Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN

AKSES DAN KONTINUITAS PELAYANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA

JL. GATOT SUBROTO, KEC. TANETE RIATTANG

TELP. (0481) 25252, 291833

KABUPATEN BONE

TAHUN 2022
PEMERINTAH KABUPATEN BONE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA
JL. GATOT SUBROTO, KEC. TANETE RIATTANG, TELP.(0481) 25252, 2918333
WATAMPONE 92714
Email; datupancaitana@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA
KABUPATEN BONE
NOMOR : 4g TAHUN 2022

TENTANG

PEDOMAN AKSES DAN KONTINUITAS PELAYANAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH DATU PANCAITANA

Menimbang : a. bahwa pelayanan pasien diterima sebagai pasien rawat jalan


atau rawat inap berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang telah diidentifikasi maka diperlukan adanya suatu
pedoman yang memberikan petunjuk teknis tentang akses dan
pelayanan kontinuitas di rumah sakit;
b. bahwa untuk menentukan kebutuhan pasien akan pelayanan
darurat, mendesak atau segera diberikan prioritas atau perlu
ditransfer atau dirujuk maka disesuaikan dengan kondisi
pasien pada waktu proses admisi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Pedoman Akses dan
Pelayanan Kontuinitas Rumah Sakit Umum Daerah Datu
Pancaitana dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Datu Pancaitana.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009


tentang kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun
1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 575 /
MENKES / PER / IX / 1989 tentang Persetujuan Tindakan
Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 /
MENKES / PER / III / 2008 tentang Rekam Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001
tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan;
7. Buku Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Rumah
Sakit di sarana Pelayanan Kesehatan, revisi Buku Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis / Medical Record
Rumah Sakit tahun 1991;
8. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DATU PANCAITANA TENTANG PEDOMAN
AKSES DAN KONTINUITAS PELAYANAN RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
PEDOMAN
AKSES DAN KONTINUITAS PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA

1. Pendahuluan
a. Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dengan tugas pokok dan fungsi Kesehatan yang optimal dengan
membentuk sistem pedoman kesehatan yang baik, sistematis dan sesuai dengan
perkembangan Zaman. Sistem Komunikasi Informasi Manajemen kesehatan
yang baik dapat diwujudkan dengan komunikasi informasi yang tepat, cepat,
akurat dan dapat dipercaya, sehingga outputnya dimanfaatkan untuk
kepentingan Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana Khususnya.
b. Komunikasi adalah gerbang dalam mewujudkan segala strategi yang paling
efektif dalam proses penyampaian informasi yang dikehendaki, gagalnya
komunikasi ini menjadi salah satu penyebab awal paling umum dari terjadinya
insiden yang mencelakakan pasien. Dalam menyediakan, mengoordinasikan dan
mengintegrasi layanannya, rumah sakit bergantung pada informasi tentang ilmu
perawatan, tentang pasien keselamatan pasien, perawatan yang telah diberikan,
Rekam Medis pasien, dan kinerja rumah sakit. Seperti layaknya sumber daya
manusia, material dan keuangan, informasi merupakan sumber daya yang harus
diolah secara efektif oleh pimpinan rumah sakit. Setiap rumah sakit berusaha
memperoleh, mengolah, dan menggunakan informasi itu untuk meningkatkan
kesejahteraan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun
individu.
c. Untuk dapat mencerminkan pelayanan kesehatan yang profesional dan
komprehensif maka perlu dibuat pedoman akses ke pelayanan dan kelanjutan
perawatan untuk menjamin adanya kesinambungan pelayanan.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud.
Maksud dari pedoman akses dan kontinuitas pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Datu Pancaitana untuk memberikan kejelasan dalam petunjuk
pelaksanaan proses penerimaan pasien sampai dengan proses pemulangan pasien
sesuai dengan akreditasi rumah sakit.

b. Tujuan.
Tujuan pedoman akses dan kontinuitas pelayanan agar dijadikan sebagai
pedoman pelaksanaan dalam menjamin terjadinya kesinambungan pelayanan
yang diberikan dan menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan
yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana.

1
BAB I

SKRINING PASIEN DI RUMAH SAKIT

Skrining pasien di dalam rumah sakit

Pengertian

Skrining pasien sesuai kebutuhan adalah penerapan tes, upaya mendeteksi terhadap
pasien dengan tujuan untuk menentukan kebutuhan pasien sesuai kondisinya.

Tujuan

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menentukan kebutuhan pasien sesuai


dengan misi dan sumber daya rumah sakit.

Kebijakan

Skrining pasien di Rumah sakit sehingga kesinambungan pelayanan pasien terpenuhi


yang pada akhirnya keselamatan pasien dan mutu pelayanan dapat meningkat.

Prosedur

1. Petugas menerima sesuai prosedur pelayanan pasien di IGD


2. Petugas melakukan anamneses dan pemeriksaan fisik
3. Bila perlu lakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium atau radiologi)
4. Petugas menentukan kebutuhan pasien apakah perlu rawat inap, rawat jalan,
observasi atau dirujuk
5. Bila dirawat tentukan apakah di ruang rawat atau rawat intensif.

Skrining pasien di luar Rumah Sakit

Pengertian

Skrining pasien dari luar rumah sakit adalah pasien yang hendak berobat ke RSUD
Datu Pancaitana dan dilakukan skrining pelayanan yang sesuia dengan keinginan
pasien/ keluarga pasien baik melaui telepon atau perantara lainnya yang bersumber dari
luar rumah sakit.

Tujuan

Sebagai penerapan langka-langkah untuk skrining pasien di luar rumah sakit.

Kebijakan

Skrining pasien dari luar rumah sakit sehingga kesinambungan pelayanan pasien
terpenuhi yang pada akhirnya keselamatan pasien dan mutu pelayanan dapat meningkat.

Prosedur

1. Petugas Rekam medis menerima telpon dari puskesmas rujukan/keluarga pasien


2. Petugas rekam medis menanyakan keperluan pasien/keluarga pasien

2
3. Petugas rekam medis menanyakan kepada keluarga pasien sesuai dengan kebutuhan
pasien
4. Bila pasien:
a. Setuju : Jika pasien menyatakan berseadia memperoleh pelayanan rumah sakit
b. Tidak setuju: Jika pasien menyatakan tidak bersedia memperoleh pelayanan
rumah sakit
5. Pasien
a. Setuju: Perawat mempersiapkan formulir pendaftaran pasein rumah sakit
b. Tidak setuju: Perawat memberikan solusi ke rumah sakit atau layanan
keasehatan yang sesuai dengan keinginan pasein/keluarga

Prosedur Pelayanan Pasien

Pengertian :

Pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat merupakan upaya dalam mengidentifikasi


penyakit atau kelainan pasien di IGD untuk memberikan penanganan yang cepat dan
tepat serta sesuai dengan sumber daya Rumah Sakit.

Tujuan :

1. Sebagai acuan bagi petugas IGD dalam melakukan kegiatan pelayanan pasien di
IGD Umum RSUD Datu Pancaitana
2. Memastikan bahwa pasien mendapat penanganan yang sesuai dengan penyakit dan
kebutuhan pasien serta sumber daya RSUD Datu Pancaitana

Kebijakan :

Pasien yang memerlukan pelayanan dialkukan upaya dalam mengidentifikasi penyakit


atau kelainan pasien di IGD untuk memberikan penanganan yang cepat dan tepat.

Prosedur :

1. Petugas IGD/security menerima pasien yang datang ke IGD Umum RSUD Datu
Pancaitana, baik pasien dengan rujukan maupun tanpa rujukan.
2. Petugas IGD memberikan informasi kepada pasien/keluarga pasien bahwa seluruh
pasien yang masuk Ke IGD harus menunggu 15-20 menit hasil skrining Covid 19
(pemeriksaan antigen) sebelum mendapatkan tindakan selanjutnya dan bersedia
untuk membayar pemeriksaan dan dirujuk ke rs rujukan covid jika didapatkan hasil
skrining covid positif
3. Petugas IGD menerima pasien menggunakan APD level 2 di kamar isolasi
4. Petugas IGD melakukan skrining Covid-19 kepada pasien di kamar isolasi
5. Dokter jaga IGD membuat pengantar pemeriksaan penunjang (rapid antigen)
6. Petugas laboratorium mengambil sampel dan pemeriksaan
7. Jika hasil skrining:
- Menunjukkan gejala dan tanda ke arah Covid-19 (demam, batuk, sesak, lemas,
kadar SpO2 < 95%, hasil rapid antigen positif), setelah diperiksa oleh Dokter
IGD, pasien akan dirujuk ke RS rujukan Covid-19 (RSUD Tenriawaru / RS
Yasin)
- Tidak menunjukkan gejala dan tanda ke arah Covid-19, keadaan umum baik,
tidak memiliki komorbid, namun hasil rapid antigen positif, setelah diperiksa oleh
Dokter IGD, pasien diarahkan untuk isolasi mandiri di rumah, memberikan
edukasi kepada pasien untuk menerapkan Gerakan 5 M (memakai masker,

3
mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menghindari
kerumunan, membatasi mobilitas dan interaksi)
- Tidak menunjukkan gejala dan tanda ke arah Covid-19, hasil rapid antigen
negatif, pasien dipindahkan ke ruang observasi IGD.
8. Petugas IGD mengukur tanda-tanda vital pasien
9. Petugas IGD menentukan kriteria triase, kemudian memberi tanda checklist pada
kolom lembar triase berdasarkan tingkat kegawatdaruratan pasien.
10. Waktu tanggap pelayanan di IGD dilakukan dalam waktu < 5 menit
11. Dokter jaga IGD melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kepada pasien
12. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti EKG sesuai
indikasi
13. Dokter jaga IGD menghubungi dokter spesialis sebagai DPJP sesuai jadwal dan
mengkonsultasikan hasil pemeriksaan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang)
14. Petugas IGD menjalaskan hasil konsultasi DPJP kepada pasien dan keluarga pasien
termasuk terapi dan rencana tindakan medis
15. Keluarga pasien melengkapi status rawat inap di bagian Admission
16. Pasien ditranser ke ruang perawatan

Prosedur Triase

Pengertian:

Proses triage pasien adalah suatu proses seleksi pasien Instalasi Gawat Darurat agar
tindakan berikutnya atau tindakan selanjutnya sesuai dengan kondisi pasien.

Tujuan:

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani pasien dengan cepat,


cermat, dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada “Time Saving is Live Saving, the
Right Patient to The Right Place at the Right Time serta melakukan yang terbaik untuk
jumlah terbanyak“

Kebijakan:

Pasien emergensi atau yang memerlukan pelayanan segera diberikan prioritas untuk
pemeriksaan dan pengobatan.

Prosedur:

1. Pasien yang datang,dibawa oleh petugas keruang triase


2. Lakukan seleksi pasien secara cepat dan tepat oleh dokter/perawat, kemudian pasien
di beri label warna yang sesuai dengan kegawat daruratannya
3. Tempatkan pasien di ruangan sesuai dengan kasusnya untuk mendapatkan tindakan
pemeriksaan dan pengobatan selanjutnya:
a. Luka-luka di ruang tindakan bedah
b. Tindakan resusitasi di ruang resusitasi
c. Non bedah di ruang tindakan non bedah
4. Waktu tanggap ≤ 5 menit
5. Lakukan klasifikasi pasien pada ruang triase
a. Prioritas I (prioritas tertinggi) label warna merah
1. Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah

4
2. Mempunyai kesempatan hidup yang besar
3. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi.
4. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorax, syok hemoragik,
luka terpotong pada tangan dan kaki, combustio (luka bakar) tingkat II dan II
> 25%
b. Prioritas II (medium) label warna kuning
1. Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani
dalam jangka waktu singkat
2. Penangan dan pemindahan bersifat jangan terlambat
3. Penderita dengan keadaan akut tapi tidak gawat
4. Contoh : patang tulang besar tanpa disertai syok, combustio (luka bakar)
tingkat II dan II < 25%, trauma thorax/abdomen tanpa disertai syok, laserasi
luas, trauma bola mata
c. Prioritas III (rendah) label warna hijau
1. Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera
2. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir
3. Untuk penderita yang tidak akut dan tidak gawat
4. Contoh : luka supperficial, luka-luka ringan, dll
d. Prioritas 0 warna hitam Pasien/ korban mendapat prioritas pelayanan dengan
urutan warna: Merah, Kuning, Hijau, Hitam.
6. Pasien kategori triage Merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan
UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut pasien dapat dipindahkan
ke Kamar Operasi atau dirujuk ke RS lain.
7. Pasien kategori triage Kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien kategori triage
Merah selesai ditangani.
8. Pasien kategori triage Hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila
memungkinkan dapat dipulangkan.
9. Pasien kategori triage Hitam jika sudah dinyatakan meninggal maka dipindahkan ke
Kamar Jenazah.

Kriteria Masuk/Pindah ICU

Kriteria masuk ICU harus disusun berdasarkan masalah klinis, harapan untuk pulih
kembali dan keuntungan terapi intensif. Dokter perujuk atau pemilik pasien
bertanggung jawab untuk meminta perawatan lain jika telah memenuhi kriteria pindah.
Semua pasien yang dirawat di ruang ICU harus sesuai dengan indikasi dan kriteria yang
telah ditetapkan.

a. Indikasi Masuk ICU

Yang memerlukan perawatan di ICU adalah pasien dengan krisis atau kegagalan pada:

• Sistem pernapasan
• Sistem hemodinamik
• Sistem syaraf pusat
• Sistem endokrin dan metabolik
• Overdosis obat, reaksi obat dan keracunan
• Sistem pembekuan darah

5
• Infeksi berat (sepsis)

Indikasi Pasien masuk ICU dapat dibagi menjadi 3 prioritas, yaitu :

Prioritas I

Pasien kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan tindakan terapi intensif dan agresif
untuk mengatasinya, seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif dan lain-lain.
Pada pasien seperti ini terapi tidak dibatasi (do everything ), Contoh: edema paru, status
convulsivus, septic shock.

Prioritas II

Pasien golongan ini pada saat masuk tidak dalam keadaan kritis tetapi kondisi klinisnya
membutuhkan pemantauan intensif baik secara invansif maupun non invasif atau
keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital.
Pada pasien seperti ini terapi juga tidak dibatasi. Misalnya:
• Pasca bedah ekstensif,
• Pasca henti jantung dalam keadaan stabil,
• Pasca bedah jantung dan pasca bedah dengan penyakit jantung

Prioritas III

Pasien dalam keadaan kritis dengan harapan kecil untuk penyembuhannya. Pasien
kelompok ini memerlukan terapi intensif terbatas untuk mengatasi krisis penyakit, tetapi
tidak dilakukan terapi invasif seperti intubasi dan resusitasi (do something).
Misalnya: pasien dengan metastase keganasan, penyakit jantung dan paru terminal
dengan komplikasi akut.

Pasien-pasien tersebut dibawah ini tidak memerlukan perawatan di ICU:

• Pasien mati batang otak (MBO), kecuali donor organ.


• Pasien koma dengan keadaan vegetatif yang permanen.
• Pasien dalam stadium akhir (end-stage) dari suatu penyakit.
• Pasien yang menolak peberian terapi bantuan hidup.

b. Indikasi Keluar ICU

Pasien prioritas I dipindahkan keluar ICU jika tidak membutuhkan lagi terapi yang
intensif atau terapi mengalami kegagalan sehingga prognosis buruk dan terdapat sedikit
kemungkinan untuk pulih kembali.

Pasien prioritas II dipindahkan keluar IBU jika hasil pemantauan intensif menunjukkan
bahwa terapi intensif dan monitoring khusus tidak diperlukan lagi atau apabila terdapat
pasien prioritas I yang memerlukan perawatan.

Pasien prioritas III dipindahkan jika terapi intensif tidak dibutuhkan lagi, dan dapat
dipindahkan lebih awal jika diketahui kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil
atau keuntungan terapi sangat sedikit.

Pasien-pasien yang tidak banyak memperoleh keuntungan terapi intensif, antara lain:

6
• Pasien tua dengan kegagalan 3 sistem organ yang tidak memberi respon dalam
72 jam setelah terapi intensif.
• Pasien mati batang otak atau koma non traumatik yang menyebabkan keadaan
vegetatif menetap.
• Pasien penyakit paru menahun stadium lanjut, penyakit jantung terminal, atau
metastase luas dari keganasan yang tidak respon terhadap terapi intensif dan
tidak terdapat terapi lain.

Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif

Penilaian kebutuhan pasien dilakukan pada Asessment Awal untuk menentukan


kebutuhan preventif/ paliatif/ kuratif/ rehabilitative yang sesuai dengan kondisi pasien.

Waktu tunggu pelayanan/ penundaan pelayanan

Waktu yang dipergunakan oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan dan
rawat inap dari tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter.
Lamanya waktu yang ditunggu ditetapkan melalui standar pelayanan minimal.
Waktu tunggu yang lama beresiko menurunkan kepuasan pasien dan dapat
menurunkan mutu pelayanan kesehatan. (Prosedur pemberian informasi tentang
penundaan pelayanan ada di Manajemen Komunikasi dan Informasi).

7
BAB II
REGISTRASI DAN ADMISI DI RUMAH SAKIT

Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan
berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan
pada misi serta sumber daya rumah sakit yang ada.

Asesmen untuk menilai kebutuhan pelayanan dilakukan dirawat jalan dan rawat inap
yaitu: Proses Penilaian Medis dan Keperawatan Rawat Inap, Proses Penilaian Awal
Medis dan Keperawatan Rawat Jalan Terintegrasi.

Pendaftaran pasien gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, observasi pasien, pengelolaan
pasien bila tidak tersedia tempat tidur

1. Pendaftaran Pasien Gawat Darurat


Pengertian:
Prosedur penerimaan pasien unit gawat darurat merupakan tata cara penerimaan
pasien kasus gawat darurat yang akan menerima pelayanan segera agar dapat
berjalan teratur, tertib dan aman serta untuk mengurangi waktu tunggu pasien.

Tujuan:
a. Tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana.
b. Tersedianya pedoman bagi petugas terkait terhadap pelayanan kesehatan
pasien.
c. Terciptanya ketertiban dan kenyamanan pelayanan pasien.

Kebijakan:

a) Setiap pasien yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan harus melalui


tempat pendaftaran pasien.
b) Prosedur:
c) Pasien diberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan.
d) Keluarga/pengantar pasien mendaftar di tempat pendaftaran pasien.
e) Petugas pendaftaran menanyakan apakah pasien pernah berobat ke Rumah
Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana.
a. bila pernah diminta kartu berobat untuk diinput.
b. bila belum dibuatkan kartu berobat.
c. bila sudah tetapi hilang ditanyakan nama dan tanggal lahir untuk dicek
ulang datanya pada folder Register pasien di komputer

2. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan


Pengertian :
Prosedur penerimaan pasien rawat jalan merupakan tata cara penerimaan pasien
yang akan berobat ke poliklinik agar dapat berjalan teratur, tertib dan aman serta
untuk mengurangi waktu tunggu pasien.

Tujuan :
a. Tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana.

8
b. Tersedianya pedoman bagi petugas terkait terhadap pelayanan kesehatan pasien.
c. Terciptanya ketertiban dan kenyamanan pelayanan pasien.

Kebijakan :
Setiap pasien yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan harus melalui tempat
pendaftaran pasien.

Prosedur:

a) Petugas Pendaftaran menyapa pasien/keluarga dan menanyakan apakah sudah


pernah berobat atau belum dan memberikan kartu antrian serta
mempersilahkan duduk di ruang tunggu pendaftaran .
b) Untuk pasien lama (yang sudah mempunyai no. Rekam Medis) petugas
pendaftaran akan memeriksa kelengkapan identitas, surat pengantar dan
menginput data dan no. Rekam Medis.
c) Pasien diberitahu untuk menunggu di Poliklinik yang akan dituju.
d) Petugas pendaftaran akan menyiapkan dan mengantar berkas ke Poliklinik
e) Pasien mendapatkan pelayanan di poliklinik dimaksud.
f) Pendaftaran pasien baru (yang belum memiliki no. Rekam Medis), pasien
diwawancarai oleh petugas pendaftaran tentang identitas dirinya.
g) Petugas pendaftaran pasien memasukkan data/ identitas diri pasien ke dalam
sistem komputerisasi.
h) Petugas pendaftaran pasien membuat kartu berobat yang berisi identitas pasien
yang telah dilengkapi dengan nomor rekam medis pasien yang bersangkutan,
yang akan berlaku selama 5 tahun.
i) Petugas memberikan kartu berobat yang harus dibawa setiap kali pasien ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Datu
Pancaitana.
j) Pasien menuju ke poliklinik yang dituju.

3. Pendaftaran Pasien Rawat Inap


Pengertian :
Prosedur penerimaan pasien rawat inap merupakan tata cara penerimaan pasien
yang akan dirawat agar dapat berjalan teratur, tertib dan aman serta untuk
mengurangi waktu tunggu pasien.
Tujuan:
a. Tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana.
b. Tersedianya pedoman bagi petugas terkait terhadap pelayanan kesehatan
pasien.
c. Terciptanya ketertiban dan kenyamanan pelayanan pasien.

Kebijakan :

Setiap pasien yang akan menjalani rawat inap atas perintah dokter atau kondisi
kesehatannya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus melalui tempat
pendaftaran pasien rawat inap

Prosedur :

9
a) Menyapa pasien/ keluarga pasien dengan selamat pagi, siang, sore dan
malam ada yang bisa di bantu.
b) Mempersilahkan pasien/ keluarga pasien untuk duduk, bila dibutuhkan
perawat poliklinik / UGD membantu mendampingi keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi pendaftaran sementara pasien ditangani secara
medis.
c) Tanyakan apakah ada surat pengantar Rawat Inap,rujukan atau tidak ?
d) Tanyakan apakah ada asuransi penjamin atau tidak?
e) Jika pasien swasta, tanyakan kepada pasien/keluarga pasien kelas ruang
perawatan yang diinginkan, dengan menunjukkan daftar harga ruang Rawat
Inap
f) Jelaskan harga kamar dan fasilitasnya.
g) Jika pasien memiliki kartu jaminan,tanyakan kepada pasien apakah akan
menempati ruang rawat sesuai haknya atau mau naik kelas.
h) Petugas menginput identitas pasien dari data kartu berobat.
i) Jelaskan kepada pasien dan penanggung jawab pasien mengenai biaya-
biaya, tata tertib dan persetujuan umum serta peraturan yang ada di Rumah
Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana.
j) Jelaskan pada pasien/keluarganya untuk berkomunikasi dengan dokter
penanggung jawab pelayanan atau perawat bila membutuhkan
privasi,pelayanan kerohanian dan hal hal lainnya selama dalam perawatan
k) Petugas Pendaftaran berkoordinasi dengan perawat UGD untuk
memakaikan gelang identitas pasien di ruang triase.

4. Observasi Pasien
Pengertian :
Pasien dengan kondisi tidak stabil tidak boleh dilakukan transportasi, pasien
dipertahankan pada tempat tersebut untuk dilakukan observasi dan monitoring
kondisi pasien.

Prosedur :
a) Dokter jaga memutuskan pasien yang memerlukan observasi.
b) Observasi dilakukan oleh Dokter Jaga dan Perawat.
c) Observasi dilakukan tiap 5-60 menit sesuai dengan tingkat kegawatdaruratan.
d) Hal yang perlu diobservasi:
a. Keadaan umum pasien.
b. Kesadaran pasien.
c. Airway (jalan nafas).
d. Tanda-tanda vital.
e) Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk maka perawat yang
melakukan observasi akan melaporkan kepada Dokter Jaga.
f) Dokter jaga melakukan Re&Asessment terhadap kondisi pasien.
g) Observasi kepada pasien di ruang UGD dilakukan maksimal dalam waktu 8
(delapan) jam selanjutnya diputuskan apakah pasien boleh pulang/ masuk rawat
inap/ rumah sakit lain.
h) Jika pasien diputuskan untuk masuk rawat tetapi tempat tidak tersedia
maka mengikuti prosedur penitipan pasien.

10
i) Perkembangan pasien selama observasi dicatat dalam lembar observasi pasien.

5. Pengelolaan pasien bila tidak tersedia tempat tidur


Pengertian:
Menitipkan pasien ke tempat perawatan lain di dalam lingkungan rumah sakit
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan perawatan dikarenakan tidak tersedianya
ruang perawatan yang sesuai dengan keinginan pasien.

Tujuan:
a. Pasien mendapat perawatan sesuai dengan kebutuhan.
b. Rumah sakit memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sesuai
kemampuan yang dimiliki.
c. Rumah sakit tidak menelantarkan pasien.

Kebijakan:

Pasien diterima di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang
dimiliki oleh rumah sakit.

Prosedur:

a) Pasien dapat dititipkan pada kamar lain pada ruangan yang sama bila kamar
yang dituju tidak dapat dimasuki oleh pasien.
b) Jika sudah tersedia tempat tidur yang sesuai dengan kamar pasien maka segera
dipindahkan ke tempat yang dimaksud.
c) Pada ruangan yang sama tidak bisa maka pasien dititipkan pada ruangan lain
yang sesuai dengan kategori administrasi ataupun kasus penyakitnya.
d) Jika sudah tersedia tempat tidur yang sesuai dengan kamar (penyakit
pasien) maka segera dipindahkan ke tempat yang dimaksud.
e) Menitipkan pasien pada kamar lain ataupun ruang rawat lain dengan
mengetahui tertulis dari kepala ruangan (dituliskan mengetahui kepala ruangan
dan diberi paraf kepala ruangan pada lembar catatan terintegrasi) diluar jam
kerja persetujuan bisa diberikan oleh Pengawas Perawatan.
f) Jika tidak ada tempat tidur perawatan yang tersedia di Rumah Sakit Umum
Daerah Datu Pancaitana maka pasien direncanakan dirujuk ke Rumah Sakit
lain sesuai permintaan pasien yang memiliki sarana sesuai kebutuhan pasien
dengan prosedur merujuk pasien.

