Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“LUKA BAKAR”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1.Amelia ermi juwita (203310681)

2.Gayatri putri (203310696)

3.Risma lailatul rahmi(203310710)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.Nova Yanti,M.Kep.Sp.Kep.MB

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES PADANG 2022/2023


1. Analisis point - point penting pada perawatan luka bakar (baik dari segi pasien
maupun perawat)

A.Pengertian luka bakar


Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda yang menghasilkan panas baik langsung ataupun tak langsung seperti:tersiram air
panas,terbakar api,tersetrum listrik,zat kimia keras dan sinar matahari.

B.Penyebab luka bakar


1.Paparan api
2.Sclads(air panas)
3.Uap panas
4.Aliran listrik
5.Zat kimia (asam atau basa)
6.Radiasi
7.Surbun sinar matahari

C.Gejala luka bakar


Gejala luka bakar dilihat dari seberapa dalam kerusakan yang terjadi pada kulit.
Tingkat keparahannya yaitu:

Tingkat 1. Luka bakar ini bersifat ringan atau minor dan memengaruhi lapisan kulit luar
atau epidermis. Luka bakar ini hanya menimbulkan warna kemerahan dan disertai rasa
sakit.

Tingkat 2. Jenis luka bakar ini memengaruhi epidermis dan lapisan kulit kedua atau
dermis. Ini dapat menyebabkan kulit bengkak dan merah atau putih. Lepuhan dapat
berkembang, rasa nyeri juga bisa parah. Luka bakar tingkat dua yang dalam dapat
menyebabkan jaringan parut.
Tingkat 3. Luka bakar ini mencapai lapisan lemak di bawah kulit. Area yang terbakar
mungkin akan berubah menjadi kehitaman, cokelat atau putih. Kulit yang terinfeksi akan
terlihat kasar. Luka bakar tingkat ini menghancurkan saraf dan menyebabkan mati rasa.

D.Manfaat perawatan luka bakar


Tujuannya untuk mengendalikan rasa sakit, mengangkat jaringan yang mati,
mencegah terjadinya infeksi, dan mengurangi risiko jaringan parut.

E.Penatalaksanaan luka bakar


Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar
menuntut perlunya pendekatan antar disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk
mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang
merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang
dianggap penting. Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu :
1.Fase Emergent (Resusitasi)
Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan
membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah injury.
Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock hipovolemik dan
memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah (a)
perawatan sebelum di rumah sakit, (b) penanganan di bagian emergensi dan (c) periode
resusitasi.
a.Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat kejadian
luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care
dimulai dengan memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan atau
menghilangkan sumber panas .
Petunjuk perawatan klien luka bakar sebelum di rumah sakit:
1) Jauhkan penderita dari sumber LB
a) Padamkan pakaian yang terbakar
b) Hilangkan zat kimia penyebab LB
c) Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
d) Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan
tidak menghantarkan arus (nonconductive)
2) Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
a) Perhatikan jalan nafas (airway)
b) Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat
c) Kaji sirkulasi
3) Kaji trauma yang lain
4) Pertahankan panas tubuh
5) Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
6) Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)
b.Penanganan di bagian emergensi
Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka (cleansing) yaitu
debridemen jaringan yang mati; membuang zat-zat yang merusak (zat kimia, tar, dll); dan
pemberian/penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril.
Selain itu juga perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang perawatan
luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera mencari
pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang pentingnya melakukan
latihan ROM (range of motion) secara aktif untuk mempertahankan fungsi sendi agar
tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan edema dan kemungkinan terbentuknya
scar. Dan perlunya evaluasi atau penanganan follow up juga harus dibicarakan dengan
klien pada waktu itu.
2.Penanganan Luka Bakar Berat.
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi
akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain
yang mungkin terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan
kateter urine; pemasangan nasogastrictube (NGT); pemeriksaan vital signs dan
laboratorium; management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan
luka.Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.

a)Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang mungkin
terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk lebih
memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini.
Selain itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma lain yang menyertai cedera luka
bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan dan lain-lain perlu dilakukan agar dapat
dengan segera diketahui dan ditangani.

bResusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)


Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %,maka resusitasi cairan
intravena umumnya diperlukan.

c) Pemasangan kateter urine


Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap jam.
Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari
resusitasi cairan.

d) Pemasangan nasogastrictube (NGT)


Pemasangan NGT bagi klienLB20%-25%atau lebih perlu dilakukan untuk
mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Disfungsi ganstrointestinal
akibat dari ileus dapat terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah luka bakar. Oleh
karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu.untuk
menentukan adekuat tidaknya resuscitasi.

e) Pemeriksaan vital laboratorium signs dan laboratorium


Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan untuk menentukan
adekuat tidaknya resuscitasi.

