Anda di halaman 1dari 31

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA
KECAMATAN SOSORGADONG
Sibolga-Barus Km. 48 Desa Siantar Ca Kec. Sosorgadong
                                              Email : pusk.siantarca@gmail.com Kode Pos: 22566 HP: 082267364420

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA


NOMOR : /PUSK.SCA/SK/ / 2022

TENTANG
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
DAN PENUNJANG UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA,

Menimbang :   a.    bahwa penyelenggaraan pelayanan klinis mulai dari proses


penerimaan pasien sampai dengan pemulangan, pelayanan
laboratorium dan pelayanan farmasi dilaksanakan sesuai
standar dengan memperhatikan kebutuhan pasien, mutu
pelayanan serta keselamatan pasien;
b. bahwa Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Nomor … /
Pusk.PP / SK / II / 2018 tentang Pelayanan Klinis Puskesmas
Siantar CA sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
pelayanan kesehatan dan kebutuhan masyarakat, sehingga
perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala
UPTD Puskesmas SIANTAR CA tentang Penyelenggaran
Upaya Kesehatan Perorangan dan Penunjang UPTD
Puskesmas Siantar CA;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Penanganan pasien gawat darurat yang dimaksud di atas
dilaksanakan sesuai SOP Penanganan pasien gawat darurat.

3. Penanganan kasus – kasus berisiko tinggi yang memungkinkan


terjadinya penularan baik bagi petugas maupun pasien yang lain
perlu diperhatikan.
4. Jenis – jenis kasus berisiko tinggi, antara lain

1. Tuberkulosis Paru

2. Hepatitis B

3. HIV-AIDS

4. Pneumonia

5. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan


prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi.

6. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap


terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan
prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).

7. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan


prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.

8. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan


indikator yang jelas.

i. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada saat


pemberian pelayanan.

ii. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasi
kan dan ditindak lanjuti.

iii. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan


terencana untuk menghindari pengulangan yang tidak
perlu.
iv. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan,
pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin
kesinambungannya.
v. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.

vi. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana


kesehatan lain.

vii. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk


rujukan dipandu oleh prosedur yang baku.

viii. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan,


wajib diberikan informasi tentang hak pasien untuk
membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan
tanggung jawab mereka berkenan dengan keputusan
tersebut.
ix. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan
melakukan sedasi dan anestesi lokal di UPTD
Puskesmas Siantar CA, yaitu:
1. Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah
mempunyai STR dan SIP di UPTD Puskesmas
Siantar CA.
2. Perawat dan bidan UGD dan Ruang Tindakan
yang sudah mempunyai STR dan SIP dan telah
diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.
3. Bidan dan Perawat yang sudah mempunyai STR
dan SIP dan telah diberikan pendelegasian
wewenangan Dokter di Ruangan Persalinan,
Ruangan KIA – KB, Ruangan Imunisasi.
x. Jenis – jenis sedasi dan anestesi lokal yang dapat
dilakukan di UPTD Puskesmas Siantar CA, antara lain:

1. 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Dokter Gigi;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
M E M U T U S K A N:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA TENTANG


PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN
PENUNJANG UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA.

KESATU : Program Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan dan


Penunjang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila


dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka
akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

                                                               Ditetapkan di  : Siantar CA   


                                                                     Pada tanggal : 18 Februari 2022

                                                                     KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA,

CANGGIMA SIMBOLON

Tembusan Yth. :

1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

2. Arsip
LAMPIRAN I

   KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR


CA

         NOMOR : /PKM.PP/SK/ I / 2022

TENTAN : PENYELENGGARAAN UPAYA


KESEHATAN

PERORANGAN DAN PENUNJANG UPTD


PUSKESMAS
SIANTAR CA

A. PELAYANAN PENERIMAAN PASIEN SAMPAI DENGAN PEMULANGAN

i. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent) kepada


pengguna layanan atau keluarganya saat pertama kali datang untuk rawat jalan.
ii. Penerimaan pasien meliputi proses pendaftaran pasien rawat jalan dengan
prosedur yang jelas.
iii. Pendaftaran pasien harus memperhatikan keselamatan pasien.

iv. Puskesmas memberikan informasi yang jelas tentang sarana pelayanan, antara
lain: tarif, jenis pelayanan, alur dan proses pendaftaran, alur dan proses
pelayanan dan rujukan.
v. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran sampai dengan pemulangan.
vi. Hak-hak pasien meliputi:

1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


Puskesmas;

2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien;

3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;

