STANDAR PAB 1
2022
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA
Jl. Gajahmada 11 A, Turibang, Kec. Cepu, Kab. Blora, Jawa Tengah
Tel: (0296) 4271234 Email: rsnucakramedika@gmail.com
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSIA NU CAKRA MEDIKA CEPU
NOMOR : 226/SK/RSIANUCM/IX/2022
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA CEPU TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI
MODERAT DAN DALAM DI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA.
KESATU : Tujuan Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan
Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak Nahdlatul Ulama Cakra Medika
agar terciptanya pelayanan anestesi sedasi moderat dan dalam
termasuk pelayanan yang di perlukan untuk kegawatdaruratan yang
terstandar, terukur dan aman.
KEDUA : Pedoman pelayanan anestesi serta sedasi moderat dan dalam
Rumah Sakit Ibu dan Anak Cakra Medika sebagaimana terlampir
dalam Keputusan ini digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit
untuk melaksanakan pelayanan medis.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan akan ditinjau
kembali apabila ada kekeliruan dalam penetapannya.
Ditetapkan di : Cepu
Tanggal: 17 september 2022 RSIA
NU CAKRA MEDIKA Cepu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit merupakan salah
satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang cepat seiring dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anastesi. Pelayanan
anastesi di rumah sakit antara lain meliputi pelayanan anastesia di kamar bedah
dan diluar kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperatif, penanggulangan
nyeri akut dan kronis. Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.
Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu.
Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan harus bisa
memberikan tindakan medik yang aman, efektif, manusiawi, berdasarkan ilmu
kedokteran mutakhir dan teknologi tepat guna. Rumah sakit harus mempunyai
suatu sistem untuk pelayanan anastesi, serta sedasi moderat dan dalam untuk
melayani kebutuhan pasien, kebutuhan pelayanan klinis yang ditawarkan, serta
kebutuhan PPA yang memenuhi peraturan perundang-undangan dan standart
profesi. Standart pelayanan anestesiologi di rumah sakit terdapat dalam
Kepmenkes nomor 779/Menkes/SK/VIII/2008 yang menyatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan Anestesiologi di Rumah sakit di perlukan
adanya standar pelayanan sebagai acuan Rumah sakit dalam memberikan
pelayanan anastesi.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tujuan adanya pedoman pelayanan anestesi ini adalah agar pelayanan
anstesi, sedasi moderat dan dalam (termasuk pelayanan yang diperlukan
untuk kegawatdaruratan) memiliki acuan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien, dan pelayanan tersebut memenuhi peraturan perundang-
undangan dan standar profesi selama 24 jam.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan anestesi dan sedasi secara berperikemanusiaan
dan memuaskan bagi pasien yang mengalami tindakan anestesi, sedasi
moderat dan dalam serta pembedahan, prosedur medis atau trauma yang
menyebabkan rasa nyeri dan kecemasan.
b. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan,
kardiovaskular, dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau
ancaman nyawa karen menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma
dan penyakit lain.
c. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme
tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa pada
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lainnya.
d. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat
pembedahan, prosedur medis, trauma maupun nyeri persalinan).
e. Mennaggulangi amsalah nyeri kronik.
f. Memberikan bantuan terapi pernafasan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pelayanan anestesi instalasi bedah sentral
Pelayanan anestesi diberikan pada pasien yang menjalani prosedur operasi di
Instalasi Bedah Sentral. Pelayanan anestesi berupa general anestesi, regional
anestesi. Pelayanan anestesi ini dimulai dari pelayanan pra anestesi, durante
anestesi dan pelayanan pasca anestesi.
2. Pelayanan sedasi moderat dan dalam
Pelayanan sedasi diberikan kepada pasien pediatrik dan dewasa pada kasus
Endoskopi, cath lab, kuretase, radio diagnostik, radio terapi, kolonoskopi,
bronkhoskopi, pemberian kemoterapi pada pediatrik dan tindakan
kedokteran lain yang memerlukan tindakan sedasi. Pelaksana pemberi
layanan sedasi yaitu dokter spesialis anestesiologi sebagai DPJP dan tim
didik yang ada dibawah pengawasan DPJP.
3. Pelayanan manajemen nyeri
Pelayanan manajemen nyeri dilakukan pada pasien yang mendenita nyeri
akut pasca operasi maupun nyeri kronis, dapat dilakukan di ruang perawatan.
4. Pelayanan kegawatdaruratan resusitasi
Pelayanan berupa tatalaksana airway, breathing, dansirkulasi terhadap pasien
yang menderita kedaruratan di IGD maupun di ruang perawatan.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam pedoman ini adalah:
1. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam adalah tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dalam kerja sama tim meliputi
penilaian pra anestesi, durante anestesi dan pasca anestesi serta pelayanan
lain sesuai bidang anestesi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan
penatalaksaan nyeri. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam berada
dibawah penanggung jawab pelayanan anestesi yang memenuhi peraturan
perundang-undanganan.
2. Tim pengelola pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam adalah
tim Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesi dengan anggota dokter peserta program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi dan/atau dokter lain dan penata anestesia dan/atau perawat.
3. Dokter spesialis anestesi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis Anestesiologi di institusi pendidikan yang
diakui atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP).
4. Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesiologi
adalah dokter yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis
anestesiologi.
5. Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan penata anestesi dan perawat
daiam ruang lingkup medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
6. Kewenangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatan yang
dilakukan di dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis
tertentu sesuai dengan peraturan internal rumah sakit.
7. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu, berdasarkan standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan
pedoman nasional yang disusun, ditetapkan oleh rumah sakit sesuai
kemampuan rumah sakit dengan memperhatikan sumber daya manusia,
sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
8. Pelayanan pra-anestesia adalah penilaian untuk menentukan status medis
pra-anestesia dan pembenan informasi serta persetujuan bagi pasien yang
memperoleh tindakan anestesia.
9. Pelayanan durante anestesia adalah pelayanan anestesi yang dilakukan
selama tindakan anestesia meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara
kontinyu.
10. Pelayanan pasca-anestesia adalah pelayanan pada pasien pasca anestesia
sampai pasien pulih dan tindakan anestesia.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum pedoman Pelayanan Anestesia Serta Sedasi Moderat dan
Dalam adalah berdasarkan:
1. Undang-undang RI No.29 tahun 2009 tentang Praktik
Kedokteran.
2. Standar dan pedoman pelayanan anestesiologi Kepmenkes nomor
779/Menkes/SK/VIII/2008.
3. PERMENKES RI no. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif di Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 18 Tahun 2016
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Penata Anastesi.
5. Pedoman Nasional Pelayanan edokteran Anestesiologi dan Terapi
Intensif tahun 2015
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penata
Anestesi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Pengaturan Jaga
Staf medis di bagian anestesiologi dan terapi intensif yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam di RSIA NU Cakra
Medika saat ini berjumlah 2 orang . Untuk pengaturan jaga harian terbagi menjadi
2 staf medis di instalasi bedah sentral. Sedangkan untuk pengaturan jaga diluar jam
kerja, KSM anestesiologi dan terapi intensif menugaskan 2 orang staf medis setiap
harinya untuk jaga diluar jam kerja.
Berikut adalah jadwal pengaturan jaga di KSM anestesiologi dan terapi intensif di
RSIA Nahdlatul Ulama Cakra Medika Cepu:
NO. HARI OK IBS
1. Senin
2. Selasa
3. Rabu
4. Kamis
5. Jum’at
6. Sabtu
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
ALUR PELAYANAN DIKAMAR OPERASI
PENJADWALAN OPERASI
MENGHUBUNGI
OPERATOR,
MENERIMATIM,
DAN MENERAPKAN
PROSES
PASIEN DARI
TINDAKAN
UNIT YANG
SESUAI SOP
PEMANTAUAN
KONDISI PASIEN
SETELAH OPERASI
DI RUANG RR
INTENSI
F
TRANSFER PASIEN
RAWAT
INAP
B. Standar Fasilitas
Dalam pelayanan anastesi standart minimal fasilitas yang harus diperhatikan adalah sarana dan
prasarana dalam managemen sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler, untuk sistem lainnya dapat sebagai
pelengkap.
Dalam pelaksanaan pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam di RSIA
NU Cakra Medika Cepu dilaksanakan secara seragam sesuai kebijakan rumah sakit,
oleh karena itu dibawah ini adalah penjelasan mengenai tatalaksana pelayanan anestesi
termasuk sedasi moderat dan dalam secara umum :
A. Pertimbangan khusus pemberian anestesi serta sedasi moderat dan dalam pada
1. Anak
Makanan padat puasa 8 jam, ASI (Air Susu Ibu) dan susu puasa 4 jam, air
putih puasa 2 jam.
Pemeriksaan laboratorium cukup darah rutin, pemeriksaan tambahan lam
sesuai temuan klinis.
Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi khusus untuk
ukuran anak.
Dosis obat sesuai dengan berat badan.
2. Dewasa
Puasa 6 jam sebelum tindakan.
Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi sesuai ukuran
dewasa normal.
Dosis obat sesuai dengan berat badan.
Pemeriksaan penunjang jantung dan paru sesuai temuan klimis. Untuk usia
di atas 40 tahun dilakukan foto thoraks dan EKG.
Pemeriksaan laboratorium cukup darah rutin, pemeriksaan tambahan lain
sesuai temuan klinis.
3. Geriatri
Puasa 6 jam sebelum tindakan.
Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi sesuai ukuran
dewasa normal.
Pemberian obat diberikan secara titrasi sampai kedalaman anestesi atau
sedasi tercapardengan monitoring tanda vital.
Evaluasi jantung paru dan organ lain sesuai kondisi klinis pasien termasuk
foto thoraks dan EKG.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium khusus sesuai kondisi pasien.
Semua pasien, keluarga, dan pengambil keputusan terhadap tIndakan
anestesi dan sedasi harus diberikan informed consent oleh dokter spesialts
anestesi atau PPDS anestesi yang terdokumentasi dalam lembar informed
consent. Informasi edukasi yang diberikan terhadap pasien ataupun keluarga
pasien meliputi:
B. Semua pasien, keluarga, dan pengambil keputusan terhadap tIndakan anestesi dan
sedasi harus diberikan informed consent oleh dokter spesialts anestesi atau PPDS
anestesi yang terdokumentasi dalam lembar informed consent. Informasi edukasi
yang diberikan terhadap pasien ataupun keluarga pasien meliputi:
Resiko
Manfaat
Alternatif
Analgesi paska prosedur tindakan
Persyaratan persetujuan khusus bila diperlukan
C. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang pada pelayanan
anestesi melakukan asesmen pra anestesi.
D. Assesmen prasedasi dan praanestesi dilakukan oleh dokter spesialisanestesi, PPDS
anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang berkompeten sesuai
kebijakan rumah sakit, untuk mengevaluasi risiko dan ketepatan sedasi dan anestesi
pada setiap pasien dan dilakukan segera sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum
dilakukan sedasi dan induksi anestesi. Hasd assesmen dicatat dalam rekam medis.
E. Penilaian, pelaksana dan penanggung jawab prasedasi, prainduksi, dan pra anestesi
adalah dokter spesialis anestesi dan PPDS anestesi dibantu oleh penata
F. Pemberi pelayanan anestesi serta sedasi moderat dan dalam diberikan oleh dokter
spesialisanestesi, PPDS anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang
berkompeten, dengan kemampuan:
Teknik dan metode anestesi serta sedasi sedang dan dalam
Farmakologi obat anestesi dan sedasi serta penggunaan agen reversal
Basic Life Support atau Advance kfe support.
G. Rencana, tindakan anestesi dan teknik yang digunakan dicatat dan
didokumentasikan di rekam medis pasien
H. Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik anestesi didokumentasikan di rekam
medis pasien.
I. Dokter spesialis anestesi dan perawat yang mendampingi / penata anestesi ditulis
dalam form anestesi
J. Monitoring pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam dilakukan oleh dokter
spesialis Anestesi, PPDS anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang
berkompeten, sesuai dengan prosedur monitonng, dicatat dalam rekam medis
anestesi dan dilakukan secara tepat sesuai dengan kemampuan:
Pemantauan fisiologi pasien
Merespon komplikasi
Penggunaan agen reversal
Mampu menilai kemampuan penilaian
K. RS menetapkan regulasi untuk menentukan status fisologrs dimonitor selama proses
anestesi dan bedah sesuai dengan panduan praktik klins dan didokumentasikan di
dalam form anestesi.
L. RS menetapkan regulasi untuk memonitor status pasca anestesi setap pasien, dan
dicatat dalam rekam medis pasien. Pasien dipindah dari ruang pemulihan oleh staf
yang kompeten dan berwenang, atau berdasarkan kriteria baku yang ditetapkan.
M. Pelayanan anestesi setiap pasien direncanakan dan terdapat dokumentasi yang
dilakukan oleh petugas yang kompeten mengenai rencana anestesi yang digunakan,
teknik anestesi, dokter, perawat, asisten anestesi, .monitoring status fisiologis pasien
secara terus menerus selama pemberian anestesi, monitoring selama pemulihan
sesuai dengan knteria pemulihan dari sedasi dan anestesi, dan waktu dimulainya dan
diakhirinya pemulihan serta pemindahan pasien dari tindakan anestesi serta sedasi
sedang dan dalam dicatat dalam rekam medis anestesisesuai dengan kriteria dan
kebijakan.
N. Antidotum obat anestesi tersedia di Instalasi Farmasi. Berikut ini adalah tatalaksana
pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam di masing-masing ruang lingkup
pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam :
1. Pelayanan sedasi moderat dan dalam
Setiap layanan sedasi moderat dan dalam sesuai dengan regulasi rumah sakit
baik cara membenkan dan memantau berdasarkan panduan praktik kkn. Setiap
layanan sedasi moderat dan dalam yang dilakukan oleh spesiaks anestesi sebagai
DPJP dan peserta didik harus melalui proses komunikasi dan pembenan
informasi serta mendapat persetujuan sedasi dan pasien atau keluarga pasien.