2. Fase Akut
Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas
kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72
jam setelah injuri.Fokus management bagi klien pada fase akut adalah sebagai berikut :
mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen nyeri, dan terapi
fisik.
1.perawatan luka
Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka
sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.
1) Hidroterapi
Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam(immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama
30 menit atau kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan
pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri
dan stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan
menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan
chlorohexidine. Perawatanharuslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya
pendarahan dan untuk mempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan. Klien
yang tidak dianjurkan untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara
hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak
dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di atas tempat tidur klien dan
ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2.Debridemen luka
meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan
luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah eschar. Debridemen luka
pada LB meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan
tindakan pembedahan.
3) Balutan
a) Penggunaan penutup luka khusus dalam atau full thickness pada awalnya dilakukan
dengan menggunakan zat / obat antimikroba topikal. Obat ini digunakan 1 - 2 kali setelah
pembersihan, debridemen dan inspeksi luka. Perawat perlu melakukan kajian terhadap
adanya eschar, granulasi jaringan atau adanya reepitelisasi dan adanya tanda – tanda
infeksi. Umumnya obat – obat antimikroba yang sering digunakan tampak pada tabel
dibawah. Tidak ada satu obat yang digunakan secara umum, oleh karena itu dibeberapa
pusat pelayanan luka bakar ada yang memilih krim silfer sulfadiazine sebagai pengobatan
topikal awal untuk luka bakar.
4.Penutupan luka
Sementara sering digunakan sebagai pembalut luka. Setiap produk penutup luka
tersebut mempunyai indikasi khusus. Karakteristik luka (kedalamannya, banyaknya
eksudat, lokasi luka pada tubuh dan fase penyembuhan/pemulihan) serta tujuan
tindakan/pengobatan perlu dipertimbangkan bila akan memilih penutup luka yang lebih
tepat.
5. Exercise Latihan ROM
Aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk mengurangi edema
dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itu melakukan
kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL) sangat efektif dalam mempertahankan fungsi dan
ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada ekstremitas
bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif termasuk
bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan ROM
aktif.
3) Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah atau
memperbaiki kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis
dan dinamis. Statis splint merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada saat
immobilisasi, selama tidur, dan pada klien yang tidak kooperatif yang tidak dapat
mempertahankan posisi dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic
splint dapat melatih persendian yang terkena.
4) Pendidikan
Pendidikan pada klien dan keluarga tentang posisi yang benar dan perlunya
melakukan latihan secara kontinue. Petunjuk tertulis tentang berbagai posisi yang benar,
tentang splinting/pembidaian dan latihan rutin dapat mempermudah proses belajar klien
dan dapat menjadi lebih kooperatif.
3.Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah
untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal.
Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau
meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan
memberikan support emosional serta pendidikan merupakan bagian dari proses
rehabilitasi.

2. Analisis persamaan dan perbedaan perawatan luka pada perawatan luka bakar
dengan jenis luka yang lainnya

Perawatan luka adalah tindakan merawat luka dengan upaya untuk mencegah infeksi,
membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman/bakteri pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Hal-hal yang dapat membantu penyembuhan luka antara lain dengan cara, makan makanan
bergizi, mengikuti terapi dokter, minum obat secara teratur.

Sedangkan luka bakar Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan Sunburn dan luka bakar
kecil sering dapat diobati di rumah. Dalam atau luas luka bakar dan luka bakar kimia atau listrik
membutuhkan perawatan medis segera, seringkali di unit luka bakar khusus.

Dan Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan menurun- kan jumlah
bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik atau membuang
jaringan dan sel mati dari permukaan luka.

a.Luka Bakar Termal


Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan
karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan
logam yang panas (Moenadjat, 2009).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan
luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak
dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan
berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih,
2012).
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka
bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh
(Moenadjat, 2009).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar
yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).

