Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

*Konsep Pelayanan Kesehatan Primer Dan FKTP Di Indonesia*

Oleh :

INDAH NOVIA HENDRA


NIM : 203310698

DOSEN : TASMAN, SKp. M.Kep. Sp.Kom

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TINGKAT 3


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. Shalawat serta salam untuk Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini.
Adapun judul makalah ini adalah “Konsep Pelayanan Kesehatan Primer dan FKTP di
Indonesia”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Keperawatan
Komunitas 1.
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi.
Namun, berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat penulis selesaikan. Maka
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Padang, Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1...............................................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2...............................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3...............................................................................................................................
Tujuan..................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Konsep Pelayanan Kesehatan Primer/ PHC (Primary Health Care) Di Indonesia..............
3
2.1.1. Definisi PHC.............................................................................................3
2.1.2. Sejarah PHC..............................................................................................3
2.1.3. Tujuan PHC..............................................................................................4
2.1.4. Sasaran PHC.............................................................................................4
2.1.5. Unsur Utama PHC....................................................................................5
2.1.6. Fungsi PHC..............................................................................................5
2.1.7. Prinsip Dasar PHC....................................................................................5
2.1.8. Elemen/ Ruang Lingkup PHC..................................................................6
2.1.9. Ciri-Ciri Pelaksanaan PHC.......................................................................7
2.1.10. Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC..................................................7
2.1.11. Hal-Hal yang Mendorong Pengembangan Konsep PHC.......................7
2.2. Konsep FKTP Di Indonesia................................................................................8
2.2.1. Definisi FKTP...........................................................................................8
2.2.2. Jenis Dan Manfaat FKTP..........................................................................8
2.2.3. Peran Puskesmas Sebagai FKTP...............................................................11
2.2.4. Peran FKTP Sebagai Pelaksana Gatekeeper Concept ..............................11
2.2.5. Pelayanan Obat Dan Penggunaan Obat FKTP..........................................12
2.2.6. Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana FKTP...............................................13
BAB III : PENUTUP.............................................................................................................18
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................18
3
3.2. Saran...................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah pokok yang saat ini masih
dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Persoalan rendahnya
akses masyarakat Indonesia terutama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau masih menjadi tugas berat pemerintah dan pemangku
kepentingan terkait untuk menyelesaikannya.(Ayuni et al., 2019)
Jaminan Kesehatan Nasional dimulai pada Tahun 2014 secara bertahap menuju
Universal Health Coverage. Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional secara umum yaitu
mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Pemberi pelayanan kesehatan yang terbatas,
penyebaran penduduk yang luas dan akses yang terbatas, menyebabkan kurang supp ly
(penyediaan layanan) oleh pemerintah dan pihak lain, sehingga akan muncul
ketidakmerataan pelayanan dan pembiayaan kesehatan.(Yandrizal et al., 2014)
Deklarasi Alma Atta tahun 1978 merupakan tonggak utama dalam
pengembangan konsep pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan health for all.
Konsep pelayanan primer menjadi fokus kebijakan di banyak negara di dunia. Hal ini
sebagai respon terhadap meningkatnya kesenjangan akses pelayanan kesehatan yang
sangat jelas di banyak negara berkembang. Penguatan pelayanan kesehatan primer juga
menjadi fokus utama World Health Organization (WHO) dalam “The 2008 Annual
Report” yang menyatakan WHO mendorong negara berkembang untuk melakukan
reformasi dalam rangka penguatan pelayanan kesehatan primer. Empat reformasi yang
harus dilaksanakan semua negara yaitu reformasi Universal Coverage, penyediaan
layanan, kebijakan publik, dan kepemimpinan. Dengan melakukan reformasi tersebut,
sistem kesehatan nasional dapat menjadi lebih jelas, lebih efektif dan efisien (WHO,
2008). (Wulandari & Achadi, 2017)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang ketersediaan FKTP di
Kab/Kota terbanyak adalah puskesmas dan paling sedikit klinik pratama, dan secara

4
keseluruhan rata-rata per Kab/Kota terdapat 51,7 FKTP. Dokter gigi praktek belum
banyak yang melakukan kerjasama dengan BPJS. Fasilitas puskesmas lebih baik
dibandingkan dengan FKTP lainnya. Tidak semua klinik pratama ada rawat inapnya,
dan 44% klinik pratama memiliki laboratorium dan 56% klinik pratama bekerja sama
dengan laboratorium swasta.(Wulandari & Achadi, 2017)

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Konsep Pelayanan Kesehatan Primer/ PHC (Primary Health
Care) Di Indonesia?
2. Bagaimanakah Konsep FKTP Di Indonesia?

