Anda di halaman 1dari 14

PERAWATAN LUKA MODERN

Modul Keperawatan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kecukupan SKP


Perpanjangan STR Pada Ranah Praktik Profesional

Oleh : ANISYA NUR AINUN, A.Md.Kep


NIRA. 64030221467

DEWAN PENGURUS DAERAH KUTAI KARTANEGARA


PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL MAKALAH : PERAWATAN LUKA MODERN


NAMA : ANISYA NUR AINUN, A.Md.Kep
NIRA : 64030221467
TEMPAT BEKERJA : BELUM BEKERJA
KOMISARIAT : KOTA RAJA

Modul ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan sebagai Pengganti
Praktik Profesional ( Ranah A Poin 1 )

Menyetujui Verifikator SKP Zona,

Tertiana Ulfa Novida Yanti

NIRA.64030017465
KATAPENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, berkat Rahmat dan
karunia-Nya, maka saya dapat menyelesaikan modul yang berjudul “Perawatan
Luka Modern”.
Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
kecukupan SKP Ranah A Poin 1 Praktik Profesional Pemberi Asuhan Langsung
ke Pasien untuk Perpanjangan STR Perawat.
Penulis sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat
harapkan untuk kesempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang ada,
sehingga modul ini bisa bermanfaat.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan modul ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan balasan yang
setimpal atas bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpah
Kasih Sayang-Nya kepada kita semua.
Tenggarong, 14 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………….….. i

HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………………………………….ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...…. iv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………..….. 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….… 3

BAB III SIMPULAN…………………………………………………………………..….8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I.
PENDAHULUAN

Perawatan luka telah mengalami perkembangan sangat pesat terutama dalam


dua dekade terakhir, ditunjang dengan kemajuan teknologi kesehatan. Di samping
itu, isu terkini manajemen perawatan luka berkaitan dengan perubahan profil
klien yang makin sering disertai dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan
metabolik (Kartika 2015). Manajemen perawatan luka sangat mengedepankan isu
dimana agar proses penyembuhan luka bisa optimal, biasanya memerlukan
perawatan yang tepat. Hal ini ditunjang dengan adanya penemuan produk-produk
perawatan luka terbaru.
Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), dan keamanan (safety). De
Laune (2008) mengatakan bahwa saat ini teknik perawatan luka telah banyak
megalami perkembangan, dimana perawatan luka sudah mulai menggunakan
bahan balutan modern. Produk bahan perawatan luka modern membawa
kontribusi yang besar dalam metode perawatan luka kronis salah satunya adalah
luka diabetes. Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah
mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi
proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan
kematian sel.
Lingkungan luka yang lembab (moist) dapat mempercepat proses
penyembuhan luka dengan cara membantu menghilangkan fibrin yang terbentuk
pada luka kronis dengan cepat (fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam
suasana lembab, menurut Gitarja (2008) jika dibandingkan dengan kondisi luka
yang kering, kondisi luka yang lembab angka kejadian infeksi yang ditimbulkan
lebih rendah yaitu 2,6% dan 7,1%, kondisi luka yang lembab akan membantu
mempercepat pembentukan growth faktor yang berperan dalam proses
penyembuhan, dan mempercepat invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit dan limfosit ke daerah luka.
Prevalensi luka kaki diabetes pada populasi umum adalah sekitar 4-10%.
Resiko penderita DM untuk terkena luka kaki DM sepanjang hidupnya adalah
sebesar 15% (Forozandeh, 2005). Data dari penelitian terdahulu menyatakan
bahwa 85% amputasi kaki pada penderita DM diawali oleh adanya luka kaki
diabetes (Frykberg, 2002; Boulton,2005). Diperkirakan bahwa setiap 20 detik
terdapat amputasi ekstermitas bahwa karena DM. (hinchcliffe, 2012). Menurut
Frykberg & Habershaw dalam Sari (2015), resiko luka kaki DM dan amputasi
meningkat 2 sampai 4 kali seiring dengan mekanisme usia dan lamanya menderita
DM.
BAB II

KONSEP TEORITIS

1. Pengertian

Perawatan luka merupakan salah satu teknik dalam pengendalian infeksi pada luka

karena infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka. Infeksi luka post operasi

merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (Potter, 2006).

