DISUSUN OLEH :
Syerina : PO7120120008
Iin Huntoyungo : PO7120120009
Ismail Arianto : PO7120120020
Winda : PO7120120002
Aulia citra : PO7120120010
Dina Afrilia : PO7120120027
Agnes Yulistia Hingkua : PO7120120028
Nurwatini : PO7120120019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu keilmuan yang tidak hanya berkembang
dari sisi keilmuan dan penelitiannya saja, tapi dewasa ini keperawatan
sudah berkembang sampai dengan aplikasi ilmunya yang dapat dikatakan
hampir mendekati kemajuan keilmuan teoritis dan penelitian. Ilmu
keperawatan adalah suatu ilmu yang dengan orientasi yang sangat luas
yakni bio-psiko-sosio-kultural yang telah melahirkan berbagai macam
teori-teori oleh peneliti-peneliti khususnya peneliti keperawatan. Salah
satu peneliti yang membuat suatu teori dalam aspek biologi adalah
Katharine Kolcaba.
B. Tujuan masalah
1. Untuk mengethaui perawatan luka konvensional
2. Untuk mengetahui teknik Perawatan Luka Konvensional
C. Rumusan masalah
1. bagaimanakah perawatan luka konvensional ?
2. bagaimanakah teknik Perawatan Luka Konvensional ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Perawatan Luka Konvensional
3
2017).Prinsip balutan modern dan konvensional sama yaitu menjaga kelembaban,
kehangatan dan mencegah dari trauma.
4
mempertahankan isolasi lingkungan luka berbahan oklusive dan semi oklusive
(Fatmadona & Oktarina, 2016). Moist Wound Healing mendukung terjadinya
proses penyembuhan luka sehingga terjadi pertumbuhan jaringan secara alami
yang bersifat lembab dan dapat mengembang apabila jumlah eksudat berlebih,
dan mencegah kontaminasi bakteri dari luar (Ose, Utami, & Damayanti,
2018). Metode "moist wound healing" mulai dikenalkan oleh Prof. Winter
pada tahun 1962 dan mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 2000an.
3. Tujuan Pemilihan Balutan
Moist Wound Healing Tujuan Moist wound healing yaitu menciptakan
lingkungan yang kondusif dalam penyembuhan luka, melindungi luka dan
kulit sekitar luka, meningkatkan kenyamanan pasien, mengurangi nyeri pada
ujung syaraf (kondisi oklusif), mempertahankan suhu pada luka, luka,
mengontrol dan mencegah perdarahan mencegah dan menangani infeksi pada
luka, dan mengurangi stress yang ditimbulkan oleh luka dengan menutup
secara tepat. Balutan yang dianjurkan dalam luka pasca-pembedahan adalah
balutan yang tidak menempel, saat dibuka, mencegah trauma pada dasar luka,
mengurangi nyeri saat penggantian balutan dan cost-effective dengan
meminimalkan frekuensi penggantian balutan. Misalnya, transparent film
dressing seperti opsite post op, hydrocolloid, calcium alginate, Vaseline zalf,
dan gauze (Arisanty, 2014).
4. Prinsip Moist Wound Healing
a. Prinsip Moist Wound Healing atau wound Care terbagi menjadi tiga
antara lain dapat mengurangi dehidrasi dan kematian sel karena sel-sel
neutropil dan makrofag tetap hidup dalam kondisi lembab, serta terjadi
peningkatan angiogenesis pada balutan berbahan oklusive (Merdekawati
& Rasyidah, 2017).
b. meningkatkan debridement autolysis dan mengurangi nyer. Fida
lingkungan lembab enzim proteolitik dibawa ke dasar luka dan
melindungi ujung syaraf sehingga dapat mengurangi/ menghilangkan rasa
nyeri saat debridemen (Fatmadona & Oktarina, 2016).
5
c. meningkatkan re-epitelisasi pada luka yang lebar dan dalam. Proses
epitalisasi membutuhkan suplai darah dan nutrisi. Pada krusta yang kering
dapat menekan/ menghalangi suplai darah dan memberikan barier pada
epitelisasi (Fatmadona & Oktarina, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan prinsip Moist Wound
Healing cenderung menjadi pilihan perawatan luka dilihat dari kualitas
integritas jaringan, waktu proses penyembuhan, peningkatan quality of
life dan patient safety dengan memperhatikan kendali mutu dan kendali
biaya.
