Anda di halaman 1dari 4

KEBIJAKAN INTENSIVIST DI RUANG ICU-HCU

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN

/RSUD-BL//SPO/ICU-HCU/
2020/011 1

TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD BAYUNG LENCIR
STANDAR 1 Februari 2020
OPERASIONAL
PROSEDUR

dr.Diyanti Novitasari,MARS
NIP:198103132010012015
Kebijakan adalah rangkaian konsep azas yang menjadi pedoman, dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
PENGERTIAN
Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi, kelompok sektor
swasta, serta individu.
1. Melindungi hak-hak pasien.
TUJUAN 2. Mewujudkan ketertiban di dalam ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU)
dan High Care Unit (HCU).
Keputusan Direktur Rumah Sakit Arsani NOMOR 0 /DIREKTUR-SK/II,2020
Tentang Kebijakan Standar Prosedur Operasional ICU-HCU.
KEBIJAKAN 1. Melindungi hak-hak pasien.
2. Mewujudkan ketertiban di dalam ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU)
dan High Care Unit (HCU).
Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan, dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu, dan keselamatan
pasien.
3. Semua petugas di unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, etiket,
dan menghormati hak pasien.
PROSEDUR 6. Pelayanan unit dilaksnakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi, dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
Kebijakan Khusus
1. Ruang intesif merupakan penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain
sesuai dengan standar dan fasilitas yang dimiliki , dan bila pasien
memerlukan perawatan intensive yang lebih tinggi tingkatannya dapat
dirujuk ke rumah sakit sesuai dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus selalu ada
informed consent.
PERALATAN DAN OBAT-OBATAN UNTUK
TRANSPORTASI KELUAR RUMAH SAKIT

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN

/RSUD-BL//SPO/ICU-HCU/
2020/011 1

TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD BAYUNG LENCIR
STANDAR 1 Februari 2020
OPERASIONAL
PROSEDUR

dr.Diyanti Novitasari,MARS
NIP:198103132010012015
3. Ruang intesif merupakan penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain
sesuai dengan standar dan fasilitas yang dimiliki , dan bila pasien memerlukan
perawatan intensive yang lebih tinggi tingkatannya dapat dirujuk ke rumah sakit.
4. Pada keadaan darurat untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anastesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan,
dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
5. Apabila pasien berada dalam tahap terminal, dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
6. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak, dan penghentian peralatan life-Supporting.
7. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis dengan
pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien. Tindakan-tindakan
tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih.
8. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan/pendidikan perawatan
ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive Care Medicine, Consultant Intensive
Care melalui program pelatihan, dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan
profesi yang terkait.
9. Mampu melakukan prosedur Critical Care, yaitu :
a. Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal, dan ventilasi
mekanis.
PROSEDUR
b. Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
c. Memasang catheter intravascular, dan peralatan monitoring, termasuk :
- Catheter arteri.
- Catheter vena perifer.
- Catheter vena central (CVP).
- Catheter vena pulmonalis.
- Resusitasi cardio pulmoner.
- Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.
-
10. Fungi dan kewenangan kepala unit intensif sebagai coordinator pengelolaan
pasien.
Fungsi:
Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi, dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota team.
Kewenangan: Mampu berperan sebagai pemimpin team, dan memberikan
pelayanan di ICU, menggabungkan, dan filtrasi layanan pada pasien
berpenyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.
PERALATAN DAN OBAT-OBATAN UNTUK
TRANSPORTASI KELUAR RUMAH SAKIT

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN

/RSUD-BL//SPO/ICU-HCU/
2020/011 1

TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD BAYUNG LENCIR
STANDAR 1 Februari 2020
OPERASIONAL
PROSEDUR

dr.Diyanti Novitasari,MARS
NIP:198103132010012015
a. Intensivit memberikan pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi
dengan dokter pasien sebelumnya.
b. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada
pasien sakit kritis, seperti :
- Hemodinamik tidak stabil.
c. Gangguan atau gagal nafas dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis.
d. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada
pasien sakit kritis, seperti :
- Hemodinamik tidak stabil.
- Gangguan atau gagal nafas dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
- Gangguan neurologis acute termasuk mengatasi hipertensi cranial.
- Gangguan atau gagal ginjal acute.
- Gangguan endokrin dan metabolic acute yang mengancam nyawa.
- Gangguan koagulasi.
- Infeksi serius.
- Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi.
-
PROSEDUR
11. Tata cara dan indikasi masuk/keluar ICU dari dalam rumah sakit dan di luar
rumah sakit.
a. Tata cara pasien masuk /keluar ICU.
Penanggung jawab pasien, melakukan register/pendaftaran di bagian
administrasi.
b. Indikasi pasien masuk ICU.
Pasien saat kritis tidak stabil yang memerlukan terapi intensif, seperti
bantuan ventilasi, infus, obat-obat yang aktif kontinyu, dan lain-lain.
c. Indikasi pasien keluar ICU.
Bila kebutuhan untuk terapi intensive telah tidak ada lagi atau bila
tearpi intensive telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis
jangka pendek jelek.
12.Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab
pasien.
13. Seluruh fasilitas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis
menjadi tanggung jawab Karu termasuk pemeliharaan dan perbaikan
berkoordinasi dengan bagian teknisi.
Untuk pencegahan infeksi nasokomial setiap petugas diwajibkan untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
PERALATAN DAN OBAT-OBATAN UNTUK
TRANSPORTASI KELUAR RUMAH SAKIT

NO. DOKUMEN NO.REVISI HALAMAN

/RSUD-BL//SPO/ICU-HCU/
2020/011 1

TANGGAL TERBIT
DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR RSUD BAYUNG LENCIR
STANDAR 1 Februari 2020
OPERASIONAL
PROSEDUR

dr.Diyanti Novitasari,MARS
NIP:198103132010012015
3. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah disediakan, lalu diinput oleh petugas bagian administrasi
untuk selanjutnya diinformasikan pada bagian terkait.
4. Prosedur konsul antar spesialis/konsulen:
a. Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter
spesialis anastesi yang bertugas di ICU.
b. Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU.
c. DPJP pasien yang dirujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anastesi yang bertugas di ICU.
d. Bila dokter spesialis anastesi memerlukan rawat bersama dengan
dokter spesialis lain, maka DPJP utama adalah dokter spesialis
anastesi yang tertugas di ICU.
e. Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk dirawat di ICU harus
jelas apakah rawat bersama atau dirujuk. Bila rawat bersama, maka
DPJP utama ialah dokter spesialis anastesi yang tertugas di ICU.
f. DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
PROSEDUR dibantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staff ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP.
g. Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan/keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau ditulis dalam Intensive Care Unit
(ICU).
h. Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain
yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan
ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat
dalam Intensive Care Unit (ICU).
i. Bila terjadi masalah dalam penempatan DPJP utama, maka hal
tersebut dilaporkan kepada manager pelayanan segera mungkin.
j. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan diajukan
untuk dilakukan audit medis oleh komite medis.

Unit Terkait ICU-HCU

Anda mungkin juga menyukai