Dalam proses penyembuhan luka para ahli awalnya berpendapat bahwa penyembuhan

luka akan sangat baik bila luka dibiarkan tetap kering. Mereka berpikir bahwa infeksi

bakteri dapat dicegah apabila seluruh cairan yang keluar dari luka terserap oleh

pembalutnya. Akibatnya sebagian besar luka dibalut oleh bahan kapas pada kondisi

kering (Puspitasari, Ummah, & Sunarsih, 2011).

Moist Wound Care atau nama lain dari Moist Wound Healing merupakan proses

penyembuhan luka secara lembab atau moist dengan mempertahankan isolasi

lingkungan luka berbahan oklusive dan semi oklusive (Fatmadona & Oktarina, 2016).

Moist Wound Care mendukung terjadinya proses penyembuhan luka sehingga terjadi

pertumbuhan jaringan secara alami yang bersifat lembab dan dapat mengembang

apabila jumlah eksudat berlebih, dan mencegah kontaminasi bakteri dari luar (Ose,

Utami, & Damayanti, 2018).

2. Prinsip Perawatan Luka Modern

Prinsip Moist Wound Care antara lain pertama, dapat mengurangi dehidrasi dan

kematian sel karena sel-sel neutropil dan makrofag tetap hidup dalam kondisi lembab,

serta terjadi peningkatan angiogenesis pada balutan berbahan oklusive (Merdekawati &

Rasyidah, 2017). Prinsip kedua, yaitu meningkatkan debridement autolysis dan

mengurangi nyeri. Pada lingkungan lembab enzim proteolitik dibawa ke dasar luka dan

melindungi ujung syaraf sehingga dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat

debridemen (Fatmadona & Oktarina, 2016). Prinsip ketiga, yaitu meningkatkan


re-epitelisasi pada luka yang lebar dan dalam. Proses epitalisasi membutuhkan suplai

darah dan nutrisi. Pada krusta yang kering dapat menekan/menghalangi suplai darah

dan memberikan barier pada epitelisasi (Fatmadona & Oktarina, 2016).

3. Pemilihan Balutan Pada Post Operasi Sectio Caesarea dengan Prinsip Moist

Wound Care.

Dalam pemilihan balutan pada luka post operasi Sectio Caesarea dapat

menggunakan balutan kassa steril atau disebut gauze (Fatmadona & Oktarina, 2016).

Terdapat berbagai jenis pemilihan balutan luka selain gauze yaitu seperti hidrogel, film

dressing, hydrocolloid, calcium alginate, foam/absorbant dressing, antimicrobial dressing,

antimicrobial hydrophobic, dan banyak contoh dressing yang dapat digunakan dalam

proses perawatan luka moist sesuai indikasi masing-masing luka (Kartika, 2015).

Balutan kasa dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester, atau kombinasi

dari serat lain bersifat steril. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan berlubang,

tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering digunakan untuk

membungkus, seperti balutan basah lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti

balutan basah lembab normal saline digunakan untuk debridement non selektif

(mengangkat debris dan atau jaringan yang mati). Banyak kasa yang bukan tenunan

dibuat dari poliester, rayon, atau campuran bermacam serat yang ditenun seperti kasa

katun tetapi lebih kuat, besar, lunak, dan lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa

saline hipertonik kering digunakan untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang

mendukung penyembuhan (Fatmadona & Oktarina, 2016).

Tujuan dalam memilih balutan dalam perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan

yang kondusif dalam penyembuhan luka, melindungi luka dan kulit sekitar luka,

meningkatkan kenyamanan pasien, mengurangi nyeri pada ujung syaraf (kondisi oklusif),

mempertahankan suhu pada luka, mengontrol dan mencegah perdarahan mencegah dan

menangani infeksi pada luka, dan mengurangi stres yang ditimbulkan oleh luka dengan

menutup secara tepat. Balutan yang dianjurkan dalam luka pasca-pembedahan adalah

balutan yang tidak menempel saat dibuka, mencegah trauma pada dasar luka,

mengurangi nyeri saat penggantian balutan dan cost-effective dengan meminimalkan


frekuensi penggantian balutan. Misalnya, transparent film dressing seperti opsite post op,

hydrocolloid, calcium alginate, Vaseline zalf, dan gauze (Arisanty, 2014).

4. Indikasi Moist Wound Care

Perawatan luka dengan prinsip lembab atau moist dapat diaplikasikan dalam tiga tipe

luka yaitu :

1. Tipe luka berdasarkan waktu penyembuhan

Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka akut jika

penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka

yang tidak ada tanda-tanda sembuh. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses

penyembuhan berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi dapat

juga dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau jika

menunjukkan tanda-tanda infeksi (Kartika, 2015).