1.3. Tujuan
1. Untuk imengetahui Definisi PHC
2. Untuk imengetahui Sejarah PHC
3. Untuk imengetahui Tujuan PHC
4. Untuk imengetahui Sasaran PHC
5. Untuk imengetahui Unsur Utama PHC
6. Untuk imengetahui Fungsi PHC
7. Untuk imengetahui Prinsip Dasar PHC
8. Untuk imengetahui Elemen/ Ruang Lingkup PHC
9. Untuk imengetahui Ciri-Ciri Pelaksanaan PHC
10. Untuk imengetahui Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC
11. Untuk imengetahui Hal-Hal yang Mendorong Pengembangan Konsep PHC
12. Untuk imengetahui Definisi FKTP
13. Untuk imengetahui Jenis Dan Manfaat FKTP
14. Untuk imengetahui Peran Puskesmas Sebagai FKTP
15. Untuk imengetahui Peran FKTP Sebagai Pelaksana Gatekeeper Concept
16. Untuk imengetahui Pelayanan Obat Dan Penggunaan Obat FKTP
17. Untuk imengetahui Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana FKTP

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Pelayanan Kesehatan Primer/ PHC (Primary Health Care) Di Indonesia
2.1.1. Definisi PHC
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan
menentukan nasib sendiri. (Becker et al., 2015)
Dengan demikian, konsep pelayanan kesehatan primer (PHC)
merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau
secara universal oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari
pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai
aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian
pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra
dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih
baik.(Nofalia & Nurhadi, 2018)

2.1.2. Sejarah PHC


Dalam World Health Essembly tahun 1977, telah ada kesepakatan
global yang dihasilkan untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua atau Health
For All pada Tahun 2000” (KBS 2000 HFA by The Year 2000), yaitu
tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif, baik secara social maupun ekonomi.
Selanjutnya, pada tahun 1978 dalam Konferensi di Alma Alta,
menetapkan Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi
global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau Health For All by
The Year 2000 (HFA 2000 ). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000
(HFA’2000) kuncinya adalah PHC (Primary Health Care) dan bentuk
6
operasional dari PHC tersebut di Indonesia dikenal dengan PKMD
(Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa).(Becker et al., 2015)

2.1.3. Tujuan PHC


a. Tujuan umum PHC adalah mendapatkan kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga akan dicapai tingkat
kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.(Becker et al.,
2015)
b. Tujuan khusus
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang
dilayani.
2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani.
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi
yang dilayani.
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.

2.1.4. Sasaran PHC


a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
d. Kelompok khusus
1. Kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus: ibu hamil,
BBL, balita, usia sekolah dan usila
2. Kelompok dengan kesehatan khusus: penderita penyakit
menular (AIDS, TBC, Lepra, dll), penderita penyakit tidak
menular (DM, jantung, gangguan mental)
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit: WTS,
pecandu narkoba, pekerja tertentu, dll
4. Lembaga social, perawatan dan rehabilitasi (panti wreda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi).(Nofalia & Nurhadi, 2018)

7
2.1.5. Unsur Utama PHC
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah
a. Mencakup upaya – upaya dasar kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif)
b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerja sama lintas sectoral

2.1.6. Fungsi PHC


PHC hendaknya harus memenuhi fungsinya sebagai berikut
a. Pemeliharaan kesehatan.
b. Pencegahan penyakit.
c. Diagnosa dan pengobatan.
d. Pelayanan tindak lanjut.
e. Pemberian sertifikat.

2.1.7. Prinsip Dasar PHC


Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-
prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai
kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut. (Becker et al.,
2015)
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini, yaitu perawatan
primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan
utama dalam masyarakat yang harus diberikan sama bagi semua
individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan, dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha,
pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agar berperilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan

8
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak, dan diterima budaya masyarakat (misalnya, penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan
maksimal dari lokal, nasional, dan sumber daya yang tersedia lainnya.
Partisipasi masyarakat adalah proses individu dan keluarga untuk
bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di
sekitar mereka serta mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi
dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang
identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat perlu
berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah
daerah. Partisipasi lebih mudah dilakukan di tingkat lingkungan atau
desa karena masalah heterogenitas yang minim.
e. Kerja sama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh suatu
intervensi hanya pada sektor kesehatan formal. Sektor lain sama
pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian
masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
pertanian (misalnya, keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya, menyangkut masalah kesehatan yang berlaku, metode
pencegahan dan pengontrolan mereka), perumahan, pekerjaan umum
(misalnya, menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi
dasar), pembangunan perdesaan, industri, dan organisasi masyarakat
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah, organisasi-organisasi
sukarela, dan sebagainya).

2.1.8. Elemen/ Ruang Lingkup PHC


Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta pengendaliannya.
b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
9
e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
h. Penyediaan obat-obat essensial.
2.1.9. Ciri-Ciri Pelaksanaan PHC
Pelaksanaan PHC memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pelayanan yang utama dan dekat dengan masyarakat.
b. Pelayanan yang menyeluruh.
c. Pelayanan yang terorganisasi.
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun
masyarakat.
e. Pelayanan yang berkeseninambungan.
f. Pelayanan yang progresif.
g. Pelayanan yang berorientasi pada keluarga.
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja.

2.1.10. Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC


Sebagai seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam PHC meliputi hal-
hal sebagai berikut.
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan
kesehatan.
b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat.
d. Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat.
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

2.1.11. Hal-Hal yang Mendorong Pengembangan Konsep PHC


a. Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai
orientasi aspek social-ekonomi-politik.
b. Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan
sektor pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya
10
keterpaduan, kerjasama lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya
jangkau upaya kesehatan.
c. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta
masyarakat di beberapa negara. Dengan terwujudnya konsep PHC,
sesungguhnya terjadi perubahan sosial dalam pembangunan
kesehatan. Untuk itu, diperlukan perubahan mental, perubahan
struktur sistem kesehatan dan reorientasi pendayagunaan sumberdaya
dan cara kerja petugas kesehatan. Pemerataan kesehatan menjadi
esensi pendekatan ini, sehingga semakin disadari kaitan luas antara
kesehatan dengan sektor lain, termasuk kesempatan kerja, lingkungan
dan kedamaian hidup manusia.(Nofalia & Nurhadi, 2018)

2.2. Konsep FKTP Di Indonesia


2.2.1. Definisi FKTP
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik meliputi pelayanan rawat jalan dan
rawat inap yang diberikan oleh: (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015)
a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang terdiri dari:
1. Puskesmas atau yang setara;
2. Praktik Dokter;
3. Praktik Dokter Gigi;
4. Klinik pratama atau yang setara; dan
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
b. Jejaring FKTP seperti Bidan, apotek jejaring, dan laboratorium
jejaring; dan/atau
c. Fasilitas kesehatan penunjang yang bekerjasama langsung dengan
BPJS Kesehatan yang terdiri dari:
1. Apotek PRB
2. Laboratorium

2.2.2. Jenis Dan Manfaat FKTP


Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama terdiri dari Rawat Jalan
Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dengan
11
manfaat yang ditanggung serta prosedur pelayanan sebagai berikut:
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
1. Manfaat yang ditanggung
a) Pelayanan promotif preventif:
1) Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi
paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku
hidup bersih dan sehat;
2) Pelayanan imunisasi rutin sesuai ketentuan.
Adapun vaksin untuk imunisasi rutin
disediakan oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah.
3) Keluarga berencana meliputi konseling dan
pelayanan kontrasepsi, termasuk vasektomi
bekerja sama dengan BKKBN. Adapun Alat
dan obat kontrasepsi disediakan oleh BKKBN.
4) Skrining riwayat kesehatan yang dapat
dilakukan 1 (satu) tahun sekali melalui
Aplikasi Mobile JKN atau Website BPJS
Kesehatan
5) Pelayanan penapisan atau skrining kesehatan
tertentu
6) Peningkatan kesehatan bagi peserta penderita
penyakit kronis.
b) Pelayanan kuratif dan rehabilitatif mencakup:
1) Adminitrasi pelayanan;
2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis;
3) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif
maupun non operatif;
4) Pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai;

