Anda di halaman 1dari 36

PEDOMAN PELAYANAN

INTENSIF CARE UNIT (ICU)

2022
KEPUTUSAN DIREKTUR
RS HIKMAH CITRA MEDIKA SENGKANG
Nomor : 054/SK-DIR/RSRS/VI/2018

Tentang
PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

Menimbang : a. bahwa Panduan Pelayanan ICU merupakan panduan dasar dan acuan
bagi semua pelaku pelayanan medis yang bertugas dalam
memberikan pelayanan medis bagi pasien di RS Hikmah Citra
Medika Sengkang ;
b. bahwa Panduan Pelayanan ICU merupakan pelayanan multi disiplin
ilmu sehingga membutuhkan koordinasi yang baik ;
c. bahwa Panduan Pelayanan ICU merupakan salah satu cara
peningkatan mutu dan kualitas pelayanan medis pasien sehingga
tercapai program pengobatan yang diharapkan ;
d. bahwa Panduan Pelayanan ICU harus dilakukan secara terus menerus
untuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan ;
e. bahwa Pedoman Pelayanan ICU dibuat atas dasar keilmuan terbaru
yang berpedoman pada UU Praktik Kedokteran yang disesuaikan
dengan kondisi dan RS Hikmah Citra Medika Sengkang ;
f. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas diperlukan
keputusan disahkannya Panduan Pelayanan ICU ;

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan ;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit ;
3. Permenkes Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/PER/X/2011
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran ;
4. Permenkes Republik Indonesia Nomor 1438/Menkes/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran ;
5. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit ;

4
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN


INTENSIVE CARE UNIT (ICU).
Kesatu : Mengesahkan dan Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian Instalasi
Laboratorium Rumah Sakit Hikmah Citra Medika Sengkang sebagaimana
tercantum dalam terlampir keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
di kemudian hari terdapat perubahan/kekeliruan akan diadakan
penyempurnaan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sengkang
Pada tanggal :
Plt. Direktur

dr.H.Muhammad Risal, Sp.B


NIK: 21.06.002

5
BAB I DEFENISI

Intensive Care Unit adalah salah satu pilar unit di Instalasi Rawat Inap
di RS Hikmah Citra Medika Sengkang yang memiliki staf khusus dan
perlengkapan khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit- penyulit yang
mengancam jiwa atau pontensial mengancam jiwa.
Jenis pelayanan yang diberikan di ruang intensif berbeda dengan
pelayanan di ruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap
perawat di ruang intensif sangat tinggi, banyaknya penggunaan alat medis yang
bervariasi, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi serta
mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan intensif bagi pasien, sesuai
dengan tugas dan fungsi pemberi jasa pelayanan maka dirasakan perlu untuk
menyusun buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit RS Hikmah Citra
Medika Sengkang yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
Semua meyakini bahwa pasien gawat atau kritis harus mendapat perawatan
yang intensif yang bersifat individual meliputi bio psiko sosial dan spiritual
yan komprehensif dan berkesinambuangan. Dengan adanya pedoman ini maka
akan terwujud pelayanan intensif dengan fasilitas yang mutakhir menuju tingkat
pelayanan tersier sejalan dengan tatanan masyarakat yang berfokus pada
kualitas pelayanan, professional dan efisien.

4
BAB II RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup pelayanan


Ruang perawatan intensive adalah unit perawatan khusus yang
dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dan penyulit
yang mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta
didukung dengan kelengkapan peralatan.
Ruang lingkup perawatan Intensif meliputi:
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit- penyakit akut yang
mengancam jiwa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit sampai beberapa hari
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan penatalaksanaan spesifik dalam pemenuhan kebutuhan
dasar.
c. Fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan. Pemantauan yang
dilakukan meliputi:
1. Penyakit
2. Kondisi pasien yang semakin menjadi buruk, karena
pengobatan/ terapi (iatrogenik)
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang
bergantung pada alat medis dan perawat.
Kekhususan yang dimiliki ruang Intensive RS Hikmah
Citra Medika Sengkang adalah:
1. Ruang tersendiri dan gedung tersendiri; letaknya dekat
dengan kamar bedah dan ruang perawatan lain.
2. Memiliki kebijaksanaan kriteria pasien yang masuk,
keluar serta rujukan
3. Tersedia dokter spesialis Anesthesi atau dokter spesialis
lain sebagai konsultan intensif care atau sebagai
Kepala Unit Intensif.
4. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan
resusitasi jantung paru ( bantuan hidup dasar dan
bantuan hidup lanjut )
5. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian
besar terlatih

