PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ICU ( NTENSIVE CARE UNIT ) merupakan suatu bagian dari Rumah Sakit yang
memiliki kekhususan tersendiri, dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang
ditujukan untuk obervasi, perawatan dan terapi-terapi pasien yang menderita penyakit
cedera / penyakit-penyakit yang mengancam jiwa / potensial mengancam jiwa dengan
prognosis dubia. Intensive care menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi alat vital dngan menggunakan keterampilan
staf medik, perawat dengan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-
keadaan tersebut.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomyelitis di scandinavia pada sekitar
awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian yang disebabkan oleh kelumpuhan otot-otot
pernafasan, dokter-dokter anasthesia pada waktu itu melakukan intubasi dan memberikan
bantuan nafas secara manual mirip yang dilakukan selama anetesi. Dengan bantuan para
mahasiswa kedokteran dan sekelomok sukarelawan merekan mempertahankan nyawa
pasien poliomyelitis bulbar bahkan menurunkan mortalitas sebanyak 40% dibandingkan
dengan cara sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebanyak 90%.
Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilator bertekanan positif yang ternyata sangat
efektif untuk pemberian nafas jangka panjang, sejak saat itu ICU dengan perawatan
pernafasan mulai terbentuk dan tersebar luas.
Di Indonesia sejarah ICU dimulai pada tahun1971 dibeberapa kota besar, yaitu RSCM
Jakarta oleh Prof. Moch. Kelan dan Prof. Muhardi, di RS Dr. Soetomo Surabaya oleh
Prof. Karijadi Wirjoatmodjo, di RS Dr. Kariyadi Semarang oleh Prof. Haditopo, yang
selanjutnya menyebar dibanyak kota dan umumnya di motori para dokter anastesi.
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu untuk
dikembangkan di Indonesia. Berbagai pemberian pelayanan keperawatan intensif
bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial
reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan atau tanpa
pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru,
mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan
penyakit kritis ( Adam & Osborne, 1997).
Pada saat ini intensive care modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah,
ventilasi mekanik saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu Intensive Care
Medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi pemberian dukungan fungsi organ-
organ vital seperti pernafasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, renal dan lain-lainnya
baik pada pasien dewasa ataupun pada pasien anak-anak dan ada pula pasein dengan
membutuhkan cuci darah atau hemodialisa . Maka dari itu diperlukannya tenaga,
terbatasnya saran dan prasarana, serta mahalnya perlatan ,maka demi efisiensi ,
keberadaan ruang intensive care perlu dikonsentrasikan.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan yang bermutu dengan mengutammakan keselamatan pasien
sesuai kemampuan RS Anna.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuhan pelaksanaan pelayanan ruang intensive care di RS Anna.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ruang Intensive care di
RS Anna.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif care RS Anna meliputi penanganan
khusus yang sesuai dengan indikasi pasien masuk ruang dengan rekomendasi /
persetujuan dari dokter penanggung jawab Intensive care.
C. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS, dan
Standar Prosedur Operasional yang berlaku.
1. Pelayanan Ruang ICU
Pelayanan ruang icu meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernafasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lain, pada pasien
dewasa.
2. Pelayanan PICU
Pelayanan ruang picu diberikan kepada pasien anak seperti gangguan pernafasan,
susunan syaraf pusat , dan membutuhkan observasi ketat.
3. Pelayanan ruang HCU Hemodialisa
Pelayanan ruang hcu diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil, yang
membutuhkan pelayanan, observasi ketat dan membutuhkan untuk cuci darah.
D. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman pelayanan ICU adalah
sebagai berikut
1. Undang-undang No. 3 tahun 2009 tentang kesehatan;
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. KepMenKes RI No. 133/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 920/Menkes/per/XII/1986 tentang
Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2010 tentang Intensive Care
Unit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 178?Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan di Intensive Care Unit Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/Menkes?Per/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1087/Menkes/
SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
9. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Anna.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Tenaga Keperawatan
Adapun karakteristik perawat, penetapan jumlah dan kualifikasi tenaga
keperawatan serta kompetensi Intensive Care adalah sebagai berikut :
a. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan dengan konsisten
b. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
c. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan khusus serta diikuti
oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
e. Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif
f. Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan klinis yang tinggi
g. Mengintreprestasikan analisa situasi yang kompleks
h. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
i. Berfikir kritis
j. Mampu menghadapi tantangan ( Chalenging )
k. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
l. Berfikir ke depan ( Victionary)
m. Inovatif
C. PENGATURAN JAGA
Demi kelancaran dalam memberikan pelayanan kesehatan di ICU RS Anna khusus
untuk petugas ICU dibagi dalam 3 (tiga ) shift yang terdiri dari :
1. Shift 1 ( Dinas Pagi ) : jam 07.00 – 14.00
Untuk dinas pagi ruang ICU yang bertugas sebanyak 2 orang, 2 orang perawat dan
1 orang kepala ruangan ICU
2. Shift 2 ( Dinas Sore ) : jam 14.00 – 21.00
Untuk dinas sore ruangan ICU yang bertugas sebanyak 2 orang perawat
3. Shift 3 ( Dinas Malam ) : jam 21.00 – 07.00
Untuk dinas malam ruang ICU yang bertugas sebanyak 3 orang perawat
Keterangan :
1. Jadwal dinas ruang Intensive care dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh kepala
ruangan
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan
3. Untuk karyawan yang dinas dan memiliki kepentingan pada hari tertentu maka
dapat mengajukan permintaan tukar dinas kepada kepala ruangan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga ada agar tidak mengganggu pelayanan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Kelengkapan fasilitas dan peralatan di unit perawatan intensif merupakan faktor
pendukung yang sangat penting karena memudahkan untuk mengantisipasi keadaan yang
mengancam kehidupan. Kebutuhan fasilitas dan peraltan disesuaikan dengan klasifikasi
pelayanan intensif yang diberikan.
1. Denah Ruang
ISOLASI HCU/ICU PICU
(2 Bed) (2Bed) (2 Bed)
Spoolhook
Lemari linen
dan lemari alkes
Nurse Station
kamar Dokter
Kamar Ganti
Perawat
Nurse Station
Ruang HCU
hemodialisa
B. STANDAR FASILITAS
Standar fasilitas ruang intensive care unit ( ICU ) ebagai berikut :
No Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Ventilator 3
2 Monitor 8
3 Infus Pump 8
4 Syringe Pump 8
5 Suction 2
6 Standar infus 12
7 Tensi meter digital 1
8 Thermometer 4
9 Oksigen portable kecil 2
10 Ekg 1
11 Defibrillator 1
12 Meja Pasien 8
13 Kursi kerja 5
14 Bangku bakso 3
15 Set CVP 2
16 Set GV 1
17 Laringoskop 2 1 dewasa, 1 anak
18 Duk Bolong 2
19 Film Viewer 1
20 Ambubag 2 1 dewasa, 1 anak
21 Senter 1
22 Lemari linen 1
23 Infus pressure 1
24 Lampu tindakan 1
25 Lampu emergency 1
26 Lemari obat 1
27 Meja emergensi 1
28 Tensi Digital 1
29 Stetoscop 3 2 dewasa, 1 anak
30 Lain-lain 1 Alat tulis kantor
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Kriteria Pasien Intensive care
Sebelum masuk ke ruang IRI pasien dan / atau keluarganya harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus
mendapatkan perawatan di IRI serta tindakan kedokteran yang mungkin selama pasien
dirawat di IRI Penjelasan tersebut diberikan oleh dokter yang bertugas. Atas penjelasan
tersebut pasien dan / atau keluarganya dapat menerima / menyatakan persetujuan untuk
dirawat di IRI. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir Informed
Consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana IRI yang terbatas pada suatu Rumah Sakit,
diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan
akan pelayanan IRI lebih tinggi dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
Kepala IRI bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di IRI. Bila
kebutuhan pasien masuk IRI melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala IRI
menentukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan
dirawat di IRI
Kesimpulan
Kriteria pada pasien masuk ICU, apabila memenuhi salah satu dari parameter di
bawah ini :
2 Parameter objektif
1 Parameter laboratorium
1 Parameter radiologi
1 Parameter Elektrokardiogram
BAB V
LOGISTIK
A. PENGELOLAAN LOGISTIK
Pengelolaan perbekalan logistik di Instalasi Intensive Care RS Anna, dikelola secara
efektif dan efisien guna menunjang mutu pelayanan. Perbekalan logistik ini berupa bahan
habis pakai berupa obat-obatan, alat-alat kesehatan maupun alat tulis kantor dan rumah
tangga. Kelengkapan fasilitas sangatlah penting guna menunjang pelayanan yang optimal
dan profesional. Dalam pengelolaannya, perbekalan logistik ini didukung dengan
beberapa alur yaitu :
1. Permintaan Barang ke Bagian Gudang Farmasi
Alur permintaan barang Instalasi Intensif Care ke bagian gudang farmasi adalah
sebagai berikut :
a. Petugas Intensive Care mengisi formulir permintaan barang farmasi
b. Petugas Intensive menyerahkan formulir permintaan barang yang telah disetujui
ke petugas farmasi. Kemudian petugas farmasi memberi nomor pada bon
permintaan dan menyiapkan barang yang diminta dan menginput ke komputer
ruang Intensive Care
c. Petugas Intensive Care mengambil barang yang diminta
d. Barang yang diminta disimpan dalam lemari stok Intensive care dan dikeluarkan
sesuai kebutuhan (Pengelompokkan obat labelling kit emergency tempat
penyimpanan)
B. PEMELIHARAAN ALAT
Pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada perlu dilakukan secara berkala dan terus
menerus, ini penting agar alat yang ada selalu siap bila diperlukan dibawah ini beberapa
hal yang perlu diperhatikan :
1. Gunakan fasilitas dan peralatan sesuai dengan fungsinya
2. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan dalam
menginterprestasikan informasi yang didapat ( monitoring EKG, respirator, monitor
pasien, syringe infus pump, dll )
3. Buat inventaris fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui apakah
jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan permintaan baru
atau perbaikan alat yang ada.
4. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilisasi unit perawatan
intensif dan penyediaan tempat cuci tangan
5. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional
6. Adanya protokol untuk membersihkan peralatan tempat tidur setelah pasien pindah.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi assesmen risiko, indentifikasi dan pengeloalaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan anlisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tidak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalnya
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang
tidak disengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian
Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera
(KPC).
a. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar, tetapi tidak
timbul cedera
d. Kondisi Potensial cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
e. Kejadian Sentinel ( KTD ) adalah yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
B. TUJUAN
Tujuan dari program keselamatan pasien adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pegulangan
kejadian tidak diharapkan
C. STANDSAR PASIEN SAFETY DI RUANG INTENSIVE CARE
Standar keselamatan pasien ( pasien safety ) untuk pelayanan ICU adalah :
a. Ketetapan Identitas
1) Target 100% terpasang gelang identitas pasien rawat inap : pasien yang masuk ke
rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
2) Target 100% label identitas tidak tepat apabila : tidak terpasang, salah pasang,
salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn / Ny / Nn / An), salah jenis
kelamin, salah alamat.
b. Komunikasi SBAR
Target 100%konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR
c. Medikasi
1) Ketepatan pemberian obat
Target 100% yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah dosis, salah
jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.
2) Ketetapan transfusi
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada permintaan,
salah tulis jenis produk darah, salah pasien
d. Pasien Jatuh :
1) Target 100%. Tidak ada kejadian pasien jatuh di Intensive care
1. Insiden di Ruang Intensive Care Unit (ICU)
Kejadian tidak diharapkan yang mungkin timbul pada proses pelayanan ICU
antara lain dapat disebabkan oleh :
1) Kejadian dapat terjadinya saat perpindahan dari brankard ruangan ke
tempat pasien ruang ICU, bila tidak hati-hati pasien bisa jatuh
2) Dapat terjadinya kesalah dalam melakukan transfusi darah bila kurang
teliti
3) Dapat terjadinya kesalahan dalam melakukan pemberian obat karena
kesamaan penyebut nama obat, Rupa dan Ucapan Mirip ( Look-Alike,
Sound-Alike, Medicine Names )
4) Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian cairan konsentrat
5) Tekanan oksigen / tekanan udara yang kadang turun sehingga dapat
mengganggu pemakaian ventilator karena konsentrasi oksigen yang
diberikan tidaak dapat dikontrol
6) Tindakan RJP karena indikator di monitor asistole karena elektorda lepas
Keputusan Menteri Kesehatan Republlik Indonesia No. 1087 / MENKES / SK / VIII / 2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, maka perlu dibuat suatu
Tim K3RS di RS Anna. K3RS meupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM di rumah sakit, pasien,
pengunjung / pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit.
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu dimana rumah sakit membuat kerja / aktifitas
karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS Anna
2. Mencegah dan mengurang kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan pproses
kerjanya
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang beresiko
menyebabkan kecelakaan dan dapat menjadi bertambah tinggi
2. Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan di RS Anna adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit:
Pemeriksaan fisik lengkap
Kesegaran jasmani
Rontgen paru-paru (bila mungkin)
Laboratorium rutin
Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan
timbul, khususnya untuk pekerja tertentu
Jika 3 bulak sebelumnya telah dilakukakan pemeriksaan oleh dokter
( pemeriksaan berkala ) tidak ada keraguan maka ridak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit :
Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit sekurang-kurangnya 1
tahun (penyakit menular melalui cairan tubuh dan mafas)
c. Melakukan pemeriksaan khusus pada :
SDM rumah sakit ang telah mengalami kecelakaan / penyakit yang
memerlukaan perawatan lebih dari 2 minggu
SDM rumah sakit yang berusia diatas 40 tahun / SDM rumah sakit yang wanita
dan SDM rumah sakit yang cacat serta SDM rumah sakit yang berusia muda
yang mana melakukan pekerjaan tertentu
SDM rumah sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu dengan gangguan
kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan
diantara SDM rumah sakit atas pengamatan organisasi pelaksana K3RS
d. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan / pelatihan tentang kesehatan kerja
dengan membuka bantuan kepada SDM rumah sakit dengan penyesuaian diri baik
fisik maupun mental yang diperlukan antara lain :
Informasi umum rumah sakit dan fasilitas / sarana yang terkait dengan K3
Informasi tentang resiko dan bahaya khusus ditempat kerjanya
SPO kerja, SPO peralatan, SPO penggunaan alat pelindung diri dengan
kewajibannya
Orientasi K3 ditempat kerja
Melaksanakan pendidikan, penyuluhan/pelatihan kesehatan kerja secara
berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan
budaya K3
e. Mningkatkan kesehatan badan, kondisi mental ( rohani ) dan kemampuan fisik
SDM rumah sakit :
Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM rumah
sakit yang dinas malam untuk seluruh bagian.
