Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PELAYANAN KESEHATAN DAN BIDAN PRIMER DI INDONESIA


Sub. Bagian Peran Bidan Dalam Pelayanan Kesehatan Primer
Ketentuan Dan Peraturan Pelayanan Kebidanan Primer
di Indonesia (Termasuk Model Continuity
Of Midwifery Care)

DOSEN PEMBIMBING : Satra Yunola, S.ST., Bdn., M.Keb


OLEH : KELOMPOK 3
Ketua : Yayang Putri Yudhitirha NIM 22251061P
Anggota : 1. Iis Sholikah NIM 22251025P
2. Dwi Apriantinawati NIM 22251011P
3. Icha Handayani NIM 22251023P
4. Milanti Proga NIM 22251034P
5. Rikawati NIM 22251045P
6. Ema Rohima NIM 22251015P
7. Martina Fevi Yanti NIM 22251031P
8. Febrika Usiyanti NIM 22251019P
9. Siti Rahma NIM 22251054P
10. Maryani NIM 22251032P

STUDI STRATA 1 KEBIDANAN KHUSUS


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pelayanan Kesehatan dan Bidan Primer.Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk membuat
tugas makalah ini.

12 November 2022
Tim Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Kesehatan Dasar dan Primary Health Care4
2.1.1 Definisi ......................................................................................... 4
2.1.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan Primer .............................................. 4
2.1.3 Fungsi Pelayanan Kesehatan Primer .............................................. 4
2.1.4 Tiga Unsur Utama Pelayanan Kesehatan Primer ............................ 4
2.1.5 Lima Prinsip Dasar Pelayanan Kesehatan Primer .......................... 4
2.1.6 Delapan Element Pelayanan Kesehatan Primer ............................. 6
2.2 Peran Bidan dalam pelayanan kesehatan primer ............................ 6
2.3 Ketentuan dan peraturan pelayanan kebidanan primer di Indonesia (termasuk
models continuity of midwifery care) ............................................. 8
2.3.1 Models contunity of Midwifery care ..................................... 9
2.3.2 Komponen Model Pelayanan Persalinan Berkelanjutan ................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16
LAMPIRAN
1. POWER POINT

ii
iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1977 melahirkan
kesepakatan global unutk mencapai “ Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun
2000” yakni tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Selanjutnya pada
tahun 1978, dalam konferansi di Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip Primary
Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai
kesehatan bagi semua (KBS) dan Indonesia ikut menandatangani, menyatakan
bahwa untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun 2000, PHC adalah
kuncinya. Sedangkan pembangunan kesehatan masayarakat di desa adalah salah
satu bentuk operasional dari PHC. Hal terebut didasari benar bahwa kesehatan
adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk hidup, karena setiap manusia
berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan.
Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki
kesehatan yang optimal karena berbagai masalah bersama secara global.
Diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah,
yang menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan,
pendidikan dan kebutuhan lainnya.Oleh karena itu PHC merupakan salah satu
pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi seluruh tahun 2000 sebagai
tujuan pembangunan kesehatan semesta dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Di Indonesia bentuk operasional PHC adalah PKMD dengan berlandaskan
kepada garis-garis besar haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan MPR
untuk dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama lintas sektoral dan instansi-
instasi berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pelayanan kesehatan primer itu?
2. Apakah peran bidan dalam pelayanan kedehatan primer ?
3. Apakah ketentuan dan peraturan pelayanan kebidanan primer di Indonesia?
4. Bagaimana model contunity of Midwifery care ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelayanan kesehatan primer
2. Mengetahui peran bidan dalam pelayanan kedehatan primer
3. Mengetahui Ketentuan dan peraturan pelayanan kebidanan primer di
Indonesia
4. Mengetahui Models Contunity of Midwifery Care

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan primer
2. Dapat menambah referensi mengenai pelayanan kesehatan primer
3. Dapat mengaplikasikannya di tempat kerja, klinik, atau praktik mandiri jika
ada

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Kesehatan Dasar dan Primary Health Care (PHC)