5
6. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis
dalam waktu beberapa lama dan dalam batas waktu
tertentu, melakukan pemantauan invasive dan usaha-
usaha penunjang hidup.
7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan
laboratorium tertentu, penunjang radiologi untuk
kemudahan diagnostik selama 24 jam dan Fisioterapi.

B. Batasan Operasional
RS Hikmah Citra Medika Sengkang membentuk
Instalasi Intensif yang bertujuan untuk merawat pasien kritis
dan sakit berat dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan
kematian.Instalasi intensif dibentuk dengan maksud untuk
dapat memantau pasien kritis dan sakit berat secara terus
menerus serta tindakan segera.Pelayanan intensif meliputi
ICU.
1. ICU ( Intensive Care Unit )
Unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat
pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang
mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga kesehatan
terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan
khusus. Pasien kritis adalah :
a. Pasien- pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan
memerlukan dokter, perawat dan profesi lain yang terkait,
terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan
perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan
yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.
b. Pasien- pasien yang dalam bahaya mengalami
dekompensasi fisiologis sehingga memerlukan
pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan
intervensi ntuk mencegah timbulnya penyulit yang
merugikan.
2. Kriteria pasien masuk di ICU :
a. Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti:
dukungan/ bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ / sistem yang lain, infus obat- obat vasoaktif
6
kontiyu, obat anti aritmia

7
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi dan lain-
lainya.Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak
mempunyai batas. Contoh pasien kelompok ini antara lain
adalah
- Pasien sepsis berat komplikasi gagal napas
- Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
b. Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU, sebab sangat beresiko apabila tidak mendapatkan
terapi intensif segera.Terapi pada pasien prioritas 2
(dua) umumnya tidak mempunyai batas, karena kondisi
mediknya senantiasa berubah. Contoh pasien kelompok
ini antara lain adalah :
- Pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru
- Pasien dengan gagal ginjal akut dan berat atau yang
telah mengalami pembedahan mayor
c. Prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis , yang tidak
stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat
terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.Pengelolan
pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
Contoh pasien kelompok ini antara lain adalah :
1. Pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi
2. Pasien penyakit jantung bawaan dengan komplikasi
3. Penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat

d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan
Kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien –
pasien golongan demikian sewaktu- waktu harus bisa
dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas
8
tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3(
satu, dua, tiga ).

9
Pasien yang tergolong demikian antara lain :
1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak
terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “
perawatan yang aman “ saja. Ini tidak menyingkirkan
pasien dengan perintah “ DNR “ ( Do Not Resuscitate ).
Sebenarnya pasien – pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen
3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang
otak. Pasien- pasien seperti itu dapat dimasukan ke
ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.

3. Kriteria Pasien yang Tidak Memerlukan Perawatan di ICU

a. Prioritas 1

Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak


membutuhkan lagi perawatan intensif, atau jika terapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk,
sedikit kemungkinan untuk pulih kembali, dan sedikit
keuntungan bila perawatan intensif diteruskan.

b. Prioritas 2

Pasien dipindahkan apabila hasil pemantauan intensif


menunjukkan bahwa perawatan intensif tidak
dibutuhkan, pemantauan intensif selanjutnya tidak
diperlukan lagi.

c. Prioritas 3

Pasien dipindahkan apabila perawatan intensif tidak


dibutuhkan lagi, diketahui kemungkinan untuk pulih
kembali sangat kecil, keuntungan dari terapi intensif
selanjutnya sangat sedikit.

