2022
KEPUTUSAN DIREKTUR
RS HIKMAH CITRA MEDIKA SENGKANG
Nomor : 054/SK-DIR/RSRS/VI/2018
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA
Menimbang : a. bahwa Panduan Pelayanan ICU merupakan panduan dasar dan acuan
bagi semua pelaku pelayanan medis yang bertugas dalam
memberikan pelayanan medis bagi pasien di RS Hikmah Citra
Medika Sengkang ;
b. bahwa Panduan Pelayanan ICU merupakan pelayanan multi disiplin
ilmu sehingga membutuhkan koordinasi yang baik ;
c. bahwa Panduan Pelayanan ICU merupakan salah satu cara
peningkatan mutu dan kualitas pelayanan medis pasien sehingga
tercapai program pengobatan yang diharapkan ;
d. bahwa Panduan Pelayanan ICU harus dilakukan secara terus menerus
untuk dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan ;
e. bahwa Pedoman Pelayanan ICU dibuat atas dasar keilmuan terbaru
yang berpedoman pada UU Praktik Kedokteran yang disesuaikan
dengan kondisi dan RS Hikmah Citra Medika Sengkang ;
f. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas diperlukan
keputusan disahkannya Panduan Pelayanan ICU ;
4
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Sengkang
Pada tanggal :
Plt. Direktur
5
BAB I DEFENISI
Intensive Care Unit adalah salah satu pilar unit di Instalasi Rawat Inap
di RS Hikmah Citra Medika Sengkang yang memiliki staf khusus dan
perlengkapan khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit- penyulit yang
mengancam jiwa atau pontensial mengancam jiwa.
Jenis pelayanan yang diberikan di ruang intensif berbeda dengan
pelayanan di ruang rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap
perawat di ruang intensif sangat tinggi, banyaknya penggunaan alat medis yang
bervariasi, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang tinggi serta
mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan intensif bagi pasien, sesuai
dengan tugas dan fungsi pemberi jasa pelayanan maka dirasakan perlu untuk
menyusun buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit RS Hikmah Citra
Medika Sengkang yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
Semua meyakini bahwa pasien gawat atau kritis harus mendapat perawatan
yang intensif yang bersifat individual meliputi bio psiko sosial dan spiritual
yan komprehensif dan berkesinambuangan. Dengan adanya pedoman ini maka
akan terwujud pelayanan intensif dengan fasilitas yang mutakhir menuju tingkat
pelayanan tersier sejalan dengan tatanan masyarakat yang berfokus pada
kualitas pelayanan, professional dan efisien.
4
BAB II RUANG LINGKUP
5
6. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis
dalam waktu beberapa lama dan dalam batas waktu
tertentu, melakukan pemantauan invasive dan usaha-
usaha penunjang hidup.
7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan
laboratorium tertentu, penunjang radiologi untuk
kemudahan diagnostik selama 24 jam dan Fisioterapi.
B. Batasan Operasional
RS Hikmah Citra Medika Sengkang membentuk
Instalasi Intensif yang bertujuan untuk merawat pasien kritis
dan sakit berat dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan
kematian.Instalasi intensif dibentuk dengan maksud untuk
dapat memantau pasien kritis dan sakit berat secara terus
menerus serta tindakan segera.Pelayanan intensif meliputi
ICU.
1. ICU ( Intensive Care Unit )
Unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat
pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang
mengancam jiwa dengan melibatkan tenaga kesehatan
terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan
khusus. Pasien kritis adalah :
a. Pasien- pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan
memerlukan dokter, perawat dan profesi lain yang terkait,
terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan
perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan
yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.
b. Pasien- pasien yang dalam bahaya mengalami
dekompensasi fisiologis sehingga memerlukan
pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan
intervensi ntuk mencegah timbulnya penyulit yang
merugikan.
2. Kriteria pasien masuk di ICU :
a. Prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti:
dukungan/ bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ / sistem yang lain, infus obat- obat vasoaktif
6
kontiyu, obat anti aritmia
7
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi dan lain-
lainya.Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak
mempunyai batas. Contoh pasien kelompok ini antara lain
adalah
- Pasien sepsis berat komplikasi gagal napas
- Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
b. Prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU, sebab sangat beresiko apabila tidak mendapatkan
terapi intensif segera.Terapi pada pasien prioritas 2
(dua) umumnya tidak mempunyai batas, karena kondisi
mediknya senantiasa berubah. Contoh pasien kelompok
ini antara lain adalah :
- Pasien yang menderita penyakit dasar jantung paru
- Pasien dengan gagal ginjal akut dan berat atau yang
telah mengalami pembedahan mayor
c. Prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis , yang tidak
stabil status kesehatan sebelumnya, penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat
terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.Pengelolan
pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja dan usaha terapi mungkin tidak
sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
Contoh pasien kelompok ini antara lain adalah :
1. Pasien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi
2. Pasien penyakit jantung bawaan dengan komplikasi
3. Penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan
Kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien –
pasien golongan demikian sewaktu- waktu harus bisa
dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas
8
tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3(
satu, dua, tiga ).
9
Pasien yang tergolong demikian antara lain :
1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak
terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “
perawatan yang aman “ saja. Ini tidak menyingkirkan
pasien dengan perintah “ DNR “ ( Do Not Resuscitate ).
Sebenarnya pasien – pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen
3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang
otak. Pasien- pasien seperti itu dapat dimasukan ke
ICU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk
kepentingan donor organ.
a. Prioritas 1
b. Prioritas 2
c. Prioritas 3
4. PICU
a. Indikasi Pasien Masuk
1) Sistem respirasi
a) Kebutuhan penggunaan ETT dan Ventilator
b) Gangguan sistem pernapasan (atas dan bawah)
progresif dengan Resiko tinggi gagal napas dan
atau obstruksi total
c) Kebutuhan terapi oksigen dengan FiO2> 50%,
dengan hasil AGD: PO2< 50 mmH2O,PCO2> 50
mm H2O
2) Sistem Kardiovaskuler
a) Syok
b) Paska resusitasi jantung paru
c) Aritmia yang mengancam nyawa
d) Gagal jantung congestif (dengan atau tanpa
kebutuhan ventilator)
e) Kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sirkulasi dan atau respirasi
3) Sistem Neurologis
a) Kejang yang tidak responsif dengan terapi
standart atau membutuhkan antikonvulsan
kontinu secara intra vena
b) Gangguan kesadaran berat dan gangguan
neurologis lain yang belum dapat di perkirakan
perkembangannya atau koma di sertai dengan
potensi gangguan pernapasan dan atau sirkulasi
c) Inflamasi akut/ infeksi medula spinalis,selaput
otak atau otak dengan depresi neurologis,
gangguan metabolik dan hormonal,gangguan
11
pernapasan dan atau
12
hemodinamik atau kemungkinan peningkatan tekanan intra
kranial
d) Trauma kepala dengan peningkatan tekanan intra cranial
13
6) Tidak lagi membutuhkan tunjangan inotropik,
vasodilator, antiaritmia, atau bila masih di butuhkan,di
gunakan dalam dosis yang rendah dan dapat di berikan
dengan aman di luar ruangan intensif
7) Disretmi jantung terkontrol
8) Pasien dengan hemodialisis kronis atau peritonial
dialisis telah teratasi keadaan akutnya hingga tidak di
butuhkan tindakan khusus lain di luar ruang intensif
9) Staf medik dan keluarga telah melakukan penilaian
bersama dan tidak ada lagi keuntungannya untuk
mempertahankan perawatan di ruang PICU
C. Landasan Hukum
1. Kepmenkes RI No 1333/Menkes/SK/XII/2001 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
2. Kepmenkes RI No 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan
3. Kepmenkes RI No 004/enkes/SK/I/2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
4. Kepmenkes RI No 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
5. Keputusan Menteri KesehatanNomor
1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten /Kota Sehat
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1203/Menkes/SK/XII/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)
di Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri KesehatanNomor
1778/Menkes/Per/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)
di Rumah Sakit
14
BAB III TATA LAKSANA
15
B. Persiapan Penerimaan Pasien
1. Ruang intensif mendapatkan informasi dari IGD/rawat
inap/kamar operasi terkait dengan pasien yang akan
dirawat di ruang intensif
2. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang intensif
terkait dengan kondisi pasien yang akan dirawat di ruang
intensif
3. Perawat ruang intensif menyiapkan fasilitas yang
diperlukan dan menghubungi dokter jaga intensif atau
DPJP untuk rencana tindakan medis
C. Monitoring Pasien
1. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif
dilakukan monitoring tanda- tanda vital selama 24 jam
2. Bila ada gambaran monitoring yang menggambarkan
kelainan, perawat ruang intensif menginformasikan
kepada DPJP/ Dokter jaga ruang intensif
D. Prosedur Medis
1. Dokter penanggung jawab pasien ( DPJP )
menginformasikan indikasi prosedur medis tertentu yang
dibutuhkan pasien kepada penanggung jawab pasien
2. Penanggung jawab pasien menandatangani inform
consent
prosedur tindakan medis
3. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan
yang akan digunakan
4. Perawat menyiapkan pasien dan ruangan yang akan
digunakan
5. Perawat menjelaskan kepada pasien tindakan
yang akan dilakukan
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
7. Tindakan yang telah dilakukan didokumentasikan pada
status pasien
8. Prosedur tindakan medis meliputi tindakan invasif dan
non invasif, pemasangan Endo Tracheal Tube (intubasi),
Extubasi dll
16
E. Balance Cairan
1. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan
balance cairan sesuai dengan lembar flow sheet pasien
2. Balance cairan harus dipantau berkala sesuai indikasi
sesuai degan instruksi DPJP
3. Kondisi pasien yang terkait dengan balance cairan
dilaporkan kepada DPJP sesuai dengan kondisi pasien
4. Instruksi yang terkait dengan balance cairan
diinformasikan sewaktu serah terima dengan shift
berikutnya
F. Rehabilitasi Medik
1. DPJP menginstruksikan untuk dilakukan rehabilitasi
medis dan di tulis pada rekam medis pasien
2. Penanggung jawab pasien diinformasikan oleh DPJP
terkait dengan tindakan rehabilitasi medis
3. Penanggung Jawab pasien menandatangani
inform consent rehabilitasi medis
4. Perawat ruang intensif menghubungi bagian
rehabilitasi medis untuk konfirmasi terkait dengan
rehabilitasi medis pasien
2. INFUSION PUMP
a. Penanggung jawab diinformasikan tentang
indikasi penggunaan infusion pump oleh DPJP
b. Perawat ruang intesif menindaklanjuti tindakan penggunaan
infusion pump
3. SUCTION
a. Penanggung jawab diinformasikan tentang
indikasi penggunaan suction oleh DPJP
17
b. Perawat ruang intesif menindaklanjuti tindakan
penggunaan suction
4. VENTILATOR
a. Pemasangan Ventilator
1) Apabila ada pasien yang memerlukan pemasangan
ventilator, Dokter Penanggung Jawab memberikan
perintah pemasangan ventilator dengan indikasi
tertentu dan ditulis di status rekam medik,
2) Dokter Penanggung Jawab memberi informasi
kepada keluarga pasien, bila keluarga setuju,
keluaga pasien menandatangani formulir
persetujuan tindakan.
3) Perawat penanggungjawab ruangan ICU
menyiapkan alat dan BHP yang dibutuhkan dan
menghubungi dokter anestesi jika sudah siap.
4) Dokter anestesi memberi penjelasan/ informasi
ulang pada keluarga pasien.
5) Dokter anestesi melakukan setting ventilator sesuai
dengan kebutuhan pasien dan disambungkan ke
pasien melalui peralatan airway.
6) Dokter anastesi mengevaluasi efektivitas
ventilator dan respon pasien, lakukan perubahan
setting bila diperlukan
7) Dokter anestesi mendokumentasikan
pemasangan Ventilator di rekam medik.
b. Pelepasan Ventilator
1) Pelepasan/penyapihan ventiltor dilakukan oleh
dokter anestesi dengan penggantian Jackson Rees,
bila pasien mampu dilanjutkan dan bila pasien tidak
mampu bernafas dengan menggunakan Jackson
Rees bisa dikembalikan dengan ventilator.
2) Pelepasan ventilator pada pasien Mati Batang Otak
( MBO ) atau pasien pulang atas permintaan sendiri :
a) Dokter anestesi memberikan informasi kepada
keluarga tentang kejadian yang mungkin muncul
pada pasien akibat pelepasan ventilator.
b) Setelah keluarga mengerti dan setuju, kemudian
keluarga inti (suami/ istri, orang tua, anak, kakak/
18
adik ) mengisi
19
dan menandatangani surat persetujuan pelepasan
ventilator, yang bertanda tangan harus jelas, dan
disaksikan oleh keluarga yang lain.perawat
mengedukasi keluarga tentang proses pelepasan
ventilator (ventilator dilepas di saksikan oleh
keluarga inti di ruang perawatan dimana pasien di
rawat).
c) Setelah Ventilator dilepas maka pasien tidak
dilakukan bagging lagi.
d) Pasien dinyatakan meninggal oleh Dokter
kemudian dilakukan perawatan jenazah.
H. Konsultasi
1. DPJP menginformasikan pada penanggung jawab
pasien terkait dengan konsultasi ke dokter spesialis lain
2. DPJP menuliskan pada rekam medis pasien pada
lembar konsultasi
3. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent
4. Perawat ruang intensif menghubungi dokter spesialis
yang dikonsulkan
5. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang hasil
konsultasi oleh dokter konsultan
6. Hasil konsultasi (instruksi) di tulis di lembar CPPT
kemudian di stempel TBAK dan ditandatangani dalam
kurun waktu 1 kali 24 jam
20
laboratorium dan radiologi untuk penginputan data
21
5. Pasien ditindaklanjuti sesuai dengan jenis pemeriksaan
J. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke Ruang Rawat Inap
a. Perawat intensif menjelaskan proses perpindahan
pasien dan penempatan kamar pasien ke penanggung
jawab pasien
b. Perawat intensif menginformasikan ke ruang
rawat inap untuk penempatan kamar
pasien
c. Perawat ruang intensif menginformasikan perpindahan
pasien ke ruang rawat inap
d. Perawat ruang intensif menyiapkan dokumen rekam medis
2. Pengiriman ke Kamar Bedah Sentral
a. Perawat ruang intensif menginformasikan rencana
operasi kepada perawat di kamar bedah
b. Perawat ruang intensif menyiapkan pasien untuk
tindakan opersai
c. Perawat ruang intensif mengantar pasien ke kamar operasi
3. Pengiriman Rujukan
a. DPJP menginformasikan kepada penanggung
jawab pasien terkait pemeriksaan yang akan
dilakukan atau tindakan merujuk ke rumah sakit
lain
b. Perawat ruang intensif menginformasikan jenis
pemeriksaan atau alasan merujuk ke perawat IGD
Rumah Sakit Rujukan melalui sisrute
c. Penanggung jawab pasien mengisi formulir edukasi
dan form persetujuan tindakan
d. Perawat ruang intensif menghubungi unit ambulance
untuk informasi penggunaan mobil ambulance
4. Pengiriman ke Kamar Jenasah
a. Keluarga pasien dianjurkan untuk menyeleseikan
administrasi
b. Perawat ruang intensif menyiapkan surat keterangan
kematian
c. Perawat ruang intensif menghubungi petugas kamar
jenazah untuk menginformasikan pengambilan jenazah
d. Jenazah diambil oleh petugas kamar jenazah
22
5. Rekam Medis
a. Rekam medis pasien yang meninggal/ pulang/ pindah
rumah sakit dilengkapi oleh DPJP
b. Setelah dilengkapi dikirim ke bagian rekam medis
1x24 jam maksimal 2x24 jam
6. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
a. Kegiatan pelayanan yang di berikan pada pasien ditulis
pada
flow sheet yang sudah tersedia
b. Informasi pasien yang tertulis di dalam flow shett,
dirangkum oleh penangung jawab shift
c. Setiap shift jaga melakukan pelaporan dan serahterima
pasien
23
3. Prosedur Permintaan Alat Kesehatan dan Obat Emergency
24
a. Kepala ruang intensif membuat usulan untuk
perencanaan peralatan yang baru atau peremajaan yang
ditujukan kepada Kasi Bidang Pelayanan Medis dan
Keperawatan
b. Peralatan yang direncanakan untuk diminta harus
disertai dengan spesifikasi yang lengkap.
c. Kasi Bidang Pelayanan Medis dan keperawatan membuat
surat permintaan pengadaan peralatan disertai dengan
spesifikasi yang lengkap dan ditujukan kepada Kepala
Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan
2. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah
sakit
d. Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD )
28
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
N. Keselamatan Kerja
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani
dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu
24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
1. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan
masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi
penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
2. Tindakan yang beresiko terpajan
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
29
3. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam
kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi
individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 6 (Enam) kegiatan
pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
f. Pengecekan laboratorium petugas dilakukan setiap
setahun sekali.
30
BAB
VI
DOK
UME
NTAS
I
1. Laporan Bulanan
Laporan akhir bulan di bulan tersebut atau awal
bulan berikutnya. Komponen laporan bulanan
adalah: patient days/BOR, pencapaian indikator
mutu icu, pelaporan pengendalian infeksi dan,
staff cuti, dan Pendidikan, pengadaan dan
penggunaan peralatan, dan angka kematian.
2. Laporan Tahunan.
Laporan tahunan dibuat setiap tahun yang terdiri
dari 5 bagian yaitu:
32
2. Penetapan sistem pengadaan logistik dan fasilitas
penunjang terkait
3. Penetapan Standar Pelayanan Medis dan Penunjang
Medis (Penerapan Standar Pelayanan Minimal,
Indikator Mutu, dan penyusunan SPO)
4. Penetapan sistem rekruitmen dan pengembangan
ketenagaan
33
B
A
B
V
I
I
P
E
N
U
T
U
P
Ditetapkan di Sengkang
pada tanggal, 18 Juli 2021
27
Lampiran :
Denah ruangan
28 26