Anda di halaman 1dari 6

RUMAH SAKIT HAPSAH

Jl.UripSumoharjo, No. 10.BoneKodepos 92731


Telepon: 082 347 191 810 / (0481) 2911 811, Email : rshapsah@yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT HAPSAH
No : /SK/DIR/RSH/ /2016
Tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT


RUMAH SAKIT HAPSAH
TAHUN 2016

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS


HAPSAH, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
Intensive Care Unit yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di RS HAPSAHdapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit
di RS HAPSAH;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam poin a dan b, perlu ditetapkan dengan suatu Surat
Keputusan Direktur RS HAPSAH;
Mengingat : 1. Keputusan Badan Pelaksana Rumah Sakit Hapsah Nomor
: /SK/DIR/RSH/ /2016tentang Pengangkatan Direktur RS
HAPSAH;
2. Keputusan Badan Pelaksana Rumah Sakit Hapsah Nomor
: /SK/DIR/RSH/ /2016tentang Perubahan Struktur
Organisasi Rumah Sakit Islam Nashrul Ummah Lamongan;
Memperhatikan : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor
417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT DI RUMAH SAKIT


HAPSAH.
Pertama : Memberlakukan kebijakan pelayanan intensive care unit di RS
HAPSAHsebagai pedoman dalam melaksanakan pelayanan
kepada pasien ICU, sebagaimana terlampir.
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu
penyempurnaan akan diadakan perbaikan dan penyesuaian
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Watampone
Pada tanggal 05 MEI 2016

RUMAH SAKIT HAPSAH


Direktur

dr. ANDI MELDA SAKKIRANG


Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit Hapsah
Nomor : /SK/DIR/RSH/ V /2016
Tanggal: 05 Mei 2016

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT


RUMAH SAKIT HAPSAH

A. Kebijakan Umum
1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,standar
prosedur operasinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati
hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat
rutin bulanan minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

B. Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai
dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan
perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat dirujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada
informed consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU
atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup
pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life –
supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis
tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien
tindakan – tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan
perawatan ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine
(KIC/ Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
a. Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi
mekanis.
b. Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
c. Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
1) Kateter arteri
2) Kateter vena perifer
3) Kateter vena central (CVP)
4) Kateter arteri pulmonalis
d. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
e. Resuitasi kardiopulmoner
f. Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensif sebagai
koordinator pengelolaan pasien
a. Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkanusulan anggota team.
b. Kewenangan / peran :
Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di
ICU, menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.Intervist
memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter
pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang
biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
1) Haemodinamik tidak stabil
2) Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
3) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4) Gangguan atau gagal ginjal akut
5) Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam
nyawa
6) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7) Gangguan koagulasi
8) Infeksi serius
9) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar
rumah sakit:
a. Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register/ pendaftaran di bagian
admission.
b. Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya
c. Indikasi pasien keluar ICU
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi
intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka
pendek jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung
jawab pasien
12. Seluruh fasilitas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non
medis menjadi tanggung jawab kepala ruang termasuk pemeliharaan dan
perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan
dari DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir
yang sudah ditentukan lalu diinput oleh petugas administrasi untuk
selanjutnya diinformasikan pada bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
a. Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
b. Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah
dokter spesialis yang bertugas di ICU
c. DPJP pasien yang dirujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
d. Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan
dokter spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
e. Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk d rawat di ICU harus
jelas apakah akan rawat bersama atau dirujuk. Bila rawat bersama,
maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di
ICU
f. DPJ utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
dibantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien
g. Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau ditulis dalam Intensif Care Unit pasien
h. Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain
yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan
ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat
dalam Intensif Care Unit
i. Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
j. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasienakan diajukan
untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien.

Ditetapkan di Watampone
Pada tanggal 05 MEI 2016

RUMAH SAKIT HAPSAH


Direktur

dr. ANDI MELDA SAKKIRANG

Anda mungkin juga menyukai