2.1.1 Definisi
Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care) adalah pelayanan
kesehatan esensial yang diselenggarakan berdasarkan tatacara dan teknologi
praktis, sesuai dengan kaedah ilmu pengetahuan serta diterima oleh
masyarakat, dapat dicapai oleh perorangan dan keluarga dalam masyarakat
melalui peran aktif secara penuh dengan biaya yang dapat dipikul oleh
masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap tahap perkembangan serta
yang didukung oleh semangat kemandirian dan menentukan diri
sendiri(WHO, 1978).
Pelayanan kesehatan primer (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai
untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua
penduduk (Lancaster.JdanStanhope.M, 1997). Pelayanan primer berfokus
pada pelayanan kesehatan individual, sedangkan pelayanan kesehatan primer
berfokus pada perbaikan kesehatan dari seluruh populasi (Perry, Potter.
2009).
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC adalah Pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metoda dan tehnologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan Negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri( Self
reliance ) dan mentukan nasib sendiri (self Determinati on).
Pelayanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care (PHC) adalah
pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan pada metode dan teknologi
praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan
negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam
semangat untuk hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri.
2.1.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan Primer
Tujuan umum PHC adalah mendapatkan kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga akan dicapai tingkatkepuasan
pada masyarakat yang menerima pelayanan, sedangkan yang menjadi tujuan
khusus adalah berikut ini :
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-
sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

2.1.3 Fungsi Pelayanan Kesehatan Primer


Pelayanan Kesehatan Primer hendaknya memenuhi fungsi-fungsi
sebagai berikut :
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis danpengobatan
4. Pelayanan tindak lanjut
5. Pemberian sertifikat

2.1.4 Tiga Unsur Utama Pelayanan Kesehatan Primer


1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat (Perlibatan masyarakat dalam bidang
kesehatan melalui Posyandui)
3. Melibatkan kerjasama lintas sectoral

2.1.5 Lima Prinsip Dasar Pelayanan Kesehatan Primer


Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-
prinsip Pelayanan Kesehatan Primer sebagai pendekatan atau strategi global
guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip Pelayanan Kesehatan
Primer sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan

4
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu
perawatan primer danlayanan lainnya untuk memenuhi masalah
kesehatan utama dalam masyarakat yang harusdiberikan sama bagi
semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,
warna,lokasi perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial
2. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dankegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agarberperilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak, dan diterimabudaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat
penggunaan maksimal darilokal, nasional, dan sumber daya yang
tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah prosesindividu dan
keluarga untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan
orangorangdi sekitar mereka serta mengembangkan kapasitas untuk
berkontribusi dalampembangunan masyarakat.Partisipasi bisa dalam
bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.Masyarakat
perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintahdaerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat
lingkungan atau desa karena masalahheterogenitas yang minim.
5. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu
intervensi hanya padasektor kesehatan formal. Sektor lain sama
pentingnya dalam mempromosikan kesehatandan kemandirian
masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
pertanian(misalnya, keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya, menyangkut masalahkesehatan yang berlaku, metode
pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan,pekerjaan umum
(misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi

5
dasar), pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat
(termasuk Panchayatstau pemerintah daerah, organisasi-organisasi
sukarela, dan sebagainya).

2.1.6 Delapan Element Pelayanan Kesehatan Primer


Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen, yaitu:
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial

2.2 Peran Bidan dalam pelayanan kesehatan primer


A. Sebagai pelaksana, memberi pelayanan kesehatan (provider care)
Bidan memegang peranan penting untuk meningkatkan pelayanan yang
menyeluruh dan bermutu ditengah masyarakat dengan memberika pelayanan
kebidanan secaran langsung maupun tidak langsung. Pelayanan kesehatan
yang patut dilaksanakan bidan antara lain :
1. Meningkatkan upaya pengawasan ibu hamil
2. Meningkatkan gizi ibu hamil dan ibu menyusui
3. Meningkatkan penerimaan gerakan KB
4. Meningkatkan kesehatan lingkungan
5. Meningkatkan sistem rujukan
6. Meningkatkan penerimaan imunisasi ibu hamil dan bayi.

B. Sebagai pengelolah
Bidan berperan dalam pengembangan pelayanan dasar kesehatan
terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan keluarga/klien. Pengembangan
pelayanan dasar kesehatan yang dapat dilakukan bidan antara lain :

6
1. Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan
terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mengelolah pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu
dan anak serta KB sesuai rencana
3. Mengkoordinasi, mangewasi dan membimbing kader, dukun atau petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta KB
4. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
5. khusunya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber
6. yag ada pada program dan sector terkait.
7. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta
8. memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.