4. Kriteria pasien keluar dari ICU


a. Kondisi fungsi vital tubuh membaik dan tanda – tanda
vital dalam batas normal
b. Terapi intensif tidak bermanfaat atau tidak memberikan
hasil yang diharapkan, karena misalnya pasien
mengalami mati batang otak (brainstern death ) atau
mencapai stadium akhir
10
penyakitnya ( contoh ARDS stadium akhir). Dalam hal ini
pengeluaran pasien dari ICU dilakukan setelah
memberitahu keluarga terdekat.
c. Pasien dalam kelompok Prioritas 2 jika ada pasien
kelompok prioritas 1 yang memerlukan perawatan.
d. Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan
pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang
merawat pasien

4. PICU
a. Indikasi Pasien Masuk
1) Sistem respirasi
a) Kebutuhan penggunaan ETT dan Ventilator
b) Gangguan sistem pernapasan (atas dan bawah)
progresif dengan Resiko tinggi gagal napas dan
atau obstruksi total
c) Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2> 50%,
dengan hasil AGD: PO2< 50 mmH2O,PCO2> 50
mm H2O
2) Sistem Kardiovaskuler
a) Syok
b) Paska resusitasi jantung paru
c) Aritmia yang mengancam nyawa
d) Gagal jantung congestif (dengan atau tanpa
kebutuhan ventilator)
e) Kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sirkulasi dan atau respirasi
3) Sistem Neurologis
a) Kejang yang tidak responsif dengan terapi
standart atau membutuhkan antikonvulsan
kontinu secara intra vena
b) Gangguan kesadaran berat dan gangguan
neurologis lain yang belum dapat di perkirakan
perkembangannya atau koma di sertai dengan
potensi gangguan pernapasan dan atau sirkulasi
c) Inflamasi akut/ infeksi medula spinalis,selaput
otak atau otak dengan depresi neurologis,
gangguan metabolik dan hormonal,gangguan
11
pernapasan dan atau

12
hemodinamik atau kemungkinan peningkatan tekanan intra
kranial
d) Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intra cranial

4) Sistem Hemodinamik dan Onkologi


a) Anemia berat dengan gangguan hemodinamik dan atau respirasi
5) Sistem Endokrin dan Metabolik
a) Ketoasidosis deabetik
b) Gangguan elektrolit seperti:
I. Hyperkalemi yang membutuhkan pemantauan jantung dan
terapi intervensi
II. Hypo atau hypernatremi berat
III. Hypo atau hyperkalsemi berat
a) Gangguan metabolis
I. Hypo atau hyperglicemia dengan klinis tidak stabil
II. Asidosis metabolik berat
III. Gangguan keseimbangan elektrolit berat
b) Sistim Gastrointestinal
I. Perdarahan gastrointestinal acut dan berat
II. Paska tindakan bedah
c) Bedah
I. Bedah dengan gangguan hemodinamik dan respirasi
II. Ginjal dan Saluran Kemih
III. Gagal ginjal
e) Gangguan Lain
I. Keracunan atau overdosis obat
dengan potensi kegagalan organ

b. Indikasi Pasien Keluar


1) Parameter hemodinamik stabil
2) Status
respirasi
stabil
3) Stabil cairan
4) Status neurologis stabil
5) Metabolisme stabil

13
6) Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropik,
vasodilator, antiaritmia, atau bila masih di butuhkan,di
gunakan dalam dosis yang rendah dan dapat di berikan
dengan aman di luar ruangan intensif
7) Disretmi jantung terkontrol
8) Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial
dialisis telah teratasi keadaan akutnya hingga tidak di
butuhkan tindakan khusus lain di luar ruang intensif
9) Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian
bersama dan tidak ada lagi keuntungannya untuk
mempertahankan perawatan di ruang PICU

C. Landasan Hukum
1. Kepmenkes RI No 1333/Menkes/SK/XII/2001 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
2. Kepmenkes RI No 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan
3. Kepmenkes RI No 004/enkes/SK/I/2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
4. Kepmenkes RI No 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
5. Keputusan Menteri KesehatanNomor
1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten /Kota Sehat
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)
di Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri KesehatanNomor
1778/Menkes/Per/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)
di Rumah Sakit

14
BAB III TATA LAKSANA

A. Alur Pasien Masuk dan Keluar Ruang Intensif


1. Alur Pasien Masuk Ruang Intensif
a. Dokter Penanggung Jawab Pasien ( DPJP ) atau
dokter jaga atas nama DPJP menginformasikan
kepada dokter anastesi terkait dengan kondisi pasien
yang akan masuk di ICU.
a. Dokter anastesi memberikan jawaban apakah pasien
ada indikasi masuk ICU dan ketersediaan tempat serta
alat di ruang ICU.
b. Dokter Penanggung Jawab Pasien memberitahukan
kepada perawat tentang hasil jawaban dari dokter
anastesi.
c. DPJP atau dokter jaga yang mewakili DPJP
memberikan edukasi tentang perawatan ICU dan
meminta persetujuan perawatan ICU
d. Perawat IGD / ruangan menginformasikan kepada
perawat ICU untuk memesan tempat di ruang ICU.
e. Perawat IGD atau perawat ruangan menghubungi
perawat intensif terkait kondisi pasien yang akan
dirawat diruang intensif.
f. Jika pasien ada indikasi masuk ICU tetapi tidak ada
tempat dan alat yang tersedia maka dokter DPJP
memberitahukan kepada keluarga tentang kondisi ICU,
dan keluarga harus mau dirujuk.

2. Alur Pasien Keluar Ruang Intensif


a. Dokter anastesi/dokter jaga ICU mengusulkan kepada
dokter DPJP bahwa pasien sudah ada indikasi keluar
dari ICU.
b. Dokter DPJP memberitahukan ke dokter ICU bahwa
pasien sudah ada indikasi keluar dari ICU.
c. Dokter Penanggung Jawab Pasien memberitahukan
kepada perawat ICU bahwa pasien boleh pindah ke
ruangan.

15
B. Persiapan Penerimaan Pasien
1. Ruang intensif mendapatkan informasi dari IGD/rawat
inap/kamar operasi terkait dengan pasien yang akan
dirawat di ruang intensif
2. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang intensif
terkait dengan kondisi pasien yang akan dirawat di ruang
intensif
3. Perawat ruang intensif menyiapkan fasilitas yang
diperlukan dan menghubungi dokter jaga intensif atau
DPJP untuk rencana tindakan medis

C. Monitoring Pasien
1. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif
dilakukan monitoring tanda- tanda vital selama 24 jam
2. Bila ada gambaran monitoring yang menggambarkan
kelainan, perawat ruang intensif menginformasikan
kepada DPJP/ Dokter jaga ruang intensif

D. Prosedur Medis
1. Dokter penanggung jawab pasien ( DPJP )
menginformasikan indikasi prosedur medis tertentu yang
dibutuhkan pasien kepada penanggung jawab pasien
2. Penanggung jawab pasien menandatangani inform
consent
prosedur tindakan medis
3. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan
yang akan digunakan
4. Perawat menyiapkan pasien dan ruangan yang akan
digunakan
5. Perawat menjelaskan kepada pasien tindakan
yang akan dilakukan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
7. Tindakan yang telah dilakukan didokumentasikan pada
status pasien
8. Prosedur tindakan medis meliputi tindakan invasif dan
non invasif, pemasangan Endo Tracheal Tube (intubasi),
Extubasi dll

16
E. Balance Cairan
1. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan
balance cairan sesuai dengan lembar flow sheet pasien
2. Balance cairan harus dipantau berkala sesuai indikasi
sesuai degan instruksi DPJP
3. Kondisi pasien yang terkait dengan balance cairan
dilaporkan kepada DPJP sesuai dengan kondisi pasien
4. Instruksi yang terkait dengan balance cairan
diinformasikan sewaktu serah terima dengan shift
berikutnya

F. Rehabilitasi Medik
1. DPJP menginstruksikan untuk dilakukan rehabilitasi
medis dan di tulis pada rekam medis pasien
2. Penanggung jawab pasien diinformasikan oleh DPJP
terkait dengan tindakan rehabilitasi medis
3. Penanggung Jawab pasien menandatangani
inform consent rehabilitasi medis
4. Perawat ruang intensif menghubungi bagian
rehabilitasi medis untuk konfirmasi terkait dengan
rehabilitasi medis pasien

