DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA
KECAMATAN SOSORGADONG
Sibolga-Barus Km. 48 Desa Siantar Ca Kec. Sosorgadong
Email : pusk.siantarca@gmail.com Kode Pos: 22566 HP: 082267364420
TENTANG
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
DAN PENUNJANG UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA,
1. Tuberkulosis Paru
2. Hepatitis B
3. HIV-AIDS
4. Pneumonia
ii. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasi
kan dan ditindak lanjuti.
CANGGIMA SIMBOLON
Tembusan Yth. :
2. Arsip
LAMPIRAN I
iv. Puskesmas memberikan informasi yang jelas tentang sarana pelayanan, antara
lain: tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses
pelayanan dan rujukan.
v. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran sampai dengan pemulangan.
vi. Hak-hak pasien meliputi:
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap
dirinya;
15) Menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
16) Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
vii. Kewajiban pasien meliputi:
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2. Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
9. Dilakukan identifikasi pasien dengan risiko kendala dan/atau berkebutuhan
khusus, antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa,
budaya, atau kendala lainnya agar tidak terjadi hambatan atau tidak optimalnya
proses asesmen maupun pemberian asuhan klinis.
10. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
11. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
12. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi, protokol kesehatan harus
diterapkan mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pemulangan, yaitu
dengan penggunaan masker, menjaga jarak dan pengaturan agar tiak terjadi
kerumunan.
1. Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologjs, status sosial,
dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut dilakukan
anamnesis (data Subjektif = S), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(data Objektif = O).
2. Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan masalah, kondisi,
dan diagnosis unruk mengidentifikasi kebutuhan pasien (asesmen atau analisis =
A).
C. PELAKSANAAN LAYANAN
i. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis
ii. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
iii. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
iv. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis.
v. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
viii. Daftar kasus yang memerlukan informed consent adalah sebagai berikut:
a. Menjahit luka;
d. Nail extraction;
e. Incisi/eksisi;
f. Rujukan;
2. Ruang KIA/KB:
b. Imunisasi;
c. Rujukan;
3. Ruang Persalinan:
a. Pemeriksaan VT;
b. Persalinan normal;
f. Rujukan.
ix. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
xi. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
xii. Jenis – jenis kasus gawat darurat yang bisa ditangani di UPTD Puskesmas
Siantar CA yaitu :
1. Diare dengan dehidrasi Ringan Sedang;
2. Kejang demam;
3. Hipertensi Urgensi;
5. Shock Hipovolemik;
6. Pre Eklampsi;
7. Manual Plasenta;
xv. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis.
xvi. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
xix. Daftar kasus yang memerlukan informed consent adalah sebagai berikut:
a. Menjahit luka;
d. Nail extraction;
e. Incisi/eksisi;
f. Rujukan;
2. Ruang KIA/KB:
b. Imunisasi;
c. Rujukan;
3. Ruang Persalinan:
a. Pemeriksaan VT;
b. Persalinan normal;
f. Rujukan.
xx. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.
xxii. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
xxiii. Jenis – jenis kasus gawat darurat yang bisa ditangani di UPTD Puskesmas Siantar
CA yaitu :
2. Kejang demam;
3. Hipertensi Urgensi;
5. Shock Hipovolemik;
6. Pre Eklampsi;
7. Manual Plasenta;
xxiv. Penanganan pasien gawat darurat yang dimaksud di atas dilaksanakan sesuai
SOP Penanganan pasien gawat darurat.
xxv. Penanganan kasus – kasus berisiko tinggi yang memungkinkan terjadinya
penularan baik bagi petugas maupun pasien yang lain perlu diperhatikan.
xxvi. Jenis – jenis kasus berisiko tinggi, antara lain
1. Tuberkulosis Paru
2. Hepatitis B
3. HIV-AIDS
4. Pneumonia
xxvii. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi.
xxviii. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
xxix. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
xxx. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang
jelas.
xxxi. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada saat pemberian pelayanan.
xxxvi. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.
xxxvii. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
xxxviii. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi
tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan
tanggung jawab mereka berkenan dengan keputusan tersebut.
xxxix. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan sedasi dan anestesi
lokal di UPTD Puskesmas Siantar CA, yaitu:
1. Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah mempunyai STR dan SIP di
UPTD Puskesmas Siantar CA.
2. Perawat dan bidan UGD dan Ruang Tindakan yang sudah mempunyai
STR dan SIP dan telah diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.