C. Sebagai pendidik (Health Education)


Pendidikan masyarakat memegang peranan penting yang meliputi :
1. Pentingnya arti pengawasan hamil
2. Pentingnya arti imunisasi TT pada ibu hamil
3. Pentingnya arti pelaksanaan KB
4. Mengarahkan kemana persalinan dilakukan untuk mendapatkan well born
baby
5. Pengawasan post partum danpersiapan untuk merawat bayi dan
menyusui.

D. Sebagai pangamat kesehatan (Health Monitor)


Melakukan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadipada
individu, keluarga dan masyarakat yang menyangkutkan masalah-masalah
kesehatan yang tibul serat berdampak terhadap setatus kesehatan mereka
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan dengan cara observasi dan
pengumpulan data.

7
E. Sebagai koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of service)
Mengkoordinasi seluruh kegiatan upaya peeayanan kesehatan puskesmas
dan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan
tim kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan.

F. Sebagai penggorganisasian pelayanan kesehataan (organisator)


Berperan serta memberikan motivasi untuk meningkatkan partisipasi
individu, keluarga dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya posyandu, dana sehat, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dan berpartisipasi aktif dalamkegiatan
pengembangan kegiatan masyarakat dalam bidang kesehatan.

2.3 Ketentuan dan peraturan pelayanan kebidanan primer di Indonesia


(termasuk models continuity of midwifery care)
Bidan merupakan profesi kunci dalam pelayanan terhadap perempuan selama
daur kehidupan. Dan hasil telaah sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa
bidan mempunyai otoritas besar terhadap kesejahteraan kesehatan perempuan.
Sehingga profesionalisme bidan merupakan elemen penting dalam pemberdayaan
perempuan. Layanan kebidanan didasarkan pada pemenuhan kebutuan perempuan,
memberikan rasa nyaman dan bersikap yang baik serta kemampuan komunikasi
yang baik. Pentingnya mendengarkan dari pihak perempuan memungkinkan dapat
berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Membangun hubungan kepercayaan
sehingga perempuan merasa berdaya guna terhadap kondisi dirinya (Halldorsdottir
& Inga, 2011).
Ketentuan dan Peraturan bidan diatur didalam Undang-undang nomor 4 Tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Dan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007/ tentang Standar Profesi
Bidan
Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama individu,
keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa

8
Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak
pertama perorangan atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan. Dalam
mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI mengadopsi
nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif,
dan bersih. Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan,
yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaa
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di Indonesia.
Permasalahan yang utama ialah bagaimana primary health care belum dapat
dijalankan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target yang
seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu:
1. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan meningkatkan
kualitas pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara pusat keehatan dan
masyarakat
2. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif untuk
menerapkan paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
3. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan.
4. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer semakin melebar
dan semakin dekat pada budaya local.

2.3.1 Models contunity of Midwifery care


Continuity of care (COC) adalah suatu proses di mana pasien dan
tenaga kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan
kesehatan secara terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi,
biaya perawatan medis yang efektif. COC pada awalnya merupakan ciri dan
tujuan utama pengobatan keluarga yang lebih menitikberatkan kepada
kualitas pelayanan kepada pasien (keluarga). COC dapat membantu bidan