G. Penggunaan Alat Medis


1. SYRINGE PUMP
a. Penanggung jawab diinformasikan tentang
indikasi penggunaan syringe pump oleh DPJP
b. Perawat ruang intesif menindaklanjuti tindakan penggunaan
syringe pump

2. INFUSION PUMP
a. Penanggung jawab diinformasikan tentang
indikasi penggunaan infusion pump oleh DPJP
b. Perawat ruang intesif menindaklanjuti tindakan penggunaan
infusion pump
3. SUCTION
a. Penanggung jawab diinformasikan tentang
indikasi penggunaan suction oleh DPJP

17
b. Perawat ruang intesif menindaklanjuti tindakan
penggunaan suction
4. VENTILATOR
a. Pemasangan Ventilator
1) Apabila ada pasien yang memerlukan pemasangan
ventilator, Dokter Penanggung Jawab memberikan
perintah pemasangan ventilator dengan indikasi
tertentu dan ditulis di status rekam medik,
2) Dokter Penanggung Jawab memberi informasi
kepada keluarga pasien, bila keluarga setuju,
keluaga pasien menandatangani formulir
persetujuan tindakan.
3) Perawat penanggungjawab ruangan ICU
menyiapkan alat dan BHP yang dibutuhkan dan
menghubungi dokter anestesi jika sudah siap.
4) Dokter anestesi memberi penjelasan/ informasi
ulang pada keluarga pasien.
5) Dokter anestesi melakukan setting ventilator sesuai
dengan kebutuhan pasien dan disambungkan ke
pasien melalui peralatan airway.
6) Dokter anastesi mengevaluasi efektivitas
ventilator dan respon pasien, lakukan perubahan
setting bila diperlukan
7) Dokter anestesi mendokumentasikan
pemasangan Ventilator di rekam medik.
b. Pelepasan Ventilator
1) Pelepasan/penyapihan ventiltor dilakukan oleh
dokter anestesi dengan penggantian Jackson Rees,
bila pasien mampu dilanjutkan dan bila pasien tidak
mampu bernafas dengan menggunakan Jackson
Rees bisa dikembalikan dengan ventilator.
2) Pelepasan ventilator pada pasien Mati Batang Otak
( MBO ) atau pasien pulang atas permintaan sendiri :
a) Dokter anestesi memberikan informasi kepada
keluarga tentang kejadian yang mungkin muncul
pada pasien akibat pelepasan ventilator.
b) Setelah keluarga mengerti dan setuju, kemudian
keluarga inti (suami/ istri, orang tua, anak, kakak/
18
adik ) mengisi

19
dan menandatangani surat persetujuan pelepasan
ventilator, yang bertanda tangan harus jelas, dan
disaksikan oleh keluarga yang lain.perawat
mengedukasi keluarga tentang proses pelepasan
ventilator (ventilator dilepas di saksikan oleh
keluarga inti di ruang perawatan dimana pasien di
rawat).
c) Setelah Ventilator dilepas maka pasien tidak
dilakukan bagging lagi.
d) Pasien dinyatakan meninggal oleh Dokter
kemudian dilakukan perawatan jenazah.

H. Konsultasi
1. DPJP menginformasikan pada penanggung jawab
pasien terkait dengan konsultasi ke dokter spesialis lain
2. DPJP menuliskan pada rekam medis pasien pada
lembar konsultasi
3. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent
4. Perawat ruang intensif menghubungi dokter spesialis
yang dikonsulkan
5. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang hasil
konsultasi oleh dokter konsultan
6. Hasil konsultasi (instruksi) di tulis di lembar CPPT
kemudian di stempel TBAK dan ditandatangani dalam
kurun waktu 1 kali 24 jam

I. Indikasi dan Prosedur Pemeriksaan


Laboratorium dan Radiologi
1. DPJP menginformasikan indikasi pemeriksaan laboratorium
2. Penanggung jawab pasien menandatangani form
edukasi terintegrasi untuk persetujuan pemeriksaan
laboratorium dan radiologi
3. Perawat ruang intensif menginformasikan tentang
pemeriksaan laboratorium dan radiologi kepada unit
terkait
4. Perawat ruang intensif melengkapi formulir
pemeriksaan laboratorium dan radiologi dan
menyerahkan kepada petugas administrasi ruang

20
laboratorium dan radiologi untuk penginputan data

21
5. Pasien ditindaklanjuti sesuai dengan jenis pemeriksaan

J. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke Ruang Rawat Inap
a. Perawat intensif menjelaskan proses perpindahan
pasien dan penempatan kamar pasien ke penanggung
jawab pasien
b. Perawat intensif menginformasikan ke ruang
rawat inap untuk penempatan kamar
pasien
c. Perawat ruang intensif menginformasikan perpindahan
pasien ke ruang rawat inap
d. Perawat ruang intensif menyiapkan dokumen rekam medis
2. Pengiriman ke Kamar Bedah Sentral
a. Perawat ruang intensif menginformasikan rencana
operasi kepada perawat di kamar bedah
b. Perawat ruang intensif menyiapkan pasien untuk
tindakan opersai
c. Perawat ruang intensif mengantar pasien ke kamar operasi
3. Pengiriman Rujukan
a. DPJP menginformasikan kepada penanggung
jawab pasien terkait pemeriksaan yang akan
dilakukan atau tindakan merujuk ke rumah sakit
lain
b. Perawat ruang intensif menginformasikan jenis
pemeriksaan atau alasan merujuk ke perawat IGD
Rumah Sakit Rujukan melalui sisrute
c. Penanggung jawab pasien mengisi formulir edukasi
dan form persetujuan tindakan
d. Perawat ruang intensif menghubungi unit ambulance
untuk informasi penggunaan mobil ambulance
4. Pengiriman ke Kamar Jenasah
a. Keluarga pasien dianjurkan untuk menyeleseikan
administrasi
b. Perawat ruang intensif menyiapkan surat keterangan
kematian
c. Perawat ruang intensif menghubungi petugas kamar
jenazah untuk menginformasikan pengambilan jenazah
d. Jenazah diambil oleh petugas kamar jenazah
22
5. Rekam Medis
a. Rekam medis pasien yang meninggal/ pulang/ pindah
rumah sakit dilengkapi oleh DPJP
b. Setelah dilengkapi dikirim ke bagian rekam medis
1x24 jam maksimal 2x24 jam
6. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
a. Kegiatan pelayanan yang di berikan pada pasien ditulis
pada
flow sheet yang sudah tersedia
b. Informasi pasien yang tertulis di dalam flow shett,
dirangkum oleh penangung jawab shift
c. Setiap shift jaga melakukan pelaporan dan serahterima
pasien

7. Evaluasi Hasil Perawatan


a. Kegiatan pelayanan pada bulan terkait dirangkum dan
didokumentasikan pada laporan bulanan ruang intensif.
Laporan yan sudah dibuat diserahkan pada Kepala
Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan
b. Pelaporan kegiatan pelayanan dibuat setiap bulan,
semester (6 bulan), dan setiap tahun
c. Informasi yang memerlukan tindak lanjut dengan bagian
lain ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang
berlaku.

K. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat


1. Pengertian
Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat adalah
suatu prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat-
obatan stok emergency yang digunakan oleh pasien di
ruang intensif dan sebagai penggantinya dibebankan ke
pasien melalui resep yang dibuat oleh dokter.
2. Tujuan
a. Agar alat- alat kesehatan dan obat- obatan
emergencyyang ada di ruang intensif tetap terjaga
dalam segi kualitas dan kuantitas
b. Memudahkan di dalam pengawasan dan penggunaanya

23
3. Prosedur Permintaan Alat Kesehatan dan Obat Emergency

Jenis obat emergency stok alat kesehatan yang akan


diminta dituliskan pada buku permintaan/ pemakaian barang
farmasi
a. Buku yang sudah diisi lengkap diserahkan ke bagian
logistik farmasi
b. Bila alat kesehatan dan obat- obat emergency yang
diminta sudah tersedia akan diserahterimakan di ruang
intensif

