1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pelayanan Kesehatan dan Bidan Primer.Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk membuat
tugas makalah ini.
12 November 2022
Tim Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelayanan kesehatan primer
2. Mengetahui peran bidan dalam pelayanan kedehatan primer
3. Mengetahui Ketentuan dan peraturan pelayanan kebidanan primer di
Indonesia
4. Mengetahui Models Contunity of Midwifery Care
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan primer
2. Dapat menambah referensi mengenai pelayanan kesehatan primer
3. Dapat mengaplikasikannya di tempat kerja, klinik, atau praktik mandiri jika
ada
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu
perawatan primer danlayanan lainnya untuk memenuhi masalah
kesehatan utama dalam masyarakat yang harusdiberikan sama bagi
semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,
warna,lokasi perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial
2. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dankegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agarberperilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak, dan diterimabudaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat
penggunaan maksimal darilokal, nasional, dan sumber daya yang
tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah prosesindividu dan
keluarga untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan
orangorangdi sekitar mereka serta mengembangkan kapasitas untuk
berkontribusi dalampembangunan masyarakat.Partisipasi bisa dalam
bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.Masyarakat
perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintahdaerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat
lingkungan atau desa karena masalahheterogenitas yang minim.
5. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu
intervensi hanya padasektor kesehatan formal. Sektor lain sama
pentingnya dalam mempromosikan kesehatandan kemandirian
masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
pertanian(misalnya, keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya, menyangkut masalahkesehatan yang berlaku, metode
pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan,pekerjaan umum
(misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi
5
dasar), pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat
(termasuk Panchayatstau pemerintah daerah, organisasi-organisasi
sukarela, dan sebagainya).
B. Sebagai pengelolah
Bidan berperan dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan
terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan keluarga/klien. Pengembangan
pelayanan dasar kesehatan yang dapat dilakukan bidan antara lain :
6
1. Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mengelolah pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu
dan anak serta KB sesuai rencana
3. Mengkoordinasi, mangewasi dan membimbing kader, dukun atau petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta KB
4. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
5. khusunya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber
6. yag ada pada program dan sector terkait.
7. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta
8. memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
7
E. Sebagai koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of service)
Mengkoordinasi seluruh kegiatan upaya peeayanan kesehatan puskesmas
dan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan
tim kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan.
8
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak
pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan. Dalam
mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI mengadopsi
nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif,
dan bersih. Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan,
yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaa
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di Indonesia.
Permasalahan yang utama ialah bagaimana primary health care belum dapat
dijalankan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target yang
seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu:
1. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan
kualitas pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan
masyarakat
2. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk
menerapkan paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
4. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar
dan semakin dekat pada budaya local.
9
(tenaga kesehatan), keluarga mendapatkan kepercayaan dan memungkinkan
untuk menjadi advokasi pasien. Kontinuitas perawatan berakar dari
kemitraan pasien dan bidan dalam jangka panjang di mana bidan tahu
riwayat pasien dari pengalamannya dan dapat mengintegrasikan informasi
baru dan dapat mengambil tindakan yang efisien tanpa penyelidikan
mendalam atau review catatan. Kontinuitas perawatan dipimpin oleh bidan
dan dalam pendekatannya bidan bekerjasama dengan tim kesehatan lainya
(Adnani, QE, Nuraisya, W., 2013).
Continuity of midwifery care (CoC) adalah model asuhan kebidanan
yang memberikan pelayanan kebidanan oleh satu bidan yang sama dan dapat
dilakukan pada saat antenatal care (ANC) yang bertujuan untuk
mempersiapkan persalinan.
