbaikan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu kebidanan dan untuk semua
pihak yang memerlukannya.

Jambi, 24 Februari 2023


Penulis

Dewi Mayang Sari

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ....................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Episiotomi .......................................................................................... 5
2.2. Rupture perineum .............................................................................. 8
2.3. Nyeri .................................................................................................. 9
2.4. Kerangka Teori .................................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian ................................................................................ 21
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 21
3.3. Kerangka Konsep................................................................................. 21
3.4. Populasi dan Sampel ........................................................................... 22
3.5. Definisi Operasional ........................................................................... 22
3.6. Hipotesis ............................................................................................. 24
3.7. Pengumpulan Data .............................................................................. 24
3.8. Instrumen Penelitian ........................................................................... 24
3.9. Pengolahan Data ................................................................................. 25
3.10.Analisis Data ...................................................................................... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Kualitas Data ...................................................................................... 27
4.2. Karakteristik Responden...................................................................... 27

xii
4.3. Hasil Penelitian ................................................................................... 29
4.4. Pembahasan......................................................................................... 31

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 36
5.2. Saran ................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR BAGAN

Nomor Halaman
2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 20
3.1. Kerangka Konsep ..................................................................................... 21

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Karakteristik Nyeri .................................................................................... 19
3.1 Definisi Operasional................................................................................... 23
4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir........................................................................................... 27
4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir ............................................................................... 28
4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir .......................................................................................... 28
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum
Yang Dilakukan Episiotomi dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023 ....... 29
4.5. Uji Normalitas .......................................................................................... 30
4.6. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida ........ 30

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Permohonan Menjadi Responden.


2. Persetujuan Menjadi Responden.
3. Lembar Kuesioner.
4. Lembar Konsul Pembimbing.
5. Hasil Uji Anlisa Data (SPSS)
6. Foto Dokumentasi Penelitian.
7. Surat Menyurat.

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), hampir 90% proses
persalinan normal itu mengalami robekan perineum baik dengan atau tanpa
episiotomi. Di Asia ruptur perineum juga merupakan masalah yang cukup
banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di dunia
terjadi di Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di
Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedangkan pada ibu
bersalin dengan usia 31-39 tahun sebesar 62% (Sayiner, 2019).
Di Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami rupture perineum,
dan ini akan membuat beban biaya untuk pengobatan kira-kira 10 juta dolar
per tahun (Heimurger, 2019). Menurut penelitian di Australia, setiap tahun
20.000 ibu bersalin akan mengalami rupture perineum. Ini disebabkan oleh
ketidaktahuan bidan tentang asuhan kebidanan yang baik.
Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak
dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di
Asia. Prevalensi ibu bersalin yang dilakukan rupture perineum di Indonesia
pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedang pada ibu bersalin usia 32-
39 tahun sebesar 62%. Rupture perineum menjadi penyebab perdarahan ibu
post partum. Perdarahan post partum menjadi penyebab utama 40% kematian
ibu di Indonesia.
Episiotomi adalah perobekan yang sengaja dibuat di perineum antara
lubang vagina dan anus dibuat untuk mempermudah kelahiran bayi. Prevalensi
tindakan episiotomi dalam persalinan di Indonesia mencapai 30- 63%
persalinan, dan meningkat hingga 93% pada persalinan anak pertama (Riset
Dasar Kesehatan, 2020). Episiotomi rutin sering dilakukan karena para
penolong percaya bahwa dengan melakukan episiotomi akan mencegah
penyulit.

1
2

Ketidaknyamanan berupa nyeri yang dialami ibu post partum dengan


rupture perineum spontan tergantung dari derajat rupture yang dialami.
Rupture derajat satu yang hanya mengenai mukosa vagina jarang
menimbulkan nyeri sedang sampai berat, pada ibu dengan rupture perineum
derajat 2 tentunya menimbulkan nyeri yang lebih berat. Pada ibu post partum
dengan rupture spontan derajat tiga dan empat terdapat keluhan nyeri yang
berat. Hal ini karena adanya kerusakan jaringan yang lebih luas bahkan
sampai mengenai sfingter ani dan anus. Nyeri pada rupture perineum derajat
tiga dan empat diperburuk dengan adanya gangguan buang air besar dan
buang air kecil (Sayiner, 2019).
Berdasarkan data awal yang didapatkan dari RSUD Bayung Lencir,
menunjukkan bahwa pada tahun 2020 ibu post partum sebanyak 177 orang,
tahun 2021 sebanyak 184 orang dan pada bulan Januari s/d Oktober 2022
sebanyak 180 orang. Survey awal yang dilakukan terhadap 5 ibu post partum,
didapatkan 3 ibu mengalami rupture perineum spontan dan 2 ibu dilakukan
episiotomi.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti akan melakukan
penelitian mengenai “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida
Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023”.
Pasien yang akan melakukan persalinan di RSUD Bayung Lencir
cukup lumayan banyak karena RSUD Bayung Lencir merupakan RS rujukan
dan terletak di jalan lintas timur Palembang – Jambi yang memungkinkan
pasien tidak akan mengalami kesulitan akses untuk melakukan persalinan di
RSUD Bayung Lencir.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
muncul dalam penelitian ini adalah “Adakah Perbedaan Tingkat Nyeri Pada
Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum
3

Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun


2023?”