9
(tenaga kesehatan), keluarga mendapatkan kepercayaan dan memungkinkan
untuk menjadi advokasi pasien. Kontinuitas perawatan berakar dari
kemitraan pasien dan bidan dalam jangka panjang di mana bidan tahu
riwayat pasien dari pengalamannya dan dapat mengintegrasikan informasi
baru dan dapat mengambil tindakan yang efisien tanpa penyelidikan
mendalam atau review catatan. Kontinuitas perawatan dipimpin oleh bidan
dan dalam pendekatannya bidan bekerjasama dengan tim kesehatan lainya
(Adnani, QE, Nuraisya, W., 2013).
Continuity of midwifery care (CoC) adalah model asuhan kebidanan
yang memberikan pelayanan kebidanan oleh satu bidan yang sama dan dapat
dilakukan pada saat antenatal care (ANC) yang bertujuan untuk
mempersiapkan persalinan.
Menurut Sandall, J. dalam Ningsih (2017) menyebutkan bahwa
Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,
informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen melibatkan
komunikasi antar perempuan dan bidan. Kontinuitas perawatan berakar dari
kemitraan pasien dan bidan dalam jangka panjang di mana bidan tahu
riwayat pasien dari pengalamannya dan dapat mengintegrasikan informasi
baru dan dapat mengambil tindakan yang efisien tanpa penyelidikan
mendalam atau review catatan. Kontinuitas perawatan dipimpin oleh bidan
dan dalam pendekatannya bidan bekerjasama dengan tim kesehatan lainya
(Adnani, QE, Nuraisya, W., 2013). Continuity of midwifery care (CoC)
adalah model asuhan kebidanan yang memberikan pelayanan kebidanan oleh
satu bidan yang sama dan dapat dilakukan pada saat antenatal care (ANC)
yang bertujuan untuk mempersiapkan persalinan.
Menurut Sandall, J. dalam Ningsih (2017) menyebutkan bahwa
Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,
informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen melibatkan
komunikasi antar perempuan dan bidan. Kesinambungan informasi
menyangkut ketersediaan 7 waktu yang relevan. Kedua hal tersebut penting
untuk mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan. Pemberian informasi
kepada perempuan memungkinkan dan memberdayakan mereka dalam
melakukan perawatan untuk mereka sendiri dan muncul sebagai dimensi
secara terus menerus sebagai informasi dan kemitraan. Perawatan berencana

10
tidak hanya menopang bidan dalam mengkoordinasikan layanan
komprehensif mereka tetapi juga menimbulkan rasa aman serta membuat
keputusan bersama. Tidak semua pasien dapat mengasumsikan keaktifan
perannya namun mereka dapat membuat akumulasi pengetahuan dari
hubungan yang berkesinambungan untuk bisa mengerti terhadap pelayanan
yang mereka terima (Haggerty, Freeman, & Beaulieu, 2013).
Filosofi model continuity of care menekankan pada kondisi alamiah
yaitu membantu perempuan agar mampu melahirkan dengan intervensi
minimal dan pemantauan fisik, kesehatan psikologis, spiritual dan sosial
perempuan dan keluarga (Mclachlan et al., 2012). Siklus persalinan
merupakan paket pelayanan yang meliputi pelayanan yang berkelanjutan
selama hamil, bersalin dan pasca persalinan. Memberikan informasi dan
arahan kepada perempuan. Sehingga perawatan yang dilakukan oleh bidan
terpercaya selama persalinan dan nifas serta mengidentifikasi dan merujuk
apabila membutuhkan perawatan lanjutan ke spesialis obstetri atau spesialis
lainnya (Sandall, n.d.)
Continuity Of Care yang dilakukan oleh bidan pada umumnya
berorientasi untuk meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam suatu
periode. Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu
managemen,informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen
melibatkan komunikasi antar perempuan dan bidan.
Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang
relevan. Kedua hal tersebut penting untuk mengatur dan memberikan
pelayanan kebidanan.(Sandall, n.d.). Pemberian informasi kepada
perempuan memungkinkan dan memberdayakan mereka dalam melakukan
perawatan untuk mereka sendiri dan muncul sebagai dimensi secara terus
menerus sebagai informasi dan kemitraan Perawatan berencana tidak hanya
menopang bidan dalam mengkoordinasikan layanan komprehensif mereka
tetapi jugamenimbulkan rasa aman serta membuat keputusan bersama. Tidak
semua pasien dapat mengasumsikan keaktifan perannya namun mereka
dapat membuat akumulasi pengetahuan dari hubungan yang
berkesinambungan untuk bisa mengerti terhadap pelayanan yang mereka
terima (Haggerty, Freeman, & Beaulieu, 2013).