Menurut Sandall, J. dalam Ningsih (2017) menyebutkan bahwa
Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,
informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen melibatkan
komunikasi antar perempuan dan bidan. Kontinuitas perawatan berakar dari
kemitraan pasien dan bidan dalam jangka panjang di mana bidan tahu
riwayat pasien dari pengalamannya dan dapat mengintegrasikan informasi
baru dan dapat mengambil tindakan yang efisien tanpa penyelidikan
mendalam atau review catatan. Kontinuitas perawatan dipimpin oleh bidan
dan dalam pendekatannya bidan bekerjasama dengan tim kesehatan lainya
(Adnani, QE, Nuraisya, W., 2013). Continuity of midwifery care (CoC)
adalah model asuhan kebidanan yang memberikan pelayanan kebidanan oleh
satu bidan yang sama dan dapat dilakukan pada saat antenatal care (ANC)
yang bertujuan untuk mempersiapkan persalinan.
Menurut Sandall, J. dalam Ningsih (2017) menyebutkan bahwa
Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,
informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen melibatkan
komunikasi antar perempuan dan bidan. Kesinambungan informasi
menyangkut ketersediaan 7 waktu yang relevan. Kedua hal tersebut penting
untuk mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan. Pemberian informasi
kepada perempuan memungkinkan dan memberdayakan mereka dalam
melakukan perawatan untuk mereka sendiri dan muncul sebagai dimensi
secara terus menerus sebagai informasi dan kemitraan. Perawatan berencana
10
tidak hanya menopang bidan dalam mengkoordinasikan layanan
komprehensif mereka tetapi juga menimbulkan rasa aman serta membuat
keputusan bersama. Tidak semua pasien dapat mengasumsikan keaktifan
perannya namun mereka dapat membuat akumulasi pengetahuan dari
hubungan yang berkesinambungan untuk bisa mengerti terhadap pelayanan
yang mereka terima (Haggerty, Freeman, & Beaulieu, 2013).
Filosofi model continuity of care menekankan pada kondisi alamiah
yaitu membantu perempuan agar mampu melahirkan dengan intervensi
minimal dan pemantauan fisik, kesehatan psikologis, spiritual dan sosial
perempuan dan keluarga (Mclachlan et al., 2012). Siklus persalinan
merupakan paket pelayanan yang meliputi pelayanan yang berkelanjutan
selama hamil, bersalin dan pasca persalinan. Memberikan informasi dan
arahan kepada perempuan. Sehingga perawatan yang dilakukan oleh bidan
terpercaya selama persalinan dan nifas serta mengidentifikasi dan merujuk
apabila membutuhkan perawatan lanjutan ke spesialis obstetri atau spesialis
lainnya (Sandall, n.d.)
Continuity Of Care yang dilakukan oleh bidan pada umumnya
berorientasi untuk meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam suatu
periode. Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu
managemen,informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen
melibatkan komunikasi antar perempuan dan bidan.
Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang
relevan. Kedua hal tersebut penting untuk mengatur dan memberikan
pelayanan kebidanan.(Sandall, n.d.). Pemberian informasi kepada
perempuan memungkinkan dan memberdayakan mereka dalam melakukan
perawatan untuk mereka sendiri dan muncul sebagai dimensi secara terus
menerus sebagai informasi dan kemitraan Perawatan berencana tidak hanya
menopang bidan dalam mengkoordinasikan layanan komprehensif mereka
tetapi jugamenimbulkan rasa aman serta membuat keputusan bersama. Tidak
semua pasien dapat mengasumsikan keaktifan perannya namun mereka
dapat membuat akumulasi pengetahuan dari hubungan yang
berkesinambungan untuk bisa mengerti terhadap pelayanan yang mereka
terima (Haggerty, Freeman, & Beaulieu, 2013).