4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar


profesi dan standar prosedur operasional;
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

7) Memilih dokter sesuai dengan keinginannya dengan tetap memperhatikan


peraturan yang berlaku di Puskesmas;
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Puskesmas;
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya;

10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
14) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas terhadap
dirinya;
15) Menggugat dan/atau menuntut Puskesmas apabila Puskesmas diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
16) Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
vii. Kewajiban pasien meliputi:
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
2. Menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
9. Dilakukan identifikasi pasien dengan risiko kendala dan/atau berkebutuhan
khusus, antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas, lanjut usia, kendala bahasa,
budaya, atau kendala lainnya agar tidak terjadi hambatan atau tidak optimalnya
proses asesmen maupun pemberian asuhan klinis.
10. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien
sebelum mendapatkan persetujuan.
11. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.
12. Untuk mencegah terjadinya transmisi infeksi, protokol kesehatan harus
diterapkan mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pemulangan, yaitu
dengan penggunaan masker, menjaga jarak dan pengaturan agar tiak terjadi
kerumunan.

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN DAN PEMBERIAN ASUHAN DILAKSANAKAN


SECARA PARIPURNA
i. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten melakukan pengkajian.
ii. Kajian awal meliputi status fisis / neurologis / mental, psikososiospritual, ekonomi,
riwayat Kesehatan, Riwayat alergi, asesmennyeri, asesmen risiko jatuh, asesmen
fungsional (gangguan fungsi tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi,
rencana pemulangan.
iii. Proses kajian dilakukan dengan mengacu standar profesi dan standar asuhan.
iv. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang
tidak perlu.
v. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan lain
wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
vi. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah – langkah SOAP.

1. Mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik, psikologjs, status sosial,
dan riwayat penyakit. Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut dilakukan
anamnesis (data Subjektif = S), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(data Objektif = O).

2. Analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan masalah, kondisi,
dan diagnosis unruk mengidentifikasi kebutuhan pasien (asesmen atau analisis =
A).

3. Membuat rencana asuhan (Perencanaan asuhan = P), yaitu menyusun solusi


untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pasien.
vii. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan.
viii. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional
yang kompeten.
ix. Jika dilakukan pelayanan secara terpadu, tim kesehatan antar profesi harus tersedia.
x. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian maupun keputusan layanan harus
dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.

xi. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang


memenuhi persyaratan.
xii. Proses kajian, perencanaan dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan peralatan
dan tempat yang memadai.
xiii. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan petugas.
xiv. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur klinis yang
dibakukan.
xv. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan
disusun secara kolaboratif dalam tim layanan terpadu.
xvi. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien.
xvii. Setiap rencana pelaksanaan pelayanan terapi dan/atau rencana asuhan harus
dilakukan evaluasi kesesuaian melalui audit klinis.
xviii. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis,
sosial, spritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
xix. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan
memperhatikan efisiensi sumber daya.
xx. Resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasi.
xxi. Efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus diinformasikan
kepada pasien.
xxii. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.
xxiii. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN
i. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis

ii. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
iii. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.

iv. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis.

v. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.

vi. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien


sebelum mendapatkan persetujuan.
vii. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.

viii. Daftar kasus yang memerlukan informed consent adalah sebagai berikut:

1. Ruang Pemeriksaan Umum/Tindakan :

a. Menjahit luka;

b. Injeksi SC, IM, IV;

c. Pemasangan cairan intravena;

d. Nail extraction;

e. Incisi/eksisi;

f. Rujukan;

2. Ruang KIA/KB:

a. Injeksi SC, IM, IV;

b. Imunisasi;

c. Rujukan;

3. Ruang Persalinan:

a. Pemeriksaan VT;

b. Persalinan normal;

c. Injeksi SC, IM, IV;

d. Pemasangan cairan intravena;

e. Imunisasi bayi baru lahir;

f. Rujukan.

ix. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.

x. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut

xi. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
xii. Jenis – jenis kasus gawat darurat yang bisa ditangani di UPTD Puskesmas
Siantar CA yaitu :
1. Diare dengan dehidrasi Ringan Sedang;

2. Kejang demam;

3. Hipertensi Urgensi;

4. Head Injury GCS 14-15;

5. Shock Hipovolemik;

6. Pre Eklampsi;

7. Manual Plasenta;

8. Persalinan Letak Sungsang;

9. Ketuban Pecah Dini;


xiii. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan,
kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
xiv. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.

xv. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam
medis.

xvi. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.

xvii. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien


sebelum mendapatkan persetujuan.
xviii. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib
didokumentasikan.

xix. Daftar kasus yang memerlukan informed consent adalah sebagai berikut:

1. Ruang Pemeriksaan Umum/Tindakan :

a. Menjahit luka;

b. Injeksi SC, IM, IV;

c. Pemasangan cairan intravena;

d. Nail extraction;

e. Incisi/eksisi;

f. Rujukan;

2. Ruang KIA/KB:

a. Injeksi SC, IM, IV;

b. Imunisasi;

c. Rujukan;

3. Ruang Persalinan:

a. Pemeriksaan VT;

b. Persalinan normal;

c. Injeksi SC, IM, IV;

d. Pemasangan cairan intravena;

e. Imunisasi bayi baru lahir;

f. Rujukan.

xx. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.

xxi. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut

xxii. Kasus – kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat.
xxiii. Jenis – jenis kasus gawat darurat yang bisa ditangani di UPTD Puskesmas Siantar
CA yaitu :

1. Diare dengan dehidrasi Ringan Sedang;

2. Kejang demam;

3. Hipertensi Urgensi;

4. Head Injury GCS 14-15;

5. Shock Hipovolemik;

6. Pre Eklampsi;

7. Manual Plasenta;

8. Persalinan Letak Sungsang;

9. Ketuban Pecah Dini;

xxiv. Penanganan pasien gawat darurat yang dimaksud di atas dilaksanakan sesuai
SOP Penanganan pasien gawat darurat.
xxv. Penanganan kasus – kasus berisiko tinggi yang memungkinkan terjadinya
penularan baik bagi petugas maupun pasien yang lain perlu diperhatikan.
xxvi. Jenis – jenis kasus berisiko tinggi, antara lain

1. Tuberkulosis Paru

2. Hepatitis B

3. HIV-AIDS

4. Pneumonia

xxvii. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan
kasus berisiko tinggi.
xxviii. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
xxix. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian
obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
xxx. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang
jelas.

xxxi. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada saat pemberian pelayanan.

xxxii. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak lanjuti.

xxxiii. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk


menghindari pengulangan yang tidak perlu.
xxxiv. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai
dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
xxxv. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.

xxxvi. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.

xxxvii. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
xxxviii. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi
tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan
tanggung jawab mereka berkenan dengan keputusan tersebut.
xxxix. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan sedasi dan anestesi
lokal di UPTD Puskesmas Siantar CA, yaitu:
1. Dokter Umum dan Dokter Gigi yang telah mempunyai STR dan SIP di
UPTD Puskesmas Siantar CA.
2. Perawat dan bidan UGD dan Ruang Tindakan yang sudah mempunyai
STR dan SIP dan telah diberikan pendelegasian wewenang oleh Dokter.
3. Bidan dan Perawat yang sudah mempunyai STR dan SIP dan telah
diberikan pendelegasian wewenangan Dokter di Ruangan Persalinan,
Ruangan KIA – KB, Ruangan Imunisasi.

xl. Jenis – jenis sedasi dan anestesi lokal yang dapat dilakukan di UPTD Puskesmas
Siantar CA, antara lain :

1. Anestesi Lokal

a. Anestesi lokal dilakukan dalam tindakan bedah minor di UPTD


Puskesmas Siantar CA

b. Preparat yang digunakan adalah lidocaine 2%.

2. Sedasi Per Rektal

a. Sedasi per Rektal digunakan untuk pasien anak dengan kejang


demam sederhana maupun kompleks
b. Preparat yang digunakan adalah diazepam (stesolid).

3. Sedasi Per Oral

a. Sedasi Per Oral untuk pasien anak diberikan dengan riwayat kejang
demam, preparat yang digunakan adalah Phenobarbital/luminal dan
diazepam
b. Sedasi peroral untuk pasien dewasa dengan riwayat kejang,
preparat yang digunakan adalah Phenobarbital/luminal dan
diazepam.
xli. Pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku.

xlii. Pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus mendapatkan persetujuan


tindakan medik.

xliii. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi lokal dan pembedahan.

C. KESELAMATAN PASIEN
1. Proses identifikasi pasien di UPTD Puskesmas Siantar CA dilakukan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Identifikasi Pasien.
2. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari identifikasi sebagai
berikut: nama pasien, dengan dua nama pasien, nomor identifikasi menggunakan nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien).
3. Identiflkasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak dapat menyebutkan
identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa, datang tanpa identitas yang jelas,
dua atau lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip menggunakan nomor
rekam medis dan gelang (identitas pasien).
4. Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari skrining, pada saat
pendaftaran. setiap akan melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan, pemberian
obat, pemberian imunisasi dan pemberian diit.
5. Pelaksanaan komunikasi secara efektif dilakukan pada proses,

1) Komunikasi antara Dokter dan Perawat/Bidan mengenai kasus atau kondisi pasien
harus tertulis pada lembar Rekam Medis Pasien dengan menggunakan tehnik SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), ditulis lengkap oleh
Perawat/Bidan (T), dibaca ulang oleh Perawat/Bidan (B), dan dikonfirmasi
Perawat/Bidan kepada Dokter (K).
2) Penyampaian hasil kritis pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara
menggarisbawahi menggunakan spidol merah dan penyampaian secara langsung
kepada Dokter yang menangani dalam waktu dibawah 5 (lima) menit.
3) Serah terima pasien pada pergantian shift Petugas Unit Layanan dilakukan dengan
melakukan pencatatan pada lembar rekam medis pasien, yaitu: status/kondisi
pasien,

4) pengobatan, rencana asuhan, tindak lanjut yang harus dilakukan, perubahan


status/kondisi pasien yang signifikan dan keterbatasan maupun risiko yang mungkin
dialami oleh pasien.
5) serah terima pasien dengan unit layanan lain menggunakan formulir rujukan internal
dengan kelengkapan identitas dan rencana tindak lanjut.
6. Penanggung jawab Farmasi melakukan penyimpanan, penataan, peresepan,
pelabelan, penyiapan, penggunaan dan evaluasi penggunaan pada obat yang perlu
diwaspadai (high alert), obat dengan nama atau rupa mirip (LASA) dan obat golongan
psikotropika, narkotika.
7. Penanggung jawab farmasi melakukan pengawasan dan pengendalian penggunaan
obat- obatan psikotropika/narkotika.
8.     UPTD Puskesmas Siantar CA menerapkan Protokol Umum (Universal Protocol) dalam
pelayanan tindakan operatif ataupun tindakan invasif di Puskesmas, yaitu:
1) Proses verifikasi sebelum dilakukan Tindakan,

2) Penandaan sisi yang akan dilakukan Tindakan/prosedur,

3) Time out (jeda waktu) yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.

9. Protokol umu tersebut untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur dan tepat sisi
pada pasien yang menjalani Tindakan operatif ataupun Tindakan invasif di UPTD
Puskesmas Siantar CA, antara lain:
1) Pemasangan cairan intravena,

2) Insisi dan drainase abses,

3) Eksisi tumor jinak kulit.

10. UPTD Puskesmas Siantar CA melakukan penapisan pasien rawat jalan dengan risiko
jatuh pada saat proses penerimaan pasien dengan menggunakan formulir get up and go
test.
11. UPTD Puskesmas Siantar CA melakukan penapisan pasien rawat inap dengan risiko jatuh
dengan menggunakan,
1) Skala Morse untuk pasien dewasa

2) Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak.


D. PELAYANAN LABORATORIUM
1. Jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan di UPTD Puskesmas Siantar CA meliputi
:

1) Spesimen darah

• Pemeriksaan Hb

• Golongan Darah

• RDT Malaria

• Skrining HIV-AIDS

2) Spesimen dahak

• BTA DS

3) Spesimen urin

• Protein urin ibu hamil

• Tes kehamilan

2. Ketentuan jam buka pelayanan laboratorium UPTD Puskesmas Siantar CA adalah:

1) Buka setiap hari kerja.

2) Hari Senin sampai dengan hari Kamis waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB
sampai dengan 14.00 WIB.
3) Hari Jumat waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.

4) Hari Sabtu waktu pelayanan dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.

3. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis kesehatan,
memiliki STR dan telah mendapat pelatihan-pelatihan pemeriksaan laboratorium.
4. Hasil pemeriksaan harus diinterpertasi oleh Dokter yang telah memiliki STR dan SIP.

5. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu dengan


prosedur mulai dari permintaan, pemeriksaan, penerimaan spesimen, pengambilan dan
penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan hasil.
6. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD untuk pemeriksaan spesimen (darah,
sputum) pada kasus-kasus berisiko tinggi.
7. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD sesuai standar operasional yang telah
ditentukan.
8. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut ketentuan yang
berlaku.
9. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai
limbah infeksius.
10. Jenis Reagensia Esensial dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium harus tersedia
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan, antara lain:
1) Ziehl Neelsen

2) Kit Golongan darah

3) Kit Rapid test Kehamilan

4) Kit Rapid Test Malaria

5) Kit Rapid Test Protein dan Glukosa Urin

6) Kit Anti HIV

7) Kit Hb

11. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan suhu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
12. Ketersediaan reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium wajib dievaluasi
paling lambat setiap bulan sekali.
13. Untuk melakukan order reagensia dan bahan lain untuk pemeriksaan laboratorium guna
memperlancar pelayanan pemeriksaan laboratorium dilakukan ketika reagensia tersebut
sisa stoknya tinggal 25 % dari orderan awal.
14. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan sebagai berikut:
1) Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium selambat lambatnya dalam
waktu 20 menit kecuali pemeriksaan Sputum BTA dalam waktu 1 hari.
15. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal.

16. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada Dokter Puskesmas
yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah hasil diperoleh dengan
acuan sebagai berikut:

LIMIT LIMIT
NO PARAMETER RENDA TINGG SATUA
H I N
1 Glukosa 40 450 mg / dL
2 HB (Haemoglobin) 7 20 gr / dL

17. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan pemantapan mutu internal
dan pemantapan mutu eksternal.
18. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan merupakan bagian
tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien.
19. Risiko dalam pelayanan lobaratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti.
E. PELAYANAN FARMASI
1. UPTD Puskesmas Siantar CA melaksanakan penilaian, pengendalian, penyediaan dan
penggunaan obat dengan metode berdasarkan standar operasional pengelolaan obat
yang meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanaan, pendistribusian
pengendalian pencataan dan pelaporan obat.
2. Obat harus tersedia di Puskesmas sesuai dengan Formularium Puskesmas.

3. Yang berhak menulis resep adalah Dokter Puskesmas yang telah memiliki STR dan  SIP
di      UPTD Puskesmas Siantar CA.
4. Yang berhak menyediakan obat adalah oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai
penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Asisten Kefarmasian.

5. Ketersedian obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali.

a. Daftar Obat yang perlu diwaspadai di UPTD Puskesmas Siantar CA, antara lain:

i. M
gSO
4 Vial
2)
b. Daftar Obat dengan nama atau rupa mirip di UPTD Puskesmas Siantar
CA, antara lain: 1)
c. Petugas farmasi tidak boleh memberikan obat kadaluwarsa pada pasien, jika
ditemukan pemberian obat kadaluarsa pada pasien, maka akan diberikan sanksi
sesuai dengan peraturan internal yang telah disepakati bersama.
d. Untuk mencegah pemberian obat kadaluarsa, maka petugas farmasi memeriksa
semua obat yang diterima termasuk tanggal kedaluwarsa dan keadaan fisik obat,
menyimpan obat dalam rak dan menyusun sesuai jenis obat dengan mengikuti
sistem FIFO dan FEFO berdasarkan standar yang telah ditetapkan
e.   Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut

  f.  Peresepan obat narkotika dan psikotropika hanya bolah dilakukan oleh Dokter
Puskesmas  yang telah memiliki STR dan SIP.
g. Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan pada lemari khusus obat narkotika
dan psikotropika dengan 2 kunci dan 2 gembok, dimana kunci lemari dipegang oleh
Apoteker atau Penangggung jawab ruangan farmasi.
h. Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan ditindak
lanjuti sesuai dengan instruksi Dokter, yaitu:
i. Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak mempunyai kontraindikasi
dengan kondisi fisik pasien,

j. Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan tidak mempunyai efek bertentangan
dengan obat yang dipergunakan dalam proses pengobatan oleh dokter di UPTD
Puskesmas Siantar CA,
k. Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan efek ganda
dengan obat yang dipergunakan dalam pengobatan pelanggan.

l.Obat yang dibawa sendiri oleh pelanggan/keluarga tidak menimbulkan interaksi obat
dan berdampak negatif terhadap pengobatan pelanggan.
m. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga farmasi atau tenaga teknis kefarmasian
dengan  memperhatikan higiene dan kebersihan.
n. Penyimpanan obat dilakukan sesuai dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap obat.

o. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal: nama
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan waktu
menggunakan.
a. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat
alergi, interaksi obat, dan efek samping obat.
b. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat
dalam rekam medis.

c. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan


dan ditindak lanjuti.

d. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk


mengatasi jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan.
e. Obat emergensi harus disegel, dimonitor penggunaannya, dan segera
diganti jika digunakan dan disegel kembali oleh petugas farmasi.