2. Tipe luka berdasarkan anatomi kulit

Luka stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya melibatkan epidermis, epidermis

masih utuh atau tanpa merusak epidermis, contoh ada kemerahan di bokong. Luka

stadium 2 jika warna dasar luka merah dan melibatkan lapisan epidermis-dermis. Luka

stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami kehilangan epidermis,

dermis, hingga sebagian hipodermis (full-thickness). Luka stadium 4 jika warna dasar luka

merah dan lapisan kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis, dermis,

hingga seluruh hipodermis, dan mengenai otot dan tulang (deep-full-thickness).

3. Tipe luka berdasarkan warna dasar luka

Hitam adanya jaringan necrosis (mati) dengan kecenderungan keras dan kering karena

tidak ada vaskularisasi. Kuning artinya jaringan nekrosis (mati) yang lunak berbentuk

seperti nanah beku pada permukaan kulit seperti slough. Merah artinya jaringan granulasi

dengan vaskularisasi yang baik dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Dan Pink

artinya terjadi proses epitelisasi dengan baik dan maturasi, atau luka sudah menutup

(Arisanty, 2014).
5. Manfaat Moist Wound Care

Dalam perawatan luka dengan teknik lembab memiliki beberapa manfaat, antara lain

seperti:

1. Nyeri minimal karena frekuensi penggantian balutan tidak setiap hari tapi tiga sampai

lima hari. Hal tersebut berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap lembab,

melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang

kemudian terserap dan terbuang bersama pembalut, sehingga tidak sering menimbulkan

trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan (Kartika, 2015).

2. Cost-effective yaitu jumlah pemakaian alat, fasilitas, waktu dan tenaga karena tidak

setiap hari dilakukan rawat luka.

3. Infeksi minimal karena menggunakan konsep balutan oklusif atau tertutup rapat.

4. Mempercepat penyembuhan luka dengan konsep lembab (Arisanty, 2014).

Penyembuhan luka post operasi Sectio Caesarea ± membutuhkan waktu 10-14 hari untuk

menghasilkan reepitalisasi secara normal dan biasanya menyisahkan jaringan parut tipis

yang dengan cepat memudar dari warna merah muda menjadi putih. Meskipun demikian,

diperlukan waktu beberapa bulan bagi jaringan untuk memperoleh kembali segala

sesuatunya seperti kekuatan regangan mereka sebelumnya (Morison, 2004).

6. Standar Operasional Prosedur Moist Wound Care

Standart operasional prosedur dalam proses perawatan luka post operasi Sectio

Caesarea dengan prinsip moist yaitu dengan menggunakan alat dan bahan yang bersifat

melembabkan daerah sekitar luka (Merdekawati & Rasyidah, 2017).

Dalam persiapan alat dan bahan perawatan luka post operasi Sectio Caesarea

menurut standar operasional prosedur yaitu berupa medikasi set steril dalam bak

instrumen steril, menyiapkan pinset anatomis, pinset cirurgis, 2 buah kom steril, gunting

jaringan, hipavik/dressing luka transparan, gunting verban, kassa steril secukupnya, NaCl

0,9% dan bengkok/kantong plastik, alat dan bahan perawatan luka yang sudah disiapkan

oleh (Central Sterilization Supply Departement) atau CSSD (Anggraini, 2016).

Prosedur dalam perawatan luka dengan prinsip Moist Wound Care tetap

memperhatikan tiga tahap yakni mencuci luka, membuang jaringan mati dan memilih
balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa

balutan lama. Cairan yang digunakan dalam prosedur perawatan luka Moist Wound Care

pada hal ini ialah dengan menggunakan cairan Normal Saline 0,9 %. Kemudian

membuang jaringan yang mati yang bertujuan untuk membuang jaringan nekrotik atau sel

mati dari permukaan luka. Dan yang terakhir memilih balutan luka seperti op site post op

yang biasa digunakan dalam perawatan luka post operasi Sectio Caesarea.

Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kassa pembalut luka,

sedangkan perawatan luka modern seperti Moist Wound Care memiliki prinsip menjaga

kelembapan luka. Sehingga penggantian balutan pada Moist Wound Care tidak

memerlukan waktu satu hingga dua hari melainkan tiga hingga lima hari supaya

menciptakan lingkungan luka tetap lembab, melunakkan serta menghancurkan jaringan

nekrotik tanpa merusak jaringan sehat yang kemudian terserap ke dalam struktur balutan

dan terbuang bersama balutan, hal tersebut juga dapat mengurangi trauma dari nyeri

pada saat penggantian balutan (Kartika, 2015).