5. Manfaat Moist Wound Healing
Manfaat moist wound healing dalam perawatan luka antara lain:
a. Nyeri minimal karena frekuensi penggantian balutan tidal setiap hari tapi
tiga sampai lima hari, Hal tersebut berfungsi untuk menciptakan
lingkungan luka tetap lembab, melunakkan serta menghancurkan jaringan
nekrotik tapa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap dan
terbuang bersama pembalut, sehingga tidak sering menimbulkan trauma
dan nyeri pada saat penggantian balutan (Kartika, 2015).
b. Cost-effective yaitu jumlah pemakaian alat, fasilitas, waktu dan tenaga
karena tidak setiap hari dilakukan rawat luka.
c. Infeksi minimal karena menggunakan konsep balutan oklusif atau tertutup
rapat.
d. Mempercepat penyembuhan luka dengan konsep lembab (Arisanty, 2014).
6. Karakteristik Moist Wound Healing
Moist Wound Healing terbagi menjadi tiga karakteristik luka diantaranya:
a. Karakteristik luka berdasarkan waktu penyembuhan Berdasarkan 'ima
penyembuhan dapat dibedakan menjadi akut dan kronis. Lama
penyembuhan luka akut terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis
adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda- tanda sembuh. Luka insisi
bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai
dengan proses penyembuhan normal, tetapi dapat juga dikatakan luka
6
kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi (Kartika, 2015).
b. Karakteristik luka berdasarkan anatomi kulit Berdasarkan anatomi kulit,
jika warna dasar luka merah dan hanya melibatkan epidermis, epidermis
masih utuh dan atau tanpa merusak epidermis disebut luka stadium 1,
contoh ada kemerahan di bokong. Jika warna dasar luka merah dan
melibatkan lapisan epidermis-dermis disebut luka stadium 2. Jika warna
dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami kehilangan epidermis
dermis, hingga sebagian hipodermis (full-thickness) disebut dengan luka
stadium
c. Jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami kerusakan dan
kehilangan lapisan epidermis, dermis, hingga seluruh hipodermis, dan
mengenai otot dan tulang (deep-full-thickness) termasuk luka stadium 4
Karakteristik luka berdasarkan warn dasar luka Berdasarkan warna dasr
luka, hitam menandakan adanva jaringan necrosis (mati) dengan
kecenderungan keras dan kering karena tidak ada vaskularisasi. Kuning
diartikan sebagai jaringan nekrosis (mati) yang lunak berbentuk seperti
nanah beku pada permukaan kulit seperti slough. Merah diartikan sebagai
jaringan granulasi dengan vaskularisasi yang baik dan memiliki
kecenderungan mudah berdarah. Than Pink diartikan sebagai terjadinya
proses epitelisasi dengan baik dan maturasi, atau luka sudah menutup
(Arisanty, 2014).
7. Pemilihan Balutan Luka dengan Moist Wound Healing
Perawat mempunyai peranan penting dalam melakukan manajemen
keperawatan luka untuk mempercepat kesembuhan pasien tidak hanya
berfokus pada mengganti balutan namun juga harus memperhatikan
kelembapan luka. Pentingnya melakukan pemilihan balutan luka yang tepat
lebih efektif dan efisien baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam
pelaksanaan perawatan luka saat ini masih menggunakan konsep perawatan
konvensional dan modern dressing. Modern dressing merupakan proses
perawatan luka yang menjaga lingkungan luka agar tetap lembab
7
menggunakan balutan penahan kelembaban, vang membantu pertymbuhan
jaringan dan penyembuhan luka secara alami serta mengurangi komplikasi
infeksi (Ose et al.,2018).
Tujuan utama dari Modern dressing adalah penggunaan prinsip
moisture baiance in mengkondisikan luka dalam keadaan lembab karena
lingkungan yang lembab akan mempercepat proses penyembuhan luka.
Menurut Haimowitz, Haimowitz, terdapat beberapa keuntungan
prinsip Modern dressing perawatan luka diantaranya untuk mencegah luka
menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi, mencegah
pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan dermis,
mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis,
mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian
infeksi, cost effective, dapat mempertahankan gradient voltase normal,
mempertahankan aktifitas neutrifil, menurunkan nyeri, memberikan
keuntungan psikologim dan mudah digunakan (Andi Syahputra, 2018).
