Anda di halaman 1dari 14

DUNIA KESEHATAN

Semoga blog ini,dapat menambah wawasan kawan-kawan sekalian...aminn


Tuesday, November 18, 2014

PERAWATAN LUKA
I. DEFINISI LUKA
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari
trauma luar dan masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit, yaitusuatu
keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan, suhu, infeksi, dan
yang lainnya yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan kata luka, borok, koreng,
dekubitus, dan lain-lain.

II. Tujuan Melakukan Perawatan Luka


Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :
 Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
 Absorbsi drainase.
 Menekan dan imobilisasi luka.
 Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
 Mencegah luka dari kontaminasi.
 Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
 Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.

III. KLASIFIKASI LUKA


A. Luka Berdasarkan sifat kejadiannya dibedakan menjadi
1. Luka yang disengaja misalnya terkena radiasi atau bedah.
2. Luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja bisa dibagi
menjadi luka tertutup (jika tidak terjadi robekan) dan luka terbuka (jika terjadi robekan dan
kelihatan. Seperti luka abrasi (akibat gesekan), puncture (akibat tusukan), hautration (akibat
alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Didalam kebidanan yang sering terjadi adalah
luka episiotomi, luka bedah seksio caesarea atau luka saat persalinan.
B. Luka Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi luka mekanik dan non mekanik.
1. Luka mekanik terdiri atas:
a. Vulnus scissum, luka sayat benda tajam. Pinggir lukanya terihat rapi.
b. Vulnus contusum, luka memar akibat cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda
tumpul.
c. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang menyebabkan
robeknya jaringan rusak dalam.
d. Vulnus punture, luka tusuk yang kecil dibagian luar (dibagian mulut lukanya) tetapi besar
dibagian dalam luka.
e. Vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru.
f. Vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagianluka.
g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh
darah.
2. Luka non mekanik terdiri
a. luka akibat zat kimia
b. Termik
c. Radiasi
d. Serangan listrik.
C. Luka berdasarkan lamanya proses penyembuhan luka dibagi menjadi luka akut dan luka kronis
1. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu proses penyembuhan luka,
diantaranya luka operasi, luka kecelakaan, dan luka bakar. Jika penanganan betul dan luka
menutup dalam 21 hari maka dikatakan luka akut, jika tidak maka akan jatuh pada luka kronis.
2. Luka kronis adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya mengalami
pemanjangan. Misalkan pada luka dengan dasar luka merah sudah 1 bulan (>21 hari) tidak mau
menutup. Diantaranya luka tekan (dekubitus), luka karena diabetes, luka karena pembuluh
darah vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscene dan abses. salah satu ciri yang khas
yaitu adanya jaringan nekroris (jaringan mati) baik yang berwarna kuning maupun berwarna
hitam.

IV. KONSEP LEMBAB


Pada tahun 1962 prof. Dr. George D. Winter melakukan penelitian tentang efektifitas
perawatan luka antara perawatan secara terbuka (kering) dengan perawatan secara tertutup
(lembab). Hasilnya menunjukan bahwa perawatan luka dengan menggunakan konsep tertutup
(lembab) dua kali lebih cepat sembuh dibandingkan dengan perawatan luka terbuka (kering).
Lembab yang harus diciptakan adalah lembab yang seimbang (moisture balance). Hal ini
disebabkan jika lembab yang seimbang tidak tercipta, maka akan terlalu lembab (basah) yang
membuat kulit sekitar luka maserasi atau bahkan kurang lembab (kering) sehingga proses
penyembuhan luka tidak terjadi dengan optimal.
Beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka diantaranya:
 mencegah luka menjadi kering dan keras
 meningkatkan laju epitelisasi
 menjaga pembentukan jaringan
 meningkatkan pembentukan jaringan dermis
 dapat menurunkan kejadian infeksi
 menurunkan nyeri
 mudah digunakan.

V. PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Secara fisiologis luka akan sembuh dengan sendirinya karena tubuh dapat melakukan
penyembuhan sendiri yang dikenal dengan istilah wound healing process atau proses
penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa tahap yang terjadi secara
tumpang tindih, artinya sebelum selesai fase pertama sudah masuk fase berikutnya.Proses
penyembuhan luka yaitu:
A. Tahap inflamasi akut terhadap cedera, berlangsung selama 0-5 hari Dimulai saat terjadinya
luka dan terjadi proses hemostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain
lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah
yang rusak.tanda-tanda inflamasi disekitar luka antara lain : kemerahan, hangat, bengkak,dan
nyeri.
B. Tahap destruktif yaitu terjadi pembersihan jaringan yang mati
oleh leukosit, polimorfonuklear dan makrofag.
C. Tahap poliferatif yaitu pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi
luka. Berlangsung selama 5-21 hari, penampilan klinisnya antara lain dasar luka merah cerah
(granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan darah, adanya kulit baru
(epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka.
D. Tahap maturasi yaitu terjadi repetelisasi, kontruksi luka, dan organisasi jaringan ikat. fase ini
berlangsung selama 21 hari - 2 tahun dimana luka sudah menutup sempurna pada hari ke-21
dan akan muncul bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama proses maturasi
berlangsung.

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


A. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
1. Vaskularisasi mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang
baik utnuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protein yang cukup.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel
sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
4. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Seperti diabetes dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur pertama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena
kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya, sebagai contoh vitamin A untuk membantu
proses epitelisasi/penutupan luka dan sintesis kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor
pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lainnya.
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Orang
yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok atau stres akan mengalami
proses penyembuhan luka yang lebh lama.
B. Faktor yang menghambat penyembuhan luka
1. Tehnik penanganan luka yang tidak tepat
2. Rasa sakit
3. Adanya penyakit lain misal : diabetes
4. Kondisi kesehatan buruk
5. Kondisi nutrisi buruk
6. Minum alkohol, merokok
7. Pemakaian obat-obatan
8. Sirkulasi tidak lancar
9. Lokasi luka sering bergerak

VII. PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA


Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan, hal ini
bertujuan untuk mencegah infeksi silang ( masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
A. Persiapan alat dan bahan :
 Pinset anatomi 2  kasa steril
 Pinset cirurghi 2  NaCl 0.9%
 Gunting luka steril  Betadine 2%
 Kom kecil 3  Alkohol 70%
 Handscoon  Kapas penekan /deppers
 Gunting plester  Plester
 Perlak dan alas  Kapas lidi
 Tempat sampah basah dan kering

B. Prosedur kerja :
1. Persiapan pasien
 Perkenalkan diri
 Jelaskan tujuan
 Jelaskan prosedur perawatan pada pasien
 Persetujuan pasien
2. Persiapan alat
3. Memasang sampiran atau penutup tirai
4. Mengatur posisi passien senyaman mungkin
5. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan
6. Mengoleskan bagian plester perban dengan baby oil /minyak kayu putih
7. Mencuci tangan
8. Menggunakan handscoon
9. Buka perban dengan pinset dan buang pada tempatnya serta kajilah luka bercubitus yang ada
10. Bersihkan plester dengan alkohol (bila tidak ada kontra indikasi) arah dari luar ke dalam.
11. Bersihkan luka dengan betadine menggunakan kasa
12. Bersihkan uka dengan NaCl 0.9% dan keringkan
13. Olesi luka / kompres luka dengan betadine 2% (sesuai advis dokter) dan tutup dengan kassa
steril
14. Plester perban dengan plester
15. Rapikan pasien
16. Alat bereskan rendam peralatan bekas pakai dalam larut klorin 0.5% selama 10 menit
17. Cuci tangan
18. Catat kondisi dan perkembangan luka