4. Prosedur Penggantian Alat Kesehatan dan Obat


Emergency
yang Sudah Digunakan
a. Alat kesehatan yang sudah digunakan oleh pasien
dituliskan pada formulir permintaan obat
b. Obat emergency yang sudah digunakan dituliskan pada
buku obat dan dibuatkan resep oleh dokter
c. Resep yang telah diisi lengkap oleh dokter diinput oleh
petugas administrasi dan diserahkan ke bagian farmasi
dengan menggunakan buku ekspedisi
d. Bila alat kesehatan dan obat emergency yang sudah
disiapkan oleh bagian logistik farmasi, diserahkan ke
ruang intensif dengan menggunakan buku ekspedisi.

L. Perencanaan Peralatan atau Peremajaan


1. Pengertian
Perencanaan peralatan atau peremajaan adalah suatu
proses perencanaan pengadaan peralatan keperawatan baik
medis atau non medis yang belum atau sudah dimiliki unit
kerja
2. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan peralatan keperawatan medisau
non medis di
unit kerja
b. Agar peralatan yang dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya
c. Memenuhi standar pelayanan agar tetap dapat terjaga
3. Prosedur

24
a. Kepala ruang intensif membuat usulan untuk
perencanaan peralatan yang baru atau peremajaan yang
ditujukan kepada Kasi Bidang Pelayanan Medis dan
Keperawatan
b. Peralatan yang direncanakan untuk diminta harus
disertai dengan spesifikasi yang lengkap.
c. Kasi Bidang Pelayanan Medis dan keperawatan membuat
surat permintaan pengadaan peralatan disertai dengan
spesifikasi yang lengkap dan ditujukan kepada Kepala
Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan

M. Keselamatan Pasien ( Patient Safety )


1. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman.
Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh :
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

2. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah
sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD )

3. Tata Laksana Keselamatan Pasien


25
Untuk menjamin keselamatan dan keamanan pasien
semua anggota tim bedah meneliti kembali:
a. Identitas pasien dengan mengecek gelang identitas
yang berisi nama, tanggal lahir, rekam medis.
b. Rencana tindakan
c. Jenis pemberian anestesi yang akan dipakai
d. Faktor-faktor alergi
e. Respon pasien selama perioperatif
f. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat
penggunaan alat/kurang teliti

4. Keselamatan dan Keamanan Petugas


a. Melakukan pemeriksaan secara periodik sesuai ketentuan.
b. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan
kondisi kesehatan petugas
c. Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan,
penghargaan dan pendidikan berkelanjutan
d. Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam
rangka mempertahankan hasil kinerja
e. Membina hubungan kerjasama yang baik inter dan
antara profesi, dalam pencapaian tujuan

5. Keselamatan dan keamanan alat-alat


a. Menyediakan pedoman/manual dalam bahasa Indonesia
tentang cara penggunaan alat-alat dan
menggantungkannya pada alat tersebut
b. Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label
khusus untuk alat yang rusak
c. Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan
tepat
d. Melaksanakan pelatihan tentang cara
penggunaan dan pemeliharaan alat secara rutin dan
berkelanjutan
e. Memeriksa setiap hari ada tidaknya kebocoran pada
pipa gas medis. Pemeriksaan dilakukan oleh petugas
IPRS
f. Memeriksa alat ventilasi udara agar berfungsi dengan baik
g. Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya
26
atau mempunyai resiko mudah terbakar
h. Menggunakan diatermi tidak boleh bersamaan
dengan pemakaian obat bius ether
i. Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam
keadaan siap pakai
j. Pemeriksaan secara rutin alat elektro medis yang
dilakukan oleh petugas IPRS
Insiden keselamatan wajib dilaporkan yang
meliputi :

a. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :
Suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan
oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena
tidak dapat dicegah
b. KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak
dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir.

c. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (
commission ) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “
peringanan ”
KESALAHAN
MEDIS
Medical
Errors:
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
27
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat
tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata
“sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (
seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini

28
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

d. KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC)


A no harm incident
Suatu insiden yang sudah terpapar kepasien tetapi tidak
timbul cidera.
e. KONDISI POTENSIAL CIDERA-KPC
A reportable circumstance/situasi atau kondisi yang perlu
dilaporkan
Suatu situasi/kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cidera,
tetapi belum terjadi insiden.

