Anda di halaman 1dari 10

PAPER

PERBEDAAN PERAWATAN LUKA MODERN DAN KONVENSIONAL

DISUSUN OLEH:

Rizma Nur Artita

106119017

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL-IRYAD AL-ISLAMIYYAH

CILACAP

2020/2021
A. Definisi

Luka (wound) merupakan adanya diskontinuitas dan/atau


kerusakan jaringan tubuh yang menyebabkan gangguan fungsi. Luka pada
kulit, otot, tulang, pembuluh darah maupun organ seperti jantung, usus,
dan sebagainya. Semuanya melalui suatu proses reparatif yang serupa dan
dapat di prediksi.

Luka berdasarkan lama penyembuhan dapat diklasifikasi menjadi dua


jenis, yaitu:

1 Luka akut
Adalah luka dalam hitungan jam (s/d 8 jam). Luka yang dibiarkan
lebih dari 8 jam dinamakan neglected wound
(luka yang terabaikan). Luka akut umumnya merupakan luka
trumatik, contohnya luka tertusuk, terpotong, abrasi, laserasi, luka
bakar, dan luka traumatik lainnya.
2 Luka kronis
adalah luka yang berlangsung lebih dari 2 minggu tanpa melewati
fase-fase penyembuhan secara sempurna atau merupakan luka yang
berulang. Contohnya adalah luka akibat tekanan.
B. Fisiologi Luka
Ada beberapa fase penyembuhan luka, yakni:
a. Fase inflamasi : berupa hemostasis dan inflamasi
b. Fase proliferatif : terdiri dari epitelisasi, angiogenesis,
pembentukan jaringan granulasi, dan deposisi kolagen.
c. Fase maturasi : kontraksi, pembentukan jaringan parut (scar tissue),
remodeling.
Umumnya luka yang akut akan melalui tahapan fase diatas
dengan baik, jika dilakukan perwatan luka yang benar. Namun jika
perawatan luka dilakukan dengan sembarangan dan menyalahi
prinsip-prinsip perawatan luka, maka luka dapat menjadi kronis
karena adanya fase penyembuhan yang tidak terlewati dengan
sempurna. Pada luka-luka seperti ini tentunya akan memerlukan
pemahaman perawatan luka yang benar karena jelas luka tersebut
lebih sulit untuk sembuh.

C. Jenis Penyembuhan Luka


1 Penyembuhan luka primer, terjadi saat pinggiran luka yang bersih
dan masih vital (tidak iskemik/nekrosis) ditemukan dengan
aprokmasi yang baik sehingga fase pembentukan jaringan
granulasi lebih cepat dan epitelisasi langsung terjadi dalam
beberapa hari (1-3 hari).
2 Penyembuhan luka sekunder, terjadi pada luka yang cukup
dalam/lebar dan jarak antara ujung-ujung luka terlalu jauh,
sehingga tidak dapat dilakukan penjahitan secara langsung. Seluruh
fase penyembuhan luka secara spontan akan dilewati sesuai dengan
dalam/luasnya dan tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
3 Penyembuhan luka tersier, terjafi pada luka yang kurang vital/
jaringan nekrotik cukup banyak/ luka cukup lebar/ luka kotor dan
memerlukan tindakan debridemen terlebih dahulu untuk jangka
waktu tertentu, untuk melewati masa-masa penyembuhan luka.
D. Prinsip Perawatan Luka
Prinsip perawatan luka secara umum adalah:
1 Debridemen, seluruh materi asing /jaringan nekrotik merupakan
debris dan dapat menghambat penyembuhan luka sehingga
diperlakukan tindakan untuk membersihkan luka dai semua materi
asing. Debridemen dapat dilakukan bertahap samapi seluruh dasar
luka bersih dan vital.
2 Moist wound bed, dasar luka harus selalu lembab. Lembab bukan
berarti basah. Lembab yang dimaksud adanya eksudat yang berasal
dari sel di dasar luka yang mengandung sel darah putih, dan enzim
yang berguna dalam proses penyembuhan. Suasana lembab ini
harus dipertahankan dengan diikuti pencegahan infeksi.
3 Prevent further injury, jaringan disekitar luka mengalami inflamasi
sehingga ikatan antar selnya kurang kuat. Saat merawat luka
dianjurkan untuk tidak membuat kerusakan baru di jaringan
sekitarnya. Imobilisasi lama juga dapat menyebabkan kerusakan
jaringan lainnya misal berbentuk ulkus dekubitus, infeksi sekunder,
bahkan pneumonia.
4 Nutritional therapy, nutrisi adalah suatu terapi bukan hanya sebagai
suplemen/tambahan. Tetapi nutrisi sangat penting dalam proses
penyembuhan luka sebab komponen jaringan yang rusak harus
diaganti dan didapatkan dari asupan nutrisi.
5 Treat underlying diseases, salah satu faktor yang berpengaruh pada
proses penyembuhan luka adalah penyakit yang mendasarinya
seperti Diabetes Melitus, CVI, Sindroma Lupus Erimatosi, dll. Jika
penyakit yang mendasari tidak diatasi, kemungkinan besar luka
sulit sembuh.
6 Work with law of nature, memberikan suasana dan kondisi ideal
agar luka dapat sembuh tanpa adanya hambatan. Jika seluruh faktor
yang menghambat luka dapat diatasi maka tidak ada alasan luka
tidak dapat sembuh.
E. Perawatan Luka Konvensional dan Modern
a. Perawatan luka konvensional:
1 Tidak mengenal perawatan luka lembab
2 Kassa lengket pada area luka
3 Luka dalam kondisi kering
4 Pertumbuhan jaringan lambat
5 Infeksi lebih banyak
6 Balutan luka hanya menggunakan kassa
7 Luka terbuka/tertutup
b. Perawatan luka modern:
1 Perawatan luka lembab (moist wound care)
2 Kassa tidak lengket pada area luka
3 Luka dalam kondisi lembab
4 Pertumbuhan jaringan lebih cepat
5 Infeksi sedikit
6 Balutan luka modern
7 Luka tertutup dengan balutan luka
F. Manajemen Luka Konvensional
1 Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan
luka yang lembaba
2 Manajemen luka yang lama atau disebut metode konvensional
hanya membersihkan luka dengan larutan salin norma atau
ditambahkan dengan povidine iodin, hidroksin peroksida (H₂O₂),
antiseptik seperti itu dapat mengganggu proses penyembuhan luka,
tidak hanya membunuh kuman tapi membunuh leukosit yang
bertugas membunuh kuman patogen kemudian ditutup dengan
kassa kering.
3 Ketika akan merawat luka di hari berikutnya, kassa tersebut
menempel pada luka dan menyebabkan rasa sakit pada pasien,
disamping itu sel-sel yang baru tumbuh pada luka juga menjadi
rusak.
4 Luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses
penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka.
G. Manajemen Luka Modern
1 Perawatan luka lembab merupakan metode yang mempertahankan
lingkungan luka tetap lembab untuk memfasilitasi proses
penyembuhan luka.
2 Lingkungan luka yang lembab dapat diciptakan dengan perawatan
luka tertutup.

Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka


dengan suasana lembab diantara lain:

1 Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis


dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam
suasana lembab.
2 Mempercepat angiogenesis, dalam keadaan hipoksia pada
perawatan luka tertututp akan merangsang lebih pembentukan
pembuluh darah dengan lebih cepat.
3 Menurunkan resiko infeksi
4 Mempercepat pembentukan stratum corneum dan angiogenesis,
dimana prosukdi komponen tersebut lebih cepat terbentuk pada
lingkungan lembab.
5 Kejadian infeksi relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan
perawatan kering.
6 Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan
lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan
limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
H. Prinsip-Prinsip umum perawatan luka konvensional
1 Dalam perawatan luka konvensional, perawatan luka sering
menggunakan antiseptik dengan tujuan untuk menjaga luka agar
menjadi (steril)
2 Bahkan disetiap kotak obat biasa disediakan antiseptik seperti:
hydrogen peroxide, povidoneiodine, rivanol, acetic acid.
3 Untuk kondisi saat ini berkaitan dengan penggunaan antiseptik
pada luka:
a) Perlu diketahui bahwa antiseptik seperti itu dapat
mengganggu proses penyembuhan dari tubuh kita sendiri
b) Masalah utama yang timbul adalah antiseptik tersebut tidak
hanya membunuh kuman tetapi juga membunuh leukosit,
yaitu sel darah yang membantu membunh bakteri pathogen
dan jaringan fibroblast yang membentuk jaringan kulit
baru.
4 Dalam metode perawatan luka konvensional, beberapa hal yang
sering terjadi antara lain:
a) Perawatan luka dilakukan sering (sehari 2-3kali, bahkan
lebih)
b) Pasien sering merasakan nyeri
c) Perbaikan luka yang lama
d) Perasaan minder ke pasien karena bau
5 Tetntang penggunaan balutan, dalam perawatan luka konvensional,
terdapat beberapa pendapat, antara lain:
a) Orang percaya bahwa membiarkan luka pada kondisi bersih
dan kering akan mempercepat proses penyembuhan
b) Pada perawatan luka konvensional atau orang yang zaman
dahulu lakukan, biasanya luka dibalut menggunakan kain
pembalut/balutan yang tipis, yang memungkinkan udara
masuk dan membiarkan luka mengering berbentuk
“scab/koreng”
c) Dengan adanya luka yang mengering berbentuk “koreng”
ini dianggap bahwa luka telah sembuh.
6 Kelebihan perawatan luka konvensional :
a) Mudah di dapat: apotek, toko obat, dll
b) Murah
7 kekurangan perawatan luka konvensional
a) sering diganti balutannya
b) balutan cepat kering
c) beresiko menimbulkan luka baru
d) menimbulkan nyeri saat diganti balutan
e) tidak mendukung proses lembab
f) menghambat proses penyembuhan karena sering di ganti
g) resiko terjadi infeksi sangat besar
I. Prinsip Perawatan Luka Modern
1 Untuk meminimalisir penggunaan antibiotik, maka untuk
membersihkan luka dalam perawatan luka modern, cara yang
terbaik dalam membersihkannya, adalah:
a) Dengan menggunakan cairan fisiologis seperti normal
saline (NaCl 0,9%)
b) Untuk luka yang sangat kotor dapat menggunakan teknik
irigasi/water pressure
c) Kondisi lembab adalah lingkungan yang baik untuk sel-sel
tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum.
d) Mengenai penyembuhan dengan menggunakan lingkungan
yang lembab sebagai pemerhati perawatan luka.
e) Dengan menggunakan balutan yang lembab, maka klien
dengan luka biasanya akan jarang mengeluh nyeri
f) Balutan yang mensuport lingkungan lembab akan menjaga
saraf dari lingkungan luar dengan memberikan lingkungan
yang lembab akan mengurangi rasa nyeri
2 Hal yang sering terjadi dalam metode perawatan luka
a) Perawatan luka bisa dilakukan 3-5 hari sekali/tergantung
jenis luka dan kotornya balutan
b) Pasien merasa nyaman
c) Perbaikan luka lebih cepat
d) Tidak bau
e) Biaya perawatan lebih rendah
3 kelebihan perawatan luka modern
a) mengurangi biaya pada pasien
b) mengefektifkan jam perawatan perawatan di Rumah Sakit
c) bisa mempertahankan kelembaban luka lebih lama (5-7hari)
d) mendukung penyembuhan luka
e) menyerap eksudat dengan baik
f) tidak menimbulkan nyeri saat ganti balutan
g) tidak bau
4 kekuarangan perawatan luka modern
a) hanya apotek-apotek tertentu yang menyediakan modern
dressing
b) tidak masuk dalam anggaran BPJS
DAFTAR PUSTAKA

Casey G. Modern Wound Dressing. Nurs Stand. 2000; 15(5): 47-51

De Jong, Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta: EGC. 2011

Kartika RW. Perawatan Luka Kronis dengan Metode Dressing. Jakarta: CDK-
230/Vol. 42(7). 2015

Tarigan R, Pemila U. Perawatan Luka: Moist Wound Healing. Jakarta: Fakultas


Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2007

Anda mungkin juga menyukai