Menimbang : a. bahwa penggunaan anestesi, sedasi dan intervensi bedah adalah proses
dan prosedur yang kompleks yang membutuhkan asesmen lengkap
dan komprehensif serta perencanaan asuhan yang terintegrasi;
b. bahwa untuk melakukan tindakan/ operasi, dibutuhkan anestesi
sebagai suatu rangkaian kegiatan dari sedasi minimal sampai anestesi
penuh, yang mempunyai risiko tinggi guna mengurangi dan mencegah
resiko ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Karya
Medika II Tambun tentang Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah (
PAB ) di Rumah Sakit Karya Medika II Tambun.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
DAN BEDAH DI RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II TAMBUN.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah pada Diktum Kesatu, sebagai
acuan dalam melaksanakan pelayanan anestesi dan tindakan bedah di
RS Karya Medika II, tertuang dalam lampiran keputusan ini
KETIGA : Pelayanan Anestesi dan Bedah dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien
dan mengutamakan prinsip keselamatan pasien, dengan tujuan :
1. Tersedia pelayanan anestesi dan bedah untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang memenuhi standar di RS Karya Medika II
Tambun, standar nasional dan standar professional
2. Menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien bedah dengan pelayanan
anestesi dengan pemilihan prosedur yang tepat, waktu yang
optimal dan dilaksanakan secara aman.
3. Memenuhi kebutuhan pasien terhadap pelayanan anestesi dan
bedah dengan tujuan mengurangi risiko dan keselamatan pasien
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan.
KELIMA : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan
ini, maka akan diadakan perbaikan dan perubahan sepenuhnya.
Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 16 Agustus 2018
RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II
B. PELAYANAN SEDASI
1. Pemberian sedasi moderat yang diberikan seragam ditempat pelayanan didalam
rumah sakit di kamar operasi secara intra vena tidak bergantung pada berapa
dosisnya.
2. Pemberian sedasi pada pasien harus dilakukan seragam dan sama di semua
tempat di Rumah Sakit Karya Medika II Tambun meliputi :
a. Kualifikasi staf yang memberikan sedasi
b. Peralatan medis yang digunakan
c. Bahan yang dipakai
d. Cara monitoring di rumah sakit
3. Pemberian sedasi terkait pasien dan jenis tindakan yang diberikan akan
menaikkan toleransi pasien terhadap rasa tidak nyaman, rasa sakit dan atau
resiko komplikasi, oleh karena itu Professional Pemberi Asuhan ( PPA ) yang
bertanggung jawab memberikan sedasi harus kompeten dan berwenang dalam
hal :
a. Tehnik dan berbagai macam cara sedasi
b. Farmakologi obat sedasi dan penggunaan zar reversal ( antidot )
c. Memonitor pasien
d. Bertindak jika ada komplikasi
4. Profesional Pemberi Asuhan ( PPA ) yang bertanggung jawab melakukan
pemantauan selama diberikan sedasi harus kompeten dalam :
a. Memonitoring yang diperlukan
b. Bertindak jika ada komplikasi
c. Penggunaan zat reversal ( antidot )
d. Criteria pemulihan
5. Tindakan sedasi ( moderat dan dalam ) cara memberikan dan pemantauannya
berdasarkan atas panduan praktek klinik.
6. Pemberian sedasi moderat dan dalam berpengaruh pada respon pasien,dalam
hal ini faktor yang berpengaruh adalah obat yang dipakai, cara pemberian obat
dan dosis, usia pasien ( anak, dewasa, serta lanjut usia) dan riwayat kesehatan
pasien.
7. Asesmen prasedasi/ pra anestesi dilakukan untuk mengevaluasi risiko dan
ketepatan prosedur sedasi bagi setiap pasien serta dilakukan oleh Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) yang kompeten dan didokumentasikan di formulir
asesmen pra anestesi yang berisi :
a. Mengindetifikasi setiap permasalahan saluran pernafasan yang dapat
b. mempengaruhi jenis sedasi
c. Evaluasi pasien terhadap resiko tindakan sedasi
d. Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan
pasien
e. berdasar atas sedasi yang diterapkan
f. Pemberian sedasi secara aman
g. Mengevaluasi serta menyimpulkan temuan monitor selama dan sesudah
sedasi.
8. Status fisiologis pasien harus dimonitor secara terus menerus selama pemberian
anestesi pada formulir anestesi ( berupa pemantauan tekanan darah dan nadi
setiap 5 menit, frekuensi nafas, pola nafas dan saturasi O2 dilakukan setiap 15
menit ) dan pasca anestesi dilakukan pemantauan kesadaran, tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi nafas, saturasi O2 dan skor Aldrete setiap 15 menit
dengan menggunakan kriteria baku yang mengatur frekuensi minimum dan tipe
monitoringnya oleh dokter spesialis anestesi, sedangkan monitoring anestesi
lokal ( sedasi ringan ) dapat oleh DPJP, dituliskan pada formulir pemantauan
anestesi lokal yang berupa pemantauan tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi
dan pernafasan dilakukan setiap 15 menit.
9. Pasien masih tetap beresiko terhadap komplikasi setelah tindakan selesai,
karena keterlambatan absorsi obat sedasi, terdapat depresi pernafasan dan
kekurangan stimulasi akibat tindakan, maka ditetapkan kriteria pemulihan
pasien yang siap ditransfer dari kamar operasi ke ruang pulih sadar sesuai
dengan instruksi dokter anestesi.
10. Pemantauan pasien selama sedasi dicatat berdasarkan hasil monitoring pada
berkas rekam medis catatan pemantauan anestesi.
11. Pasien, keluarga dan pengambil keputusan diberikan penjelasan tentang risiko,
manfaat, komplikasi, pemberian analgesi pasca sedasi dan alternatif prosedur
anestesi oleh petugas yang kompeten ( dokter anestesi ) terkait tindakan sedasi
sampai dengan mendapat persetujuan tindakan kedokteran yang sudah
disetujui oleh pasien dan keluarga untuk tindakan anestesi dengan menanda
tangani surat persetujuan tindakan anestesi
Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 16 Agustus 2018
RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II
Pjs. Direktur