Disusun Oleh :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan
berkatnya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “SINDROM NEFROTIK ”Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Demi kesempurnaan dan peningkatan kualitas makalah ini, kami mohon kritik dan
saran dari berbagai pihak dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu pada
kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu kami dalam proses penyelesaian penyusunan makalah ini yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan pada kami guna terselesainya makalah ini, dengan tidak
mengurangi rasa hormat yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan membantu kami dalam
melaksanakan kuliah nanti.
DAFTAR ISI
SINDROM NEFROTIK........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
1.4 Manfaat..................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................................................5
2.2 Etiologi........................................................................................................................................5
2.3 Klasifikasi....................................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi.................................................................................................................................5
2.5 Manifestasi klinis.........................................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan diagnostic...............................................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................6
ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................................6
BAB IV.................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
3.1 SIMPULAN.................................................................................................................................7
3.2 SARAN.......................................................................................................................................7
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….....8
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sindrom nefrotik (SN) merupakan keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria masif
(≥ 3,5 g per 24 jam), hipoalbuminemia (≤ 3,0 g/dL), edema, serta dyslipidemia, sindrom
nefrotik ini juga ditandai dengan terdapat hematuria, hiepertensi, penurunan fungsi ginjal
(Soemyarso,2014).
Sindrom nefrotik terbagi menjadi primer atau idiopatik dan sekunder. Sindrom
nefrotik sekunder dapat disebabkan oleh penyakit metabolik, imunologi, neoplasma,
infeksi, penggunaan obat-obatan, alergi, atau kelainan genetik.
Dapat disimpulkan Sindrom nefrotik merupakan sekumpulan gejala klinis yang
disebabkan oleh hilangnya permeabilitas glomerulus terhadap protein yang ditandai
dengan 4 gejala khas yaitu proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hyperlipidemia.
2.2 Etiologi
Etiologi sindrom nefrotik (SN) terbagi menjadi primer atau idiopatik dan
sekunder. Pada anak, etiologi sindrom nefrotik tersering adalah minimal change
nephropathy. Sedangkan pada dewasa, penyebab tersering adalah focal segmental
glomerulosclerosis (FSGS). Keduanya dapat terjadi secara primer atau sekunder.
Penyebab tersering SN pada anak adalah minimal change nephropathy yang dapat
terjadi secara primer atau sekunder karena limfoma Hodgkin. Glomerulonefritis
post infeksi Streptococcus juga dapat memicu SN idiopatik pada anak.
Penyebab tersering SN pada dewasa adalah focal segmental
glomerulosclerosis (FSGS) yang dapat terjadi primer atau sekunder
akibat HIV, reflux nephropathy, obesitas, atau penyebab kerusakan nefron lain
(misalnya obstruksi ginjal dan glomerulonefritis).
Pada usia tua, membranous nephropathy merupakan penyebab tersering SN.
Mekanisme terjadinya adalah melalui deposisi dan pembentukkan kompleks imun
secara in situ pada podosit atau membran dasar glomerular.
a. Sindrom Nefrotik Primer/bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal.Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom
nefrotik jenis iniresisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara
yang bisa dilakukanadalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus
namun tidak berhasil.Prognosis buruk dan biasanya penderita
meninggal dalam bulan-bulanpertama kehidupannya.
Sebagian besar kasus sindrom nefrotik (SN) disebabkan oleh penyakit
glomerulus primer. Beberapa etiologi penyakit glomerulus primer yang dapat
menyebabkan SN primer, antara lain focal segmental glomerulosclerosis,
membranous glomerular disease, minimal change glomerular
disease, dan membranoproliferative glomerular disease.
b. Sindrom Nefrotik Sekunder
Berbagai macam penyakit sistemik dan penggunaan obat-obatan juga bisa
menjadi penyebab sindrom nefrotik (SN) sekunder. Diabetes
mellitus dan lupus eritematosis sistemik merupakan penyebab tersering.
Beberapa etiologi SN sekunder adalah :
1) Metabolik : diabetes mellitus, amiloidosis
2.3 Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
2.7 Penatalaksanaan
Ngastiyah(1997, hal 306) menjelaskan penatalaksanaan penderita Sindrom
Nefrotik yaitu sebagai berikut:
a. Medis
Pengobatan :
1) Istirahat hingga edema tinggal sedikit.
2) Diet tinggi protein 2-3 gram/kgBB/hari dengan garam minimal kalau
edema masih berat. Bila edema berkurang sanggup diberi garam sedikit.
3) Diuretik
4) Kortikosteroid. Berikan prednison peroral dengan takaran awitan 60
mg/hari/luas permukaan badan(lbp) selama 28 hari. Kemudian dilanjutkan
dengan prednison per oral selama 28 hari dengan takaran 40 mg/hari/lbp,
setiap 3 hari dalam satu ahad dengan takaran maksimum 60 mg/hari.
5) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
6) Berikan obat digitalis kalau ada indikasi gagal jantung.
b. Keperawatan
Penderita sindrom nefrotik perlu dirawat di rumah sakit lantaran
memerlukan pengawaan dan pengobatan yang khusus. Masalah pasien yang
perlu diperhatikan yaitu edema anasarka, diet, risiko terjadi komplikasi dan
pengawasan mengenai pengobatan/gangguan rasa kondusif dan nyaman.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
2) Resiko infeksi bekerjasama dengan penurunan sistem imun, mekanisme invasif dan
kateterisasi(Doengoes, 2000, hal 622)
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1.
Kelebihan volume cairan bekerjasama dengan mekanisme regulator ginjal dengan
retensi air dan natrium(Tucker,1998, hal 578).
Kriteria hasil :
1) Menunjukkan keluaran urine sempurna dengan hasil laboratorium mendekati normal.
2) BB stabil, TTV dalam batas normal, tak ada edema.
3) Keseimbangan masukan dan pengeluaran.
Intervensi :
1) Pantau keluaran urine, catat jumlah dan warna. Rasional : keluaran urin mungkin
sedikit dan pekat lantaran penurunan perfusi.
2) Pantau / hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan selama 24
jam. Rasional : terapi diuretik sanggup diakibatkan oleh kehilangan cairan datang -
datang berlebihan meskipun edema masih ada.
3) Pertahankan tirah baring selama fase akut. Rasional : posisi telentang meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
4) Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki kalau duduk. Rasional : pembentukan
edema, nutrisi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi usang
merupakan stressor yang mensugesti intregitas kulit.
5) Kaji TTV terutama tekanan darah. Rasional : hipertensi memperlihatkan kelebihan
natrium, serta sanggup memperlihatkan terjadinya kongesti paru, gagal jantung.
6) Pertahankan asupan cairan, pembatasan asupan natrium sesuai indikasi. Rasional :
asupan narium yang terlalu tinggi memperberat kondisi edema.
Diagnosa Keperawatan 2.
Resiko infeksi bekerjasama dengan penurunan sistem imun, mekanisme invasif dan
kateterisasi(Doengoes, 2000, hal 622)
Kriteria hasil:
1) Tak mengalami tanda / tanda-tanda infeksi.
2) Intervensi :
3) Tingkatkan basuh tangan yang baik pada pasien dan perawat. Rasional : menurunkan
resiko kontaminasi silang.
4) Pertahankan prinsip aseptik dalam setiap tindakan keperawatan yang bekerjasama
dengan area invasive dan kateterisasi. Rasional : membatasi introduksi basil kedalam
tubuh.
5) Lakukan perawatan kateter rutin dan perawatan infuse. Rasional : Meningkatkan rasa
nyaman klien serta mencegah kontaminasi basil ke tubuh.
6) Kaji intregitas kulit. Rasional : ekskorisi akhir goresan sanggup menjadi infeksi
sekunder.
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. Rasional : membantu pemilihan
pengobatan infeksi paling efektif.
Diagnosa Keperawatan 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan bekerjasama dengan anoreksia(Engram,
1999, hal 131)
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan / meningkatkan berat tubuh menyerupai yang diindikasikan oleh
klien, bebas edema.
2) Intervensi :
3) Kaji / catat pemasukan diet. Rasional : membantu dan mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diet.
4) Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status uremik.
5) Tawarkan perawatan verbal sebelum dan sehabis makan. Rasional : meningkatkan
nafsu makan
6) Timbang BB tiap hari. Rasional : perubahan kelebihan 0,5 kg sanggup
memperlihatkan perpindahan keseimbangan cairan.
7) Berikan diet tinggi protein dan rendh garam. Rasional : memenuhi kebutuhan protein,
yang hilang bersama urine, Mengurangi asupan garam untuk mencegah edema
bertambah.
Diagnosa Keperawatan 4.
Berhubunngan dengan kelelahan(Doengoes, 2000, hal 58).
Kriteria hasil :
1) Terjadi peningkatan mobilitas.
2) Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien melaksanakan aktivitas. Rasional : sebagai pengkajian
awal acara klien.
2) Tingkatkan tirah baring / duduk. Rasional : meningkatkan istirahat dan
keteenangan klien, posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
3) Ubah posisi dengan sering. Rasional : pembentukan edema, nutrisi melambat,
gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi usang merupakan stressor yang
mensugesti intregitas kulit.
4) Berikan dorongan untuk beraktivitas secara bertahap. Rasional : melatih kekuatan
otot sedikit demi sedikit.
5) Ajarkan teknik penghematan energi pola duduk, tidak berdiri. Rasional :
menurunkan kelelahan.
6) Berikan perawatan diri sesuai kebutuhan klien. Rasional : memenuhi kebutuhan
perawatan diri klien selama intoleransi aktivitas.
Diagnosa Keperawatan 5.
Resiko kekurangan volume cairan bekerjasama dengan imbas diuretik(Swearingen,
2001, hal 77).