12
c) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
d) Pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan
kesehatan gigi tingkat pertama.
2. Prosedur pelayanan kesehatan
a) Pelayanan Kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara
berjenjang sesuai kebutuhan medis dan kompetensi
Fasilitas Kesehatan, dimulai dari FKTP Peserta
terdaftar, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan
medis.
b) Peserta datang ke FKTP tempat Peserta terdaftar
dengan menunjukkan nomor identitas Peserta Jaminan
Kesehatan dan/atau identitas lain yang diperlukan
(KTP, SIM, KK)
c) Peserta memperoleh pelayanan kesehatan dari FKTP
d) Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada lembar bukti
pelayanan yang disediakan.
e) Apabila hasil pemeriksaan dokter ternyata Peserta
memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/
sub spesialis sesuai indikasi medis, FKTP akan
memberikan surat rujukan ke FKRTL yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan sesuai ketentuan yang berlaku.
Bagi peserta yang berada di luar wilayah FKTP terdaftar (di
luar wilayah Kabupaten/Kota FKTP terdaftar), peserta dapat
mengakses pelayanan rawat jalan tingkat pertama pada FKTP lain
untuk paling banyak 3 (tiga) kali kunjungan dalam waktu paling lama
1 (satu) bulan di FKTP yang sama.
b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
1. Manfaat yang ditanggung
a) Administrasi pelayanan;
b) Akomodasi rawat inap;
c) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;
13
d) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun
non operatif;
e) Pelayanan persalinan dan neonatal
f) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
g) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
tingkat pratama.
2. Prosedur pelayanan
a) Peserta menunjukkan nomor identitas peserta JKN-
KIS.
b) Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada lembar bukti
pelayanan yang disediakan oleh FKTP.

2.2.3. Peran Puskesmas Sebagai FKTP


Puskesmas sebagai FKTP mempunyai peran strategis dan keunggulan
dalam mendukung terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktik dokter,
dan klinik swasta. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan puskesmas
yang berdasarkan prinsip paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah,
kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna serta keterpaduan
dan kesinambungan sehingga puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan
pusat pelayanan kesehatan strata pertama. (Ayuni et al., 2019)
Puskesmas sebagai street level bureaucrat mempunyai kewenangan
interpetasi dan diskresi atas implementasi suatu kebijakan Universal Health
Coverage. Puskesmas memiliki nilai strategis karena merupakan ujung
tombak pelayanan kesehatan yang sekaligus titik rentan dalam sebuah
implementasi kebijakan tersebut. (Rahma et al., 2015)