11
Memberikan informasi dan pengetahuan pada perempuan merupakan
bagian yang terkonsolidasi terhadap kelangsungan informasi, dan yang
mendukung serta mengakui peranpasien di pelayanan adalah dimensi
kontinuitas relasional yang sangat esensial ketika memberikan pelayanan
yang meliputi kepercayaan, keadaan, hubungan timbal balik dan harapan
tidak hanya berlaku untuk kelangsungan relasional tetapi bagaimana
pengalaman perempuan nantinya dapat disusun dengan apik. Pengalaman
diskontinuitas juga ditemukan seperti kurangnya perhatian, koordinasi dan
kesenjangan informasi. Karena pasien dapat secara akurat mengevaluasi
apakah mereka telah menerima informasi, apakah memberi mereka
informasi terkait rencana pelayanan, apakah tenaga kesehatan memberikan
informasi yang komprehensif, dan apakah mereka melakukan hubungan
secara berbalasan (Haggerty et al., 2013).Ada tambahan atribut bagi bidan
dalam melakukan pelayanan kebidanan yang meliputi kemampuan
komunikasi,empati dan membangun relasi. Terdapat penekanan ganda pada
keterampilan dari segi afektif yaitu empati dan kasih sayang. Misalnya
melakukan tinjauan sistematis untuk menjawab pertanyaan(Carolan, 2011).
A. Dimensi
Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of
care yaitu dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan,
persalinan, serta hari-hari awal dan tahun kehidupan. Dimensi kedua
dari Continuity of care yaitu tempat pelayanan yang menghubungkan
berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan sarana
kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan secara
berkesinambungan.
B. Tujuan
Menurut Saifuddin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan
yang berkesinambungan adalah sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.
12
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian
ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi
agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
C. Manfaat
Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang
berbagi beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa
ibu menerima semua asuhannya dari satu bidan atau tim
praktiknya. bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan
lainnya (Astuti, dkk, 2017).
D. Dampak Tidak Dilakukan Asuhan Berkesinambungan
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan
kebidanan yang berkesinambungan adalah dapat meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi pada ibu yang tidak ditangani
sehingga menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap
komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Komplikasi yang dapat timbul pada kehamilan diantaranya
meliputi anemia, hipertensi, perdarahan, aborsi, oedema pada
wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul
pada persalinan meliputi distosia, inersia uteri, presentasi bukan
belakang kepala, prolap tali pusat, ketuban pecah dini (KPD), dan
lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada masa nifas
meliputi, bendungan ASI, dan lain-lain.Komplikasi yang mungkin
13
timbul pada bayi baru lahir meliputi berat badan lahir rendah
(BBLR), asfiksia, kelainan kongenital, tetanus neonatorum, dan
lain-lain (Saifuddin, 2014).
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelayanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care (PHC) adalah
pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan pada metode dan teknologi praktis,
ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun
keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan
menentukan nasib sendiri.
Peran Bidan dalam Pelaayanan Kesehatan Primer yaitu sebagai
Pelaksana,Pengelolah, Pendidik, Pengamat Kesehatan, Koordinator pelayanan
kesehatan, Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan
Ketentuan Peraturan Pelayanan Kebidanan Primer di Indonesia yaitu
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengembangan dan
mengimplementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan,
Kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan, Mengajarkan konsep kesehatan dasardan tknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat.
Continuity of care (COC) adalah suatu proses di mana pasien dan tenaga
kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara
terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis
yang efektif.
3.2 Saran
Bidan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai
dengan peran dan fungsinya berdasarkan etika profesi bidan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
16
HASIL PERSENTASI KELOMPOK 3
Sesi 1:
Jawaban : (Rikawati)
17
3. Apa yang termasuk dalam Basic Six yang termasuk dalam Primary Health
Care Tersebut ?
Jawaban: (MARYANI)
Sesi 2 :
3. Apa tujuan dari continuitnity of midwifery care ? dan apa dampak tg akan
terjadi jika tdk dilakukan hal tersebut? (FITA ANGGRAENI (KEL.1)
18
jawab : (yayang putri yudhistirha)
contuinity of care sndiri adalah model asuhan kebidanan yg memberikan
pelayanan kebidanan oleh stu bidan yg sma dan dapat dilakukan pada saat
ancam yg brtujuan menyiapkan perslinanan hal ini bertujuan agar ibu
mendapatkan pelayanan yg berkesinambungan dan dpt terpantau nya
kesehatan ibu dan byi. Jika tdk dilakukan makan akan berapa
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu yang tdk ditngani
sehingga bs mnimbulkan penanganan keterlambatan trhadap penangan
pada komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dn mortalitas
19