Anda di halaman 1dari 28

DOKUMEN AKREDITASI

PELAYANAN ANAESTESI DAN BEDAH

STANDAR PAB 1

POKJA PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH (PAB)

RSIA NU CAKRA MEDIKA

2022
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA
Jl. Gajahmada 11 A, Turibang, Kec. Cepu, Kab. Blora, Jawa Tengah
Tel: (0296) 4271234 Email: rsnucakramedika@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSIA NU CAKRA MEDIKA CEPU
NOMOR : 226/SK/RSIANUCM/IX/2022

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI MODERAT DAN DALAM


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA CEPU

DIREKTUR UTAMA RSIA NU CAKRA MEDIKA CEPU

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien yang memerlukan tindakan anastesi dan
sedasi moderat dan dalam, perlu adanya Pedoman Pelayanan
Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam Rumah Sakit Ibu dan
Anak Nahdlatul Ulama Cakra Medika.
b. Bahwa Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan
Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak Nahdlatul Ulama Cakra
Medika.
c. Bahwa untuk hal tersebut tercantum dalam butir (a) dan (b) diatas,
perlu ditetapkan pedoman pelayanan Anestesi Serta Sedasi
Moderat dan Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak Nahdlatul Ulama
Cakra Medika.
Mengingat : 1. Undang-Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Undang – Undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang-Undang No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan No 779 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Anestesiologi;
8. Surat Keputusan PT Cakra Nusantara Medika Nomor
01/Dir.PTCNM/III/2022 tentang penunjukan sebagai Direktur
Utama Rumah Sakit Ibu dan Anak Nahdlatul Ulama Cakra
Medika Cepu.
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA
Jl. Gajahmada 11 A, Turibang, Kec. Cepu, Kab. Blora, Jawa Tengah
Tel: (0296) 4271234 Email: rsnucakramedika@gmail.com

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA CEPU TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI SERTA SEDASI
MODERAT DAN DALAM DI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK NAHDLATUL ULAMA CAKRA MEDIKA.
KESATU : Tujuan Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan
Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak Nahdlatul Ulama Cakra Medika
agar terciptanya pelayanan anestesi sedasi moderat dan dalam
termasuk pelayanan yang di perlukan untuk kegawatdaruratan yang
terstandar, terukur dan aman.
KEDUA : Pedoman pelayanan anestesi serta sedasi moderat dan dalam
Rumah Sakit Ibu dan Anak Cakra Medika sebagaimana terlampir
dalam Keputusan ini digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit
untuk melaksanakan pelayanan medis.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan akan ditinjau
kembali apabila ada kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Cepu
Tanggal: 17 september 2022 RSIA
NU CAKRA MEDIKA Cepu