VIII. DOKUMENTASI
A. Hasil observasi luka
B. Balutan dan atau drainase
C. Waktu melakukan penggantian balutan
D. Respon klien
PERAWATAN LUKA BASAH
A. Definisi
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
B. Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement
C. Tujuan :
1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan
D. Persiapan alat :
1. Bak steril berisi :
 Kapas balut atau kasa persegi panjang
 Kom kecil 2 buah
 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)
 Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
 Sarung tangan steril jika perlu
2. Perlak dan pengalas
3. Bengkok 2 buah
 Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas
 Bengkok 2 untuk sampah
4. Larutan Nacl 0,9 %
5. Gunting plester dan sarung tangan bersih
6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi
E. Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2. Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3. Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada
klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5. Cuci tangan
6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas,
ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan
lapis demi lapis
9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan
sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil. Tambahkan
kassa ke dalam normal salin
13. Kenakan sarung tangan steril
14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup
kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan
yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang
kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk
setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka
dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan
masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka. Pasang
kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet yang
telah digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi yang
nyaman
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
F. Perhatian :
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat menimbulkan rasa
nyeri pada klien
2. Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek
obat
3. Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti
percikan dari luka

PERAWATAN LUKA KERING


A. Definisi
Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal dari kontaminasi mikroorganisme.
Balutan dapat hanya berupa bantalan kasa yang tidak melekat kejaringan luka dan
menyebabkan iritasi yang sangat kecil. Atau dapat menjadi bantalan telfa yang juga tidak
melekat pada insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan drainase melalui permukaan yang
tidak melekat dibawah kasa lembut.
( Perry.Peterson.Potter, 2003 )
B. PRINSIP TINDAKAN
Selama insisi atau luka tetap teerbuka, pemasangan balutan kering memerlukan teknik steril.
( Perry Potter, 1995 )
C. TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari prosedur perawatan luka kering, sebagai berikut :
1. Menurunkan nyeri
2. Meningkatkan penyembuhan luka
3. Memperbaiki hasil kosmetik
4. Pemeliharaan lingkungan lembab
5. Perlindungan dari kontaminan luar
6. Perlindungan dari cidera lebih lanjut
7. Pencegahan penyebaran mikroorganisme
8. Peningkatan kenyamanan klien
9. Pengendalian perdarahan
( Perry.Peterson.Potter. 2003 )
10. Pasien mendapatka terapi fisik dengan mendemonstrasikan penggunaan alat bantu yang
nyaman setelah post operasi
11. Pasien mampu melakukan relaksasi
12. Pasien tidak demam dan nyeri pasien teratas.
( T.M. Marrelli, 2000 )
D. KONSEP TEORI
Balutan yang ideal harus mudah digunakan, dapat mengikuti kontur tubuh, tahan lama tetspi
fleksibel, efektif-biaya, dapat mengabsorpsi atau menampung eksudat, mudah dilepaskan tanpa
merusak permukaan yang sedang proses penyembuhan, dan dapat diterima dalam hal
penampilan.
( Perry,Peterson,Potter, 2003 )
E. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Dilakukan pada pasien yang mengalami luka insisi atau luka tetap terbuka.luka bersih ataupun
luka tak terkontaminasi.
( Perry Potter, 1995 )
Teknik pembalutan dilakukan bila klien mengalami perawatan luka secara tertutup.
( Aziz Alimul Hidayat, 2002 )
F. PERSIAPAN ALAT
1. Sarung tangan steril
2. Kasa/ balutan steril
3. Gunting steril
4. Plester
5. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
6. Larutan garam faal atau air
7. Pengikat atau balutan sesuai kebutuhan
8. Kantung tahan air untuk sampah
9. Balutan kasa ekstra dan surpigad atau bantalan ABD
10. Selimut mandi
11. Pengangkat perekat (tidak menjadi keharusan )
12. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan )

G. PROSEDUT DAN RASIONALISASI


No. Langkah-Langkah Rasional
1. Jelaskah prosedur pada klien dengan Menghilangkan ansietas klien dan
menggambarkan langkah-langkah meningkatkan pemahaman proses
perawatan luka. penyembuhan.
2. Susun semua peralatan yang Mencegah kesempatan merusak teknik
diperlukan dimeja tempat tidur ( steril dengan kelalaian tak disengaja
jangan membuka peralatan ). pada peralatan yang diperlukan.
3. Ambil kantung sekali pakai dan buat Mencegah kontaminasi tak disengaja
lipatan diatasnya. Letakan kantung pada bagian atas luar permukaan
dalam jangkauan area kerja anda. kantung. Jangan menyeberangi area
steril untuk membuang balutan kotor.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur Memberikan klien privasi dan
atau atur partisi disekitar tempat mengurangi udara yang dapat
tidur. Tutup semua jendela yang mentransmisikan mikroorganisme.
terbuka.
5. Bantu klien pada posisi nyaman dan Gerakan tiba-tiba dari klien selama
selimut pasien mandi hanya untuk penggantian balutan dapat
memanjankan tempat luka. menyebabkan kontaminasi luka atau
Instruksikan klien untuk tidak peralatan. Penutupan memberikan jalan
menyentuh area luka peralatan steril. masuk pada luka dan meminimalkan
pemanjaan yang tidak perlu.
6. Cuci tangan secara menyeluruh. Menghilangkan mikroorganisme yang
tinggal dipermukaan kulit dan
mengurangi transmisi pathogen pada
jaringan yang terpajan.
7. Gunakan sarung tangan bersih sekali Sarung tangan mencegah transmisi
pakai dan lepaskan plester, ikatan, organism dari balutan kotor pada
atau balutan. tangan anda.
8. Lepaskan plaster dengan melepaskan Mengurangi tegangan pada jahitan atau
ujung dan menariknya dengan tepi luka.
perlahan, sejajar pada kulit dan
mengarah pada balutan. ( bila masih
terdapat plaster dikulit, ini dapat
dibersihkan dengan aseton ).
9. Dengan sarung tangan atau forsep, Penampilan drainase dapat
angkat balutan, pertahankan mengganggu klien scara emosional.
permukaan kotor jauh dari Pengangkatan balutan dengan hati-hati
penglihatan klien. denga balutan mencegah penarikan tak
CATATAN : bila terdapat drain, disengaja pada drain.
angkat setiap balutan stiap kali.
10. Bila balutan lengket pada luka, Mencegah kerusakan permukaan
lepaskan dengan memberikan larutan epidermal.
steri atau air.
11. Observasi karakter dan jumlah Memberikan perkiraan hilangnya
drainase pada balutan. drainase dan pengkajian kondisi luka.
12. Buang balutan kotor pada kantong Prosedur mengurangi transmisi
sampah, hindari kontaminasi mikroorganisme untuk orang lain.
permukaan luar kantung. Lepaskan
sarung tangan dengan menarik
bagiab dalam keluar. Buang di
tempat yang tepat.
13. Buka nampan balutan steril atau Balutan steril dan perapatan tetap steril
secara individual tertutup bahan saat dalam permukaan steril. Persiapan
steril. Tempatkan pada meja tempat semua bahan mencegah merusak teknik
tidur atau disamping pasien. Balutan, selama mengganti balutan actual.
gunting dan forsep harus tetap pad
nampan steril atau dapat ditempatkan
pada penutup steril yang terbuka
digunakan sebagai area steril. Buka
botol atau bungkusan larutan anti
septic dan tuangkan kedalam basin
steril atau diatas kasa steril.
14. Bila penutup atau kemasan kasa steril Cairan bergerak melalui bahan dengan
menjadi basah akibat larutan aksi kapiler. Mikroorganisme menjalar
antiseptic, ulangi persiapan bahan. dari lingkungan tidak steril diatas meja
atau linen tempat tidur menembus
kemasan balutan kebalutan itu sendiri.
15. Kenakan sarung tangan steril. Memungkinkan anda memegang
balutan steril, instrument dan larutan
tanpa menyebabkan kontaminasi.
16. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, Menentuka status penyembuhan luka.
letak drain, integritas jahitan atau (kontak denga permukaan kulit atau
penutupan kulit, dan karakter drainase mengkontaminasi sarung
drainase. ( palpasi luka, bila perlu, tangan).
dengan bagian tangan non-dominan
yang tidak akan menyentuh bahan
steril ).
17. Bersihkan luka dengan larutan Penggunaan forsep untuk mencegah
antiseptic yang diresepkan atau kontaminasi jari yang memakai sarung
dilarutkan garam faal. Pegang kasa tangan. Arah tekanan pembersihan
yang dibasahi dalam larutan dengan mencegah introduksi organism kedalam
forsep. Gunakan kasa terpisah untuk luka.
setiap usapan membersihkan.
Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi kearea
terkontaminasi. Gerakan dalam
tekanan progresif menjauh dari insisi
atau tepi luka.
18. Gunakan kasa baru untuk mengerika Mengurangi kelembapan pada tempat
luka atau insisi. Usap dengan cara luka, yang akhirnya dapat menjadi
tempat tumbuh mikroorganisme.
seperti digambarkan pada langkah
17.
19. Berikan salep antiseptic bila Pengolesan yang diarahkan langsung
dipesankan, gunakan tekinik seperti pada balutan atau drainase dapat
pada pembersihan, jangan dioleskan menghambat drainase.
diatas tempat drainase.
20. Pasang balutan steril kering pada
insisi atau letak luka.
 Pasang setiap balutan setiap kali. Mencegah pemasangan balutan besar
yang dapt mengganggu gerakna klien,
dan memastikan penutupan luka
 Pasang kasa jarang (4x4) atau Telfa keseluruhan
sebagai lapisan kontak.
Meningkatkan absorpsi tepat terhadap
drainase.
 Bila terpasang drain, ambil gunting
dan potong kasa 4x4 kotak untuk Balutan sekitar drain mengamankan
dipaskan disekitarnya. letak drain dan mengabsorpi drainase.

 Pasang kasa lapisan kedua sebagai Melindungi luka dari masuknya


lapisan absorben. mikroorganisme.

 Pasang surgipad yang lebih tebal atau


bantalan ABD ( garis biru ditengah
bantalan menandai permukaan luar ).
21. Gunakan plaster diata balutan atau Memberikan dukungan pada luka dan
amankan dengan ikatan menjamin penutupan lengkap dengan
Montgomery, balutan atau penikat. pemajanan minimal pada
mikroorganisme.
22. Lepaskan sarung tangan dan buang Mengurangi transmisi mikroorganisme.
pada tempat yang telah disediakan.
23. Buang semua bahan dan bantu klien Lingkungan yang bersih menigkatkan
kembali pada posisi nyaman. kenyamanan klien.
24. Cuci tangan. Mengurangi transmisi mikroorganisme.
25. Catat pada catatan perawat observasi Dokumentasiyang akurat dan tepat
luka, balutan dan drainase. waktu memberitahukan personel
Dokumentasikan penggantian adanya perubahan pada kondisi luka
balutan, termasuk pernyataan respon dan status klien.
klien.
H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PERAWAT
1. Saat melepaskan atau memasang balutan , perhatikan untuk tidak mengubah posisi atau menarik
drain. Bila luka kering dan utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan memanjankannya pada udara.
Hubungi dokter untuk pesanan penghentian penggantian balutan luka.
2. Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat risiko kontaminasi ocular, seperti cipratan dari luka.

<metaname="propeller" content="995fe959ddd2eecfcc298d3d728044e0

Diposkan oleh nurdin fikes di Tuesday, November 18, 2014

No comments:
Post a Comment
Older PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


Search This Blog

Followers

Blog Archive

 ▼ 2014 (7)
o ▼ November (2)
 PERAWATAN LUKA
 LATIHAN RENTANG GERAK (ROM)
o ► October (5)
Pages

 Home
Pages - Menu

 Home
Translate

About Me

nurdin fikes
View my complete profile
Blogger news

Klik

Kesehatan

Dunia keperawatan

nurdin-perawat.blogspot.com. Simple theme. Theme images by Raycat. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai