TENTANG
Menimbang a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
yang memerlukan tindakan anestesi, perlu adanya Pedoman Pelayanan
Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam RSIA Permata Hati;
c. bahwa Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam Rumah
Sakit Permata Hati telah diterbitkan untuk penerapannya di
Rumah Sakit Permata Hati;
d. bahwa untuk hal tersebut butir (a) dan (b) di atas, perlu ditetapkan Pedoman
Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam Rumah Sakit Permata
Hati dengan Keputusan Direktur.
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 1 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Akreditasi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2020
tentang Komite Mutu;
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
KESATU PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI MODERAT DAN DALAM RUMAH
SAKIT PERMATA HATI
KEDUA Mencabut Keputusan Direktur Nomor /SK/RSIA-PH/ /2022 tentang Pedoman
Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam Rumah Sakit Permata Hati
KETIGA
Tujuan Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam Rumah Sakit
Permata Hati agar tercipta pelayanan anestesi sedasi moderat dan d alam
(termasuk pelayanan yang diperlukan untuk kegawatdaruratan) yang standar,
terukur dan aman.
KEEMPAT
Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam Rumah Sakit
Permata Hati sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini digunakan sebagai acuan
bagi rumah sakit untuk melaksanakan pelayanan medis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan pelayanan
yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, peningkatan mutu
kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Rumah sakit sebagai salah satu penyedia
pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang profesional
dan berkualitas. Sejalan dengan upaya tersebut, agar para tenaga kesehatan di rumah sakit dapat memberikan
pelayanan prima bagi para pasiennya, diperlukan adanya suatu pedoman pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Pelayanan anestesi pada hakekatnya harus bisa memberikan tindakan medis yang aman, efektif,
berperikemanuslaan, berdasarkan ilmu kedokteran mutakhir dan teknologi tepat guna dengan
mendayagunakan sumber daya manusia yang berkompeten dan profesional dalam menggunakan peralatan
dan obat-obatan yang sesuai standar, pedoman dan petunjuk profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif
Indonesia.
Pelayanan anestesi di rumah sakit antara Iain meliputi pelayanan anestesi atau analgesi di kamar bedah,
di kamar bersalin, klinik gigi, klinik rawat jalan, gawat darurat, endoskopi, IGD, MIRI/CT scan, ICU, dan cathlab.
Jenis pelayanan yang diberikan Oleh setiap rumah sakit akan berbeda, tergantung dari fasilitas, sarana, dan
sumber daya yang dimiliki Oleh rumah sakit tersebut. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan anestesi di Rumah Sakit, disusunlah Pedoman Penyelenggaraaan Pelayanan
Anestesiologi dan Terapi Intensif di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. RSUD Dr. Moewardi Surakarta
menyediakan pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam untuk memenuhi kebutuhan pasien,
dan pelayanan tersebut memenuhi peraturan perundangundangan dan standar profesi.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dibuatnya pedoman pelayanan anestesi ini adalah agar pelayanan anestesi,
sedasi moderat dan dalam (termasuk pelayanan yang diperlukan untuk kegawat daruratan)
seragam pada seluruh pelayanan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,serta adekuat, reguler dan
nyaman, yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan pelayanan tersebut memenuhi
peraturan perundangundangan dan standar profesi selama 24 jam. Berikut ada ah beberapa
tujuan khusus dibuatnya pedoman dalam pelayanan di rumah sakit
1 Memberikan pelayanan anestesi, analgesi dan sedas secara berperikemanusiaan dan
memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan prosedur medis atau trauma yang
menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stress psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, kardiovaskular dan kesadaran
pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani pembedahan,
prosedur medis, trauma, atau penyakit lain.
3. Melakukan reanimasi/resusitasi (basic, advanced, prolonged life support), pada kegawatan
mengancam nyawa dimanapun pasien berada (Ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang
pulih, ruang terapi intensif/lCU, dan lain-lain).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang
mengalami gangguan atau ancaman nyawa pada pembedahan, prosedur medis, trauma atau
penyakit lain.
5 Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat pembedahan, trauma, maupun
nyeri persalinanan).
6. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri kanker dan penyakit kron'k)
7. Memberikan bantuan terapi pernafasan.
Batasan Operasional
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan
1. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam adalah tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi dalam kerja sama tim meliputi penilaian pra anestesi, durante
anestesi dan pasca anestesi serta pelayanan Iain sesuai bidang anestesi antara Iain terapi
intensif, gawat darurat dan penatalaksaan nyeri. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan
dalam berada dibawah penanggung jawab pelayanan anestesi yang memenuhi peraturan
perundangundanganan.
2 Tim pengelola pelayanan anestesi, termasuk sedasi moderat dan dalam adalah tim
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang dipimpin oleh dokter spesialis anestesi dengan
anggota dokter peserta program pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan/atau dokter
Iain dan penata anestesia dan/atau perawat.
3 Dokter spesialis anestesi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program studi
dokter spesialis Anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui atau Iulusan Iuar negeri dan
yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (S TR) dan Surat Izin Praktek (SIP)
4 Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesiologi adalah dokter yang
sedang menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi.
5 Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan penata anestesi dan perawat dalam ruang lingkup
medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
6. Kewenangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatan yang dilakukan di
dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis tertentu sesuai dengan
peraturan internal rumah sakit.
7. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkahlangkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, berdasarkan standar
kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan pedoman nasional yang disusun,
ditetapkan oleh rumah sakit sesuai kemampuan rumah sakit dengan memperhatikan
sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
8 Pelayanan pra-anestesia adalah penilaian untuk menentukan status medis pra anestesia dan
pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan anestesia.
9. Pelayanan durante anestesia adalah pelayanan anestesia yang dilakukan selama tindakan
anestesia meliputi pemantauan fungsi Vital pasien secara kontinyu
10. Pelayanan pasca-anestesia adalah pelayanan pada pasien pasca anestesia sampai
pasien pulih dari tindakan anestesia.
C. Landasan Hukum
Landasan hukum Pedoman Pelayanan Anestesia Serta Sedasi Moderat dan Dalam adalah
berdasarkan
1. Standar dan pedoman pelayanan anestesiologi Indonesia tahun 2008
2. PERMENKES RI no. 519/MENKES/PER/lll/2011 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif di Rumah Sakit.
3. Pedoman Nasional Pelayanan kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif tahun 2015
4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Penata Anestesi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2019
Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penata Anestesi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
1 Ketua KSM
Ketua KSM dijabat Oleh : dr. Sugeng Budi Santoso. SpAn. KMN
a. Tugas
Mengkoordinir dan memantau kegiatan pelayanan medis sesuai dengan standar
pelayanan profesi. Melaksanakan tugas administrasi b Tanggung jawab
Mengembangkan, menerapkan dan menjaga kebijakan serta prosedur.
Melakukan pengawasan administratif.
Menjalankan program pengendalian mutu dan keselamatan pelayanan Anestesi
yang dilakukan.
Memantau dan mengkaji semua layanan anestesi.
Menetapkan kompetensi, pelatihan dan pendidikan bagi staf medis
Anestesi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan Anestesi.
c. Wewenang
Memberikan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam kepada pasien
RSUD Dr. Moewardi
Memberikan masukan, usul, saran demi kemajuan KSM pada khususnya, dan
RSUD Dr, Moewardi pada umumnya.
d Rencana Kegiatan mengembangkan, menerapkan, dan menjaga
regulasi melakukan pengawasan administratif menjalankan program
pengendalian mutu yang dibutuhkan
- memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
Kebijakan Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam mengacu pada
Pedoman Kebijakan Pelayanan RSUD Dr Moewardi yang diatur dengan SK Direktur Nomor 188.4/5887
A/2020 tentang Kebijakan Pelayanan di RSUD Dr Moewardi, serta diatur secara khusus dengan SK
Direktur No 188.4/5887A/2020 tentang Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam
Rumah Sakit
A. Denah Ruang
Luas (m 2) Lokasi Tahun
No Nama Bangunan I Gedung Lantai Pendirian
B. Standar Fasilitas
Pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam mencakup wilayah
Tempat Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam minimal dengan
fasilitas
Dalam pelaksanaan pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam di RSUD Dr.
Moewardi dilaksanakan secara seragam sesuai kebijakan rumah sakit, oleh karena itu dibawah ini
adalah penjelasan mengenai tatalaksana pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam secara
umum
A. Pertimbangan khusus pemberian anestesi serta sedasi moderat dan dalam pada
1 . Anak
Makanan padat puasa 6 jam, ASI (Air Susu Ibu) dan susu puasa 4 jam, air putih puasa 2 jam.
Pemeriksaan laboratorium cukup darah rutin, pemeriksaan tambahan lain sesuai temuan
klinis.
Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi khusus untuk ukuran anak
Dosis obat sesuai dengan berat badan.
2 Dewasa
3 Geriatri .
Puasa 6 jam sebelum tindakan.
Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi sesuai ukuran dewasa
normal
Pemberian obat diberikan secara titrasi sampai kedalaman anestesi atau sedasi
tercapaidengan monitoring tanda vital.
Evaluasi jantung paru dan organ lain sesuai kondisi klinis pasien termasuk foto
thoraks dan EKG.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium khusus sesuai kondisi pasien.
B. Semua pasien, keluarga, dan pengambil keputusanterhadap tindakan anestesi dan sedasi harus
diberikan informed consent oleh dokter spesialis anestesi atau PPDS anestesi yang
terdokumentasi dalam lembar informed consent. Informasi edukasi yang diberikan terhadap
pasien ataupun keluarga pasien meliputi:
Resiko
Manfaat
Alternatif
Analgesi paska prosedur tindakan
Persyaratan persetujuan khusus bila diperlukan
C. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang pada pelayanan anestesi
melakukan asesmen pra anestesi.
D. Assesmen prasedasi dan praanestesi dilakukan oleh dokter spesialisanestesi, PPDS anestesi,
dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang berkompeten sesuai kebijakan rumah sakit, untuk
mengevaluasi risiko dan ketepatan sedasi dan anestesi pada setiap pasien dan dilakukan segera
sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum dilakukan sedasi dan induksi anestesi. Hasil assesmen
dicatat dalam rekam medis.
E. Penilaian, pelaksana dan penanggung jawab prasedasi, prainduksi, dan pra anestesi adalah dokter
spesialis anestesi dan PPDS anestesi dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang
berkompeten.
F. Pemberi pelayanan anestesi serta sedasi moderat dan dalam diberikan oleh dokter
spesialisanestesi, PPDS anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang berkompeten,
dengan kemampuan
Teknik dan metode anestesi serta sedasi sedang dan dalam
G. Rencana, tindakan anestesi dan teknik yang digunakan dicatat dan didokumentasikan di rekam
medis pasien
H. Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik anestesi didokumentasikan di rekam medis pasien.
Dokter spesialis anestesi dan perawat yang mendampingi / penata anestesi ditulis dalam form anestesi.
J. Monitoring pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam dilakukan oleh dokter spesialis
Anestesi, PPDS anestesi, dibantu Oleh penata anestesi dan perawat yang berkompeten, sesuai
dengan prosedur monitoring, dicatat dalam rekam medis anestesi dan dilakukan secara tepat
sesuai dengan kemampuan:
Pemantauan fisiologi pasien
Merespon komplikasi
Penggunaan agen reversal
Mampu menilai kemampuan penilaian
K. RS menetapkan regulasi untuk menentukan status fisiologis dimonitor selama proses anestesi dan
bedah sesuai dengan panduan praktik klinis dan didokumentasikan di dalam form anestesi.
L. RS menetapkan regulasi untuk memonitor status pasca anestesi setiap pasien, dan dicatat dalam
rekam medis pasien. Pasien dipindah dari ruang pemulihan Oleh staf yang kompeten dan
berwenang, atau berdasarkan kriteria baku yang ditetapkan
M. Pelayanan anestesi setiap pasien direncanakan dan terdapat dokumentasi yang dilakukan Oleh
petugas yang kompeten mengenai rencana anestesi yang digunakan, teknik anestesi, dokter,
perawat, asisten anestesi, ,monitoring status fisiologis pasien secara terus menerus selama
pemberian anestesi, monitoring selama pemul'han sesuai dengan kriteria pemulihan dari sedasi
dan anestesi, dan waktu dimulainya dan diakhirinya pemulihan serta pemindahan pasien dari
tindakan anestesi serta sedasi sedang dan dalam dicatat dalam rekam medis anestesisesuai
dengan kriteria dan kebijakan.
N Antidotum Obat anestesi tersedia di Instalasi Farmasi
Berikut ini adalah tatalaksana pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam di masing-
masing ruang lingkup pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam
Setiap layanan sedasi moderat dan dalam sesuai dengan regulasi rumah sakit baik cara
memberikan dan memantau berdasarkan panduan praktik klinis. Setiap layanan sedasi moderat
dan dalam yang dilakukan Oleh spesialis anestesi sebagai DPJP dan peserta didik harus melalui
proses komunikasi dan pemberian informasi serta mendapat persetujuan sedasi dari pasien atau
keluarga pasien.
2. Pelayanan anestesi
Pelayanan anestesi meliputi pelayanan pra anestesi, durante anestesi, dan pasca anestesi.
Persiapan pra anestesi harus dikerjakan oleh dokter spesialis anestesi atau dokter residen
anestesi yang telah memenuhi syarat secara profesional dan sesuai dengan standar pelayanan
medis segera setelah ada permintaan dari dokter spesialis terkait. Dokter spesialis anestesi atau
residen anestesi melakukan kunjungan ruangan dan melakukan pemeriksaan fisik darah rutin dan
pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan ( laboratorium, foto thorak, EKG, dan lainnya) dan
konsultasi ke dokter spesialis lain sesuai indikasi , menetapkan ASA dan memberikan informed
consent kepada pasien dan keluarga. Memerintahkan kepada perawat ruangan untuk
memuasakan pasien dan memberikan obat premedikasi sesuai instruksi dokter
anestesi.Pelayanan durante anestesi meliputi anestesi umum, regional, dan blok saraf perifer.
Penatalaksanaan anestesi urnum, regional maupun blok saraf perifer harus dikerjakan oleh dokter
spesialis anestesi dibantu dokter residen anestesi yang memenuhi syarat dan penata anestesi
secara legeartis dan profesional sesuai dengan Standar Pelayanan Medis. Persiapan di kamar
operasi meliputi mesin anestesi, alat monitor, laryngoscope, tang magill, pipa endotrakea,
orofaringeal/nasofaringeal airway, mesin pengisap lendir, obat obatan anestesi, dan obat obatan
emergensi. Monitoring Vital sign selama pembiusan baik bius umum maupun regional atau blok
perifer dilakukan setiap 5 menit. Setiap tindakan yang dilakukan dicatat dalam rekam medis,
berupa lembar pra induksi, monitoring anestesia, dan pasca anestesi.
Pelayanan pasca anestesi meliputi monitoring pasien pasca anestesia, penentuan skor pulih saciar
dari anestesia (Aldrette Score untuk pasien pasca anestesi umum dan Bromage score untuk pasien
pasca anestesi regional), melakukan pencatatan didalam rekam medis, dan menentukan
pemindahan pasien ke ruang perawatan baik intensif maupun bangsal perawatan biasa.
3. Pelayanan manajemen nyeri
Pelayanan manajemen nyeri dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dibantu dokter residen
anestesi yang memenuhi syarat. Dapat dilakukan di poliklinik anestesia untuk pasien rawat jalan
atau di bangsal perawatan untuk pasien rawat inap.
Pelayanan meliputi nyeri akut baik pasca operasi atau bukan dan nyeri kronis.
4. Pelayanan poliklinik anestesi
Pelayanan poliklinik ditujukan untuk pasien rawat jalan yang akan menjalani operasi elektif agar
persiapan yang diperlukan untuk anestesi dan operasi lebih baik. Pelayanan poliklinik juga
melayani manajemen nyeri untuk pasien rawat jalan. Konsultasi antar bagian (spesialis lain) dapat
dilakukan bila diperlukan atau sesuai indikasi.
5. Pelayanan terapi intensif di ruang ICIJ
Pelayanan terapi intensif di ruang ICIJ sesuai dengan standar operasional rumah sakit.
6. Laringoskop bayi
14. Stetoskop
18 Infusion standard
21. EKG
26 Patient trolley
27. Scrub up
31 Oxygen concentrate
33. Ventilator
34. Respirator
38 ICU bed
Examination Lamp
39.
40 Mobile sphygmomanometer
44.
Bronkoskop serat optik fleksibel (segala macam
ukuran)
45.
Unit kantong terisi sendiri katup sungkup
(segala macam ukuran)
49 Tourniquet
51 Elektrokardioskop
52.
AC/DC Defibrilator dengan pedal dada dewasa, anak
dan bayi
56. Spirometri
58
Mesin anestesi dengan N20, dilengkapi dengan
ventilator
59.
Sirkuit bisa untuk dewasa, anak dan
Bayi
64
Alat pemantauan frekuensi napas dengan alarm
65 Stetokosp nadi
66 CVP perifer
67 Ultrasonic Nebulizer
71 Anestesia subarachnoid
73. Ultrasonografi
74.
Difficult Airway device seperti video laryngoskop,
lightwand, I-MA C Trach
Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-
Saving Patient Safety Solutions dari World Health Organization (WHO). Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran
menyoroti bagianbagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta
solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem
yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh
Vill
KESELAMATAN KERJA
Untuk keselamatan kerja harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut .
Untuk alat-alat yang menggunakan listrik harus memakai arde dan stabilisator.
2. Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi.
3. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan
ketentuan yang mengacu pada keselamatan pasien.
BAB
IX
PENGENDALIAN MUTU
Program mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam di
laksanakandan di dokumentasikan. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam merupakan suatu
tindakan yang berisiko, karena itu perencanaannya dan pelaksanaannya membutuhkan tingkat kehati-
hatian dan akurasi tinggi. Sehubungan dengan hal itu RS menetapkan program mutu dan keselamatan
pasien pada pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yang merupakan bagian dari program mtltU
dan keselamatan pasien meliputi antara Iain tapi tidak terbatas pada
a) Pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi
b) Proses monitoring status fisiologis selama anestesi
c) Proses monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam
d) Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal / regional ke general.
Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi, bukti proses
monitoring dan evaluasi status fisiologis selama anestesi, bukti proses monitoring dan evaluasi
pemulihan anestesi dan sedasi dalam, bukti evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal /
regional ke general, dan bukti pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien dalam anestesi,
sedasi moderat dan dalam dan diintegrasikan dengan program mutu RS. Kegiatan evaluasi pengendalian
mutu terdiri dari
1 Evaluasi internal
Rapat audit berupa pertemuan tim anestesi yang membahas permasalahan layanan
( termasuk informed consent, keluhan pasien, komplikasi tindakan, efisiensi dan efektifitas
layanan ).
Audit medik dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja keseluruhan pelayanan anestesi
oleh komite medik
2. Evaluasi eksternal
Lulus akreditasi SNARS secara paripurna
3. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Pelayanan Anestesiologi dan Terapi intensif di
Rumah Sakit dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
X
PENUTUP
Pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit ini
hendaknya dijadikan acuan bagi rumah sakit dalam pengelolaan penyelenggaran dan penyusunan
standar prosedur operasional pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di masing — masing rumah
sakit.
BAB
Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar mutu pelayanan
anestesiologi dan keselamatan pasien dapat senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anestesiologi