NOMOR: /SK/DIRUT/VII/2014
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT INTENSIF
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
1
6. SK Direktur Rumah Sakit Mardi Rahayu No. 063/RS/DIR/SK/X-2010
tentang : Struktur Organisasi Rumah Sakit Mardi Rahayu.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PELAYANAN
INTENSIF RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Kudus
Pada tanggal :25 September 2014
Plt. Direktur Utama,
2
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS MARDI RAHAYU
NOMOR : /PER/DIRUT/VII/2014
TANGGAL : 25 SEPTEMBER 2014
3
Kebijakan Khusus
A. Pelayanan ICU/ICCU/NICU
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan
insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai
dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan
dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter
dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang
terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan
ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive Care Medicine ( KIC, Konsultan
Intensive Care, atau FCCS, ACLS) melalui program pelatihan dan pendidikan
yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :(sebutkan
Subjeknya, siapa yang harus mampu melakukan prosedur)
Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi
mekanis.
Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
4
Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri
Kewenangan / peran :
5
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi darah
8. Infeksi serius/ sepsis
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan
luar rumah sakit :
Tata cara pasien masuk / keluar ICU (kurang spesifik, bagaimana
dengan alur dari IGD? Bagaimana dengan sistem rujukan dari rs lain
atau ke rs lain)
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian
admission.
6
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien(alangkah
baiknya disebut 6 langkah Hand higiene atau ditulis : sesuai kebijakan
keselamatan pasien tentang cuci tangan di RS)
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan
permintaan dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter
konsulen lain berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU
( ini dokter jaga atau Ka.Bag Icu)
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk
selanjutnya di informasikan pada bagian laboratorium
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
(koreksi : DPJP bukankah Dokter spesialis bersangkutan? Seperti dokter Sp.PD, Sp.B ?
sesuaikan dengan kondisi lapangan, jangan formal sekali)
Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU
DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan
dokter spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU
Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus
jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama,
maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di
ICU
DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien
7
Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain
yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan
ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat
dalam Intensif Care Unit
Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan Medis dan Perawat sesegera
mungkin
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan
untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien
1. Ruang Unit Stroke & HDNmenerima rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai
dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan
perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di transfer ke ICU atau
di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
2. Pemasukan dan pengeluaran pasien sesuai dengan indikasi dan kontra indikasi
masuk / keluar HDN dari dalam dan luar rumah sakit
3. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
4. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
UGD dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
5. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter
dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi (DNR).
6. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU atau UGD harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life –
supporting.
8
7. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
8. Kriteria PerawatHDN adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan
ICU dan telah mendapat sertifikat BTCLS melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait dan mampu
melakukan prosedur critical careserta mampu mengelola pasien dalam kondisi
yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai koordinator ketenagaan,
mengatur pelayanan pasien dan pengelolaan sarana prasarana
10. Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab
pasien
11. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
12. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari
DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
13. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang
sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di
informasikan pada bagian terkait
14. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen
(kriteria indikasi masuk dan keluar HDN atau UNIt sTroke belum disebutkan, lalu bagaimana
degan pasien unit stroke yang akan pindah ruangan ke RI atau minta di RI biasa)
C. Pelayanan Perinatologi
1. Ruang Peristi menerima rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan
standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan
intensif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di transfer ke ICU atau di rujuk
ke rumah sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
9
2. Pemasukan dan pengeluaran pasien sesuai dengan indikasi dan kontra indikasi
masuk / keluar Peristi dari dalam dan luar rumah sakit (sebutkan kriterianya)
3. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
4. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau
UGD dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
5. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter
dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi (DNR).
6. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU atau UGD harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life –
supporting.
7. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan-
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
8. Kriteria Perawat Peristi adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan
Resusitasi Neonatus dan telah mendapat sertifikat melalui program pelatihan
dan pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait dan
mampu melakukan prosedur critical care serta mampu mengelola pasien
dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis
9. Fungsi dan kewenangan Penanggung jawab unit intensif sebagai koordinator
ketenagaan, mengatur pelayanan pasien dan pengelolaan sarana prasarana
10. Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab
pasien
11. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
12. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari
DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
13. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang
sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di
informasikan pada bagian terkait
14. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen
15. Memberikan pelayanan BBLR
10
16. Memberikan pelayanan bayi Asfiksia
17. Memberikan pelayanan bayi infeksius
18. Memberikan pelayanan bayi non infeksius
19. Memberikan pelyananan perawatan metode kanguru
20. Memberikan pelayanan home visite/pelayanan perinatal lanjutan
Direktur,
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
11