Pemberian imunisasi bagi SDM rumah sakit
Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi
Pembinaan mental / rohani.
f. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM rumah sakit
yang menderita sakit :
Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM rumah sakit
Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM
rumah sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Menindak lanjuti haasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan
kesehatan khusus
Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit yang terkait
g. Melakukan koordinasi dengan Tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap SDM rumah sakit dan pasien :
Pertemuan koordinasi
Pembahasa kasus
Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
h. Melaksanakan kegiatan surveilens kesehatan kerja :
Melakukan pemetaan (mapping ) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis
bahaya dan besarnya resiko
Melakukan identifikasi SDM rumah sakit berdasarkan jenis pekerjaannya,
lama pajanan dan dosis pajanan
Melakukan analisis pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
Melakukan tindak lanjut analisis, pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus( dianjurkan ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan
pemberian istirahat kerja)
i. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan
kesehatan kerja ( pemantauan / pengukuran terhadap fisisk, kimiia, biologi,
psikososial, dan ergonomi )
j. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan
kepada Direktur rumah sakit dan unit terkait di wilayah kerja rumah sakit.
Disamping hal-hal diatas rumah sakit juga perlu memperhatikan masalah pengelolaan limbah
medis rumah sakit. Limbah medis rumah sakit termasuk kategori limbah yang berbahaya dan
beracun yang sangat penting untuk dikelola dengan benar. Sebagian limbah medis termasuk
kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategoti limbah infeksius. Limbah
infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, verban, biakan kultur,
bahan / perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular / media lainnya yang
diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan
beresiko terhadap =penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin
ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain : penyakit menular ( hepatitis, diare,
campak, AIDS, influensa), bahaya radiasi ( kanker, kelainan organik genetik). Dan resiko
bahaya kimia.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit khususnya
dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM di rumah sakit, pasien, pengunjung /
pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit. Maka diharapkan petugas kesehatan / SDM
rumah sakit khususnya petugas ICU agar dalam melaksanakan pelayanannya dapat
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
BAB IX
PENUTUP
INTENSIVE Care Unit ( ICU ) adalah satu unit dalam rumah sakit yang mandiri, dangan staf
dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit, cedera, atau penulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa. Oleh karena itu, ruang rawat tersebut harus dirancang khusus seperti
letak bangunannya berada diantara gawat darurat dan bedah snentral dan satu kompleks
dengan ruang laboratorium dan radiologi. Setiap rumah sakit merancang rawat intensif atau
yang sudah populer dengan sebutan ICU sesuai dengan bentuk lahan yang tersedia, dan
kebutuhannya tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut. Makin besar suatu rumah
sakit tentunya membutuhan jumlah dn kapsitas yang lebih besar dari segi perlatan dan
petugas.
ICU diklasifikasikan menjadi ICU primer, sekunder, dan tersier, dan klasifikasi tersebut
tentunya terkait dengan keadaan dan kemapuan masing-masing rumah sakit.
Dengan demikian, diperlukan tenaga perawat yang profesional dalam pegelolaan dan
perawatan Intensive, sehingga sangat perlu diadakan pelatihan-pelatihan dami meningkatkan
SDM dibidang tersebut.
Standar pedoman pelayanan ruang Intensive Care Unit ( ICU ) ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi petugas medis maupun perawat di ruang ICU dalam melaksanakan tugasnya
secara profesional.
SARAN-SARAN
1. Untuk efektifitas, keselamatan dan ekonominya pelayanan ICU maka perlu dikembangan
unit pelayanan tingkat tinggi ( HCU , fungsi utama HCU adalah menjadi unit perawatan
antara bangsal rawat inap dan ICU. HCU tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU
tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi
2. Diadakanyya pelatihan ICU bagi semua perawat ruang ICU secara bertahap.