N. Keselamatan Kerja
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani
dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu
24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
1. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan
masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi
penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
2. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

29
3. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam
kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi
individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 6 (Enam) kegiatan
pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
f. Pengecekan laboratorium petugas dilakukan setiap
setahun sekali.

30
BAB
VI
DOK
UME
NTAS
I

Pendokumentasian Laporan inidividu pasien


terdiri dari data hasil pemantauan pasien pada
flow sheet, proses perawatan, data – data
penunjang hasil pemeriksaan, pengobatan serta
tindakan yang akan dilakukan dan pada pasien.
Perawat juga harus melaporkan segala kendala atau
masalah yang dihadapi pasien dan / keluarga seperti
pembiayaan, asuransi dan lain – lain

Laporan pada shift tersebut yang berisi Laporan


pasien secara keseluruhan, ketenagaan, fasilitas dan
peralatan, masalah– masalah yang ada dan
pemecahannya, rencana tindakan dan lain – lain.

1. Laporan Bulanan
Laporan akhir bulan di bulan tersebut atau awal
bulan berikutnya. Komponen laporan bulanan
adalah: patient days/BOR, pencapaian indikator
mutu icu, pelaporan pengendalian infeksi dan,
staff cuti, dan Pendidikan, pengadaan dan
penggunaan peralatan, dan angka kematian.
2. Laporan Tahunan.
Laporan tahunan dibuat setiap tahun yang terdiri
dari 5 bagian yaitu:

a. Pencapaian unit of service ( mulai dari pasien


masuk, jumlah hari rawat, BOR, mortalitas dan
jumlah kasus terbanyak)
b. Ketenagaan
c. Peralatan
d. Pengendalian mutu
Program pengendalian / peningkatan mutu
pelayanan disusun berdasarkan
sistematika sebagai berikut :
31
1. Penetapan alur pelayanan teknis dan alur
pelayanan administratif

32
2. Penetapan sistem pengadaan logistik dan fasilitas
penunjang terkait
3. Penetapan Standar Pelayanan Medis dan Penunjang
Medis (Penerapan Standar Pelayanan Minimal,
Indikator Mutu, dan penyusunan SPO)
4. Penetapan sistem rekruitmen dan pengembangan
ketenagaan

5. Penetapan media monitoring layanan beserta standar


layanan, meliputi :
- Morning Report
- Ronde Pelayanan Medis
- Case Presentation
- Rapat Rutin Mingguan
- Rapat Bulanan
6. Pelaksanaan program MONEV (monitoring dan
evaluasi) serta perumusan langkah perbaikan /
peningkatan mutu Secara periodik perlu
dilakukan studi banding untuk melihat layanan ICU
rumah sakit lain, baik rumah sakit pemerintah
maupun swasta.
Pencatatan dari kegiatan peningkatan mutu
pelayanan di bukukan dalam buku kendali mutu dan
pelaporan dari kegiatan program peningkatan mutu
pelayanan di laporkan melalui Komite mutu dan
keselamatan pasien.

33
B
A
B

V
I
I

P
E
N
U
T
U
P

Buku Pedoman Pelayanan Intensif ini mempunyai


peranan penting karena bermanfaat untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan di rumah di RSUD Lamaddukelleng
Kab. Wajo Hendaknya pedoman Pelayanan Intensif yang
bersifat teknis dan praktis, ini dapat dimanfaatkan serta
berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga perawat di ruang
intensif.
Penyusunan rancangan Pedoman Pelayanan Intensifi ini
adalah langkah awal suatu proses yang panjang. Sehingga
memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak
dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.

Ditetapkan di Sengkang
pada tanggal, 18 Juli 2021

DIREKTUR RS HIKMAH CITRA MEDIKA


SENGKANG

dr. H. MUHAMMAD RISAL, Sp.B


Nik : 21 05 002

27
Lampiran :

Denah ruangan
28 26

Anda mungkin juga menyukai