2.2.4. Peran FKTP Sebagai Pelaksana Gatekeeper Concept


Gatekeeper concept dalam program JKN adalah konsep sistem
pelayanan kesehatan dimana FKTP yang berperan sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya
dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medik. Untuk
dapat menjalankan perannya tersebut, FKTP harus menjadi pelaksana
14
gatekeeper concept dengan melakukan kredensialing dan re-kredensialing,
penguatan empat fungsi pokok pelayanan primer yaitu fungsi kontak pertama
(first contact), fungsi pelayanan berkelanjutan (continuity), fungsi pelayanan
paripurna (comprehensive), dan fungsi koordinasi pelayanan (coordination),
serta melakukan peningkatan kompetensi FKTP, kendali mutu dan kendali
biaya. Keempat fungsi pokok pelayanan primer merupakan inti dari peran
dan fungsinya sebagai gatekeeper. Kredensialing dan rekredensialing
merupakan syarat awal FKTP yang akan bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kemudian pelaksanaan peningkatan kompetensi FKTP adalah
kegiatan penunjang dalam menjalankan keempat fungsi pelayanan primer
tersebut. Sedangkan kendali mutu dan biaya akan berjalan ketika
implementasi keempat fungsi pelayanan primer tersebut telah dioptimalkan.
(Ayuni et al., 2019)
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti puskesmas,
praktik dokter, klinik pratama berfungsi sebagai gate keeper yaitu
mengendalikan pengunaan dan rujukan peserta. Pemberi pelayanan primer
bersifat komprehensif yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Peran pelayan kesehatan primer sangat menentukan pengendalian rujukan
peserta, dari ketiga jenis pelayanan primer, puskesmas mempunyai fungsi
melaksanakan pelayanan yang komprehensif sedangkan praktik dokter dan
klinik masih hanya berfokus pada pelayanan kuratif.(Yandrizal et al., 2016)
FKTP bisa berfungsi sebagai gatekeeper, bila model pelayanan lebih
diprioritaskan (Azrul Azwar, 1997) pada (a) mengutamakan pelayanan
pencegahan penyakit, (b) mencegah pelayanan yang berlebihan, (c)
membatasi konsultasi dan rujukan atau sebagai penapis rujukan. World
Health Organization (1978) mengemukakan bahwa FKTP memegang
peranan kunci dalam pengendalian biaya dan pengendalian mutu pelayanan.
Disamping itu, FKTP harus berupaya mengendalikan biaya kesehatan (cost
containment) yang sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga risiko
pembiayaan dapat diperkecil (Saltman B., Rico A., Boerma W., 2006).
Program promotif dan preventif juga harus diterapkan guna menekan biaya
pelayanan kesehatan. Program tersebut harus dimasukkan secara spesifik dan
jelas. Tidak hanya terfokusnya anggaran untuk kuratif saja, justru ini akan
menjadikan kelebihan pasien dalam suatu layanan kesehatan dan
15
membengkaknya biaya jaminan. Upaya promotif yang dilakukan di FKTP
berupa penyuluhan kesehatan seperti perubahan gaya hidup sehat, sedangkan
upaya preventif dapat berupa pencegahan seperti imunisasi dan kesehatan
lingkungan (Dit BUKD, 2012).(Wasis & Oktarina, 2015)

2.2.5. Pelayanan Obat Dan Penggunaan Obat FKTP


Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker
di instalasi farmasi klinik pratama/ruang farmasi di Puskesmas/apotek sesuai
ketentuan perundang-undangan. Dalam hal di Puskesmas belum memiliki
apoteker maka pelayanan obat dapat dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian dengan pembinaan apoteker dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. (Peraturan Menteri Kesehatan No.88 tahun, 2014)
Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat
digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi dan
tidak boleh dibebankan kepada peserta. (Peraturan Menteri Kesehatan No.88
tahun, 2014)

2.2.6. Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana FKTP


a. FKTP yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK)
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
1. Dana Kapitasi
a) Pengelolaan dan pemanfataan dana kapitasi mulai
bulan Januari sampai dengan bulan April tahun 2014
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang -undangan di bidang pengelolaan keuangan
daerah.
b) Untuk memanfaatkan kembali Dana Kapitasi yang
telah disetorkan ke Kas Daerah oleh FKTP Milik
Pemerintah Daerah, maka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus; (1) mengusulkan adanya
peraturan kepala daerah untuk pemanfaatan dana
tersebut; (2) membuat dan mengusulkan dalam bentuk

16
program dan kegiatan pada RKA-DPA SKPD Dinas
Kesehatan.
c) Dalam hal pemerintah daerah belum menetapkan
bendahara dan rekening dana kapitasi JKN dan BPJS
membayar dana kapitasi ke rekening lama, maka dana
kapitasi tersebut harus disetor ke kas daerah.
d) Setelah pemerintah daerah menetapkan bendahara dan
rekening dana kapitasi JKN, dinas kesehatan
mengusulkan kepada dinas PPKAD untuk melakukan
reklas/pemindah bukuan dana kapitasi dari BUD ke
masingmasing rekening dana kapitasi JKN FKTP
sesuai dengan dana kapitasi yang diterima oleh FKTP.
e) Dalam melakukan pembagian jasa pelayanan,
pemerintah daerah dapat menambah variabel antara
lain kinerja, status kepegawaian, dan masa kerja sesuai
dengan kondisi daerah yang ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan.
f) Dalam menghitung jumlah/nilai setiap tenaga
dilakukan secara proporsional dengan melakukan
elaborasi variabel jenis ketenagan dan/atau jabatan
dengan variabel kehadiran.
g) Perhitungan pembagian jasa pelayanan kesehatan
dapat diformulasikan sebagai berikut :

Keterangan:
 Poin per hari adalah poin sesuai ketenagaan
dibagi maksimal jumlah hari kerja efektif
dalam satu bulan.

17
 Jumlah hari tidak masuk kerja adalah jumlah
ketidakhadiran dalam satu bulan.
 Contoh perhitungan Jasa Pelayanan Kesehatan
terlampir.
h) Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk;
(1) obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
dan (2) kegiatan operasional pelayanan kesehatan
lainnya
i) Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan
lainnya, meliputi:
 Upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
lainnya. Untuk kegiatan ini dana yang ada
antara lain dapat dibelanjakan seperti biaya
makan-minum, Jasa profesi Narasumber, foto
copy bahan, service ringan alat kesehatan,
perjalanan.
 Kunjungan rumah dalam rangka upaya
kesehatan perorangan. Dana yang ada antara
lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan, uang
harian.
 Operasional untuk puskesmas keliling. Dana
yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti
Bahan Bakar Minyak (BBM), penggantian Oli,
suku cadang kendaraan pusling.
 Bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
 Administrasi keuangan dan sistem informasi.
Dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan
seperti perjalanan, uang harian, foto copy
bahan, belanja piranti keras dan piranti lunak
dalam mendukung implementasi sistem

18
informasi JKN, biaya operasional sistem
informasi.
j) Penggunaan Dana Kapitasi untuk dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan sebagaimana tersebut
di atas dilaksanakan tetap mengacu pada ketentuan
perundangundangan yang berlaku.
2. Dana Non Kapitasi
a) Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Non Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik
Pemerintah Daerah mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan
daerah.
b) Dana Non Kapitasi yang telah disetorkan ke Kas
Daerah oleh FKTP dapat dimanfaatkan kembali
dengan cara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus;
(1) mengusulkan adanya peraturan kepala daerah
untuk pemanfaatan dana tersebut; (2) membuat dan
mengusulkan dalam bentuk program dan kegiatan pada
RKA-DPA SKPD Dinas Kesehatan.
b. FKTP BLUD
Untuk FKTP BLUD mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan dana
baik kapitasi maupun non kapitasi sepenuhnya dilakukan berdasarkan
ketentuan BLUD.
c. FKTP lainnya milik Pemerintah
1. Untuk FKTP lainnya milik Pemerintah mekanisme
pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi akan diatur
tersendiri melalui Peraturan Menteri Keuangan.
2. Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP milik Pemerintah
dimanfaatkan seluruhnya untuk:
a) pembayaran jasa pelayanan kesehatan; dan
b) dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
3. Dana kapitasi yang digunakan untuk Jasa Pelayanan
dialokasikan antara 40% - 60% dari total pengembalian dana
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan sisanya
19
dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan
4. Sedangkan mekanisme pengelolaan dan pemanfaatan dana
non kapitasi sepenuhnya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Klinik Pratama dan Dokter/Dokter Gigi Praktik
Pemanfaatan dan Pertanggungjawaban dana JKN baik kapitasi dan
non kapitasi di Klinik Pratama dan Dokter/Dokter Gigi Praktik
sepenuhnya dilakukan atas ketentuan pada Klinik
Pratama/Dokter/Dokter Gigi Praktik.
e. Bidan Jejaring dari FKTP
Pada penyelenggaraan JKN Bidan sebagai pemberi pelayanan
kebidanan dan neonatal merupakan jejaring dari FKTP yang telah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Dalam rangka pembinaan
administrasi terhadap Bidan sebagai jejaring, maka FKTP di luar
milik Pemerintah Daerah dapat mengenakan biaya pembinaan dengan
besaran maksimal 10% dari total klaim. Dalam hal disuatu daerah
Bidan berjejaring dengan FKTP milik Pemerintah Daerah, klaim
dilakukan melalui FKTP milik Pemerintah Daerah. Setelah dibayar
oleh BPJS FKTP Milik Pemerintah Daerah segera membayarkan
secara utuh kepada Bidan Jejaring sesuai dengan besaran klaim
terhadap pelayanan yang diberikan. (Peraturan Menteri Kesehatan
No.88 tahun, 2014)
1.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima
secara umum, baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui
partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam
semangat untuk hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri.
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat
Inap Tingkat Pertama (RITP)
Puskesmas sebagai FKTP mempunyai peran strategis dan keunggulan dalam
mendukung terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktik dokter, dan klinik swasta.
Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan puskesmas yang berdasarkan prinsip
paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan,
teknologi tepat guna serta keterpaduan dan kesinambungan sehingga puskesmas
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti puskesmas, praktik dokter,
klinik pratama berfungsi sebagai gate keeper yaitu mengendalikan pengunaan dan
rujukan peserta. Pemberi pelayanan primer bersifat komprehensif yaitu promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran pelayan kesehatan primer sangat menentukan
pengendalian rujukan peserta, dari ketiga jenis pelayanan primer, puskesmas
mempunyai fungsi melaksanakan pelayanan yang komprehensif sedangkan praktik
dokter dan klinik masih hanya berfokus pada pelayanan kuratif.36383SM

