Anda di halaman 1dari 13

ISSUE PERAWATAN LUKA DENGAN TEHNIK MODERN DRESSING

Disusun sebagai penugasan mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan


Dosen Pembimbing : Ns. Fransiska Erna Damayanti, M.Kep

OLEH KELOMPOK 7

Nama NIM
ROBITH TAMARA EL WAJDI 202002T115
ROSITA AGUSTINA 202002T042
SANDI EKO PRASETYO 202002T006
SITI MUSYAROFAH 202002T075
SRI HANDAYANI 202002T055
SRI WAHYUNI 202002T117

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


PROGRAM NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI


2020
ISSU PERAWATAN LUKA DENGAN TEHNIK MODERN DRESSING

A. PENDAHULUAN

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, issu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya serring ditemukan luka dalam kondisi yang
sangat kompleks, sehingga perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa
tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Issu lain yang harus
dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan
luka modern sangat mengedepankan issu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin
banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam
merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut
dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum,
perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat
sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.
B. DEFENISI LUKA, KLASIFIKASI DAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi,
kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi
berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis;
partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang.

Berdasarkan proses penyembuhan, dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Healing by primary intention

Penutupan luka dengan menyatukan kedua pinggir luka (hecting, clips atau tape). Tepi luka
bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, kehilangan
jaringan minimal. Penyembuhan luka berlangsung lebih cepat, dari bagian internal ke
ekseternal.

2. Healing by secondary intention

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi, kontraksi dan epithelisasi pada dasar luka dan sekitarnya.
Proses penyembuhan ditunda, berlangsung lebih lama.

3. Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.

Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Akut

Luka baru, mendadak dan penyembuhan sesuai dengan waktu yang diperkirakan, terjadi
dalam jangka waktu 2-3 minggu (sesuai proses penyembuhan luka)
2. Kronis

Luka gagal sembuh pada waktu yang ditentukan, tidak berespon baik pada therapy dan
mempunyai tendensi untuk muncul kembali (mengalami kegagalan pada proses
penyembuhan). Jenis luka yang tidak ada tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari
4-6 minggu.

Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan
kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami
keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang
tindih (overlap).

2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut

3. Fase penyembuhan luka :

a. Fase inflamasi :

– Hari ke 0-5

– Respon segera setelah terjadi injuri, pembekuan darah, untuk mencegah kehilangan darah

– Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa

– Fase awal terjadi haemostasis

– Fase akhir terjadi fagositosis

– Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi


b. Fase proliferasi or epitelisasi

– Hari 3-21

– Disebut juga dengan fase granulasi karena adanya pembentukan jaringan granulasi pada
luka, luka nampak merah segar, mengkilat

– Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah
yang baru, fibronectin dan hyularonic acid

– Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka

– Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

c. Fase maturasi atau remodelling

– Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun

– Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)

– Terbentuk jaringan parut (scar tissue), 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya

– Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan
yang mengalami perbaikan

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1. Status Imunologi

2. Kadar gula darah (impaired white cell function)

3. Hidrasi (slows metabolism)

4. Nutritisi

5. Kadar albumin darah (building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)

6. Suplai oksigen dan vaskularisasi


7. Nyeri (causes vasoconstriction)

8. Corticosteroids (depress immune function)

9. Kualitas teknik pembedahan

10 Kualitas manajemen luka

11. Gaya hidup

12. Umur

13. Status nutrisi

14. Gangguan sirkulasi darah

15. Infeksi

16. Dehidrasi

17. Penyakit

18. Stres, kecemasan, dan depresi

19. Pengobatan

E. KONSEP PENYEMBUHAN LUKA

1. Perawatan luka tertutup

2. Menciptakan dan mempertahankan suasana lembab pada luka (moisture balance)

3. Menyiapkan dasar luka untuk proses penyembuhan dan penggunaan advance dressing.

4. Tidak menggunakan kassa sebagai balutan utama

5. Mempertimbangkan cost efective bagi pasien


F. PRINSIP PERAWATAN LUKA

1. Mengontrol hemostasis

2. Mengontrol infeksi

3. Membuang jaringan mati/material infeksi

4. Membuang benda asing

5. Menyiapkan dasar luka

6. Melindungi kulit sekitar luka

7. Support proses penyembuhan

G. PROSES PERAWATAN LUKA

1. Mengkaji luka

a. Kondisi luka

– Warna dasar luka

 Slough (yellow)
 Necrotic tissue (black)
 Granulating tissue (red)

– Lokasi ukuran dan kedalaman luka (panjang x lebar x dalam)

– Eksudat dan bau

– Tanda-tanda infeksi

– Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban

– Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung

b. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin

c. Status vascular : Hb, TcO2

d. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain

e. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya


2. Mencuci luka

a. Teknik

– Swabbing/Bathing

– Irigasi

b. Cairan normal salin dan air pilihan terbaik

c. Suhu cairan sesuai suhu tubuh normal

d. Antiseptik tidak dianjurkan

e. Sabun dipakai pada luka kronis

f. Cairan lain (RL, Dextrose) masih diperdebatkan

3. Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) merupakan moisture balance topikal therapy akan
menciptakan lingkungan luka optimal yaitu:

a. Permukaan luka lembab

b. Perfusi/oksigenasi baik

c. Temperatur optimal

d. PH optimal (asam)

Balutan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade
ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang
dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal
Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja
(2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:

a. Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel
endotel dalam suasana lembab.
b. Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.

c. Menurunkan resiko infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.

d. Mempercepat pembentukan Growth factor

Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum
dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.

e. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke
daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus
memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:

a. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)

b. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko


terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)

c. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)

d. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan

e. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke


seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :

a. Apakah suplai telah tersedia?

b. Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?

c. Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?


d. Bagaimana dengan pertimbangan biaya?

e. Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?

f. Bagaimana cara mengevaluasi?

Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya

a. Film Dressing

– Semi-permeable primary atau secondary dressings

– Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive

– Conformable, anti robek atau tergores

– Tidak menyerap eksudat

– Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

– Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

– Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

b. Hydrocolloid

– Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers

– Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough

– Occlusive → hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis

– Waterproof

– digunakan pada luka derajat 1 dan 2

– Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

c. Alginate

– Terbuat dari rumput laut

– Membentuk gel diatas permukaan luka

– Mudah diangkat dan dibersihkan

– Membantu untuk mengangkat jaringan mati


– Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

– Indikasi : luka dengan perdarahan ringan sampai sedang

– Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

d. Foam Dressings

– Polyurethane

– Non-adherent wound contact layer

– Highly absorptive

– Semi-permeable

– Indikasi : eksudat sedang s.d berat

– Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

e. Terapi alternatif

– Zinc Oxide (ZnO cream)

– Madu (Honey)

– Sugar paste (gula)

– Larvae therapy/Maggot Therapy

– Vacuum Assisted Closure

– Hyperbaric Oxygen
H. KESIMPULAN

1. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan
nilai optimal jika digunakan secara tepat

2. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien

3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang


perawatan luka yang berkualitas
Referensi:

1. http://www.podiatrytoday.com/article/1894

2. Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5:
Proquest Nursing & Allied Health Search

3. Kathleen Osborn, Nursing Burn Injuries. Nursing Management; May 2003; 34,5: Proquest
Nursing & Allied Health Search

4. Madelaine Flanagan, Managing Chronic Wound Pain in Primary Care. Practice Nursing;
Jun 23, 2006; 31, 12; ABI/INFORM Trade & Industry

5. Maureen Benbow, Healing and Wound Classification. Journal of Community Nursing; Sep
2007; 21,9; Proquest Nursing & Allied Health Search

6. Ritin Fernandez, Rhonda Griffiths, Cheryl Ussia (2002). The Effectiveness of Solutions,
Techniques and Pressure in Wound Cleansing. The Joanna Briggs Institute for Evidence
Based Nursing & Midwifery. Australia. www.joannabriggs.org.au

7. Ruth Ropper. Principles of Wound Assessment and Management. Practice Nurse; Feb 24,
2006; 31,4; Proquest Nursing & Allied Health Search

Anda mungkin juga menyukai