Menurut penulis, Balutan modern wound dressing mempunyai
karakteristik yang lembut dan dapat mengembang apabila luka mempunyai
jumlah eksudat yang banyak sehingga tetap memberikan kesan lembab untuk
mencegah bakteri mask dari luar. Perawatan luka dengan prinsip moist
(lembab) akan memberikan efek hangat pada luka yang dapat memicu
pergerakan sel dan darah ke area luka dan akan meningkatkan proses
proliferasi luka. Selain itu juga akan menghindarikekurangan cairan dalam
jaringan dan apotosis sel. Proses penyembuhan luka seseorang akan
mengalami hal yang berbeda. Hal ini tergantung dari beberapa faktor internaf"
"dan ekternal. Faktor internal seperti imunitas, kadar hemoglobin, albumin dan
cairan. Modern dressing sebagai taktor eksternal.
a. Metode perawatan luka Modern dressing merupakan salah satunya
menggunakan Alginate. Alginate digunakan untuk jenis luka yang basah
dan membentuk terowongan yang dalam. Alginat adalah bahan yang
bersifat absorban yang jika mengenai cairan natrium dan cairan yang
keluar dari luka yang akan menyebabkan tranfer kalium dan natrium yang
8
mengakibatkanakn terbentuknya gel (sodium alginal gel). Gel ini yang
akan mempertahankan suasana luka dalam keadaan lembab.
b. Foam dressing digunakan untuk luka yang basah, luka cenderung kering
menggunakan hydrogel. Foam dressing berfungsi sebagai absorban yang
terbuat dari polyurethane dan memberikan tekanan pada permukaan luka.
Balutan ini dapat di lewati udara dan air, kandungan hydrophilinya dapat
menyerap eksudat sampai pada lapisan atas balutan. Foam dressing
digunakan dan diindikasikan untuk luka dengan eksudasi sedang sampai
berat, perlindungan profilaksis pada tulang yang menonjol atau area yang
bersentuhan, luka dengan kedalam sedang sampai keseluruhan, luka yang
bergranulasi atau nekrosis. Jenis balutan foam dressing dapat dikombinasi
dengan jenis topical dan enzimatis.
c. Hidrogel digunakan untuk merawat luka yang cenderung kering. Prinsip
perawatan luka dengan hydrogel merupakan metode perawatan yang
mengandung air dalam gel yang tersusun dari struktur polymer yang berisi
air dan berguna untuk menurunkan suhu hingga 5°C. Kelembaban
dipertahankan pada area luka untuk memfasilitasi proses autolisis dan
mengangkat jaringan yang telah rusak. Indikasi penggunaan dari hydrogel
dressing ini adalah menjaga kandungan air pada luka kering, kelembutan,
dan sebagai pelembab serta mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
yang lain adalah bisa dipakai bersamaan dengan antibakterial topikal.
Biaya perawatan luka menggunakan balutan modern modern lebih mahal
dibandingkan balutan konvensional.
Namun ini tidak berati balutan modern tidak efektif dalam
pembiayaan, karena efektifitas pembiayaan sendiri adalah metode yang
digunakan untuk mengevaluasi hasil dan biaya yang dikeluarkan pada suatu
intervensi yang didesain untuk meningkatkan status kesehatan. Biaya
perawatan yang mahal bukan ber."ti tidak efektif, kondisi in bisa dianalogikan
dengan suatu luka yang dirawat dengan metode konvensional akan
memerlukan waktu yang lebih lama dalam perawatan, keadaan seperti adanya
perdarahan atau trauma ulang dapat memperlama masa perawatan. Sehingga
9
efektifitas pembiayaan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan sebagai
tujuan utama perawatan (Subandi & Sanjaya, 2020).
Suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering.
Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembabannya seimbang
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks
nonseluler yang shat. Pada luka akut, moisture balance terdapat beberapa
faktor pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang mempromosi
pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus
dijaga kelembapannya Lingkungan yang terlalu lembap dapat menyebabkan
maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembap menyebabkan kematian
sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matrik.") Perawatan luka
modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka, membuang
jaringan mati, dan memilih balutan. Perawatan luka konvensional harus
menjaga kelembaban karena NaC1 0,9 % akan menguap sehingga kasa
menjadi kering. Kondisi kering menyebabkan kasa lengket pada luka sehingga
mudah terjadi trauma lang, kekurangan kasa dalam menjaga kelembaban
10
lingkungan luka menvebabkan masa perawatan luka yang memanjang.
Schingga metode perawatan modern adalah pilihan yang baik untuk
meningkatkan proses perkembangan luka.
11
3. Luka Sariawan
Tanaman yang berkhasiat untuk mengobati sariawan adalah sbb:
a. Daun Jambu Biji
Rebus dalam 1 liter air; 1 genggam daun jambu biji segar dan 1 jari
kulit batangnya. Saring air hasil rebusan dan minum sehari 2 kali.
b. Daun Sirih
Petik 1 atau 2 lembar daun sirih, Cuci daun hingga bersih lalu kunyah
hingga lumat. Biarkan daun Sebentar didalam mulut terutama dibagian
yang terkena sariawan.
4. Luka Bakar
12
konvensional luka bakar biasanya diatasi dengan dengan memberi air liur
binatang bekicot atau pelepah pisang. Pengobatan semacam ini diyakini
oleh para suku jawa sangat membantu untuk proses pnyembuhan. Dan
mereka juga meyakini bahwa air liur bekicot dapat mendinginkan panas
akibat luka bakar.
5. Luka Sayatan
13
A. Klasifikasi Penyembuhan Luka
1. Penyembuhan Primer (Luka diusahakan bertaut. biasanya dengan bantuan
jahitan).
2. Penyembuhan Sekunder (Penyembuhan luka tapa ada bantuan dari luar /
mengandalkan antibodi).
B. Faktor yang Mempengaruhi Luka
1. Usia
2. Nutrisi
3. Infeksi Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
4. Hematoma
5. Benda asing
6. Iskemia
7. Diabetes
8. Keadaan Luka
9. Obat
C. Proses Penyembuhan Luka
1. Proses Inflamasi Pembuluh darah terputus, menyebabkan pendarahan dan
tubuh berusaha untuk menghentikannya.
2. Proses Proliferasi Terjadi proliferasi fibroplast (menautkan tepi luka).
3. Proses Penyudahan
a. Penyerapan kembali jaringan berlebih.
b. Pengerutan sesuai gaya gravitasi.
c. Perupaan kembali jaringan yg baru.
d. Biasanya 3 - 6 bulan.
D. Kelebihan dan Kekurangan Perawatan Luka Konvensional
1. Kelebihan
a. Mudah didapat
b. Murah
c. Serbaguna
2. Kekurangan
14
a. Kurang steril
b. Dosis tidak sesuai
c. Tidak dapat bertahan lama.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Balutan Konvensional proses penyembuhan luka terhambat dan
lebih kering dibandingkan perawatan luka modern , hal ini dapat disebabkan
karena penggantian balutan dilakukan 1 kali setiap 3 hari untuk luka yang
eksudatnya minimal atau sedang yang memiliki pengerasan jaringan tepi
luka sehingga proses autolysis tidak terjadi, warnadisekitar lukalebih putih
atau memerah gelap sehingga akan memperlambat pembentukan granulasi
dan epitelisasi pada luka. Pendekatan multidisiplin untuk perawatan luka
telah mengalami perkembangan mulai dari perawatan luka konvensional
menjadi perawatan luka modern sesuai standar Internasional yaitu
perawatan luka berbasis lembab atau "moist wound healing dan moist
wound dressing" Perawatan luka konvensional merupakan perawatan luka
yang menggunakan kasa sebagai metode perawatan utama. Tujuan Moist
wound healing yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif dalam
penyembuhan luka, melindungi luka dan kulit sekitar luka, meningkatkan
kenyamanan pasien, mengurangi nyeri pada ujung syaraf (kondisi oklusif),
mempertahankan suhu pada luka, luka, mengontrol dan mencegah
perdarahan mencegah dan menangani infeksi pada luka, dan mengurangi
stress yang ditimbulkan oleh luka dengan menutup secara tepat.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Irwan, M., & Arafah, S. (2022). Efektivitas Perawatan Luka Modern dan
Konvensional terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik. Jurnal Ilmiah
Mappadising, 4(1),1-9.
https://ojs.univprima.ac.id/index.php/mappadising/article/view/291/240
17
18