3. Bidan dan Perawat yang sudah mempunyai STR dan SIP dan telah
diberikan pendelegasian wewenangan Dokter di Ruangan Persalinan,
Ruangan KIA – KB, Ruangan Imunisasi.
xl. Jenis – jenis sedasi dan anestesi lokal yang dapat dilakukan di UPTD Puskesmas
Siantar CA, antara lain :
1. Anestesi Lokal
a. Sedasi Per Oral untuk pasien anak diberikan dengan riwayat kejang
demam, preparat yang digunakan adalah Phenobarbital/luminal dan
diazepam
b. Sedasi peroral untuk pasien dewasa dengan riwayat kejang,
preparat yang digunakan adalah Phenobarbital/luminal dan
diazepam.
xli. Pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku.
xliii. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi lokal dan pembedahan.
C. KESELAMATAN PASIEN
1. Proses identifikasi pasien di UPTD Puskesmas Siantar CA dilakukan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Identifikasi Pasien.
2. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari identifikasi sebagai
berikut: nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi menggunakan nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien).
3. Identiflkasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak dapat menyebutkan
identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa, datang tanpa identitas yang jelas,
dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip menggunakan nomor
rekam medis dan gelang (identitas pasien).
4. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari skrining, pada saat
pendaftaran. setiap akan melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan, pemberian
obat, pemberian imunisasi dan pemberian diit.
5. Pelaksanaan komunikasi secara efektif dilakukan pada proses,
1) Komunikasi antara Dokter dan Perawat/Bidan mengenai kasus atau kondisi pasien
harus tertulis pada lembar Rekam Medis Pasien dengan menggunakan tehnik SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), ditulis lengkap oleh
Perawat/Bidan (T), dibaca ulang oleh Perawat/Bidan (B), dan dikonfirmasi
Perawat/Bidan kepada Dokter (K).
2) Penyampaian hasil kritis pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara
menggarisbawahi menggunakan spidol merah dan penyampaian secara langsung
kepada Dokter yang menangani dalam waktu dibawah 5 (lima) menit.
3) Serah terima pasien pada pergantian shift Petugas Unit Layanan dilakukan dengan
melakukan pencatatan pada lembar rekam medis pasien, yaitu: status/kondisi
pasien,
3) Time out (jeda waktu) yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
9. Protokol umu tersebut untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur dan tepat sisi
pada pasien yang menjalani Tindakan operatif ataupun Tindakan invasif di UPTD
Puskesmas Siantar CA, antara lain:
1) Pemasangan cairan intravena,
10. UPTD Puskesmas Siantar CA melakukan penapisan pasien rawat jalan dengan risiko
jatuh pada saat proses penerimaan pasien dengan menggunakan formulir get up and go
test.
11. UPTD Puskesmas Siantar CA melakukan penapisan pasien rawat inap dengan risiko jatuh
dengan menggunakan,
1) Skala Morse untuk pasien dewasa
1) Spesimen darah
• Pemeriksaan Hb
• Golongan Darah
• RDT Malaria
• Skrining HIV-AIDS
2) Spesimen dahak
• BTA DS
3) Spesimen urin
• Tes kehamilan
2) Hari Senin sampai dengan hari Kamis waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan 14.00 WIB.
3) Hari Jumat waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.
4) Hari Sabtu waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.
3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis kesehatan,
memiliki STR dan telah mendapat pelatihan-pelatihan pemeriksaan laboratorium.
4. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh Dokter yang telah memiliki STR dan SIP.
7) Kit Hb
11. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan suhu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
12. Ketersediaan reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium wajib dievaluasi
paling lambat setiap bulan sekali.
13. Untuk melakukan order reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium guna
memperlancar pelayanan pemeriksaan laboratorium dilakukan ketika reagensia tersebut
sisa stoknya tinggal 25 % dari orderan awal.
14. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
1) Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium selambat lambatnya dalam
waktu 20 menit kecuali pemeriksaan Sputum BTA dalam waktu 1 hari.
15. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal.
16. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada Dokter Puskesmas
yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah hasil diperoleh dengan
acuan sebagai berikut:
LIMIT LIMIT
NO PARAMETER RENDA TINGG SATUA
H I N
1 Glukosa 40 450 mg / dL
2 HB (Haemoglobin) 7 20 gr / dL
17. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan mutu internal
dan pemantapan mutu eksternal.
18. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan merupakan bagian
tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien.
19. Risiko dalam pelayanan lobaratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti.
E. PELAYANAN FARMASI
1. UPTD Puskesmas Siantar CA melaksanakan penilaian, pengendalian, penyediaan dan
penggunaan obat dengan metode berdasarkan standar operasional pengelolaan obat
yang meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanaan, pendistribusian
pengendalian pencataan dan pelaporan obat.
2. Obat harus tersedia di Puskesmas sesuai dengan Formularium Puskesmas.
3. Yang berhak menulis resep adalah Dokter Puskesmas yang telah memiliki STR dan SIP
di UPTD Puskesmas Siantar CA.
4. Yang berhak menyediakan obat adalah oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai
penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Asisten Kefarmasian.
5. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali.
a. Daftar Obat yang perlu diwaspadai di UPTD Puskesmas Siantar CA, antara lain:
i. M
gSO
4 Vial
2)
b. Daftar Obat dengan nama atau rupa mirip di UPTD Puskesmas Siantar
CA, antara lain: 1)
c. Petugas farmasi tidak boleh memberikan obat kadaluwarsa pada pasien, jika
ditemukan pemberian obat kadaluarsa pada pasien, maka akan diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan internal yang telah disepakati bersama.
d. Untuk mencegah pemberian obat kadaluarsa, maka petugas farmasi memeriksa
semua obat yang diterima termasuk tanggal kedaluwarsa dan keadaan fisik obat,
menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat dengan mengikuti
sistem FIFO dan FEFO berdasarkan standar yang telah ditetapkan
e. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut
f. Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya bolah dilakukan oleh Dokter
Puskesmas yang telah memiliki STR dan SIP.
g. Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan pada lemari khusus obat narkotika
dan psikotropika dengan 2 kunci dan 2 gembok, dimana kunci lemari dipegang oleh
Apoteker atau Penangggung jawab ruangan farmasi.
h. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan ditindak
lanjuti sesuai dengan instruksi Dokter, yaitu:
i. Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak mempunyai kontraindikasi
dengan kondisi fisik pasien,
j. Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan tidak mempunyai efek bertentangan
dengan obat yang dipergunakan dalam proses pengobatan oleh dokter di UPTD
Puskesmas Siantar CA,
k. Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan efek ganda
dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan pelanggan.
l.Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan interaksi obat
dan berdampak negatif terhadap pengobatan pelanggan.
m. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis kefarmasian
dengan memperhatikan higiene dan kebersihan.
n. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap obat.
o. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal: nama
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan waktu
menggunakan.
a. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat
alergi, interaksi obat, dan efek samping obat.
b. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat
dalam rekam medis.
b. Perawat/bidan, yaitu yang telah mendapat surat pendelegasian wewenang dari dokter.
c. Jika ada mahasiswa/i atau peneliti yang membutuhkan akses terhadap rekam medis
harus mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas sesuai prosedur yang berlaku
dan wajib menjaga kerahasiaan,
3. Rekam medik pasien dibuat dalam bentuk family folder, yaitu rekam medis keluarga
yang disimpan dalam satu map rekam medis. Dari satu pasien hanya boleh memiliki satu
rekam medis,
4. Rekam medis pasien diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
c. Nama pasien
d. Tanggal lahir
e. Alamat
a) MB : Muara Bolak
b) SC : Siantar CA
c) SG : Sosorgadong
d) BB : Barangbang
e) SB : Sibintang
f) UB : Unteboang
g) HT : Huta Tombak
h) BR : Baringin
i) LW : Luar Wilayah
a) 01 : UMUM
6. Penyimpanan rekam medik dilakukan di ruang khusus yaitu Ruang Rekam Medik.
a. Dikatakan inaktif apabila pasien selama dua tahun berturut-turut tidak pernah
berkunjung ke Puskesmas,
b. Rekam medik yang dapat dimusnahkan adalah rekam medik inaktif selama dua
tahun berturut-turut tidak berkunjung ke Puskesmas.
8. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga, nomor
rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan,
penyuluhan, persetujuan/penolakan rujukan/tindakan, diagnosis terapi dan rencana
pengobatan,
9. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan ditindak lanjut.
F. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin satu
minggu sekali,
2. Prasarana Puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodik, dipelihara
dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi.
3. Petugas inventaris bertanggung jawab atas lingkungan fisik Puskesmas yang mencakup
pada pemantauan lingkungan fisik, pemeliharaan dan pemantauan (instalasi listrik, air,
ventilasi, gas) serta perbaikan sarana dan peralatan UPTD Puskesmas Siantar CA,
4. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan,
5. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan dengan benar, dimonitor
penyimpanan dan penggunaannya dan ditindak lanjuti,
6. Program keamanan lingkungan fisik Puskesmas direncanakan dengan:
a. membuat pagar dari besi yang ditutup setelah jam pelayanan selesai,
10. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola sesuai SOP.
G. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN KLINIS
1. Pola ketenagaan SDM klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan SDM
3. Tenaga klinis yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat ijin yang berlaku
4. Evalusasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala paling lambat satu tahun
sekali,
5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus diinformasikan kepada Tenaga
klinis
6. Tiap tenaga klinis harus mempunayi uraian tugas dengan kejelasan kewenangan klinis
untuk masing-masing petugas,
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenang setiap tenaga klinis harus dievalusasi dan
ditindak lanjuti
CANGGIMA SIMBOLON