General Concent/ Persetujuan Umum

Pedoman pemberian General Concent/ Persetujuan Umum:

1. Pemberian informasi mengenai persetujuan umum di lakukan pada saat


mendaftar di pendaftaran.
2. Penjelasan informasi umum dilakukan oleh petugas Rekam Medis di
pendaftaran.
3. Setelah diberikan penjelasan pasien/ keluarga menandatangani tanda telah
mengerti dan memahami.

11
4. Petugas yang memberikan penjelasan juga harus menandatanganinya.
5. Orang yang dianggap memiliki tanggung jawab orang tua/ pengganti pemberi
persetujuan dalam keadaan pasien tidak kompeten:
a. Orang tua si anak, bila si anak lahir sebagai anak dari pasangan suami istri
yang sah.
b. Ibu si anak, bila si anak lahir dari pasangan yang tidak sah (hubungan
perdata dengan si ibu).
c. Wali: orang tua angkat, atau Lembaga Pengasuh yang sah berdasarkan UU
No. 23 tahun 2004 tentang Perlindungan anak.
d. Orang yang secara adat/ budaya dianggap sebagai wali si anak, dalam hal
tidak terdapat yang memenuhi a, b dan c.
e. Dokter tidak dibebani kewajiban untuk membuktikan hal-hal di atas, bila
ragu-ragu maka dokter dapat meminta keterangan kepada pihak-pihak yang
berwenang.

Lampiran : Cormulir General Concent/ Persetujuan Umum.

Mengatasi Hambatan dalam Penerimaan Pasien

Pengertian:

Upaya yang dilakukan oleh rumah sakit untuk mengatasi adanya kendala dalam
memberikan pelayanan terutama saat penerimaan pasien.

Tujuan:

Didalam proses penerimaan pasien kendala yang mungkin terjadi telah diantisipasi
terlebih dahulu.

Kebijakan:

Dalam memberikan pelayanan rumah sakit berusaha mengurangi kendala fisik, bahasa
dan budaya serta penghalang lainnya yang dapat mengganggu atau menimbulkan
permasalahan dalam proses penerimaan pasien.

Prosedur:

1. Upaya mengurangi kendala fisik:


a. Menyediakan kursi roda yang bisa digunakan oleh pasien jika ingin berobat
pada lobby rumah sakit.
b. Memberikan lampu penerangan pada area loket pendaftaran.
c. Koridor rumah sakit yang cukup lebar.
2. Upaya mengurangi kendala bahasa dan budaya dengan adanya daftar nama
penterjemah bahasa asing dan bahasa daerah.
3. Upaya mengurangi kesalahan arah tempat tujuan:
a. Penunjuk arah yang mudah dibaca.
b. Adanya penunjuk arah disetiap persimpangan.
c. Pemberian warna gedung.

12
BAB III
YAN BERKESINAMBUNGAN

Pedoman Kontinuitas Pelayanan

Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan layanan
perawatan pasien yang berkesinambungan di rumah sakit dan mengkoordinasikan kerja
antar praktisi perawatan kesehatan.

Setiap pasien yang dirawat harus memiliki seorang DPJP yaitu Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan dan Case Manager yaitu perawat yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan pasien dalam merawat pasien tersebut dan memberikan asuhan medis sesuai
Standar Pelayanan yang telah ditetapkan.

Bila pasien dirawat bersama oleh beberapa dokter dari berbagai disiplin ilmu harus
segera ditunjuk seorang DPJP utama dan satu lebih DPJP tambahan sesuai dengan
bidang penyakit yang terkait menangani pasien tersebut.

Pasien yang pindah/ alih rawat ke ruang perawatan lain DPJP bisa saja tidak berubah
tetapi Case Manager berubah terjadi peralihan Case Manager sesuai dengan ruang rawat
tempat pasien berada.

Lampiran:
Pedoman Penyelenggaraan dan Penerapan DPJP. Uraian Tugas Case Manager.
Formulir DPJP dan Case Manager, Pengelolaan alur pasien yaitu:
a. Ketersedian tempat tidur rawat inap;
1) Petugas RM memonitoring ketersediaan tempat tidur di ruang rawat inap
2) Petugas ruang rawat inap melaporkan jumlah tempat tidur yang tersedia
3) Petugas RM mencatat jumlah kamar yang terisi dan kamar yang kosong
memasukkannya dilayar informasi yang berada di pendaftaran rawat jalan.
DAFTAR KAPASITAS TEMPAT TIDUR RUANG RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DATU PANCAITANA
No. Ruangan VIP I II III Isolasi Total
1 Interna 1 4 6 2 13
2 Nifas 1 2 4 6 - 13
3 Anak 1 2 4 6 - 13
4 Bedah 1 2 4 4 - 11
5 ICU 8
6 IGD 7
7 Perinatologi 4
71
b. Ketersediaan tempat tidur pasien adalah masalah klasik diberbagai rumah sakit
yang menyebabkan adanya penumpukan pasien di instalasi gawat darurat. Apabila
terjadi penumpukan pasien di instalasi gawat darurat sebagai akibat tidak
mencukupinya tempat tidur yang disediakan maka akan diberikan brankar sebagai
cadangan untuk tempat tidur dengan mempertimbangkan alokasi tempat, fasilitas
alat medis maupun non medis, teknologi medis dan pendukung lainnya. Bila tempat
di instalasi gawat darurat penuh maka brankar cadangan digunakan untuk pasien

13
dan ditempatkan dilorong atau koridor. Untuk melindungi privasi pada pasien yang
ditempatkan dilorong / koridor maka disiapkan sampiran yang mobile.
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa lokasi
sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat;
1) Kepala ruangan melaporkan kejadian penumpukan pasien kepada kepala
pelayanan.
2) Kepala pelayanan memerintahkan kepala ruangan untuk memanggil petugas
IGD yang dapat menjangkau Rumah Sakit secara cepat dan meminta bantuan di
ruang rawat inap.
NAMA PERAWAT YANG DAPAT DI HUBUNGI
JIKA TERJADI PENUMPUKAN PASIEN
No. Nama Perawat No. HP
1. Agung Budi Utomo 081 241 933 154
2. Abd. Rahman 085 399 740 838
3. Irwan Sukirman 089 517 015 504
4. A. Anwar 085 255 305 866
5. Ns.Muhaemin 082 393 600 992/085 255 615 092
Ilham,S.Kep

d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan (seperti
unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi, dan unit pasca-anastesi)
1) Alur pendaftaran pasien rawat jalan

Pasien Baru

Pendaftaran
Berkas Rekam Medis
Dan No.Rekam Medis

Pasien Umum Pasien BPJS

Surat Jaminan
Pelayanan
Penunjang

POLIKLINIK Laboratorium

Rawat Inap Radiologi

APOTEK

PULANG

14
2) Alur pelayanan pasien rawat inap

Laboratorium
Pasien Ruang IGD
Radiologi

Ruang Rawat Inap

High Care Unit

Instalasi Bedah
Sentral

3) Alur penerimaan pasien baru

Pendaftaran IGD/POL
I

TPPRI

Rawat Inap

Orientasi ruangan
Serah Pasien dan
Terima di antar perkenalan
perawat

4) Alur merujuk pasien ke Rumah Sakit lain

Perawat Konfirmasi Rs
DPJP
yang di tuju

Ambulanc Administa
Rujuk
e ri
(TPPRI)
15
5) Alur permintaan Laboratorium

Permintaan Laboratorium
Perawat
Dokter

6) Alur pasien gawat di rawat inap

Perawat DPJP ICU

7) Alur pasien rawat inap rencana operasi

DPJP

Perawat

Tidak Informed
ACC
ACC Consent

IBS
Surat
Penolakan

8) Alur menanggapi keluhan penyakit pasien

Pasien/
keluarga

Perawat

Dokter DPJP
jaga

16
9) Pasien pulang atas permintaan sendiri

Pasien/ Dokter
Perawat
keluarga Jaga/DPJP

Farmasi Pemberkasan Surat


APS

10) Alur pelayanan permintaan farmasi


Pulang

DPJP Resep Perawat ASPER


Dokter

Farmasi

11) Alur Transfusi darah

Surat Form +
persetujuan Sampel

Informed consent
DPJP Perawat keluarga Laboratorium
atau pasien

Surat
Penolakan PMI

e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien


(seperti kerumahtanggaan dan transportasi).
Untuk melakukan efisiensi pelayanan non klinis yang mendukung perawatan dan
pengobatan pasien, perlu dilakukan pengaktifan beberapa system, yaitu:

17
Sistem yang di aktifkan Tugas
Koordinasi Informasi mengenai keadaan penumpukan pasien
disampaikan oleh kepala ruangan ke kepala
bidang pelayanan.
Keamanan Petugas keamanan ditugaskan oleh ketua regu
yang jaga pada saat itu untuk menjaga lingkungan
instalasi gawat darurat. Baik terhadap pasien
beserta harta benda yang di bawanya, mengatur
antrian pasien yang masuk dan mencegah
keluarga untuk masuk ke ruang tindakan.
Rekam Medis Admisi memfasilitasi pendaftaran pasien yang
masuk instalasi gawat darurat tanpa pengantar.
Admisi membuat status RM semua pasien yang
masuk. Untuk pasien yang perlu di rawat namun
ruangan penuh maka petugas admisi
berkomunikasi dengan perawat ruangan yang di
tuju sehingga memungkin merawat pasien di
lorong atau koridor ruangan.
Transportasi Pemberdayaan fasilitas ambulance yang tersedia.
Rumah Sakit Rujukan Pasien dapat dirujuk ke beberapa rumah sakit
sesuai dengan kebutuhannya, diantaranya :
1. BLUD RSUD Tenriawaru
2. RS Hapsah
Alternatif Ruang Rawat Bila pasien yang di rawat di ruang perawatan
tidak memiliki ruangan yang sesuai dengan
haknya maka pasien dapat dititipkan diruangan
yang tersedia meski tidak sesuai dengan kelas
perawatannya.

f. Pemberian pelayanan ke rawat inap sesuai dengan kebutuhan pasien


DPJP menginstruksikan pasien untuk di rawat inap. DPJP memberikan
penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang rencana perawatan dan ditulis
dalam rekam medik. Petugas admisi memberikan penjelasan bahwa pasien akan
dirawat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial, keagaamaan
atau bantuan spiritual, dan sebagainya).

18
Semua pasien yang dirawat mempunyai akses pelayanan yang sana terhadap
pelayanan penunjang, pelayanan penunjang tersebut dapat berupa pelayanan
sosial, dukungan spiritual dan agama. Untuk mendapatkan pelayanan kerohanian
pasien, keluarga pasien menyampaikan ke petugas ruangan dan berkoordinir
untuk menghubungi kerohaniawan.

Monitoring dan perbaikan proses ini merupakan strategi yang tepat dan bermanfaat
untuk mengatasi masalah. Semua staf rumah sakit, mulai dari unit rawat inap, unit
darurat, staf medis, keperawatan, administrasi, lingkungan, dan manajemen risiko dapat
ikut berperan serta menyelesaikan masalah arus pasien ini. Koordinasi ini dapat
dilakukan oleh seorang Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager
Alur pasien menuju dan penempatannya di unit gawat darurat berpotensi membuat
pasien bertumpuk. Ada penempatan pasien di unit gawat darurat yang merupakan jalan
keluar sementara mengatasi penumpukan pasien rawat inap rumah sakit.

19
BAB IV

TRANSFER PASIEN INTERNAL DALAM RUMAH SAKIT

Transfer Pasien antar Unit/ Konsul antar unit

Pengertian:

Prosedur alih rawat pasien antar unit yang ada di dalam institusi rumah sakit yang
bertujuan untuk kesinambungan pelayanan pasien sesuai dengan masalah utama/
penyakit utama yang sedang dialami.

Tujuan:

1. Pelayanan medis bagi pasien standard medis dan keselamatan pasien.


2. Pasien ditangani sesuai dengan masalah utama.
3. Memberikan kesinambungan pelayanan.

Kebijakan:

Pelaksanaan kondisi dan transfer informasi antara DPJP secara efektif dan terstruktur.

Prosedur:

1. Koordinasi antara DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus


dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan efektif dengan berpedoman
kepada SPM dan standar keselamatan pasien.
2. Koordinasi dan transfer informasi (komunikasi dan konsultasi) antar DPJP
harus dilaksanakan secara tertulis dengan menyampaikan beberapa aspek
antara lain diagnosis, hasil pemeriksaan, permasalahan dan keperluan
konsultasi yang diperlukan.
3. Bila secara terlulis baik dengan formulir maupun dalam berkas rekam medik
belum optimal harus dilakukan koordinasi langsung baik dalam komunikasi
pribadi (langsung atau telepon) maupun pertemuan formal dalam
penatalaksanaan kasus tersebut.
4. Koordinasi dan transfer informasi DPJP di dalam lingkup satu Unit/KSM yang
sama biasa dibuat tertulis dalam status rekam medis penderita, sedang
antar Unit/KSM harus dalam formulir konsultasi khusus.
5. Konsultasi yang dituju bisa secara khusus kepada disiplin ilmu (KSM) ataupun
kepada konsultan secara perorangan.
6. Konsultasi bisa bersifat biasa maupun segera atau emergency (cito).
7. Penyampaian adanya konsultasi biasa dengan menyampaikan/ membawa
berkas rekam medis dan formulir dengan atau tanpa pasien (pada kasus
tertentu) atau per telepon untuk emergency seperti UGD atau kasus di atas
meja operasi.
8. Proses konsultasi di UGD dan kamar operasi sesuai SPO yang berlaku di UGD
dan kamar operasi.
9. Dalam hal konsultasi pribadi yang dituju berhalangan/ tidak di tempat dapat
dialihkan kepada konsultan jaga harian yang sama dengan melaporkan
terlebih dahulu kepada DPJP yang mengkonsulkan.

20
10. Konsultasi yang dibuat oleh dokter jaga kepada disiplin lain harus
sepengetahuan konsulen DPJP yang bertanggung jawab.
11. Konsultasi di UGD kepada konsulen jaga dilakukan oleh dokter umum jaga
UGD biasa dilakukan dengan lisan per telepon dalam melakukan pengobatan
emergency kepada pasien di bidang disiplin terkait. Jawaban konsulen harus
ditulis di dalam berkas rekam medis setelah dilakukan klarifikasi ulang.

Perpindahan Pasien Antar Ruangan

Pengertian:

Perpindahan pasien didalam lingkungan rumah sakit, seperti: dari UGD/ poliklinik ke
rawat inap atau antar ruang rawat.

Tujuan:

Mengirim pasien ke ruangan lain yang sesuai dengan kondisi atau permasalahannya
secara cepat, cermat dan aman bagi pasien.

Kebijakan:

1. Ada persetujuan dari DPJP untuk pindah ke ruangan lain.


2. Pasien diantar oleh perawat ke ruangan yang dimaksud dan membawa catatan
pemindahan pasien yang sudah terisi lengkap.

Prosedur:

1. Perawat ruangan memastikan pasien sudah mendapatkan ruangan rawat inap sesuai
dengan yang dibutuhkan.
2. Menghubungi ruangan lain dan memastikan bahwa ruang rawat inap tersebut sudah
siap untuk menerima pasien.
3. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang rencana pemindahan pasien dan
kesiapan ruangan yang dituju.
4. Menjelaskan pada pasien/ keluarga bahwa pasien akan didampingi perawat
selama proses pemindahan.
5. Petugas yang mengirim pasien melakukan serah terima pasien dengan perawat
ruangan yang dituju berdasarkan formulir perpindahan pasien dengan menggunakan
formulir transfer meliputi :
1. Alasan admisi
2. Temuan signifikan
3. Diagnosis
4. Prosedur yang telah dilakukan
5. Obat-obatan
6. Perawatan yang diterima pasien, dan
7. Kondisi pasien saat transfer

21
BAB V

PEMULANGAN, RUJUKAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN

Pedoman Pemulangan Pasien

1. DPJP menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan setelah pasien masuk rawat.
a. Kriteria bagi pasien yang siap untuk dipulangkan.
b. DPJP bertanggung jawab menentukan kesiapan untuk pulang.
c. Sejak kapan pemulangan pasien mulai direncanakan.
d. Proses pemberian izin pasien yang diperbolehkan meninggalkan rumah sakit
selama perawatan yang direncanakan, ada jangka waktunya.
2. Resume medis pasien pulang disiapkan oleh DPJP.
a. Resume medis pasien pulang disiapkan oleh DPJP.
b. Salinan resume medis pasien pulang disimpan dalam catatan medis pasien.
c. Pasien diberi salinan resume medis pasien pulang.
d. Salinan resume medis pasien pulang diberikan kepada praktisi yang
bertanggung jawab atas perawatan lanjutan atau proses tindak lanjut pada
pasien.
e. Kapan resume medis pasien pulang harus dilengkapi dan disimpan.
f. Resume medis pasien pulang berisi:
1) Alasan pasien di rawat, diagnosis dan penyakit penyertanya.
2) Kelainan fisik dan hal lain yang penting yang ditemukan.
3) Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan.
4) Pemberian medika mentosa termasuk pemberian obat waktu pulang.
5) Keadaan/ status pasien pada saat pulang.
6) Instruksi untuk tindak lanjut.
g. Identifikasi pasien rawat jalan dengan perawatan berkelanjutan yang perlu
dibuatkan resume.
h. Siapa yang melengkapi resume rawat jalan.
i. Identifikasi format dan isi resume rawat jalan:
1) Diagnosis yang signifikan.
2) Alergi obat.
3) Obat-obatan yang diminum saat ini.
4) Tindakan pembedahan di masa lalu.
5) Rawat inap di masa lalu.

Pemulangan Pasien

Pengertian:

Prosedur pemulangan pasien rawat inap dari ruang rawat inap.

Tujuan:

Prosedur pemulangan pasien yang sudah tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.

Kebijakan:

22
Pasien dinyatakan boleh pulang apabila keadaan pasien sudah memenuhi kriteria pasien
pulang sesuai SPM.

Prosedur:

1. Dokter menginformasikan kepada pasien boleh pulang.


2. Dokter mengintruksikan kepada perawat bahwa pasien boleh pulang dan
melengkapi:
• Perawat membuat resume pulang keperawatan dan melengkapi formulir yang
telah dibuat oleh dokter yang merawat.
• Perawat melakukan pengecekan ulang mengenai tindakan-tindakan
pelayanan yang telah dilakukan.
3. Perawat menginformasikan pelayanan yang telah dilakukan kepada petugas kasir
4. Pihak kasir melakukan verifikasi data.
5. Petugas administrasi menginformasikan total biaya rawat inap kepada pasien/
keluarga pasien dan melakukan pembayaran di kasir.
6. Menyerahkan bukti pembayaran kepada perawat yang bertugas.
7. Perawat memberikan surat pulang, obat, dan edukasi kepada pasien.
8. Perawat mengantar pasien sampai ke tempat penjemputan.

Resume Pasien Pulang

Pengertian:

Suatu bagian dari rekam medis yang merangkum sebab pasien masuk rumah sakit,
temuan significant, prosedur yang dijalankan, pengobatan yang diberikan, kondisi
pasien saat pulang dan instruksi&instruksi khusus lainnya yang diberikan kepada pasien
atau keluarga pasien.

Tujuan:

1. Menjamin kontinuitas perawatan dan meningkatkan kemandirian pasien.


2. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
3. Meningkatkan keamanan untuk menjaga keselamatan pasien.
4. Mempertahankan mutu pelayanan

Kebijakan:

Semua pasien yang pulang perawatan dari Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana
sudah dibuatkan resume.

Prosedur:

1. Resume tentang perawatan pasien disiapkan ketika keluar rumah sakit.


2. Setiap orang yang berwenang dapat menyusun resume medis pasien pulang,
misalnya dokter, petugas medis atau karyawan.
3. Salinan resume medis pasien pulang disimpan dalam catatan pasien.

23
4. Satu salinan diberikan kepada pasien atau keluarganya sesuai dengan kebijakan
rumah sakit.
5. Salinan resume medis pasien pulang juga diberikan kepada praktisi yang
bertanggung jawab atas perawatan pasien selanjutnya atau proses tindak lanjutnya.
6. Resume medis harus mempedomani hal&hal berikut ini:
• Resume medis pasien pulang disiapkan oleh individu yang berwenang.
• Salinan resume medis pasien pulang disimpan dalam catatan medis pasien.
• Pasien diberi salinan resume medis pasien pulang, kecuali jika bertentangan
dengan kebijakan rumah sakit, hukum atau budaya setempat.
• Salinan resume medis pasien pulang diberikan kepada praktisi yang bertanggung
jawab atas perawatan lanjutan atau proses tindak lanjut pada pasien.
• Ada kebijakan dan prosedur yang menentukan kapan resume medis pasien
pulang harus dilengkapi dan disimpan.

Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri

Pengertian:

Prosedur permintaan pasien untuk pulang perawatan yang disebabkan oleh penolakan
pasien atas tindakan medik yang direncanakan atau perawatan yang diberikan oleh
rumah sakit meskipun sudah mendapatkan penjelasan yang cukup.

Tujuan:

Adanya pernyataan tertulis tentang penolakan perawatan yang diberikan untuk


menghindari tuntutan hukum terhadap rumah sakit.

Kebijakan:

Semua pasien yang pulang atas permintaan sendiri tetap diberikan informasi mengenai
penyakitnya, perawatan dan pengobatan serta alternatif tindakan yang diperlukan.

Prosedur:

1. Perawat menerima permintaan pulang dari pasien.


2. Perawat menghubungi DPJP dan memberitahukan bahwa pasien atau keluarga
mempunyai keinginan untuk pulang atas keinginan sendiri.
3. Jika diluar jam kerja maka yang dihubungi adalah dokter jaga.
4. Pasien/ keluarga diberikan penjelasan tentang kondisi pasien serta resiko yang
terjadi apabila pasien diajak pulang sebelum diijinkan oleh dokter yang merawat.
5. Penjelasan dilakukan oleh DPJP / Dokter Jaga dengan didampingi oleh perawat
yang bertugas pada saat itu di ruangan.
6. Pasien/ keluarga yang berwenang mengisi surat penolakan tindakan yang isinya
penolakan terhadap perawatan di rumah sakit dan dengan jelas menuliskan alasan
penolakan pada tempat yang tersedia.
7. DPJP / Dokter Jaga memberikan penjelasan bahwa pasien tetap bisa kembali untuk
melanjutkan perawatan ataupun kontrol ke Rumah Sakit Umum Daerah Datu
Pancaitana.
8. Mempersiapkan administrasi pasien yang dilakukan oleh petugas administrasi
rumah sakit.
9. DPJP membuat resume pulang dan menyerahkannya kepada keluarga pasien.

24
10. Perawat melepaskan semua peralatan medis yang masih dipakai pasien setelah
pasien (keluarga) menyerahkan bukti pembayaran administrasi.
11. Perawat melepas gelang identitas pasien.

Pemulangan Pasien di Luar Jam Kerja

Pengertian:

Pemulangan pasien diluar jam kerja adalah Pasien rawat inap yang pulang atau terpaksa
dipulangkan baik karena alasan medis telah meninggal dunia, ataupun bisa dinyatakan
pulang yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter tetapi diluar jam kerja normal
seperti:

a. Diatas (sebelum) jam kerja normal.


b. Hari Sabtu atau Minggu.
c. Hari libur Nasional.
d. Hari libur lainnya yang sesuai dengan ketentuan RS.

Tujuan:

Sebagai acuan dari pedoman dalam melakukan administrasi pasien rawat inap maupun
pasien jaminan yang keluar diluar jam kerja normal.

Kebijakan:

Pasien diperlakukan sebagai subyek hukum yang mempunyai kepentingan


kemanusiaan.

Prosedur:

1. Pada saat pasien akan pulang, perawat melengkapi resume pulang dan resume
keperawatan.
2. Keluarga menyelesaikan pembayaran dan diberikan surat tanda terima uang
sementara dari petugas kasir untuk menyelesaikan administrasi pada hari kerja.

Cuti Perawatan

Pengertian:

Memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan


diluar rumah sakit atau melakukan kegiatan/ keperluan yang dibutuhkan.

Tujuan:

1. Memenuhi hak pasien.


2. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan
lingkungan diluar rumah sakit.

Kebijakan:

25
Pasien diperlakukan sebagai subyek hukum yang mempunyai kepentingan
kemanusiaan.

Prosedur:

1. Perawat menerima formulir permintaan dari pasien untuk keluar rumah sakit dalam
waktu sementara/ cuti perawatan dengan didampingi oleh penanggung jawabnya.
2. Perawat memeriksa formulir permintaan cuti perawatan.
3. Perawat melaporkan pada DPJP tentang permintaan pasien2 keluarga.
4. DPJP memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai ijin sementara
karena masih perlu perawatan lanjut.
5. DPJP memastikan bahwa kondisi pasien tersebut layak untuk keluar RD sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan.
6. Dokter melengkapi catatan medis tentang kondisi terakhir pasien dengan disertai
contact person.
7. Pasien atau keluarga melakukan deposit sebesar perkiraan biaya perawatan
sebelumnya serta biaya ambulance selama ijin pulang sementara.
8. DPJP menandatangani surat cuti perawatan.
9. Formulir permohonan cuti dari pasien/ keluarga disimpan dalam rekam medis
pasien.
10. Pasien diberikan batas waktu:
• Kasus Medik dan Bedah paling lama 3 hari.
• Kasus Psikiatri paling lama 6 hari.
11. Apabila setelah batas waktu yang ditentukan, pasien belum kembali ke RS, maka
perawat menghubungi pasien melalui contact person dan memberikan KIE kepada
pasien/ yang bertanggung jawab terhadap pasien.
12. Apabila setelah diberi KIE oleh perawat tetapi pasien tetap tidak bersedia kembali
ke rumah sakit maka perawat menghubungi DPJP (via telpon).
13. DPJP memberi KIE kepada pasien/ yang bertanggung jawab terhadap pasien (via
telpon).
14. Setelah diberikan KIE oleh DPJP, kalau pasien/ yang bertanggung jawab keluarga
tetap menolak kembali ke rumah sakit, maka pasien diminta untuk menandatangani
form penolakan tindakan (melanjutkan perawatan) dinyatakan pulang atas
permintaan sendiri.