2. Pelayanan Aanestesi
Pelayanan anestesi meliputi pelayanan pra anestesi, durante anestesi, dan
pasca anestesi. Persiapan pra anestesi harus dikenakan oleh dokter spesialis
anestesi atau dokter residen anestesi yang telah memenuhi syarat secara
profesional dan sesuai dengan standar pelayanan medis segera setelah ada
permintaan dari dokter spesialis terkait. Dokter spesialis anestesi atau residen
anestesi melakukan kunjungan ruangan dan melakukan pemenksaan fisik darah
rutin dan pemenksaan penunjang lain yang diperlukan ( laboratorium, foto
thorak, EKG, dan lainnya) dan konsultasi ke dokter spesialis lain sesuai indikasi,
menetapkan ASA dan memberikan informed consent kepada pasen dan
keluarga. Memerintahkan kepada perawat ruangan untuk memuasakan pasen
dan membenkan obat premedikasi sesuai instruksi dokter anestesi.
Pelayanan durante anestesi meliputi anestesi umum, regional, dan blok
saraf perifer. Penatalaksanaan anestesi umum, regional maupun blok saraf
perifer harus dikerjakan oleh dokter spesialis anestesi dibantu dokter residen
anestesi yang memenuhi syarat dan penata anestesi secara legeartis dan
profesional sesuai dengan Standar Pelayanan Medis. Persiapan di kamar operasi
meliputi mesin anestesi, alat monitor, laryngoscope, tang magill, pipa
endotrakea, orofaringeal/nasofaringeal airway, mesin pengisap lendir, obat
obatan anestesi, dan obat obatan emergensi. Monitoring Vital sign selama
pembiusan baik bius umum maupun regional atau blok penfer dilakukan setiap 5
menit Setiap tindakan yang dilakukan dicatat dalam rekam medis, berupa lembar
pra induksi, monitoring anestesia, dan pasca anestesi.
Pelayanan pasca anestesi meliputi monitonng pasien pasca anestesia,
penentuan skor pulih sadar dari anestesia (A'drette Score untuk pasien pasca
anestesi umum dan Bromage score untuk pasien pasca anestesi regional),
melakukan pencatatan didalam rekam medis, dan menentukan pemindahan
pasien ke ruang perawatan, baik intensif maupun bangsal perawatan biasa.
3. Pelayanan manajemen nyeri
Pelayanan manajemen nyeri dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
dibantu dokter residen anestesi yang memenuhi syarat. Dapat dilakukan di
bangsal perawatan untuk pasien rawat inap. Pelayanan meliputi nyeri akut baik
pasca operasi atau bukan dan nyeri kronis.
BAB V
LOGISTIK
Berikut adalah daftar logistik yang menunjang pelayanan Anestesi di RSIA NU Cakra
Medika Cepu.
No. Jenis Alat
1. Mesin Anestesi
2. Suction
3. Monitor
4. Syringe pump
5. Infus Pump
6. Troli instrumen
7. Troli linen
8. Steotoskop
9. Tensimeter
10. Thermometer
11. Infusion standard
12. Pulse oxymeter
13. Resusitasi set
14. Ventilator
15. Oxygen
16. Defibrilator with monitor
17. Examination lamp
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
BAB VI
KESELAMATAN
PASIEN
Dalam Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VII 2011 menyatakan bahwa setiap rumah
sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran
Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
a. Ketepatan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif:
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan: dan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Alat-alat yang menggunakan listrik harus memakai stabilisator.
2. Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai pedoman
Pencegahan dan Pengendakan Infeksi.
3. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada keselamatan pasien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi.
bukti proses monitoring dan evaluasi status fisiologis selama anestesi, bukti proses
monitoring dan evaluasi pemulihan anestesi dan sedasi dalam, bukti evaluasi ulang bila
terjadi konversi tindakan dari lokal / regional ke general, dan bukti pelaksanaan
program mutu dan keselamatan pasien dalam anestesi, sedasi moderat dan dalam dan
diintegrasikan dengan program mutu RS. Kegiatan evaluasi pengendalian mutu terdir
dari :
a. Evaluasi internal
Rapat audit berupa pertemuan tim anestesi yang membahas permasalahan
layanan (termasuk informed consent, keluhan pasien, kompiikasi tindakan,
efisiensi dan efektifitas layanan). Audit medik dilakukan secara berkala untuk
menilai kinerja keseluruhan pelayanan anestesi oleh komite medik.
b. Evaluasi eksternal : Lulus akreditasi SNARS secara paripurna.
c. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
intensif di Rumah Sakit dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit ini
hendaknya dijadikan acuan bagi rumah sakit dalam pengelolaan penyelenggaran dan
penyusunan standar prosedur operasional pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di
masing -masing rumah sakit. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama
pimpinan rumah sakit agar mutu pelayanan anestesiologi dan keselamatan pasien dapat
senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang anestesiologi.