11
Memberikan informasi dan pengetahuan pada perempuan merupakan
bagian yang terkonsolidasi terhadap kelangsungan informasi, dan yang
mendukung serta mengakui peranpasien di pelayanan adalah dimensi
kontinuitas relasional yang sangat esensial ketika memberikan pelayanan
yang meliputi kepercayaan, keadaan, hubungan timbal balik dan harapan
tidak hanya berlaku untuk kelangsungan relasional tetapi bagaimana
pengalaman perempuan nantinya dapat disusun dengan apik. Pengalaman
diskontinuitas juga ditemukan seperti kurangnya perhatian, koordinasi dan
kesenjangan informasi. Karena pasien dapat secara akurat mengevaluasi
apakah mereka telah menerima informasi, apakah memberi mereka
informasi terkait rencana pelayanan, apakah tenaga kesehatan memberikan
informasi yang komprehensif, dan apakah mereka melakukan hubungan
secara berbalasan (Haggerty et al., 2013).Ada tambahan atribut bagi bidan
dalam melakukan pelayanan kebidanan yang meliputi kemampuan
komunikasi,empati dan membangun relasi. Terdapat penekanan ganda pada
keterampilan dari segi afektif yaitu empati dan kasih sayang. Misalnya
melakukan tinjauan sistematis untuk menjawab pertanyaan(Carolan, 2011).
A. Dimensi
Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of
care yaitu dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan,
persalinan, serta hari-hari awal dan tahun kehidupan. Dimensi kedua
dari Continuity of care yaitu tempat pelayanan yang menghubungkan
berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah, masyarakat, dan sarana
kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan secara
berkesinambungan.
B. Tujuan
Menurut Saifuddin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan
yang berkesinambungan adalah sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi.

12
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian
ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi
agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
C. Manfaat
Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang
berbagi beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa
ibu menerima semua asuhannya dari satu bidan atau tim
praktiknya. bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan
lainnya (Astuti, dkk, 2017).
D. Dampak Tidak Dilakukan Asuhan Berkesinambungan
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan
kebidanan yang berkesinambungan adalah dapat meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi pada ibu yang tidak ditangani
sehingga menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap
komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Komplikasi yang dapat timbul pada kehamilan diantaranya
meliputi anemia, hipertensi, perdarahan, aborsi, oedema pada
wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul
pada persalinan meliputi distosia, inersia uteri, presentasi bukan
belakang kepala, prolap tali pusat, ketuban pecah dini (KPD), dan
lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada masa nifas
meliputi, bendungan ASI, dan lain-lain.Komplikasi yang mungkin

13
timbul pada bayi baru lahir meliputi berat badan lahir rendah
(BBLR), asfiksia, kelainan kongenital, tetanus neonatorum, dan
lain-lain (Saifuddin, 2014).

2.3.2 Komponen Model Pelayanan Persalinan Berkelanjutan


1. Persalinan difasilitasi yang memenuhi standar
2. Menjamin penduduk miskin untuk bersalin di fasilitas kesehatan.
3. Membangun jaringan rujukan antara fasilitas kesehatan dan rumah sakit
(pemerintah maupun swasta).
4. Menerapkan kebijakan penjaminan kualitas pelayanan di Rumah Sakit.
5. Menjalankan sistem surveilans kematian ibu dan neonatal (komunitas
dan fasilitas).
6. Membangun sistem reditasi untuk standar pelayanan persalinan dan
rujukan di fasilitas kesehatan (Diana, 2017).

14
15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan Kesehatan Primer atau Primary Health Care (PHC) adalah
pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan pada metode dan teknologi praktis,
ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik oleh individu maupun
keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan
menentukan nasib sendiri.
Peran Bidan dalam Pelaayanan Kesehatan Primer yaitu sebagai
Pelaksana,Pengelolah, Pendidik, Pengamat Kesehatan, Koordinator pelayanan
kesehatan, Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan
Ketentuan Peraturan Pelayanan Kebidanan Primer di Indonesia yaitu
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengembangan dan
mengimplementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan,
Kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan, Mengajarkan konsep kesehatan dasardan tknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat.
Continuity of care (COC) adalah suatu proses di mana pasien dan tenaga
kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara
terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis
yang efektif.

3.2 Saran
Bidan diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai
dengan peran dan fungsinya berdasarkan etika profesi bidan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., (2009) SistemKesehatan Nasional. Jakarta


Effendy, Nasrul. 1997. Dasar-DasarKeperawatanKesehatanMasyarakat. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Hidayat, A.A. A., (2008) PengantarKonsepDasarKeperawatan, Edisi 2, Jakarta:
SalembaMedika.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. IlmuKesehatanMasyarakat( Pinsip-PrinsipDasar).
Jakarta: BHINEKA MEDIKA
Kholifah S.N, Widagdo Wahyu. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id/article/view/1558/implementasi-primary-health-care-
di-indonesia.html
https://inatiganna.blogspot.com/2017/04/peran-dan-tugas-bidan-dalam-phc.html
https://slidetodoc.com/peran-dan-tugas-bidan-sistem-pelayanan-kesehatan-
di/#:~:text=Peran%20Bidan%20dalam%20PHC%20Lima%20prinsip%20dasar
%20Primary,kesehatan%3B%20%C2%A7%20Peran%20serta%20masyarakat
%20dalam%20semangat%20kemandirian%3B
https://nenysefty.blogspot.com/2014/04/phc-primaryhealt-care-1.html
http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/612/3/BAB%202.pdf
http://scholar.unand.ac.id/30506/1/1.%20cover-abstrak.pdf
https://www.kebijakankesehatanindonesia.net/v13/images/2013/DR
%20DHANASARI%20-%20dokter%20dan%20dokter%20layanan%20primer.pdf

16
HASIL PERSENTASI KELOMPOK 3

MODERATOR : Dwi Apriantinawati

Persentasi materi : IIS SHOLIKAH

NOTULEN : MILANTI PROGA

LIST PERTANYAAN KEL. 3

Sesi 1:

1. Jelaskan seperti bagaimakah bidan sebgai coordinator pda pelayanan


kesehatan ?
penanya : NITA ARYANI , KEL.6

Jawaban : (Rikawati)

 bidan sbg koordinator pelayanan Kesehatan artinya,


mengkoordinasi seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan baik
puskesmas dan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan
bersama tim kesehatan lainnya shingga trciptnya keterpaduan dlm
sistem pelayanan kesehatan contoh saat ibu hamil pertma kli
periksa slain mengkoordinir pemriksaan fisik dsni jg bidan
mengkoordinir pemriksaan penunjang yg diperlukan misal
pemeriksaan HB, protein urin Dan lain2.
2. Tolong sebutkan apa saja ruang lingkup PHC? (ANI UWANSI, KEL. 6)

Jawaban: (Fevi Martina Yanti)

1. pendidikan ttg Masalah kesehatan


2. penyediaan makanan dan perbaiki gizi
3. penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. peningkatan kia dan kb
5. imunisasi
6. pencegahan dan pengendalian penyakit
7. pengobatan
8. penyediaan obat esensial

17
3. Apa yang termasuk dalam Basic Six yang termasuk dalam Primary Health
Care Tersebut ?

Jawaban: (MARYANI)

Program wajib terdiri dari enam program pokok(six basics),yakni


promosi kesehatan,kesehatan lingkungan, perbaikan gizi,
pemberantasan penyakit menular,KIA,dan KB serta pengobatan dasar.

Sesi 2 :

1. Jelaskan faktor apa saja yg berpengaruh terhadap kualitas pelayanan


kesehatan ?
(ETI SEPTIANA, KEL. 4)

Jawaban : (Siti Rahma)

Terdapat 3 faktor dari penyedia layanan kesehatan diantaranya : fasilitas


pelayanan, biaya pelayanan, serta jarak. Sedangkan 2 faktor dari
masyarakat pengguna pelayanan kesehatan dalaha factor pendidikan serta
status sosial ekonomi masyarakat.

2. Disebut apakah sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam


memberikan pelayanan kebidanan? (SARINAH SIDAULLI, KEL. 2)

Jawab: (yuk febrika)

Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam


memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa
sebelum hamil,masa kehamilan,persalinan,pasca persalinan,masa
nifas,bayi baru lahir,balita,dan anak prasekolah,termasuk kesehatan
Reproduksi perempuan dan keluarga berencana

3. Apa tujuan dari continuitnity of midwifery care ? dan apa dampak tg akan
terjadi jika tdk dilakukan hal tersebut? (FITA ANGGRAENI (KEL.1)

18
jawab : (yayang putri yudhistirha)
contuinity of care sndiri adalah model asuhan kebidanan yg memberikan
pelayanan kebidanan oleh stu bidan yg sma dan dapat dilakukan pada saat
ancam yg brtujuan menyiapkan perslinanan hal ini bertujuan agar ibu
mendapatkan pelayanan yg berkesinambungan dan dpt terpantau nya
kesehatan ibu dan byi. Jika tdk dilakukan makan akan berapa
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu yang tdk ditngani
sehingga bs mnimbulkan penanganan keterlambatan trhadap penangan
pada komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dn mortalitas

19

Anda mungkin juga menyukai