Lampiran: Formulir Resume Pulang


Lampiran: Formulir Surat Istirahat Sakit
Lampiran: Formulir Permohonan Cuti Perawatan

Pedoman Transfer (di dalam/ keluar RS)

Rujukan pasien merupakan pengiriman individu (pasien) dari satu dokter atau spesialis
lain atau dari satu tempat atau ke bagian yang lain atau sumber daya lain, baik untuk
konsultasi atau perawatan karena perujuk tidak siap atau tidak memenuhi syarat untuk
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien. Untuk memastikan kesinambungan
pelayanan pasien informasi tentang kondisi pasien sangat penting guna memastikan
penerima rujukan mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien. Untuk itu
disusun pedoman merujuk pasien ke rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang telah
ditunjuk sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

26
a. Ketentuan umum merujuk pasien
1. Pasien dirujuk karena ruang perawatan penuh, membutuhkan pelayanan lebih
lanjut dan tidak tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana atau
permintaan pasien sendiri.
2. Pasien dirujuk oleh DPJP atau dokter lain yang ditunjuk sesuai ketentuan.
3. Petugas kesehatan (case manager/ perawat yang ditunjuk) menghubungi Rumah
Sakit lain untuk memastikan fasilitas tersedia sesuai kebutuhan pasien.
4. DPJP atau dokter lain yang ditunjuk membuat rangkuman klinik pasien
meliputi kondisi, berbagai prosedur dan tindakan yang telah dilakukan dan
pelayanan yang dibutuhkan pasien.
5. DPJP atau dokter lain yang ditunjuk sesuai ketentuan informed consent
(persetujuan/ penolakan rujukan) memberikan informasi kepada pasien tentang
alasan dirujuk, rumah sakit yang menerima petugas yang mengantar dan risiko
yang mungkin terjadi jika pasien tidak dirujuk.
6. Petugas yang mentransfer pasien untuk merujuk ke Rumah Sakit lain adalah
dokter ruangan atau perawat ruangan sesuai dengan kondisi pasien.
7. Selama proses transfer untuk dirujuk pasien harus diobservasi kondisinya oleh
dokter atau perawat yang mengantar dan hasil observasi harus
didokumentasikan.

b. Kualifikasi petugas dalam merujuk pasien


Merujuk pasien ke rumah sakit lain dapat berupa proses singkat jika kondisi pasien
masih stabil namun bisa juga suatu perjalanan yang menuntut petugas kesehatan
yang mengantar untuk melakukan pemantauan secara terus menerus khususnya
pada kondisi pasien kritis (hemodinamik tidak stabil). Dalam kasus seperti
tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan yang kompeten sehingga perlu ditentukan
kualifikasi tenaga kesehatan yang akan sesuai kondisinya. Dibawah ini adalah
uraian tentang kwalifikasi tenaga kesehatan yang mengantar dalam proses merujuk
pasien sbb:
a. Pasien dengan kasus kritis (Hemodinamik tidak stabil) Dokter umum
bersertifikat AT/CLS yang masih berlaku dan/atau perawat yang bersertifikat
BLS/BTCLS yang masih berlaku sesuai ketentuan.
b. Pasien dengan kasus stabil (kesadaran baik, hemidinamik stabil) perawat yang
bersertifikat BLS/BTCLS yang masih berlaku sesuai ketentuan.
c. Selama proses pemindahan kondisi pasien pasien harus dipantau/ diobservasi
meliputi:
1. Tanda-tanda vital; kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernafasan, skala nyeri dan hal&hal lain yang signifikan.
2. Waktu pemantauan disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Hasil pemantauan harus didokumentasikan di rekam medis pasien dan
diserahkan kepada rumah sakit yang akan menerima rujukan.

c. Dokumentasi merujuk pasien

Rekam medis setiap pasien yang akan dipindah ke rumah sakit lain harus berisikan
dokumentasi pemindahan hal ini penting untuk memberikan informasi yang
sejelas&jelasnya pada rumah sakit penerima agar kesinambungan pelayanan dapat

27
terpenuhi sesuai kebutuhan pasien. Dibawah akan diuraikan dokumen tasi yang
harus ada dalam RM saat proses merujuk pasien.

Dokumentasi rekam medis meerujuk pasien berisikan hal&hal sebagai berisi :

1. Nama rumah sakit yang menerima rujukan


2. Alasan merujuk
3. Kondisi khusus yang berhubungan merujuk (kondisi klinis pasien)
4. Dokumentasi setiap perubahan klinis selama proses rujukan
5. Tanda tangan dokter yang mengirim pasien dan menerima pasien di rumah
sakit yang dituju
6. Formulir merujuk dibuat rangkap dua, satu pertinggal di RM pasien dan satu
untuk rumah sakit yang menerima rujukan.

Merujuk Pasien ke Rumah Sakit lain untuk Perawatan Lanjutan

Pengertian:

Mengirimkan pasien ke rumah sakit lain untuk dilakukan perawatan lanjutan


dikarenakan:

1. Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di RS.
2. Ruang rawat inap penuh.
3. Atas permintaan pasien dan atau keluarga untuk pindah rawat di rumah sakit yang
dituju.

Tujuan:

1. Mengirim pasien yang dirujuk atau pindah rawat ke rumah sakit lain secara cepat,
cermat dan aman bagi pasien.
2. Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit lain.

Kebijakan:

Merujuk pasien ke Rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya sehingga kesinambungan
pelayanan pasien terpenuhi yang pada akhirnya keselamatan pasien dan mutu pelayanan
dapat meningkat.

Prosedur:

1. Dokter memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi


pasien bahwa pasien perlu/ dapat ditangani di tempat lain.
2. Sebelum merujuk memastikan terlebih dahulu bahwa RS yang dituju memiliki
dokter/ fasilitas pelayanan yang dibutuhkan.
3. Dokter melengkapi rekam medis pasien dan menyiapkan berkas penunjang yang
akan diperlukan di rumah sakit rujukan resume medis yang berisi:
a. Kondisi klinis pasien.
b. Prosedur dan pemeriksaan yang telah dilakukan.
c. Kebutuhan pelayanan lebih lanjut.

28
4. Dokter melengkapi resume medis (surat rujukan) dan perawat
melengkapi form catatan perpindahan pasien antar RS (menggunakan form
SBAR, dibuat rangkap 2).
5. Resume medis dibuat salinannya (asli diberikan ke RS yang dituju, copy
tertinggal).
6. Pasien dirujuk menggunakan alat transportasi yang sesuai dengan kondisinya.
7. Perawat menghubungi koordinator ambulance, dan mengisi formulir permintaan
ambulance.
8. Selama proses rujukan kondisi pasien dimonitor terus menerus. Kondisi pasien
dicatat pada lembar observasi dan disatukan dengan RM pasien.
9. Petugas yang mengantar melakukan timbang terima setelah sampai di RS
rujukan dengan melengkapi form SBAR (rangkap 2, asli tertinggal dan copy
dibawa kembali).
10. Menyerahkan resume medis dan lembar pengawasan pasien selama transportasi
kepada RS yang dituju.

Merujuk Pasien ke Rumah Sakit lain Pemeriksaan Penunjang

Pengertian:

Mengirim pasien kerumah sakit lain untuk dilakukan pemeriksaan penunjang


dikarenakan: Fasilitas, baik peralatan maupun tenaga profesional (ahli) yang tidak
dimiliki atau peralatan yang dimiliki sedang dalam keadaan rusak.

Tujuan:

1. Mengirim pasien yang akan dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan


kebutuhannya.
2. Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit.

Kebijakan:

Pasien dilayani dengan meneruskan ke rumah sakit yang dianggap mampu untuk
mendapatkan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan sedangkan fasilitas tersebut
belum ada di RS.

Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan penunjang yang belum tersedia harus
dirujuk untuk pemeriksaan tersebut ke RS terdekat yang menyediakan jenis
pemeriksaan yang dimaksud.

Prosedur:

1. DPJP menentukan kebutuhan akan pemeriksaan penunjang, misalnya


Laboratorium atau Radiologi.
2. Dokter memberikan informasi kepada pasien dan keluarga bahwa diperlukan
pemeriksaan penunjang.
3. Pasien dan keluarga pasien setuju dengan menandatangani persetujuan.
4. DPJP menuliskan permintaan pemeriksaan penunjang pada formulir
Laboratorium atau formulir Radiologi.

29
5. Perawat mengajukan permintaan yang dimaksud ke bagian terkait
(Laboratorium/ Radiologi)
6. Bagian Laboratorium/ Radiologi melakukan konfirmasi dan klarifikasi tentang
pemeriksaan penunjang yang dimaksud. Bila perlu memberikan pertimbangan
pemeriksaan alternatif.
7. Bagian Laboratorium/ Radiologi membuat surat pengantar untuk diajukan
pembiayaan rumah sakit (jaminan pembayaran).
8. Perawat menghubungi Laboratorium/ Radiologi yang akan dituju dan
mendaftarkan pemeriksaan yang dimaksud.
9. Pasien diantar ke Laboratorium/ Radiologi yang dituju untuk dilakukan
pemeriksaan sesuai waktu yang telah dijadwalkan.

Menerima Rujukan Pasien dari Rumah Sakit Lain

Pengertian:

Menerima pasien dari rumah sakit lain untuk dilakukan perawatan lanjutan dikarenakan:

1. Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di RS.
2. Ruang rawat inap penuh.
3. Atas permintaan pasien dan atau keluarga untuk pindah rawat di rumah sakit yang
dituju.

Tujuan:

1. Menerima pasien yang dirujuk atau pindah rawat dari rumah sakit lain secara cepat,
cermat dan aman bagi pasien.
2. Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit lain.

Kebijakan:

1. Setiap pasien berhak mendapatkan kesinambungan pelayanan sesuai dengan


kebutuhan pasien.
2. Rujukan yang didahului dengan informasi via telepon oleh rumah sakit yang akan
merujuk, akan dilakukan verifikasi terlebih dahulu sebelum diputuskan layak untuk
dirujuk. Pada saat verifikasi juga dilakukan nasehat pelayanan pra hospital.
3. Pasien rujukan tanpa pemberitahuan tetap dilayani di UGD sesuai SPO penerimaan
pasien rujukan.

Prosedur:

Rujukan yang didahului dengan informasi via telepon

1. Setiap ada informasi via telpon tentang akan datangnya pasien rujukan, maka
petugas UGD meminta data lengkap pasien (sementara penelpon membaca surat
rujukan).
2. Petugas dapat memberikan anjuran penanganan selama dalam perjalanan.
3. Setiap pasien yang dirujuk dilakukan pemeriksaan verifikasi kondisi pasien.
4. Tindakan terhadap pasien rujukan sesuai dengan hasil pemeriksaan verifikasi di
UGD.

30
Rujukan tanpa pemberitahuan

1. Dokter jaga mempelajari surat rujukan yang dibawa.


2. Dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik sebagai konfirmasi/ verifikasi.
3. Dokter jaga melakukan tindakan emergency yang dibutuhkan sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan menentukan kebutuhan rawat inap.
4. Petugas yang mengantar dari unit jejaring dengan didampingi keluarga pasien
mendaftar di pendaftaran.
5. Untuk proses rawat inap dilakukan sesuai SPO Pendaftaran Pasien

Lampiran:
Formulir SBAR
Formulir Merujuk Pasien
Formulir Observasi Pasien
Formulir Konsultasi

31
BAB VI
TRANSPORTASI

Alat Transportasi Pasien

Pedoman Panduan Pelayanan Ambulans

Transfortasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.

a. Jenis Transfortasi:
Ambulans yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana
• Ambulans Transport
• Fasilitas pelayanan ambulans yang diberikan antara lain:
1. Pelayanan untuk pasien rujukan.
2. Pelayanan untuk pasien tindakan ke rumah sakit rujukan.
3. Pelayanan untuk evakuasi kasus gawat darurat.
4. Pelayanan untuk pasien menjemput/ mengantar pasien pulang perawatan.
5. Dukungan kesehatan untuk bencana.
b. Peralatan yang tersedia didalam mobil ambulance:
1. Peralatan transfer pasien.
2. Oksigen.
3. Peralatan rawat luka.
4. Obat-obatan.
c. Staf yang kompeten:
1. Pengemudi ambulans
• Memiliki SIM yang sesuai dengan kategori kendaraan dan masih berlaku.
• Tidak memiliki riwayat kecelakaan yang parah.
• Melaporkan semua kecelakaan (reporting)
• Menjaga kesehatan fisik maupun mental.
• Ikut serta dalam pelatihan.
2. Perawat
Perawat yang ikut dalam ambulans telah mengikuti pelatihan
kegawatdaruratan dan terampil dalam menggunakan peralatan yang tersedia
didalam ambulans.
d. Monitoring kualitas dan keamanan transfortasi:
1. Pengecekan kendaraan, dilakukan setiap hari oleh penanggung jawab
ambulans. Hal-hal yang di cek adalah sebagai berikut:
• Bensin dan oli kendaraan
• Radiator
• Battery/ accu
• Rem
• Roda (termasuk roda cadangan)
• Lampu depan dan lampu rem
• Turns signal/ lampu belok/ sen
• Eergency warning lights/ lampu rotator
• Wipers

32
• Horn/ bell dan sirene
• Pintu kanan, kiri dan belakang
• Alat komunikasi/ system komunikasi
• Air conditioning
• Ventilation system
2. Check list pengecekan ambulans terlampir.

Permintaan Ambulans

Pengertian:

Keinginan untuk mendapatkan pelayanan ambulans dalam satu waktu tertentu.

Tujuan:

1. Mendapatkan alat transportasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.


2. Adanya tertib administrasi dalam pelayanan ambulans.
3. Penggunaan ambulans sesuai dengan prosedur dan tepat sesuai kebutuhan pasien.

Kebijakan:

Rumah sakit bertanggung jawab terhadap transportasi sesuai dengan kebutuhan pasien.

Prosedur:

Permintaan internal rumah sakit:

1. Mengisi formulir permintaan ambulans.


2. Menyerahkan kepada penanggung jawab ambulans.
3. Petugas ambulans/ perawat UGD memberikan penjelasan kepada keluarga
pasien mengenai:
a. Orang yang boleh ikut serta dalam ambulans.
b. Jumlah penyerta dalam ambulans.
c. Selama dalam transfortasi pasien akan berada dalam pengawasan petugas.
d. Jika terjadi kondisi emergensi terhadap pasien petugas akan melakukan
pertolongan pertama di dalam mobil ambulance.
4. Mengisi lembar persetujuan tindakan.

Permintaan eksternal rumah sakit:

1. Dapat menghubungi langsung pelayanan ambulans UGD Rumah Sakit Umum


Daerah Datu Pancaitana (0481-25252)
2. Petugas yang menerima telepon mencatat:
• Identitas orang yang meminta pelayanan ambulance (nama, alamat, no.
Telp).
• Mencatat alamat yang akan dituju.
3. Petugas pendaftaran menyerahkan data tsb ke penanggung jawab ambulans.
4. Penanggung Jawab ambulans melakukan konfirmasi dengan menghubungi
kembali dengan menghubungi no telp yang telah diberikan.

33
5. Penanggung Jawab ambulans memberikan penjelasan lewat telpon tentang:
• Orang yang boleh ikut serta dalam ambulans.
• Jumlah penyerta dalam ambulans.
• Selama dalam transportasi pasien akan berada dalam pengawasan petugas.
• Jika terjadi kondisi emergensi terhadap pasien petugas akan melakukan
pertolongan pertama di dalam mobil ambulance.
• Mencatat hal yang telah dijelaskan dan nama serta hubungan dengan pasien,
orang yang menerima penjelasan.

Pemeliharaan Ambulans RS

Pengertian:

Prosedur untuk menjaga kualitas kendaraan transport yang dimiliki rumah sakit agar
terjamin keamanan dalam memberikan pelayanan.

Tujuan:

1. Menjaga kualitas ambulans yang digunakan.


2. Selalu tersedia ambulans yang siap pakai.

Kebijakan:

1. Pemeliharaan dan perawatan ambulans menjadi tanggung jawab rumah sakit dalam
memberikan pelayanan transportasi yang aman.
2. Pemeliharaan ambulance menjadi tanggung jawab penanggungjawab ambulans.

Prosedur:

1. Pengecekan dilakukan setiap hari, menggunakan format checklist yang sudah ada.
2. Pengecekan dilakukan oleh penanggung jawab ambulans.
3. Service berkala mesin kendaraan dilakukan rutin sesuai jadwal yang ada.
4. Service mesin kendaraan dilakukan oleh bagian angkutan.
5. Maintenance ambulance dibuatkan rencana program selama satu tahun pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat ataupun sesuai kondisi (jika ada hal
yang segera untuk diperbaiki).
6. Pemeliharaan yang dilakukan harian:
• Bensin dan oli kenderaan
• Radiator
• Battery/ accu
• Rem
• Roda (termasuk roda cadangan)
• Lampu depan dan lampu rem
• Turns signal/ lampu belok/ sen
• Emergency warning lights/ lampu rotator
• Wpers
• Horn/ bell dan sirene
• Pintu kanan, kiri dan belakang
• Alat komunikasi/ system komunikasi

34
• Air conditioning
• Ventilation system

Lampiran: Formulir permintaan pelayanan ambulans.


Lampiran: Bukti pemeliharaan kualitas dan keamanan ambulans.

35
BAB VII

PENUTUP

Demikian Pedoman Akses dan Pelayanan Kontinuitas ini dibuat sebagai acuan dalam
pelaksanaan pemberian pelayanan yang berkesinambungan di Rumah Sakit Umum
Daerah Datu Pancaitana.

36

Anda mungkin juga menyukai