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida
di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir tahun 2023.
2. Diketahuinya gambaran tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan rupture perineum spontan pada primigravida di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
3. Diketahuinya perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada
primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi RSUD Bayung Lencir
Hasil penelitian dapat menjadi masukan data atau informasi bagi ibu
post partum dapat mengetahui tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
1.4.2. Bagi Insititusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan sumbangan ilmu di bidang penelitian
tentang tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi
dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya yang akan
melakukan penelitian lebih mendalam tentang tingkat nyeri pada ibu post
4

partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada


primigravida dengan desain dan variabel yang berbeda.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada ibu
post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada
primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2022, dimana
semua objek penelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini
dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir dan telah dilaksanakan
pada bulan Januari s/d Februari tahun 2023. Populasi penelitian ini adalah
seluruh ibu post partum bersalin di RSUD Bayung Lencir bulan Januari s/d
Februari tahun 2023 dan sampel diambil menggunakan teknik Total Sampling.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan Lembar Observasi Visual Analog
Scale. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Episiotomi
2.1.1. Pengertian Episiotomi
Episotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum
rektovaginal, otot- otot dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan
perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran.
Waktu yang tepat untuk melakukan tindakan ini saat puncak his dan
mengejan, perineum sudah menipis, lingkaran kepala perineum sekitar 5
cm (Santi, 2019).
2.1.2. Jenis Episiotomi
Untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi
pada perineum pada saat kepala tampak dari luar dan mulai meregangkan
perineum. Jenis-jenis insisi perineum ada 3 yaitu :
1. Insisi medial
Insisi medial yang di buat pada bidang anatomis dan cukup
nyaman. Terdapat lebih sedikit perdarahan dan mudah untuk
diperbaiki. Akan tetapi, aksesnya terbatas dan insisi memberikan
resiko perluasan ke rektum, sehingga insisi ini hanya digunakan untuk
individu sehingga yang berpengalaman. Keuntungan dari episiotomi
medialis ini adalah perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih
sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung
pembuluh darah. Sayatan simetris dan anatomis sehingga penjaitan
kembali mudah dan peyembuhan lebih memuaskan. Kerugian dari
episiotomi medialis ini dapat terjadi rupture perineum tingkat II
inkomplet (laserasi muskulus spingter ani) atau komplet (laserasi di
dinding rektum).

5
6

2. Insisi lateral
Sayatan disini dilakuakan kearah lateral mulai kira-kira 3 jam
atau 9 jam menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang
tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi.
Luka sayatan dapat melebar kearah dimana terdapat pembuluh darah
pudental interna, sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu penderita.
3. Insisi mediolateral
Insisi ini aman, mudah untuk dilakukan sehingga paling sering
digunakan. Guntingan harus dimulai pada titik tengah lipatan kulit
tipis di belakang vulva dan diarahkan ke tuborsitas iskial ke bantalan
iskioerkta.
4. Insisi berbentuk J
Jenis insisi ini memiliki keuntungan insisi medial dan
memberikan akses yang lebih baik daripada pendekatan mediolateral.
Insisi lateral dibuat tangensial ke arah bagian anus berwarna coklat.
2.1.3. Alasan Dilakukan Episotomi
Episiotomi diperlukan jika :
1. Perineum tidak bisa meregang secara perlahan, latihan pernafasan dan
pemijatan akan membantu.
2. Kepala bayi mungkin terlalu besar untuk lubang vagina
3. Ibu tidak dapat mengontrol keinginan mengejan sehingga ibu berhenti
mengejan ketika justru diperlukan secara bertahap dan halus.
Episiotomi akan cepat mengeluarkan bayi, jika sang ibu mengalami
kesulitan untuk mengontrol keinginan mengejan pada tahap kedua.
4. Bayi tertekan.
5. Persalinan dilakukan dengan forsep (ekstraksi bayi pada kepalanya
dari jalan kelahiran).
6. Bayi sungsang
7

2.1.4. Fungsi Episiotomi


Fungsi Episiotomi antara lain :
1. Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam,
sedangkan rupture perineum yang spontan bersifat luka koyak dengan
dinding luga bergerigi.
2. Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.
3. Mengurangi tekanan kepala bayi.
4. Mempersingkat kala II.
5. Mengurangi kemungkinan terjadinya ruptur perineum totalis. Saat
kepala bayi mulai terdorong oleh kontraksi ibu keluar melalui
pembukaan, obat bius mulai disuntikan ke bagian perineum ibu
(bagian antara anus dan vagina) potongan dilakukan sepanjang antara
5 sampai 7,5 cm, setelah bayi lahir dan ari-ari juga telah keluar, maka
sayatan tersebut akan dijahit kembali.
6. Episiotomi dilakukan untuk mencegah robekan vagina lebih besar dan
tak beraturan selama kelahiran. Sayatan ini akan sembuh kembali
(meski memakan waktu). Pembukaan dan robekan tidak terkendali
dimungkinkan karena peregangan yang tidak perlu karena kontraksi
yang tidak terkontrol. Robekan tak terkendali tersebut dapat berakibat
pada :
a. Urinary incontinence, dimana ibu tidak mampu menahan buang
air kecil.
b. Prolapsed bladder, kantong kemih turun menuju dinding vagina.
c. Prolapsed rectum, kantong air besar turun menuju
vagina.
d. Episiotomi dapat menghindari masalah tersebut.
8

2.2. Rupture Perineum


2.2.1. Pengertian Rupture Parineum
Rupture perineum adalah laserasi atau robekan yang terjadi pada
daerah perineum dan jaringan sekitarnya selama proses kelahiran pada
kala II persalinan tanpa tindakan bedah.
2.2.2. Klasifikasi rupture perineum
Klasifikasi rupture perineum antara lain :
1. Derajat pertama : robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
2. Derajat kedua : robekan mengenai selaput lendir dan otot perineum
transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani.
3. Derajat ketiga : robekan mengenai perineum sampai dengan otot
spingter ani.
4. Derajat keempat : robekan mengenai perineum sampai otot spingter
ani dan mukosa rektum.
2.2.3. Etiologi
Faktor-faktor predisposisi terjadinya rupture perineum adalah :
1. Faktor Ibu
Yaitu umur ibu lebih dari 30 tahun, paritas, perineum tebal kuat
oedema panjang lebih dari 4 cm, bekas luka parut pada persalinan
lalu, partus persipitatus, persalinan sulit, kesempitan pinggul, ibu
kurang kooperatif atau takut, daya mengejan ibu terlalu kuat.
2. Faktor janin
Yaitu janin besar, malposisi, malpresentasi, kelainan kongenital
misalnya hidrosefalus, distosia bahu.
3. Bahaya dan komplikasi rupture perineum adalah perdarahan,
infeksi, dan dispareunia.
4. Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum.
9

Selama kala II persalinan, ketika perineum mulai merenggang,


penolong persalinan harus mengamati keadaan perineum secara hati-
hati.
2.2.4. Tanda-tanda yang mengancam terjadinya rupture perineum
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Ada tanda keluar perdarahan dari vulva indikasi terjadi robekan pada
mukosa vagina.
3. Kulit perineum nampak pucat dan mengkilap.
4. Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek.

2.3. Nyeri
1. Pengertian
Smeltzer dan Bare (2002) dalam buku Judha (2017)
mendefinisikan nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan
potensial. Nyeri sangat menganggu dan menyulitkan lebih banyak orang –
orang dibanding suatu penyakit manapun.
2. Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap syimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (Nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic) ,
dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah , nyeri
yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda . Nosireceptor kutaneus
berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit
(kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
10

a. Reseptor A delta : merupakan serabut komponen cepat (kecepatan


transmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang
akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C : merupakan serabut komponen lambat (kecepatan 0,5 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
tumpul dan sulit dilokalisasi.
Rangsangan datang, serabut saraf besar dan serabut saraf kecil
membawa rangsangan menuju kornu dorsalis yang terdapat pada medula
spinalis dan terjadi interaksi diantara keduanya yang disebut substantia
gelatinosa. Pada substantia gelatinosa ini dapat terjadi perubahan,
modifikasi serta mempengaruhi apakah sensasi nyeri yang di terima oleh
medula spinalis akan diteruskan ke otak atau akan dihambat.
Stimulus yang datang tidak adekuat dari serabut besar maka impuls
nyeri akan dihantarkan menuju ke sel Trigger (sel T) untuk dibawa ke otak
yang akhirnya menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh tubuh.
Apabila impuls nyeri diteruskan ke otak dan di proses dalam tiga tingkat
yang berbeda yaitu pada talamus sebagai penerima input sensori dari
traktus spino talamikus lateral kemudian diteruskan ke kortek. Otak tengah
berfungsi meningkatkan kewaspadaan dari kortek terhadap datangnya
rangsang; sedangkan kortek berfungsi melokalisasi impilus dan impuls
dipersepsi sesuai dengan lokasi terjadinya nyeri (Tamsuri, 2017). Fisiologi
persepsi nyeri dapat digambarkan sebagai berikut:
11

Gambar 2.1 Fisiologi Persepsi Nyeri


3. Penyebab Nyeri
Menurut ignatavicus pada buku tamsuri (2017), secara umum
stimulus nyeri disebabkan oleh :
a. Kerusakan jaringan
b. Kontraksi atau spasme otot yang menimbulkan ischemic type pain.
c. Kebutuhan oksigen meningkat tetapi suplai darah terbatas misalnya
disebabkan karena penekanan vaskuler.
4. Klasifikasi nyeri
Tamsuri (2017) mengklasifikasikan nyeri berdasarkan waktu
kejadian meliputi :
a. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari satu
detik sampai dengan kurang dari enam bulan yang pada umumnya
terjadi pada cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan dengan
awitan yang cepat tingkat keparahan yang bervariasi (sedang sampai
berat).
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam
bulan, dimana umumnya timbul tidak teratur, intermiten, atau bahkan
persisten.
Menurut Tamsuri, pengelompokkan comparative pain scale nyeri :
a. Skala nyeri 0 : Tidak nyeri;
b. Skala nyeri 1-3 : Nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
c. Skala nyeri 4-6 : Nyeri sedang (menganggu aktivitas);
d. Skala nyeri 7-10 : Nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas
secara mandiri).
2. Teori pengontrolan nyeri (gate control theory)
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal
12

berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul,


namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri
2017). Teori gate control dari Melzack dan wall dalam buku Tamsuri
(2017) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem syaraf pusat. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan di
buka dan diimpuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
3. Respon Psikologis
Respon Psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap
individu berbeda – beda antara lain :
a. Bahaya atau merusak.
b. Komplikasi seperti infeksi.
c. Penyakit yang berulang.
d. Penyakit baru.
e. Penyakit yang fatal.
f. Peningkatan ketidakmampuan.
g. Kehilangan mobilitas.
h. Menjadi tua.
i. Sembuh.
j. Perlu untuk penyembuhan.
k. Hukuman untuk berdosa
l. Tantangan
m. Penghargaan terhadap penderitaan orang lain.
n. Sesuatu yang harus ditoleransi
o. Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki
Pemahaman dan pemberian anti nyeri sangat dipengaruhi tingkat
pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial
budaya.
4. Respon fisiologis terhadap nyeri
13

a. Stimulasi Simpatik (nyeri ringan, moderat, dan superficial)


1) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
2) Peningkatan heart rate
3) Vasokonstriksi perifer
4) Peningkatan nilai gula darah
5) Diaphoresis
6) Peningkatan kekuatan otot
7) Dilatasi pupil
8) Penurunan motilitas gastrointestinal
b. Stimulasi Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
1) Muka pucat
2) Otot mengeras
3) Penurunan heart rate
4) Nafas cepat dan irreguler
5) Nausea dan vornitus
6) Kelelahan
7) Keletihan
5. Respon tingkah laku terhadap nyeri
Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencangkup :
a. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur).
b. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir).
c. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari dan tangan )
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada
aktivitas menghilangkan nyeri).
Meinhart & McCaffery dalam buku Tamsuri (2017)
mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri :
e. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yang paling penting,
karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini
14

memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk


menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat
penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.
f. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. Karena nyeri itu
bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga
berbeda- beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu
orang dengan oarng lain. Orang yang mempunyai tingkat toleransi
tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah
merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat
toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah
mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
g. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase
ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri
bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa
pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka
respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat.
Perawat berpern dalam mebantu memperoleh kontrol diri untuk
meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
6. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri
Judha (2018) menuliskan beberapa faktor yang mempengaruhi
nyeri adalah :
a. Paritas
Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena
primipara mempunyai proses persalinan yang lama dan lebih
melelahkan dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada
klien primipara memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami
peregangan karena pengaruh intensitas konstraksi lebih besar selama
15

kala I persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara menunjukan


peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeri
selama persalinan.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (contohnya:
tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri).
c. Budaya
Orang belajar daru budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada
nyeri.
d. Makna Nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang
terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya. Menurut Judha (2018) hal
ini berkaitan dengan latar belakang budaya individu tersebut.
e. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill pada buku Tamsuri
(2007), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery merupakan
teknik untuk mengatasi nyeri.
f. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi tehadap nyeri dan bisa
menyebabkan sesorang cemas.
g. Pengalaman Masa Lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,
dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
16

mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri


tergantung pengalaman dimasa lalu dalam mengatasi nyeri.

h. Pola Koping
Pola koping adaptif akan seringkali bergantung mengatasi nyeri
dan sebaliknya pola koping yang maladiptive akan menyulitkan
seseorang mengatasi nyeri.
i. Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan
perlindungan.
7. Nyeri Perineum Pascasalin
Nyeri perineum (perineal pain) didefinisikan sebagai nyeri yang
terjadi pada badan perineum (perineal body), daerah otot dan jaringan
fibrosa yang menyebar dari simpisis pubis sampai ke coccygis oleh karena
adanya robekan yang terjadi baik di sengaja maupun yang rupture spontan.
Kondisi nyeri ini dirasakan ibu berbeda dengan nyeri lainnya.
Nyeri perineum cenderung lebih jelas dirasakan oleh ibu dan bukan seperti
rasa nyeri dialami saat berhubungan (intercourse). Nyeri perineum akan
dirasakan setelah persalinan sampai beberapa hari pascasalin. Nyeri ini
berbeda dengan dispareunia yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman yang
terjadi selama hubungan seksual (sexual intercourse), termasuk nyeri saat
penetrasi. Dispareunia dapat dikategorikan menjadi dyspareunia superfisial
dan dalam.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
17

tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri. Beberapa skala atau pengukuran nyeri, yaitu:

1. Skala pendeskripsian verbal


Verbal Descriptor Scale merupakan garis yang terdiri atas tiga
sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang
sama di sepanjang garis, pendeskripsian ini dirangkum dari tidak
terasa nyeri sampai terasa nyeri (nyeri yang tidak tertahankan).
Pengukur menunjukan pada pasien skala tersebut atau memintanya
untuk memilih intensitas nyeri yang dirasakan.

Gambar 2.1. VDS (Verbal Descriptor Scale)


2. Skala analog visual
Skala ini dapat diketahui dengan kata-kata kunci pada keadaan
yang ekstrim yaitu “tidak nyeri” dan “nyeri senyeri- nyerinya”. Skala
ini tidak memiliki tingkatan yang tepat tanpa angka dan tidak
memberikan ibu kebebasan untuk memilih dengan apa yang dialami,
hal ini menyebabkan kesulitan. Skala ini berbentuk horizontal
sepanjang 10 cm. Ujung kiri skala mengidentifikasi tidak ada nyeri
yang berat. Pada skala ini, garis dibuat memanjang tanpa ada suatu
tanda angka, kecuali angka 0 dan angka 10.

Gambar 2.2 Visual Analog SC


3. Skala intensitas nyeri numerik
18

Skala ini memiliki nilai numeris dan hubungan antara berbagai


tingkat nyeri. Skala nyeri ini terjadi dari garis 0-10 cm yang telah di
tentukan terlebih dahulu berdasarkan daerah yang paling nyeri
kemudian diberi skalanya. ibu meminta menunjukan intensitas nyeri
mereka pada skala 0- 10. Skala 0 menunjukkan tidak ada rasa sakit
dan nilai 10 inilah nyeri dirasakan paling buruk. Instrumen NRS juga
dapat dilengkapi dengan gambaran ekspresi wajah sehingga mudah
digunakan (Indrayani, 2017).
Nyeri pasien akan dikategorikan tidak nyeri (0). Nyeri ringan
(1-3) secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri
sedang (4- 6) secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dan dapat
mengikuti perintah dengan baik. Nyeri berat (7-9) secara objektif klien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih merespon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas
panjang, dan distraksi. Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu
berkomunikasi atau memukul.

Gambar 2.3. Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10


Keterangan :
a. Tidak nyeri :0
b. Nyeri Ringan : 1-3
c. Nyeri Sedang : 4-6
d. Nyeri Berat : 7-9
e. Nyeri Sangat Hebat : 10
19

Tabel 2.1
Karakteristik Nyeri
Skala Karakteristik Nyeri
0 Tidak nyeri
1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam
3 Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan perhatian
4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan
pekerjaan, masih dapat dikalahkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, tapi
masih bisa bekerja
7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselangi istirahat/tidur,
masih bisa bekerja/berfungsi dengan sedikit usaha
8 Beberapa aktifitas fisik terbatas, kamu bisa membaca dan
berbicara dengan usaha. Merasakan mual dan pusing kepala
pening.
9 Tidak bisa bicara, menangis, mengerang, dan merintih tak
dapat dikendalikan, penurunan kesadaran, mengigau
10 Tidak sadarkan diri/pingsan

4. Skala faces pain rating scale (FPRS)


FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun
dengan enam tingkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari 0
sampai dengan 5. Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur skala
nyeri pada anak.

2.4. Kerangka Teori


Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangka teori yang
digunakan dapat digambarkan sebagai berikut :
20

Bagan 2.1
Kerangka teori

Tidak Nafsu
Ada indikasi Makan
episiotomi Nyeri : Sulit Tidur
Ringan Gangguan bonding
Sedang ibu dan bayi
Berat Stress
Rupture Perineum
Depresi
Derajat I, II, III, IV

Faktor Ibu: Faktor Janin : Usia


Usia Ukuran Janin Paritas
Kondisi Posisi dan Kultur
Perineum Presentasi Janin Makna nyeri
Proses Kelainan Perhatian
Persalinan Kongenita Ansietas
Distosia Pengalaman masa
lalu
Pola koping
Support keluarga
dan sosial

Sumber : Prawirorahardjo, 2018; Judha, 2017; Sayiner, 2019


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan Cross
Sectional, suatu penelitian yang dilakukan untuk melihat perbedaan antara
tingkat nyeri pada ibu post partum primigravida yang dilakukan episiotomi
dengan rupture perineum spontan pada primigravida di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir tahun 2023, dimana semua objek penelitian diamati
pada waktu yang sama (Sulistyaningsih, 2021).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi
Tempat penelitian dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir.
3.2.2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari s/d Februari 2023.

3.3. Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian ini disesuaikan dengan kerangka teori
Prawirorahardjo (2018), Wakinjosastro (2007) dalam Judha (2017), dan
Sayiner (2019). Dalam penelitian ini penulis tidak mengambil keseluruhan
dari aspek dalam teori, hanya terfokus pada aspek Luka Episiotomi dan
Rupture Perineum Derajat II.
Secara skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Luka Episiotomi Tingkat Nyeri :


Ringan
Sedang
Rupture Perineum Derajat II Berat

21
22

3.4. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sinambela (2017), populasi adalah objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum bersalin di RSUD
Bayung Lencir bulan Januari s/d Februari tahun 2022.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel
adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang
dianalisis. Sampel dipilih menggunakan teknik total sampling, dimana
teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah
populasi, dimana data sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi.
a. Kriteria inklusi :
1) Ibu post partum hari pertama derajat II.
2) Ibu dengan anastesi yang sama yaitu menggunakan suntikan
Lidocain 40 mg pada saat penjahitan luka
3) Bersedia menjadi responden dan kooperatif.
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu post partum dengan kondisi lain yang menimbulkan nyeri
seperti terdapat hematoma.
2) Tidak bersedia menjadi responden.

3.5. Definisi Operasional


Berdasarkan variabel pada kerangka konsep penelitian, maka penulis
memberikan batasan-batasan dalam defenisi operasional sebagai berikut :
23

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Defenisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Tingkat Ketidaknyaman Wawancara Lembar 0 Nyeri berat : Nominal
nyeri ibu ibu post partum Observasi jika skala
post partum yang dilakukan Visual nyeri 7-10
akibat Perobekan secara Analog 1 Nyeri Sedang
episiotomi sengaja Scale : jika skala
menggunakan nyeri 4-6
gunting di 2 Nyeri Ringan
perineum antara : jika skala
lubang vagina dan nyeri 1-3
anus 3 Tidak Nyeri
: jika skala
nyeri 0

2. Tingkat ketidaknyaman Wawancara Lembar 0. Nyeri berat : Nominal


nyeri pada ibu post partum Observasi jika skala nyeri
ibu Post yang dilakukan Visual 7-10
partum robekan perineum Analog 1. Nyeri Sedang
akibat derajat II yaitu Scale : jika skala
rupture robekan mengenai nyeri 4-6
spontan selaput lendir dan 2. Nyeri Ringan
otot perineum : jika skala
tranversalis,tidak nyeri 1-3
mengenai 3. Tidak Nyeri
spingter ani, : jika skala
yang terjadi nyeri 0
secara spontan
pada daerah
perineum dan
jaringan
sekitarnya selama
proses kelahiran
pada kala II

3.6. Hipotesis
Ho:
24

Tidak adanya perbedaan antara tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida di
ruang bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
3.7. Pengumpulan Data
3.7.1. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer data yang didapat dari wawancara. Dalam
melakukan wawancara peneliti dibantu oleh enumerator sebanyak 1
orang, sebelumnya peneliti melakukan persamaaan persepsi dengan
enumerator menyepakati kontrak waktu penelitian dan isi kuesioner
tidak boleh diisikan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang didapatkan dari
ruang bersalin RSUD Bayung Lencir.
3.7.2. Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan data
primer. Menurut Saryono (2018), data primer disebut juga dengan data
tangan pertama. Pengumpulan data yang dikumpulkan langsung dari
sumbernya. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
perbedaan antara tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida di ruang
bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.

3.8. Instrumen Penelitian


Instrumen pada penelitian ini menggunakan Lembar Observasi Visual
Analog Scale. Lembar observasi adalah pedoman terperinci yang berisi
langkah-langkah melakukan observasi mulai dari merumuskan masalah,
kerangka teori untuk menjabarkan perilaku yang akan diobservasi,prosedur
dan teknik perekaman, kriteria analisis hingga interpretasi (Hidayat, 2020).
Lembar observasi pada penelitian ini mengenai perbedaan antara tingkat nyeri
pada ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum
25

spontan pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun


2023.

3.9. Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan,
sebagai berikut :
1. Editing
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formulir
atau kuesioner tersebut.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Scoring
Scoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap
pertanyaan kuesioner dan pada saat pengkategorian setiap variable.
4. Entry data
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data (data cleaning).

3.10. Analisis Data


3.10.1. Analisis Univariat
26

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis


univariat. Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
ukuran tendensi sentral atau grafik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi variabel-variabel yang diteliti
3.10.2. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini analisa dapat dilakukan uji beda dengan statistik
nonparametrik menggunakan Uji T-Test, yang merupakan uji beda dua
kelompok yang berbeda. Dalam penelitian ini tingkat nyeri post partum
dengan rupture spontan dan tingkat nyeri post partum dengan episiotomi.
Pada test statistik apabila asymp sig (2-tailed) < 0,05 maka Ho
ditolak dan Hi diterima atau terdapat beda tingkat nyeri ibu post partum
rupture spontan dengan tingkat nyeri ibu post partum dengan episiotomi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kualitas Data


Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross
sectional yang bertujuan untuk melihat “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu
Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan
Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023”.
Pengumpulan data dilakukan peneliti dan dibantu oleh enumerator dari
RSUD Bayung Lencir.
Hasil penelitian yang dilakukan sudah cukup baik dan kualitas yang
diperoleh sangat tergantung dari kerjasama responden. Analisis dari
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat
dimana hasil penelitian akan dilihat dalam bentuk distribusi frekuensi dan
melihat perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida.

4.2. Karakteristik Responden


4.2.1. Usia
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia responden di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir
Usia Jumlah %
< 20 Tahun 3 33,3
20-30 Tahun 5 55,5
30-40 Tahun 1 11,2
Total 9 100
Berdasarkan tabel 4.1, menunjukkan bahwa dari 9 responden
diperoleh responden berusia < 20 tahun sebanyak 3 responden (33,3%),

27
28

berusia 20-30 tahun sebanyak 5 responden (55,5%), dan berusia 30-40


tahun sebanyak 1 responden (11,2%).
4.2.2. Pendidikan
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan pendidikan responden di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir
Pendidikan Jumlah %
SD 2 22,2
SMP 5 55,6
SMA 2 22,2
Total 9 100
Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa dari 9 responden
diperoleh responden berpendidikan SD sebanyak 2 responden (22,2%),
responden berpendidikan SMP sebanyak 5 responden (55,6%) dan
responden berpendidikan SMA sebanyak 2 responden (22,2%).
4.2.3. Pekerjaan
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan pekerjaan responden di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir
Pekerjaan Jumlah %
Tidak Bekerja 7 77,8
Bekerja 2 22,2
Total 9 100
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa dari 9 responden
diperoleh responden yang tidak bekerja sebanyak 7 responden (77,8%),
dan responden yang bekerja sebanyak 2 responden (22,2%).
29

4.3. Hasil Penelitian


4.3.1. Gambaran Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun
2023
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi pada primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung
Lencir tahun 2023 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum
Yang Dilakukan Episiotomi dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida di Ruang Bersalin
RSUD Bayung Lencir Tahun 2023
Rupture
Nyeri Episiotomi Jumlah %
Spontan
Ringan 0 0 0 0
Sedang 0 0 0 0
Berat 3 6 9 100
Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa pada nyeri
episiotomy sebanyak sebanyak 3 responden (100%) mengalami nyeri
berat pada ibu post partum pada primigravida dan nyeri ruptur
perineum spontan sebanyak 6 responden (100%) mengalami nyeri
berat pada ibu post partum dengan rupture perineum spontan pada
primigravida.
4.3.2. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-test
karena peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada ibu
post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum
spontan pada primigravida. Namun, sebelum melakukan analisis data
peneliti melakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk
30

untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data. Untuk lebih


jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini :
Tabel 4.5
Uji Normalitas

Shapiro-Wilka
Uji Normalitas
Statistic df Sig.
Episiotomi ,754 3 ,167
Rupture Spontan ,866 6 ,212

Berdasarkan Tabel 4.6, menunjukkan bahwa menunjukkan


bahwa data penelitian memiliki distribusi data yang normal karena
memiliki nilai p> 0,05. Setelah diketahui bahwa data berdistribusi
normal maka peneliti melakukan analisis bivariat menggunakan uji t-
test. untuk melihat hasil uji t-test dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6
Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida
Variabel n Mean SD SE P-Value
Episiotomi 3 8,67 ,577 ,333
Rupture 6 0,140
7,83 ,753 ,307
Spontan

Berdasarkan tabel diatas, setelah melakukan analisis dengan


menggunakan SPSS dan menemukan nilai Signifikansinya maka akan
kita simpulkan. Nilai sig. 0,140 lebih besar dari 0,05 maka
artinya H0 diterima, dan secara otomatis Hi yang ditolak. Jadi
kesimpulannya adalah hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang
dilakukan episiotomi dengan rupture perineum spontan pada
primigravida di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023.
31

4.4. Pembahasan
4.4.1. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian mengenai “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu
Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan Rupture Perineum
Spontan Pada Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir
Tahun 2023”, memiliki keterbatasan selama penelitian yaitu waktu
yang tersedia dan jumlah pasien yang bersalin. Peneliti mendapatkan
ibu bersalin dengan komplikasi, maka peneliti mengganti sampel
tersebut dengan sampel yang baru sesuai dengan kriteria inklusi pada
penelitian ini. Pada penelitian ini juga masih sulit untuk mendaapatkan
sampel penelitian dikarenakan rata-rata pasien yang melakukan
persalinan dengan tindakan seksio sesaria sehingga responden
memiliki keterbatasan dalam mendapatkan sampel penelitian.
4.4.2. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada
Primigravida Di Ruang Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun
2023
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa nilai sig.
0,140 lebih besar dari 0,05 maka artinya H0 diterima, dan secara
otomatis Hi yang ditolak. Jadi kesimpulannya adalah hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada
ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum
spontan pada primigravida di ruang bersalin RSUD Bayung Lencir
tahun 2023.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat prawirohardjo (2008)
bahwa episiotomi dapat memberikan rasa ketidaknyamanan (nyeri)
pada ibu post partum serta ibu primipara akan lebih sulit mengontrol
nyerinya dikarenakan bagi ibu primipara merupakan pengalaman
pertama dalam melahirkan.
Penelitian ini didukung oleh Penelitian Utami (2015)
mengenai “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
32

Mengalami Episiotomi Dengan Rupture Spontan di RSUD


Panembahan Senopati Bantul” dengan jumlah sampel sebanyak 32
responden, menunjukkan hasil uji statistik nonparametris dengan “uji
Mann-Whitney U” diperoleh nilai Z sebesar -5,449 dan Asymp.Sig.
0,051. Kesimpulannya bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
tingkat nyeri pada ibu post partum yang mengalami episiotomi dengan
ibu post partum yang mengalami rupture spontan. Hal ini dikarenakan
rasa nyeri yang dirasakan ibu post partum yang dilakukan episiotomi
dengan rupture perineum yaitu nyeri berat dan pertama kali
melakukan persalinan sehingga responden merasa mengalami nyeri
berat dikarenakan takut dan cemas saat persalinan.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan antara ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan
rupture perineum spontan. Responden terlihat bahwa rata-rata
mengalami rasa nyeri hebat. Nyeri di sekitar vagina, tepatnya dekat
dengan bekas jahitan episiotomi dan klitoris, bisa disebabkan oleh
beragam faktor. Apabila persalinan responden sudah berlangsung
lebih dari 2 minggu yang lalu, maka semestinya bekas jahitan
episiotomi responden telah sembuh dengan sempurna. Pada beberapa
kondisi, penyembuhan bekas jahitan episiotomi bisa saja terhambat,
misalnya karena mobilitas yang terlalu tinggi, perawatan luka yang
tidak adekuat, gangguan imunitas, atau sebab lainnya. Mungkin saja,
hambatan penyembuhan bekas jahitan episiotomi ini yang membuat
vagina responden terasa nyeri dan mengeluarkan sedikit bercak darah.
Berdasarkan karakteristik umur responden sebagian besar
berumur antara 20-25 tahun yaitu 75 % responden dengan episiotomi
dan 50% responden dengan rupture spontan. Hal ini didukung oleh
penelitian Sughatot (2018) mengenai Hubungan Umur Dengan
Tingkat Nyeri Pasca Persalinan Setelah Melakukan Teknik Relaksasi
Napas Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta,
menunjukkan bahwa perubahan skala nyeri berdasarkan umur yaitu
33

antara kelompok 20-35 tahun dengan nilai p 0,017 yang artinya ada
perubahan signifkan.
Judha (2012) menuliskan dalam bukunya usia merupakan
variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri, perbedaan
kelompok usia mempengaruhi bagaimana mereka bereaksi terhadap
nyeri. Faktor risiko nyeri adalah tingkat elastisitas jaringan lunak pada
organ kewanitaan. Jaringan yang kurang elastis berpotensi mudah
mengalami robekan. Elastisitas jaringan lunak berbanding terbalik
dengan umur yaitu semakin bertambah umur maka elastisitas semakin
menurun.
Berdasarkan karakteristik pendidikan ibu post partum dengan
episiotomi mayoritas pendidikan SMU dengan tingkat nyeri berat
sebanyak 46, 7% dan nyeri sedang sebanyak 53,3%. Berbeda dengan
pendidikan ibu post partum dengan rupture spontan mayoritas SMP
dengan mayoritas mempunyai tingkat nyeri ringan sebanyak 60,0%
dan nyeri berat sebanyak 13,3 %. Hasil penelitian ini didukung
penelitian Maryuni (2020) mengenai Hubungan Karakteristik Ibu
Bersalin dengan Nyeri Persalinan di Puskesmas Kecamatan
Jatinegara, menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan
nyeri persalinan pada ibu bersalin fase aktif di Puskesmas Kecamatan
Jatinegara dengan p-value 0,0031.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin rendah intensitas
nyeri, karena dengan pendidikan yang semakin tinggi seseorang dapat
mengantisipasi rasa nyeri agar nyeri tersebut tidak terlalu berlebihan.
Seseorang dengan pendidikan yang semakin tinggi dapat
menyampaikan dan menangkap suatu informasi yang diperlukan
untuk suatu kehidupan dengan baik. Ibu yang mempunyai pendidikan
tinggi, mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang
kesehatan, lebih aktif dalam menentukan sikap, lebih mandiri dalam
mengambil tindakan perawatan. Sedangkan ibu yang berpendidikan
rendah akan berdampak terhadap rendahnya pengetahuan ibu untuk
34

mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan atau


ketidakmampuan ibu untuk menalarkan rasa nyeri sebagai rasa nyeri
yang wajar pada persalinan (Judha, 2017).
Nyeri merupakan gejala atau keluhan yang menyebabkan
seseorang harus mencari pertolongan kesehatan, karena kondisi
tersebut mengganngu rasa nyaman seseorang. Bidan harus mengenali
masalah nyeri dan membantu untuk menguranginya dan memenuhi
rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman adalah keadaan yang
terlindung dari ancaman psikologis, bebas sakit terutama nyeri. Nyeri
yang tidak diatasi dapat menimbulkan respon sakit berupa perubahan
fisik dan psikis seseorang (Tamsuri, 2017).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP)
dalam Tamsuri (2017) nyeri adalah sensori subjektif dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual
maupun potensial. Luka perineum akibat epiotomi maupun ruptur
spontan yang mengakibatkan kerusakan jaringan, sedangkan
kerusakan jaringan merupakan salah satu pencetus nyeri. Hal ini
sesuai teori Ignatavicus dalam Tamsuri (2017).
Menurut Bobak (2005) tindakan episiotomi dapat
menimbulkan luka memar dan perdarahan bisa lebih banyak, serta
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman setelah dilakukan
episiotomi dari pada rupture spontan. Sehingga sesuai dengan hasil
penelitian ini yang menyatakan ibu post partum dengan episiotomi
mayoritas mengeluhkan nyeri sedang berat dan bahkan tidak ada yang
mengeluhkan nyeri ringan.
Nyeri bisa dikendalikan apabila kita bisa mengetahui teknik
dalam mengatasi nyeri. Secara medis, ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengatasi nyeri persalinan, antara lain menggunakan
obat anti nyeri. Obat ini diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat
persalinan tanpa menyebabkan mati rasa di bagian tubuh tertentu.
Untuk mengurangi rasa nyeri yang sangat berat, dokter dapat
35

memberikan obat golongan opioid. Selain dengan cara medis,


mengatasi nyeri persalinan juga bisa dilakukan dengan
beberapa metode sederhana yaitu memberi kompres hangat pada
bagian tubuh yang terasa nyeri atau mandi air hangat, mendapat
pijatan, misalnya di bagian kaki, tangan, dan punggung, melakukan
teknik relaksasi, seperti menarik napas dalam, mendengarkan musik
yang menenangkan, atau menggunakan aromaterapi, dan mencoba
lebih banyak bergerak, misalnya berjalan di sekitar kamar, atau
mengubah posisi tubuh, misalnya dengan duduk, jongkok, atau
berbaring menyamping.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Perbedaan
Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan Episiotomi Dengan
Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida di Ruang Bersalin RSUD
Bayung Lencir Tahun 2023”, maka dapat disimpulkan yaitu :
1. Sebanyak 3 responden (100,0%) mengalami nyeri berat pada ibu post
partum yang dilakukan episiotomi pada primigravida.
2. Sebanyak 6 responden (100%) mengalami nyeri berat pada ibu post
partum dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
3. Tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir tahun 2023, dengan nilai p-value 0,140.