3.Buat satu kasus luka bakar sederhana, kemudian jelaskan:

“wanita 23 tahun dirawat dengan luka bakar karena minyak panas daerah punggung,
lengan belakang kiri kanan, daerah panggul dan betis kanan, pemeriksaan TTD TD
95/60 mmhg, nadi 65x/menit, nafas 28x/menit, CRT 2 detik, akral teraba hangat, suhu
37,2 c ,berat badan 59 kg dengan tinggi badan 162 cm , pasien merasa sesak, pasien
mengeluh nyeri daerah luka bakar dengan skala 6.”

a. Luas dan grade luka bakar


a) Luas luka

Pada kasus luka bakar ditemukan pada bagian daerah punggung, lengan belakang kiri
kanan, daerah panggul, dan betis kanan. Maka luas luka bakar berdasarkan kasus
yaitu
 Punggung (badan bagian belakang) =18%
 lengan kanan kiri bagian belakang = 9%
 daerah panggul sudah masuk ke bagian punggung, dan betis kanan=9%

jadi total luas luka bakar berdasarkan kasus= 18% + 9% + 9% = 36%.


b) Grade luka bakar

Pada kasus termasuk luka bakar berat derajat II karena total kerusakan 36 % pada
orang dewasa.
b. Jumlah resusutasi cairan

Menggunakan rumus baxter : 4 cc x BB (dalam kg) x luas luka bakar (%) cc.

Dimana 4 x 59 kg x 36% = 8. 496 cc/ 24 jam

Mekanisme pemberian cairan ada 2 tahap :

a) ½ 8 jam pertama

4248 x 20

tetes/menit (8 jam pertama) 8 x 60


b) ½ 16 jam selanjutnnya

4248 x 20

Tetes/menit ( 16 jam selanjutnnya) 16 x 60


c. Jenis cairan dan balutan (primer, sekunder, dan tersier) yang digunakan
a) Jenis cairan
Lakukan pemasangan infus boxter, Pada 24 jam pertama diberikan cairan infus RL,
pada 24 jam kedua di berikan cairan dextrose 2000 cc,serta juga diberikan cairan
kristaloid .
b) Balutan
 Primer

Penutupan luka dengan kasa berparafin/vaselin sebagai dressing primer atau


dressing yang langsung bersentuhan dengan luka. Selain itu juga bisa
menggunakan balutan primer sofratul (10 hari)
 Sekunder

Di tutup dengan kasa berlapis tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi perifer


sebagai dressing sekunder.
 Tersier

Di tutup dengan elastic perban sebagai dressing tersier.


d. Rekomendasi diet pasien
 Protein

Pasien dengan luka bakar sangat membutuhkan jumlah protein untuk membantu
memperbaiki jaringan yang rusak. Kerusakan jaringan membuat banyak protein
hilang dalam tubuh. Selain itu, pasien luka bakar juga kehilangan banyak energi dan
hal ini menyebabkan tubuh menjadikan protein sebagai sumber energi utama,
sehingga protein di dalam tubuh pasien luka bakar sangat rendah. Menurut Asosiasi
Dietisien Indonesia, protein yang dibutuhkan pasien luka bakar dalam sehari yaitu
sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi
akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, kehilangan massa otot yang
cukup banyak, serta memperlambat proses penyembuhan.contoh makanan tinggi
protein yaitu ikan tuna,ikan salmon,ikan gabus.
 Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai sumber energi utama.
Proses penyembuhan luka bakar membutuhkan energi yang cukup besar, oleh karena
itu dibutuhkan sumber energi tubuh yang juga cukup banyak untuk menunjang hal
tersebut. Sumber energi didapatkan dari karbohidrat, sehingga pasien dengan luka
bakar memerlukan sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total kalori dalam
sehari. Bila kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut adalah 2500 kalori, maka
jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi dalam sehari adalah 312 sampai 375
gram. Jika karbohidrat tidak terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan berkurang,
atau malah tubuh akan mengambil sumber protein – yang seharusnya melakukan
perbaikan jaringan, sebagai sumber energi, pengganti karbohidrat.
 Lemak

Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi seperti protein dan
karbohidrat. Lemak memang dibutuhkan tubuh untuk proses penyembuhan dan
sebagai ekstra cadangan energi untuk meningkatkan proses metabolisme. Tetapi
terlalu banyak lemak yang dimakan malah akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Lemak yang terlalu tinggi mengakibatkan peradangan di dalam tubuh dan
menurunkan sistem imun, sehingga penyembuhan akan semakin sulit dilakukan.
Jumlah lemak yang dibutuhkan dalam sehari adalah 15-20% dari total kalori. Lebih
baik mengonsumsi sumber lemak yang baik, yaitu makanan dengan lemak tidak
jenuh tinggi seperti kacang, alpukat, minyak zaitun, dan ikan.
 Vitamin dan mineral

Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai zat gizi mikro juga
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pemberian vitamin A, B, C,
dan D dalam jumlah tinggi sangat dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain itu,
mineral yang juga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak adalah zat besi,
seng, natrium, kalium, fosfor, dan magnesium. Makanan seperti daging sapi, hati
sapi, daging ayam tanpa kulit, merupakan sumber yang baik untuk vitamin A, zat
besi dan seng. Sedangkan vitamin C bisa didapatkan dari berbagai buah-buahan
seperti jeruk.
e. Lain-lain yang dirasa perlu
a) Bersihkan luka bakar 3-5 hari
b) Jangan lupa melakukan ROM
c) Atasi nyeri dengan kolaboran pengobatan analgesic
d) Jangan makan yang manis
e) Diagnose keperawatan bedasarkan kasus
Pola Nafas Tidak Efektif b.d hambatan upaya nafas (nyeri saat bernafas) d.d
dispnea intervensi manajement jalan napas
Nyeri Akut b.d agen pencedera kimiawi d.d mengeluh nyeri intervensinnya
manajement nyeri
Gangguan Integritas Kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif: minyak panas d.d
kerusakan jaringan, nyeri intervensinnya perawatan luka bakar
f) Penatalaksanaan
 Pertolongan pertama pada luka bakar
o Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar
o untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
o Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam
air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas.
Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil.
o Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung
pada luka bakar apapun.
o Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation)
yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar
pada survey sekunder..
 Kaji ABC(airway,breathing,circulation)

Perhatikan jalan nafas (airway), Menurut Moenadjat (2009), membebaskan jalan


nafas dari sumbatan yang terbentuk akibat edema mukosa jalan nafas ditambah
sekret yang diproduksi berlebihan (hiperekskresi) dan mengalami pengentalan.
Pastikan pernafasan (breathing) adekuat, Adanya kesulitan bernafas, masalah
pada pengembangan dada terkait keteraturan dan frekuensinya. Adanya suara
nafas tambahan ronkhi, wheezing atau stridor. Moenadjat (2009), Pastikan
pernafasan adekuat dengan :
Pemberian oksigen, Oksigen diberikan 2-4 L/menit adalah memadai. Bila
sekret banyak, dapat ditambah menjadi 4-6 L/menit.
Humidifikasi,Oksigen diberikan bersama uap air. Tujuan pemberian uap air
adalah untuk mengencerkan sekret kental (agar mudah dikeluarkan) dan
meredam proses inflamasi mukosa.
Terapi inhalasi, Terapi inhalasi menggunakan nebulizer efektif bila
dihembuskan melalui pipa endotrakea atau krikotiroidektomi.
Lavase bronkoalveolar, Prosedur lavase bronkoalveolar lebih dapat
diandalkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada mukosa jalan
nafas dibandingkan tindakan humidifier atau nebulizer.
Rehabilitasi pernafasan, Proses rehabilitasi sistem pernafasan dimulai
seawal mungkin. Prosedur ini awalnya dilakukan secara pasif kemudian
dilakukan secara aktif saat hemodinamik stabil dan pasien sudah lebih
kooperatif
Penggunaan ventilator.Penggunaan ventilator diperlukan pada kasus- kasus
dengan distresparpernafasan secara bermakna memperbaiki fungsi sistem
pernafasan dengan positive end-expiratory pressure (PEEP) dan volume
kontrol.
Kaji sirkulasi, Warna kulit tergantung pada derajat luka bakar, melambatnya
capillary refill time, hipotensi, mukosa kering, nadi meningkat.
 Resusitasi cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian
cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat
harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.
 Perawatan luka bakar

Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.
Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini
memiliki beberapa fungsi:
o dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.
o luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi.
o penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa
nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.
 Early exicision and grafting (E& G)

Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup
dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan,
graft akan terkelupas dengan sendirinya.

SUMBER

Moenadjat Y. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2009.

Krisanti, P., dkk. (2014). Asuhan KEperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

KEPUTUSAN MENTRI KESEHATAN REPUBLIC INDONESIA NOMOR HK


.01.07/MENKES/555/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATALAKSANA LUKA BAKAR

Buku 3S (SDKI,SLKI,SIKI) TAHUN 2016,PERSATUAN PERAWAT NASIONAL


INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai