MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Sedasi di Rumah Sakit Charlie
Hospital;
KEDUA : Kebijakan dan Pedoman Pelayanan Anestesi dan Sedasi di
Rumah Sakit Charlie Hospital sebagaimana terlampir dalam
lampiran I dan II yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dengan Surat Keputusan ini;
KETIGA : Kebijakan dan Pedoman ini berlaku sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien di Lingkungan Rumah Sakit
Charlie Hospital;
KEEMPAT : Kebijakan dan Pedoman ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan akan dilakukan evaluasi setiap 3 tahun;
KELIMA : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kendal
Pada tanggal : ............................
DIREKTUR
RS CHARLIE HOSPITAL
BAB I
KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN SEDASI
RUMAH SAKIT CHARLIE HOSPITAL
Pasal 1
Pelayanan Anestesi dan Sedasi
Pasal 2
Penanggung Jawab Anestesi
Pasal 3
Penetapan Program Mutu
Rumah sakit menetapkan program mutu dan keselamatan pasien dalam pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam dilaksanakan dan didokumentasikan dalam
bentuk monitoring dan evaluasi, meliputi:
Pasal 4
Penetapan Pemberian Sedasi Seragam
Rumah sakit menetapkan pemberian sedasi yang seragam di semua tempat di rumah
sakit sesuai perundang-undangan ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan:
Pasal 5
Kompetensi Staf
1. Staf yang terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan hidup lanjut
(advance) harus selalu tersedia dan siaga selama tindakan sedasi dikerjakan.
2. Kompetensi semua staf yang terlibat dalam sedasi tercatat dalam dokumen
kepegawaian.
3. PPA yang bertanggung jawab memberikan sedasi adalah staf yang kompeten
dalm hal:
a. Teknik dan berbagai macam cara sedasi.
b. Farmakologi obat sedasi dan penggunaan zat reversal (antidote-nya).
c. Memonitor pasien.
d. Bertindak jika ada komplikasi.
4. PPA yang bertanggung jawab melakukan pemantauan selama diberikan sedasi
adalah staf yang kompeten dalam hal:
a. Pemonitoran yang diperlukan.
b. Bertindak jika ada komplikasi.
c. Penggunaan zat reversal (anti-dot).
d. Kriteria pemulihan.
5. Seorang staf anestesi yang kompeten melakukan pemantauan pasien selama
sedasi dan mencatat hasil monitor dalam rekam medis.
Pasal 6
Evaluasi Resiko Tindakan Sedasi
Dilakukan asesmen pra sedasi dan dicatat dalam rekam medis untuk evaluasi resiko
dan kelayakan tindakan sedasi bagi pasien yang berisi:
a. Mengidentifikasi setiap masalah saluran pernapasan yang dapat mempengaruhi
jenis sedasi.
b. Evaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi.
c. Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlakukan
pasien berdasar sedasi yang diterapkan.
d. Pemberian sedasi secara aman.
e. Evaluasi dan menyimpulkan temuan dari monitor selama dan sesudah sedasi.
Pasal 7
Edukasi Sedasi
1. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang yang memberikan
keputusan dijelaskan tentang resiko, keuntungan dan alternatif tindakan sedasi.
2. Pasien dan keluarga atau pihak lain yang berwenang diberi edukasi tentang
pemberian analgesi pasca tindakan sedasi.
3. Dokter spesialis anestesi melaksanakan edukasi dan mendokumentasikannya.
4. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yag berwenang yang memberikan
keputusan dijelaskan tentang resiko, keuntungan dan alternatif tindakan anestesi.
5. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang diberi edukasi tentang
pemberian analgesi pasca tindakan anestesi.
6. Dokter spesialis anestesi melaksanakan edukasi dan mendokumentasikannya.
Pasal 8
Dokumentasi
1. Asesmen pra anestesi dilakukan untuk setiap pasien yang akan dioperasi.
2. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
3. Asesmen pra induksi dilakukan untuk setiap pasien sebelum dilakukan induksi.
4. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
5. Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik anestesi didokumentasikan di
rekam medis pasien.
6. Hasil pemonitoran dicatat di form anestesi.
7. Dokter spesialis anestesi dan perawat yang mendampingi / penata anestesi ditulis
form anestesi.
8. Kriteria pemulihan digunakan dan didokumentasikan setelah selesai tindakan
sedasi.
Pasal 9
Pemantauan
1. Jenis dan frekuensi pemantauan selama anestesi dan operasi dilakukan berdasar
status pasien pada pra anestesi, metode anestesi yang dipakai, dan tindakan
operasi yang dilakukan.
2. Pemantauan status fisiologis pasien sesuai dengan panduan praktik klinik.
Pasal 10
Pemonitoran Pemulihan
Ditetapkan di : Kendal
Pada tanggal : .............................
DIREKTUR
RS CHARLIE HOSPITAL