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang, turgor kulit baik,
membran mukosa lembab.
Intervensi :
1) Kaji input dan output cairan. Rasional : membantu memperkirakan kebutuhan cairan
2) Pantau Tanda vital. Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi sanggup dipakai
untuk asumsi kadar kehilangan cairan, hipotensi postural memperlihatkan penurunan
volume sirkulasi
3) Anjurkan tirah baring atau istirahat. Rasional : acara berlebih sanggup meningkat
kebutuhan akan cairan.
4) Berikan cairan sesuai indikasi. Rasional : penggantian cairan tergantung dari berapa
banyaknya cairan yang hilang atau dikeluarkan.
Diagnosa Keperawatan 6.
Resiko kerusakan integritas kulit bekerjasama dengan edema anasarka(Carpenito,
2001, hal 304)
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan kulit utuh.
2) Menunjukkan sikap untuk mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
1) Inspeksi kulit terhadap penebalan, warna, turgor, vaskularisasi. Rasional :
menunjukan area sirkulasi jelek yang sanggup menimbulkan pembentukan dekubits
2) Inspeksi area tergantung terhadap edema. Rasional : jaringan edema cenderung rusak
3) Berikan perawatan kulit. Rasional : memperlihatkan rasa nyaman dan mencegah
terjadi komplikasi kulit.
4) Ubah posisi dengan sering. Rasional : Menurunkan tekanan pada edema
5) Pertahankan linen kering. Rasional : Menurunklan iritasi dermal.
Diagnosa Keperawatan 7
Defisit perawatan diri bekerjasama dengan intoleransi aktivitas(Doengoes, 2000, hal
642)
Kriteria hasil :
Berpartisipasi pada acara sehari - hari dalam tingkat kemampuan diri.
Intervensi :
1) Tentukan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam acara perawatan diri. Rasional
: kondisi dasar akan memilih tingkat kekurangan / kebutuhan.
2) Berikan sumbangan dengan acara perawatan diri yang diperlukan. Rasional :
memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi kemandirian klien
3) Ajarkan teknik penghematan energi, pola duduk, melaksanakan kiprah secara
bertahap. Rasional : Menghemat energi, menurunkan kelelahan, meningkatkan
kemampuan klien untuk melaksanakan tugas.
4) Libatkan keluarga dalam perawatan klien. Rasional : memandirikan keluarga semoga
lebih peduli pada pemenuhan kebutuhan klien, membuat rasa nyaman klien.
Diagnosa Keperawatan 8.
Kurang pengetahuan bekerjasama dengan kurangnya warta mengenai
penyakit(Doengoes, 2000, hal 624)
Kriteria hasil :
Menunjukkan respon pemahaman terhadap penyakitnya dan mengetahui bagaimana
perawatannya.
Intervensi :
1) Kaji status pendidikan klien. Rasional : memilih status awal pengetahuan klien.
2) Kaji pengetahuan klien akan penyakitnya, prognosanya, dietnya dan hal - hal yang
perlu dilakukan klien semoga memperingan tanda-tanda yang muncul. Rasional :
Menentukan sejauh mana pengetahuan klien wacana penyakit yang dideritanya.
3) Kaji pengetahuan keluarga wacana penyakit klien. Rasional : memilih pengetahuan
keluarga akan penyakit klien.
4) Berikan penyuluhan kesehatan wacana penyakitnya termasuk diet dan
perawatannya. Rasional : memperlihatkan warta yang actual yang bisa merubah
persepsi klien wacana penyakitnya.
BAB IV
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah penyakit kronis yang dapat mengalami remisi dan relaps.
Pada kondisi yang berat, ada risiko komplikasi gagal ginjal hingga membutuhkan dialisis atau
transplantasi ginjal. Manajemen diet pasien sindrom nefrotik yang tepat diperlukan untuk
menghindari perburukan gejala.
Sindrom nefrotik merupakan sekumpulan gejala klinis yang disebabkan oleh hilangnya
permeabilitas glomerulus terhadap protein yang ditandai dengan 4 gejala khas yaitu
proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hyperlipidemia
3.2 SARAN
Terapkan Edukasi dan promosi kesehatan terhadap penderita dan keluarga
dengan sindrom nefrotik (SN) sangat penting. Beberapa edukasi yang penting untuk
disampaikan, antara lain mengenai perjalanan penyakit, pilihan terapi, komplikasi,
serta prognosis dari SN sesuai etiologinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/nefrologi/sindrom-nefrotik
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/062bab720caeab250c3cb35bbe765b2a.pdf
https://id.scribd.com/doc/312846082/MAKALAH-SINDROM-NEFROTIK
https://www.coursehero.com/file/51880219/98395967-Laporan-Pendahuluan-Sindrom-
Nefrotikdoc/
https://blog-ruangguru.blogspot.com/2017/06/laporan-pendahuluan-lp-sindrom-
nefrotik.html