F.  PELAYANAN REKAM MEDIS


1. Memberlakukan Buku International Statistical Classification of Diseases And Related
Health Problem (ICD-X) sebagai Standarisasi Kode Klasifikasi Diagnosis dan
Terminologi yang digunakan di UPTD Puskesmas Siantar CA.
2. Petugas puskesmas yang boleh mengakses rekam medik adalah:

a. Dokter, yaitu dr. Siti Aisyah Sitompul,

b. Perawat/bidan, yaitu yang telah mendapat surat pendelegasian wewenang dari dokter.

c.  Jika ada mahasiswa/i atau peneliti yang membutuhkan akses terhadap rekam medis
harus mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas sesuai prosedur yang berlaku
dan wajib menjaga kerahasiaan,

3. Rekam medik pasien dibuat dalam bentuk family folder, yaitu rekam medis keluarga
yang disimpan dalam satu map rekam medis. Dari satu pasien hanya boleh memiliki satu
rekam medis,
4. Rekam medis pasien diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:

a. Nomor rekam medis

b. Nama kepala keluarga

c. Nama pasien

d. Tanggal lahir

e. Alamat

5. Pengelolaan rekam medik dilakukan sesuai aturan berikut:

a. Rekam medis disimpan sentralisasi dengan sistem penomoran SIMPUS,

b. Sistem penomoran aplikasi SIMPUS disusun dengan aturan sebagai berikut:

1) Dua digit pertama menandakan desa/kelurahan

a) MB : Muara Bolak

b) SC : Siantar CA

c) SG : Sosorgadong

d) BB : Barangbang

e) SB : Sibintang

f) UB : Unteboang

g) HT : Huta Tombak

h) BR : Baringin

i) LW : Luar Wilayah

2) Empat digit berikutnya menandakan nomor indeks pasien

3) Dua digit terakhir menandakan urutan dalam keluarga

a) 01 : UMUM

b) 02 : BPJS, KIS, JAMKESDA, ASKES

6. Penyimpanan rekam medik dilakukan di ruang khusus yaitu Ruang Rekam Medik.

7. Masa retensi rekam medik adalah sebagai berikut:

a. Dikatakan inaktif apabila pasien selama dua tahun berturut-turut tidak pernah
berkunjung ke Puskesmas,
b. Rekam medik yang dapat dimusnahkan adalah rekam medik inaktif selama dua
tahun berturut-turut tidak berkunjung ke Puskesmas.
8. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga, nomor
rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan,
penyuluhan, persetujuan/penolakan rujukan/tindakan, diagnosis terapi dan rencana
pengobatan,
9. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan ditindak lanjut.

F. MANAJEMEN LINGKUNGAN

1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin satu
minggu sekali,
2. Prasarana Puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodik, dipelihara
dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi.

3. Petugas inventaris bertanggung jawab atas lingkungan fisik Puskesmas yang mencakup
pada pemantauan lingkungan fisik, pemeliharaan dan pemantauan (instalasi listrik, air,
ventilasi, gas) serta perbaikan sarana dan peralatan UPTD Puskesmas Siantar CA,
4. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan,

5. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikasi, disimpan dengan benar, dimonitor
penyimpanan dan penggunaannya dan ditindak lanjuti,
6. Program keamanan lingkungan fisik Puskesmas direncanakan dengan:

a. membuat pagar dari besi yang ditutup setelah jam pelayanan selesai,

b. membuat kerja sama dengan penduduk untuk melakukan pengamanan lingkungan


fisik Puskesmas.
c. Membuat perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan petugas keamanan
lingkungan fisik Puskesmas,
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program perencanaan keamanan
linkungan fisik.
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu,

8. Peralatan yang steril harus dipisahkan dari peralatan yang kotor,

9. Peralatan yang steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar,

10. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola sesuai SOP.
G. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN KLINIS

1. Pola ketenagaan SDM klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan SDM

2. Kredensial harus dilakukan untuk setiap tenaga klinis

3. Tenaga klinis yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat ijin yang berlaku

4. Evalusasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala paling lambat satu tahun
sekali,

5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus diinformasikan kepada Tenaga
klinis
6. Tiap tenaga klinis harus mempunayi uraian tugas dengan kejelasan kewenangan klinis
untuk masing-masing petugas,
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenang setiap tenaga klinis harus dievalusasi dan
ditindak lanjuti

KEPALA UPTD PUSKESMAS SIANTAR CA,

CANGGIMA SIMBOLON

Anda mungkin juga menyukai