dr. Fachrurozi Irsyad, MM


Direktur Rumah Sakit
Lampiran SK Pedoman Pelayanan Anestesi Serta Sedasi Moderat dan Dalam
Nomor 226/SK/RSIANUCM/IX/2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit merupakan salah
satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang cepat seiring dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anastesi. Pelayanan
anastesi di rumah sakit antara lain meliputi pelayanan anastesia di kamar bedah
dan diluar kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperatif, penanggulangan
nyeri akut dan kronis. Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan
kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.
Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar
memberikan pelayanan yang bermutu.
Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan harus bisa
memberikan tindakan medik yang aman, efektif, manusiawi, berdasarkan ilmu
kedokteran mutakhir dan teknologi tepat guna. Rumah sakit harus mempunyai
suatu sistem untuk pelayanan anastesi, serta sedasi moderat dan dalam untuk
melayani kebutuhan pasien, kebutuhan pelayanan klinis yang ditawarkan, serta
kebutuhan PPA yang memenuhi peraturan perundang-undangan dan standart
profesi. Standart pelayanan anestesiologi di rumah sakit terdapat dalam
Kepmenkes nomor 779/Menkes/SK/VIII/2008 yang menyatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan Anestesiologi di Rumah sakit di perlukan
adanya standar pelayanan sebagai acuan Rumah sakit dalam memberikan
pelayanan anastesi.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tujuan adanya pedoman pelayanan anestesi ini adalah agar pelayanan
anstesi, sedasi moderat dan dalam (termasuk pelayanan yang diperlukan
untuk kegawatdaruratan) memiliki acuan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien, dan pelayanan tersebut memenuhi peraturan perundang-
undangan dan standar profesi selama 24 jam.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan anestesi dan sedasi secara berperikemanusiaan
dan memuaskan bagi pasien yang mengalami tindakan anestesi, sedasi
moderat dan dalam serta pembedahan, prosedur medis atau trauma yang
menyebabkan rasa nyeri dan kecemasan.
b. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan,
kardiovaskular, dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau
ancaman nyawa karen menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma
dan penyakit lain.
c. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme
tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa pada
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lainnya.
d. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat
pembedahan, prosedur medis, trauma maupun nyeri persalinan).
e. Mennaggulangi amsalah nyeri kronik.
f. Memberikan bantuan terapi pernafasan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pelayanan anestesi instalasi bedah sentral
Pelayanan anestesi diberikan pada pasien yang menjalani prosedur operasi di
Instalasi Bedah Sentral. Pelayanan anestesi berupa general anestesi, regional
anestesi. Pelayanan anestesi ini dimulai dari pelayanan pra anestesi, durante
anestesi dan pelayanan pasca anestesi.
2. Pelayanan sedasi moderat dan dalam
Pelayanan sedasi diberikan kepada pasien pediatrik dan dewasa pada kasus
Endoskopi, cath lab, kuretase, radio diagnostik, radio terapi, kolonoskopi,
bronkhoskopi, pemberian kemoterapi pada pediatrik dan tindakan
kedokteran lain yang memerlukan tindakan sedasi. Pelaksana pemberi
layanan sedasi yaitu dokter spesialis anestesiologi sebagai DPJP dan tim
didik yang ada dibawah pengawasan DPJP.
3. Pelayanan manajemen nyeri
Pelayanan manajemen nyeri dilakukan pada pasien yang mendenita nyeri
akut pasca operasi maupun nyeri kronis, dapat dilakukan di ruang perawatan.
4. Pelayanan kegawatdaruratan resusitasi
Pelayanan berupa tatalaksana airway, breathing, dansirkulasi terhadap pasien
yang menderita kedaruratan di IGD maupun di ruang perawatan.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam pedoman ini adalah:
1. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam adalah tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dalam kerja sama tim meliputi
penilaian pra anestesi, durante anestesi dan pasca anestesi serta pelayanan
lain sesuai bidang anestesi antara lain terapi intensif, gawat darurat dan
penatalaksaan nyeri. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam berada
dibawah penanggung jawab pelayanan anestesi yang memenuhi peraturan
perundang-undanganan.
2. Tim pengelola pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam adalah
tim Profesional Pemberi Asuhan (PPA) yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesi dengan anggota dokter peserta program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi dan/atau dokter lain dan penata anestesia dan/atau perawat.
3. Dokter spesialis anestesi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis Anestesiologi di institusi pendidikan yang
diakui atau lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP).
4. Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesiologi
adalah dokter yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis
anestesiologi.
5. Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan penata anestesi dan perawat
daiam ruang lingkup medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
6. Kewenangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatan yang
dilakukan di dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis
tertentu sesuai dengan peraturan internal rumah sakit.
7. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-
langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu, berdasarkan standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan
pedoman nasional yang disusun, ditetapkan oleh rumah sakit sesuai
kemampuan rumah sakit dengan memperhatikan sumber daya manusia,
sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
8. Pelayanan pra-anestesia adalah penilaian untuk menentukan status medis
pra-anestesia dan pembenan informasi serta persetujuan bagi pasien yang
memperoleh tindakan anestesia.
9. Pelayanan durante anestesia adalah pelayanan anestesi yang dilakukan
selama tindakan anestesia meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara
kontinyu.
10. Pelayanan pasca-anestesia adalah pelayanan pada pasien pasca anestesia
sampai pasien pulih dan tindakan anestesia.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum pedoman Pelayanan Anestesia Serta Sedasi Moderat dan
Dalam adalah berdasarkan:
1. Undang-undang RI No.29 tahun 2009 tentang Praktik
Kedokteran.
2. Standar dan pedoman pelayanan anestesiologi Kepmenkes nomor
779/Menkes/SK/VIII/2008.
3. PERMENKES RI no. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi
intensif di Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 18 Tahun 2016
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Penata Anastesi.
5. Pedoman Nasional Pelayanan edokteran Anestesiologi dan Terapi
Intensif tahun 2015
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2019 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penata
Anestesi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kuliafikasi Sumber Daya Manusia (SDM)


Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan tugas pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam yang seragam dan terintegrasi di RSIA
Nahdlatul Ulama Ibu dan Anak, dilakukan oleh tenaga medis anestesi yang
kompeten dan berwenang, bertangung jawab untuk mengelola pelayanan anestesi,
sedasi moderat dan dalam yang memenuhi peraturan perundang-undangan.
Pelayanan ini dipimpin oleh kepala anestesiologi dan terapi intensif, dibantu oleh
beberapa dokter anestesi sebagai penanggung jawab tiap bagian serta PPDS anestesi
yang sudah memenuhi standar. Tanggung jawab pelayanan anestesi, sedasi moderat
dan dalam meliputi :
1. Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi
2. Melakukan pengawasan admnistratif
3. Menjalankan program pengendalian mutu yang dibutuhkan
4. Memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
Berikut adatah kualifikasi sumber daya manusia yang dimiliki KSM
Anestesiologi dan Terapi Intensif RSIA NU Cakra Medika untuk melaksanakan
pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam
B. Distribusi Ketenagaan
1. Ketua dijabat oleh : dr.Luthfi
a. Tugas :
 Mengkoordinir dan memantau kegiatan pelayanan anestesi sesuai dengan
standar pelayanan profesi.
 Melaksanakan tugas administrasi
b. Tanggung Jawab
 Mengembangkan, menerapkan dan menjaga kebijakan serta prosedur
 Melakukan pengawasan administratif.
 Menjalankan program pengendalian mutu dan keselamatan pelayanan
anestesi yang dilakukan
 Memantau dan mengkaji semua layanan anestesi
 Menetapkan kompetensi, pelatihan dan pendidikan bagi staf medis
anestesi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan
anestesi.
c. Wewenang
 Memberikan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam kepada
pasien RSIA NU Cakra Medika.
 Memberikan masukan, usul, saran demi kemajuan KSM pada
khususnya, dan RSIA NU Cakra Medika pada umumnya.
d. Rencana kegiatan
 Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi
 Melakukan pengawasan administratif
 Menjalankan program pengendalian mutunyang dibutuhkan
 Memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi, sedasi moderat dan
dalam pada pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam pada
pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam di instalasi bedah
central.
2. Pembantu Penanggung Jawab Pelayanan Anestesi
Pembantu penanggung jawab pelayanan anestesi Instalansi bedah central di jabat
oleh dr. Luthfi Nur Farid Sp.An
a. Tugas
 Sebagai pelaksana dalam melaksanakan pelayanan anestesi dan terapi
intensif di instalasi bedah sentral sesuai dengan protap dan kaidah
waspada dasa netra.
 Sebagai pelaksana dalam mengevaluasi setiap pelayanan anestesi dan
terapi intensif di instalalsi bedah central yang telah dilakukan, kendala
yang timbul, kesesuaian antara rencana dengan kenyataan.
b. Tanggung jawab
 Sebagai koordinator dalam memberikan informed consent kepada pasien
dan keluarga sebelum di lakukan prosedur anestesi.
 Sebagai koordinator dalam melakukan prosedur pelayanan anestesi pada
pasien di Instalasi bedah central.
 Sebagai koordinator dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan
pelayanan anestesi yang dilakukan di IBS.
 Sebagai koordinator dalam pengisian formulir dokumen medis sesuai
petunjuk pengisian yang berlaku di RSIA NU Cakra Medika secara jelas,
lengkap dan benar, sehingga dapat di pertanggung jawabkan sebagai
bukti otentik dari pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien di
Instalasi Brdah Central.
c. Wewenang
 Memberikan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam kepada
pasien RSIA NU Cakra Medika khususnya di instalasi bedah sentral.
 Memberikan masukan, usul, saran demi kemajuan pelayanan khususnya
di instalasi bedah sentral kepada ketua KSM.
d. Rencana kegiatan
 Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi pelayanan anestesi,
sedasi moderat dan dalam di instalasi bedah sentral
 Melakukan pengawasan administratif pelayanan anestesi, sedasi moderat
dan dalam di instalasi bedah sentral
 Menjalankan program pengendalian mutu yang dibutuhkan pada
pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam di instalasi bedah sentral.
 Memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi, sedasi moderat dan
dalampada pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam di instalasi
bedah sentral
3. Pembantu Penanggung Jawab Pelayanan managemen nyeri
Pembantu Penanggung Jawab Pelayanan managemen nyeri dijabat oleh:
dr. Luthfi Nur Farid Sp.An
a. Tugas
 Sebagai koordinator dalam melaksanakan pelayanan Managemen nyeri
sesuai dengan protap dan kaidah waspada dasa netra.
 Sebagai koordinator dalam mengevaluasi setiap pelayanan Managemen
nyeri yang telah dilakukan, kendala yang timbul, kesesuaian antara
rencana dengan kenyataan.
b. Tanggung Jawab
 Sebagai koordinator dalam memberikan informasi (informed consent)
kepada pasien dan keluarga sebelum dilakukan prosedur Anestesi.
Sebagai koordinator dalam melakukan prosedur pelayanan Managemen
nyeri RSIA NU Cakra Medika.
 Sebagai koordinator dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan
pelayanan Anestesi yang dilakukan Managemen nyeri.
c. Wewenang
 Memberikan pelayanan Managemen nyeri kepada pasien RSIA NU
Cakra Medika
 Memberikan masukan, usul, saran demi kemajuan pelayanan khususnya
di Managemen nyeri kepada ketua KSM.
d. Rencana kegiatan
 Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi pelayanan
Managemen nyeri.
 Melakukan pengawasan administratif pelayanan Managemen nyeri
menjalankan. program pengendalian mutu yang dibutuhkan pada
pelayanan Managemen nyeri.
 Memonitor dan evaluasi pelayanan Managemen nyeri

C. Pengaturan Jaga
Staf medis di bagian anestesiologi dan terapi intensif yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam di RSIA NU Cakra
Medika saat ini berjumlah 2 orang . Untuk pengaturan jaga harian terbagi menjadi
2 staf medis di instalasi bedah sentral. Sedangkan untuk pengaturan jaga diluar jam
kerja, KSM anestesiologi dan terapi intensif menugaskan 2 orang staf medis setiap
harinya untuk jaga diluar jam kerja.
Berikut adalah jadwal pengaturan jaga di KSM anestesiologi dan terapi intensif di
RSIA Nahdlatul Ulama Cakra Medika Cepu:
NO. HARI OK IBS

1. Senin

2. Selasa

3. Rabu
4. Kamis

5. Jum’at

6. Sabtu
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
ALUR PELAYANAN DIKAMAR OPERASI

PASIEN DATANG DARI


IG RAWAT INAP V POLI ICU/NIC PERINA

PENJADWALAN OPERASI
MENGHUBUNGI
OPERATOR,
MENERIMATIM,
DAN MENERAPKAN
PROSES
PASIEN DARI
TINDAKAN
UNIT YANG
SESUAI SOP

PEMANTAUAN
KONDISI PASIEN
SETELAH OPERASI
DI RUANG RR
INTENSI
F
TRANSFER PASIEN
RAWAT
INAP
B. Standar Fasilitas

Dalam pelayanan anastesi standart minimal fasilitas yang harus diperhatikan adalah sarana dan
prasarana dalam managemen sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler, untuk sistem lainnya dapat sebagai
pelengkap.

Standart minimal fasilitas yang harus ada adalah :


1. Airway managemen kit
a. Amubage sesuai ukuran
b. Ventilasi Breathing Mask ( VBM)
c. Oro Pharingael Airway (OPA)
d. Naso Paringael Airway (NPA)
e. Laringoskop
f. Endo Tracheal Tube (ETT)
g. Masker oksigen
2. Gas oksigen
Didalam ruang pelayanan anastesi harus tersuplai oksigen, dalam hal ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung
atau oksigen sentral lengkap dengan konektor humidifier.
3. Bedside monitor
Bedside monitor mencakp alat pemantauan saturasi oksigen (oksimetri), alat pengukur tekanan darah
(tensimeter), alat pengukur nadi, alat rekam jantung (ECG minimal 2 lead).
4. Mesin ventilator mekanik
Mesin anastesi yang sudah disesuaikan dengan kondisi lingkungan unit bedah sentral, konektor gas input harus
disesuaikan, selang gas yang sudah diatur beda warna antara oksigen dan nitrogen.
5. Mesin suction
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain: tabung, selang suction dan kateter suction (sesuai
ukuran).
6. Obat emergency
Obat-obatan emergency yang harus tersedia di ruangan pelayanan anastesi atau sedasi, antara lain:
a. Sulfas Atrophine
b. Ephineprin
c. Epedrin
d. Lidokain
e. Dexamethasone
f. Aminophilyne
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Dalam pelaksanaan pelayanan anestesi termasuk sedasi moderat dan dalam di RSIA
NU Cakra Medika Cepu dilaksanakan secara seragam sesuai kebijakan rumah sakit,
oleh karena itu dibawah ini adalah penjelasan mengenai tatalaksana pelayanan anestesi
termasuk sedasi moderat dan dalam secara umum :
A. Pertimbangan khusus pemberian anestesi serta sedasi moderat dan dalam pada
1. Anak
 Makanan padat puasa 8 jam, ASI (Air Susu Ibu) dan susu puasa 4 jam, air
putih puasa 2 jam.
 Pemeriksaan laboratorium cukup darah rutin, pemeriksaan tambahan lam
sesuai temuan klinis.
 Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi khusus untuk
ukuran anak.
 Dosis obat sesuai dengan berat badan.
2. Dewasa
 Puasa 6 jam sebelum tindakan.
 Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi sesuai ukuran
dewasa normal.
 Dosis obat sesuai dengan berat badan.
 Pemeriksaan penunjang jantung dan paru sesuai temuan klimis. Untuk usia
di atas 40 tahun dilakukan foto thoraks dan EKG.
 Pemeriksaan laboratorium cukup darah rutin, pemeriksaan tambahan lain
sesuai temuan klinis.
3. Geriatri
 Puasa 6 jam sebelum tindakan.
 Perlengkapan anestesi, sedasi dan perlengkapan resusitasi sesuai ukuran
dewasa normal.
 Pemberian obat diberikan secara titrasi sampai kedalaman anestesi atau
sedasi tercapardengan monitoring tanda vital.
 Evaluasi jantung paru dan organ lain sesuai kondisi klinis pasien termasuk
foto thoraks dan EKG.
 Dilakukan pemeriksaan laboratorium khusus sesuai kondisi pasien.
 Semua pasien, keluarga, dan pengambil keputusan terhadap tIndakan
anestesi dan sedasi harus diberikan informed consent oleh dokter spesialts
anestesi atau PPDS anestesi yang terdokumentasi dalam lembar informed
consent. Informasi edukasi yang diberikan terhadap pasien ataupun keluarga
pasien meliputi:
B. Semua pasien, keluarga, dan pengambil keputusan terhadap tIndakan anestesi dan
sedasi harus diberikan informed consent oleh dokter spesialts anestesi atau PPDS
anestesi yang terdokumentasi dalam lembar informed consent. Informasi edukasi
yang diberikan terhadap pasien ataupun keluarga pasien meliputi:
 Resiko
 Manfaat
 Alternatif
 Analgesi paska prosedur tindakan
 Persyaratan persetujuan khusus bila diperlukan
C. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang pada pelayanan
anestesi melakukan asesmen pra anestesi.
D. Assesmen prasedasi dan praanestesi dilakukan oleh dokter spesialisanestesi, PPDS
anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang berkompeten sesuai
kebijakan rumah sakit, untuk mengevaluasi risiko dan ketepatan sedasi dan anestesi
pada setiap pasien dan dilakukan segera sebelum induksi anestesi, sesaat sebelum
dilakukan sedasi dan induksi anestesi. Hasd assesmen dicatat dalam rekam medis.
E. Penilaian, pelaksana dan penanggung jawab prasedasi, prainduksi, dan pra anestesi
adalah dokter spesialis anestesi dan PPDS anestesi dibantu oleh penata
F. Pemberi pelayanan anestesi serta sedasi moderat dan dalam diberikan oleh dokter
spesialisanestesi, PPDS anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang
berkompeten, dengan kemampuan:
 Teknik dan metode anestesi serta sedasi sedang dan dalam
 Farmakologi obat anestesi dan sedasi serta penggunaan agen reversal
 Basic Life Support atau Advance kfe support.
G. Rencana, tindakan anestesi dan teknik yang digunakan dicatat dan
didokumentasikan di rekam medis pasien
H. Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik anestesi didokumentasikan di rekam
medis pasien.
I. Dokter spesialis anestesi dan perawat yang mendampingi / penata anestesi ditulis
dalam form anestesi
J. Monitoring pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam dilakukan oleh dokter
spesialis Anestesi, PPDS anestesi, dibantu oleh penata anestesi dan perawat yang
berkompeten, sesuai dengan prosedur monitonng, dicatat dalam rekam medis
anestesi dan dilakukan secara tepat sesuai dengan kemampuan:
 Pemantauan fisiologi pasien
 Merespon komplikasi
 Penggunaan agen reversal
 Mampu menilai kemampuan penilaian
K. RS menetapkan regulasi untuk menentukan status fisologrs dimonitor selama proses
anestesi dan bedah sesuai dengan panduan praktik klins dan didokumentasikan di
dalam form anestesi.
L. RS menetapkan regulasi untuk memonitor status pasca anestesi setap pasien, dan
dicatat dalam rekam medis pasien. Pasien dipindah dari ruang pemulihan oleh staf
yang kompeten dan berwenang, atau berdasarkan kriteria baku yang ditetapkan.
M. Pelayanan anestesi setiap pasien direncanakan dan terdapat dokumentasi yang
dilakukan oleh petugas yang kompeten mengenai rencana anestesi yang digunakan,
teknik anestesi, dokter, perawat, asisten anestesi, .monitoring status fisiologis pasien
secara terus menerus selama pemberian anestesi, monitoring selama pemulihan
sesuai dengan knteria pemulihan dari sedasi dan anestesi, dan waktu dimulainya dan
diakhirinya pemulihan serta pemindahan pasien dari tindakan anestesi serta sedasi
sedang dan dalam dicatat dalam rekam medis anestesisesuai dengan kriteria dan
kebijakan.
N. Antidotum obat anestesi tersedia di Instalasi Farmasi. Berikut ini adalah tatalaksana
pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam di masing-masing ruang lingkup
pelayanan anestesi serta sedasi sedang dan dalam :
1. Pelayanan sedasi moderat dan dalam
Setiap layanan sedasi moderat dan dalam sesuai dengan regulasi rumah sakit
baik cara membenkan dan memantau berdasarkan panduan praktik kkn. Setiap
layanan sedasi moderat dan dalam yang dilakukan oleh spesiaks anestesi sebagai
DPJP dan peserta didik harus melalui proses komunikasi dan pembenan
informasi serta mendapat persetujuan sedasi dan pasien atau keluarga pasien.
2. Pelayanan Aanestesi
Pelayanan anestesi meliputi pelayanan pra anestesi, durante anestesi, dan
pasca anestesi. Persiapan pra anestesi harus dikenakan oleh dokter spesialis
anestesi atau dokter residen anestesi yang telah memenuhi syarat secara
profesional dan sesuai dengan standar pelayanan medis segera setelah ada
permintaan dari dokter spesialis terkait. Dokter spesialis anestesi atau residen
anestesi melakukan kunjungan ruangan dan melakukan pemenksaan fisik darah
rutin dan pemenksaan penunjang lain yang diperlukan ( laboratorium, foto
thorak, EKG, dan lainnya) dan konsultasi ke dokter spesialis lain sesuai indikasi,
menetapkan ASA dan memberikan informed consent kepada pasen dan
keluarga. Memerintahkan kepada perawat ruangan untuk memuasakan pasen
dan membenkan obat premedikasi sesuai instruksi dokter anestesi.
Pelayanan durante anestesi meliputi anestesi umum, regional, dan blok
saraf perifer. Penatalaksanaan anestesi umum, regional maupun blok saraf
perifer harus dikerjakan oleh dokter spesialis anestesi dibantu dokter residen
anestesi yang memenuhi syarat dan penata anestesi secara legeartis dan
profesional sesuai dengan Standar Pelayanan Medis. Persiapan di kamar operasi
meliputi mesin anestesi, alat monitor, laryngoscope, tang magill, pipa
endotrakea, orofaringeal/nasofaringeal airway, mesin pengisap lendir, obat
obatan anestesi, dan obat obatan emergensi. Monitoring Vital sign selama
pembiusan baik bius umum maupun regional atau blok penfer dilakukan setiap 5
menit Setiap tindakan yang dilakukan dicatat dalam rekam medis, berupa lembar
pra induksi, monitoring anestesia, dan pasca anestesi.
Pelayanan pasca anestesi meliputi monitonng pasien pasca anestesia,
penentuan skor pulih sadar dari anestesia (A'drette Score untuk pasien pasca
anestesi umum dan Bromage score untuk pasien pasca anestesi regional),
melakukan pencatatan didalam rekam medis, dan menentukan pemindahan
pasien ke ruang perawatan, baik intensif maupun bangsal perawatan biasa.
3. Pelayanan manajemen nyeri
Pelayanan manajemen nyeri dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
dibantu dokter residen anestesi yang memenuhi syarat. Dapat dilakukan di
bangsal perawatan untuk pasien rawat inap. Pelayanan meliputi nyeri akut baik
pasca operasi atau bukan dan nyeri kronis.
BAB V
LOGISTIK