5.2. Saran
1. Bagi RSUD Bayung Lencir
Diharapkan petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai nyeri pada ibu post partum, menjelaskan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti agar responden dapat memahami dengan
baik dan dapat menjadi masukan data atau informasi bagi ibu post partum
dapat mengetahui tingkat nyeri pada ibu post partum yang dilakukan
episiotomi dengan rupture perineum spontan pada primigravida.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat menambah referensi bacaan seperti buku Teori
Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan, Buku Ilmu Kebidanan, Buku
Anatomi Fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan dan
kebidanan Edisi 4, Buku Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, dan Buku
Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai dasar untuk lebih memahami tentang nyeri pada

36
37

ibu post partum yang dilakukan episiotomi dengan rupture perineum


spontan pada primigravida.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian yang ada
menjadi lebih sempurna melalui penelitian lebih lanjut dengan desain
variabel yang berbeda yaitu pengaruh usia, paritas, kultur, makna nyeri,
ansietas, pola koping, support keluarga dan social terhadap nyeri
persalinan ibu post partum.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2020. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. PT


Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Dewi, Retna Kumala, 2017. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum
Yang Mengalami Ruptur Spontan Dengan Yang Dilakukan Episiotomi Di
Rsud Panembahan Senopati Bantul.

Hidayat, Aziz Alimul, 2020. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitaif.


Penerbit Health Books Publishing. Surabaya.

Judha, M. 2017. Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes
RI.

Riyanto, Agus, 2021.Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Nuha


Medika. Yogyakarta.

Santi, Tri, 2019. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Mengalami Episiotomi Dengan Ruptur Perineum Spontan Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Kendari.

Saifuddin, 2017. Anatomi Fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan dan


kebidanan, Edisi 4. Jakarta. EGC

Saryono, 2021. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.


Penerbit Mitra Cendikia. Yogyakarta.

Sayiner, 2019. The effect of post partum perineal trauma on the frequencies
perineal pain, urinary incontinence anddyspareunia.The Internet Journal
of Epidemiology. Vol 8 Number 1.

Sinambela, Lijan Poltak, 2017. Metodologi Penelitian Kuantitaif. Penerbit Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Sulistyaningsih, 2021. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.


Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Tamsuri, A. 2017. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC
Uliyah Musrifatul, 2017. Ketrampilan Dasar Praktik Kebidanan, Jakarta :
Salemba Medik
Utami, Sri, 2017. Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang
Mengalami Episitomi Dengan Ruptur Spontan Di Rsud Panembahan
Senopati Bantul.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa S-1
Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi mengadakan Penelitian tentang :
“Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023”.
Untuk tujuan tersebut, saya mohon kesediaan Ibu untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan, untuk dapat dipakai sebagai sumber informasi bagi
peneliti. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas Ibu.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini sangat kami hargai dan atas
partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Bayung Lencir, Januari 2023


Peneliti

Dewi Mayang Sari


NIM : 213001070094
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat:

Setelah mendapatkan penjelasan dan mengerti tentang tujuan penelitian


Judul : “Perbedaan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan
Episiotomi Dengan Rupture Perineum Spontan Pada Primigravida Di Ruang
Bersalin RSUD Bayung Lencir Tahun 2023”. Peneliti : Dewi Mayang Sari.
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian yang nantinya
akan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Sebelumnya saya sudah
diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini dan saya
mengerti bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan diri saya. Bila saya merasa
tidak nyaman, maka saya berhak untuk mengundurkan diri.
Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani
lembar persetujuan ini.

Bayung Lencir, Januari 2023


Responden

( )
LEMBAR OBSERVASI

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PADA IBU POST PARTUM YANG


DILAKUKAN EPISIOTOMI DENGAN RUPTURE PERINEUM
SPONTAN PADA PRIMIGRAVIDA DI RUANG BERSALIN
RSUD BAYUNG LENCIR TAHUN 2023

A. IDENTITIAS PASIEN
Nama :...............................................
Usia :...............................................
Pendidikan :...............................................
Pekerjaan :...............................................
Jumlah Anak :...............................................

B. SKALA PENGUKURAN INTENSITAS NYERI DENGAN VISUAL


ANALOG SCALE (VAS)
Mohon Ibu melingkari angka di bawah ini sesuai dengan rasa nyeri yang
dirasakan sekarang

Keterangan :
0 =Tidak ada keluhan nyeri
1-3 =Ada rasa nyeri, mulai terasa dan masih dapat ditahan
4-6 =Ada rasa nyeri, terasa mengganggu dengan usaha yang cukup kuat
untuk menahannya.
7-10 =Ada nyeri, terasa sangat mengganggu/ tidak tertahankan sehingga
harus meringis, menjerit bahkan berteriak.

Intensitas nyeri =
HALAMAN KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI S1 KEBIDANAN

NAMA MAHASISWA : DEWI MAYANG SARI


DOSEN PEMBIMBING : dr. ISMAIL USMAN, M. Ked (OG)., SpOG
KELAS : REGULER B.3.1
NIM : 213001070094
JUDUL PENELITIAN : PERBEDAAN TINGKAT NYERI PADA IBU
POST PARTUM YANG DILAKUKAN
EPISIOTOMI DENGAN RUPTURE PERINEUM
SPONTAN PADA PRIMIGRAVIDA DI RUANG
BERSALIN RSUD BAYUNG LENCIR TAHUN
2022
NO HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN TTD
1 5 Oktober 2022 Mengajukan judul dan Bab I
2 26 Oktober 2022 Acc Bab I, Mengajukan Bab II
3 16 November 2022 Acc Bab II, Mengajukan Bab III
4 23 November 2022 Acc Bab III dan Sidang Proposal
5 06 Februari 2023 Mengajukan Bab IV dan Bab V
6 13 Februari 2023 Acc Bab IV dan Bab V
7 15 Februari 2023 Tambahkan Abstrak dan izin
publish
8 17 Februari 2023 Acc Sidang Skripsi
9 27 Februari 2023 Revisi hasil sidang Skripsi, konsul
jurnal
10 02 Maret 2023 Acc Keseluruhan
11 05 Maret 2023 Acc jilid keras dan publish

Diketahui
Ka. Prodi S1 Kebidanan

Diane Marlin, S. ST., M.Keb

Anda mungkin juga menyukai