BAB III.
SIMPULAN

Oleh karena itu cara untuk merawat luka perlu dilakukan dengan tepat serta pasien

dapat nyaman dalam prosesnya. Perawatan luka modern dressing merupakan proses

perawatan luka yang ada akibat kemajuan teknologi. Perawatan luka yang tadinya hanya

menggunakan kain kasa dan kapas kini sudah memiliki metode baru yaitu perawatan luka

modern dressing.

Saat ini telah hadir metode perawatan luka modern yang bisa digunakan dalam proses

penyembuhan luka diabetik, luka bakar serta bekas luka lainnya . Dengan menggunakan

teknik tersebut, luka yang sudah parah, bahkan sudah mulai membusuk bisa diatasi sedikit

demi sedikit hingga akhirnya bisa sembuh tanpa perlu adanya tindakan amputasi.

Di dalam teknik perawatan luka modern, perawat dituntut untuk mempunyai

pengetahuan serta skill dalam hal perawatan luka, misalnya pengkajian yang komprehensif,

perencanaan intervensi luka, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama

proses perawatan, serta dokumentasi hasil yang sistematis. Perawat juga bertanggung jawab

terhadap keadaan pembalutan dan pengawasan terhadap luka akut. Intervensi perawatan

merupakan titik tolak terhadap proses penyembuhan luka, perawat harus bertanggung jawab

terhadap kualitas klien dengan luka.

Ada perbedaan mendasar antara perawatan luka konvensional dengan perawatan luka

modern. Di mana pada teknik perawatan luka secara konvensional tidak mengenal perawatan

luka lembab, kasa biasanya lengket pada luka karena luka dalam kondisi kering. Pada cara

konvensional pertumbuhan jaringan lambat sehingga menyebabkan tingkat resiko infeksi

lebih tinggi. Balutan luka pada cara konvensional juga hanya menggunakan kasa.

Sedangkan untuk teknik modern, perawatan luka lembab sehingga area luka tidak

kering sehingga mengakibatkan kasa tidak mengalami lengket pada luka. Dengan adanya

kelembaban tersebut dapat memicu pertumbuhan jaringan lebih cepat dan tingkat resiko

terjadinya infeksi menjadi rendah. Karena dengan balutan luka modern, luka tertutup dengan

balutan luka.
Keunggulan lainnya dari teknik perawatan luka modern dibanding cara konvensional

adalah dalam manajemen luka. Manajemen luka dalam perawatan modern adalah dengan

metode “moist wound healing” hal ini sudah mulai dikenalkan oleh Prof. Winter pada tahun

1962. Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka

tetap terjaga kelembabannya untuk memfasilitasi penyembuhan luka. Luka lembab dapat

diciptakan dengan cara occlusive dressing (perawatan luka tertutup).

Jadi kenapa saat ini perawatan luka modern cenderung lebih disarankan dibandingkan

metode yang konvensional karena resiko infeksi bisa lebih ditekan, dan dengan luka lembab

maka akan menjadikan pertumbuhan jaringan lebih cepat.


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Agustina,H.R. (2010). Manajemen perawatan luka modern. Depok: Makara UI.
Brunner & suddarth. (2013). Keperawatan medikal bedah, Edisi 12., Jakarta: EGC.
Blackley, Patricia, (2010). Practical Stoma Wound and Continence Management 2nd.
Victoria: Australia Research Publication Pty. Ltd.
Damayanti, Santi. 2015. Diabetes melitus dan penatalaksanaan keperawatan. Nuha
Medika : Yogyakarta
Dealey, C. 2014. The care of Wounds : A guide for Nurse, Victoria : Blackwell
Publishing.
Dina. dkk,. (2008). Penggunaan Balutan Modern Memperbaiki Proses Penyembuhan
Luka Diabetik. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. XXV, No.1.
Gitarja. (2015). Tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan luka modern
metode moist wound Sealing Di RSUP H Adam Malik Medan. Medan:
Universitas sumatera Utara.
Gitarja, W.S 2015. Perawatan luka certified wound care clinician associate. Wocare:
Bogor.
Handayani, L.T 2016. Studi meta analisis perawatan luka kaki diabetes dengan
modern dressing. The Indonesian Journal Of Health Science 6(2): 149-151

Anda mungkin juga menyukai