Berikut adalah daftar logistik yang menunjang pelayanan Anestesi di RSIA NU Cakra
Medika Cepu.
No. Jenis Alat
1. Mesin Anestesi
2. Suction
3. Monitor
4. Syringe pump
5. Infus Pump
6. Troli instrumen
7. Troli linen
8. Steotoskop
9. Tensimeter
10. Thermometer
11. Infusion standard
12. Pulse oxymeter
13. Resusitasi set
14. Ventilator
15. Oxygen
16. Defibrilator with monitor
17. Examination lamp
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
BAB VI

KESELAMATAN
PASIEN

Menurut Permenkes Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 bahwa rumah sakit dan tenaga


kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program dengan mengacu
pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Setiap
rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang
ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
TKPRS yang dimaksud bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit. Keanggotaan
TKPRS terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah
sakit. TKPRS melaksanakan tugas:
1. Mengembangkan program keselamatan paseen di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut.
2. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit.
3. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaan (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit.
4. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk melakukan
pelatihan internal keselamatan passen rumah sakit.
5. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan
solusi untuk pembelajaran.
6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka
pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit.
7. Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.

Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien. Standar


Keselamatan Pasien meliputi (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII 2011):
a. Hak pasien,
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan:
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien: dan
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Dalam Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VII 2011 menyatakan bahwa setiap rumah
sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien. Sasaran
Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut :
a. Ketepatan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif:
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan: dan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan syarat untuk diterapkan di semua


rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran
ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari World Health
Organization (WHO). Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain
sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan pada
solusi-solusi yang menyeluruh.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Alat-alat yang menggunakan listrik harus memakai stabilisator.
2. Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai pedoman
Pencegahan dan Pengendakan Infeksi.
3. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mengacu pada keselamatan pasien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Program mutu di laksanakan dan di dokumentasikan. Pelayanan anestesi, sedasi


moderat dan dalam merupakan suatu tindakan yang berisiko, karena itu perencanaannya
dan pelaksanaannya membutuhkan tingkat kehati-hatian dan akurasi tinggi. Sehubungan
dengan hal itu RS menetapkan program mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam yang merupakan bagian dari program mutu dan
keselamatan pasien meliputi antara lain
a. Pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi
b. Proses monitoring status fisiologis selama anestesi
c. Proses monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam
d. Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal / regional ke general

Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi.
bukti proses monitoring dan evaluasi status fisiologis selama anestesi, bukti proses
monitoring dan evaluasi pemulihan anestesi dan sedasi dalam, bukti evaluasi ulang bila
terjadi konversi tindakan dari lokal / regional ke general, dan bukti pelaksanaan
program mutu dan keselamatan pasien dalam anestesi, sedasi moderat dan dalam dan
diintegrasikan dengan program mutu RS. Kegiatan evaluasi pengendalian mutu terdir
dari :
a. Evaluasi internal
Rapat audit berupa pertemuan tim anestesi yang membahas permasalahan
layanan (termasuk informed consent, keluhan pasien, kompiikasi tindakan,
efisiensi dan efektifitas layanan). Audit medik dilakukan secara berkala untuk
menilai kinerja keseluruhan pelayanan anestesi oleh komite medik.
b. Evaluasi eksternal : Lulus akreditasi SNARS secara paripurna.
c. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
intensif di Rumah Sakit dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman penyelenggaraan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit ini
hendaknya dijadikan acuan bagi rumah sakit dalam pengelolaan penyelenggaran dan
penyusunan standar prosedur operasional pelayanan anestesiologi dan terapi intensif di
masing -masing rumah sakit. Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama
pimpinan rumah sakit agar mutu pelayanan anestesiologi dan keselamatan pasien dapat
senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang anestesiologi.

Anda mungkin juga menyukai