3.2. Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saya mengharapkan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ayuni, L., Afifah, N., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2019). Analisis Mekanisme
Pengelolaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Klinik Pratama Di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
7(4), 683–694.
Becker, F. G., Cleary, M., Team, R. M., Holtermann, H., The, D., Agenda, N., Science, P.,
Sk, S. K., Hinnebusch, R., Hinnebusch A, R., Rabinovich, I., Olmert, Y., Uld, D. Q. G.
L. Q., Ri, W. K. H. U., Lq, V., Frxqwu, W. K. H., Zklfk, E., Edvhg, L. V, Wkh, R. Q.,
… )2015( .‫ ح‬,‫فاطمی‬. No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連
指 標 に 関 す る 共 分 散 構 造 分 析 Title. Syria Studies, 7(1), 37–72.
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-asia.org/handle/11540/8282%0Ahttps://
www.jstor.org/stable/41857625
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Panduan Layanan Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Riskesdas 2018, 3, 103–111.
Nofalia, I., & Nurhadi. (2018). Keperawatan Komunitas I. 1–142.
file:///C:/Users/Jo/Downloads/Documents/Keperawatan Komunitas I.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan No.88 tahun. (2014). Berita Negara. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 879, 2004–2006.
Rahma, A., Arso, S., & Suparwati, A. (2015). Implementasi Fungsi Pokok Pelayanan Primer
Puskesmas Sebagai Gatekeeper Dalam Program Jkn. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal), 3(3), 1–11.
Wasis, B., & Oktarina. (2015). Analisis Kesiapan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Di
Kalimantan Timur Dan Jawa Tengah Tahun 2014. Buletin Penelitian Sis, 2014(17), 11–
19.
Wulandari, F. K., & Achadi, A. (2017). Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengguna
Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Sebagai Gatekeeper di Dua Puskesmas
Kota Bekasi Tahun 2016. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 2(1).
https://doi.org/10.7454/jurnal-eki.v2i1.1957
Yandrizal, Suryani, D., Anita, B., & Febriawati, H. (2014). Pelayanan Pada Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional Analysis Of The Availability Of Health Facilities And

22
Equitable Service For The Iimplementation Of National Health Insurance In The City Of
Bengkulu , sal Health Coverage sesuai dengan Peta Jalan Me- T. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, 03(02), 103–112.
Yandrizal, Y., Suryani, D., Anita, B., Febriawati, H., Yanuarti, R., Pratiwi, B. A., & Saputra,
H. (2016). Analisis Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan Pencapaian Universal Health
Coverage Jaminan Kesehatan Nasional se Provinsi Bengkulu. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, 5(3), 143–150. https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/30668

23

Anda mungkin juga menyukai