Anda di halaman 1dari 12

PEMILIHAN TOPIKAL BALUTAN YANG TEPAT

( MODERN DRESSING )

PENGERTIAN

Modern dressing adalah Perawatan luka modern adalah teknik perawatan luka
dengan menciptakan kondisi lembab pada luka sehingga dapat membantu proses
epitelisasi dan penyembuhan luka, menggunakan balutan semi occlusive, full
occlusive dan impermeable dressingberdasarkan pertimbangan biaya (cost),
kenyamanan (comfort), keamanan (safety) ( ...25 Jan 2013

MANFAAT

1. Mencegah luka menjadi kering dan keras.


2. Menurunkan nyeri saat ganti balutan.
3. Meningkatkan laju epitelisasi.
4. Mencegah pembentukan jaringan parut
5. Dapat menurunkan kejadian infeksi.
6. Balutan tidak perlu diganti setiap hari (Cost effective).
7. Memberikan keuntungan psikologis.
8. Mudah digunakan danaman.(Schulitz,et,al.2005., Hana,2009., Saldy,2010)

JENIS JENIS BALUTAN

A .TRANSPARANT FILMS DRESSING

1. Transparan, perkembangan penyembuhan luka dapat di monitor tanpa


membuka pembalut
2. Tidak tembus bakteri dan air, elastis dan tahan air, sehingga bisa dipakai
pada saat mandi
3. 3. Ekonomis, tidak memerlukan penggantian balutan dalam jangka waktu
yang pendek

HYDROCOLLOIDS
Balutan ini mengandung partikel hydroactive (hydrophilic) yang terikat dalam
polymer hydrophobic. Partikel hydrophilic-nya mengabsorbsi kelebihan
kelembaban pada luka dan menkonversikannya ke dalam bentuk gel.

1. Menjaga kestabilan kelembaban luka dan daerah sekitar luka bersamaan


dengan fungsinya sebagai penyerap cairan luka
2. Pembalut dapat diganti tanpa menyebabkan trauma atau rasa sakit, dan
tidak lengket pada luka
3. Nyaman untuk permukaan kulit
4. Ekonomis dan hemat waktu pengobatan, meminimalkan penggantian
pembalut dibanding dengan menggunakan pembalut konvensional (tahan
5-7 hari tanpa penggantian pembalut baru tergantung karakter eksudat)
HYDROGELS
Salah satu contoh colloid yang berbahan dasar gliserin atau air, mengembang
dalam air (exudat luka). Mirip dengan hydrocolloid tapi dalam bentuk gel.
1. Menciptakan lingkungan luka yang tetap lembab
2. Lembut dan fleksibel untuk segala jenis luka
3. Melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik, tanpa merusak
jaringan sehat
4. Mengurangi rasa sakit karena mempunyai efek pendingin

CALCIUM ALGINATE

Terbuat dari polysakarida rumput laut (seawed polysacharida), dapat


menghentikan perdarahan minor pada luka, tidak lengket, menyerap eksudat dan
berubah menjadi gel bila kontak dengan cairan tubuh. Dapat diaplikasikan selama
7 hari
FOAM

Mengandung Polyurethane foam, tersedia dalam kemasan sheets (lembaran) atau


‘cavity filling’.
1. Foam memiliki kapasitas yang tinggi untuk mengabsorbsi eksudat yang
banyak
2. Foam juga mampu menyerap kelebihan kelembaban sehingga mengurangi
resiko maserasi
3. Tidak menimbulkan nyeri dan trauma pada jaringan luka saat
penggantian.

KEUNGGULAN PERAWATAN LUKA MODERN

DIsini kita akan mengetahui kelebihan atau perbandingan antara perawatan luka
modern dengan perawatan luka biasa.
Beberapa manfaat dari perawatan luka modern yaitu :
1. Mencegah luka menjadi kering dan keras
2. Menurunkan nyeri saat ganti balutan.
3. Meningkatkan laju epitelisasi.
4. 4. Mencegah pembentukan jaringan parut
5. Dapat menurunkan kejadian infeksi.
6. Balutan tidak perlu diganti setiap hari (Cost effective).
7. Memberikan keuntungan psikologis.
8. Mudah digunakan dan aman
PERBANDINGAN ANTARA PERAWATAN LUKA MODERN DAN
KONVENSIONAL (BIASA)
Dari tabel di atas menunjukkan perbedaan yang signifikan dari segi biaya. Dalam
hal ini teknik perawatan luka modern lebih hemat biaya daripada perawatan luka
biasa, selain itu dalam hal pergantian balutan lebih efisien karena tidak terlalu
sering mengganti balutan. Terlihat perbedaannya bila teknik modern hanya 3 hari
sekali sedangkan teknik biasa memerlukan 3 kali sehari.
Bagikan ini:

4. Cara Perawatan Luka dengan Modern Dressing


Perkembangan perawatan luka (wound care ) berkembang dengan sangat pesat di
dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah
perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, dimana
disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses penyembuhan luka
bila dibandingkan dengan metode konvensional.
Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai
metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode
tersebut belum begitu familiar bagi perawat di Indonesia
Biasanya, tidak banyak yang dilakukan untuk merawat luka. Apalagi jika hanya
luka ringan. Langkah pertama yang diambil adalah membersihkannya kemudian
langsung diberi obat luka atau yang lebih dikenal dengan obat merah. Sementara
pada luka berat, setidaknya langkah yang diambil tidak jauh dari
membersihkannya dahulu, setelah itu diberi obat. Sering orang tidak
memperhatikan perlukah luka tersebut dibalut atau tidak.
Sementara itu, menurut Anik Enikmawati SKep NS dari Akper Muhammadiyah
Surakarta, kepada Joglosemar beberapa waktu lalu mengungkapkan perawatan
luka berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan luka tersebut. “Perawatan
luka paling sulit tergantung pada derajat luka. Jika luka mendalam sampai ke
lapisan kulit paling dalam, proses sembuhnya tentu saja juga paling lama.”
ungkapnya.
Seperti pada kasus luka akibat penyakit diabetes misalnya, papar Anik, terdapat
kasus bahwa luka tersebut harus diamputasi. Namun, tindakan amputasi ternyata
bisa digagalkan setelah dirawat dengan saksama dan dengan metode yang benar
dan tentunya dilakukan oleh perawat ahli. “Kesembuhan luka pada tingkat tertentu
seperti pada kasus luka akibat diabetes tergantung pada kedisiplinan perawatan.
Untuk itu harus diperkenalkan pada masyarakat bahwa telah ada program
perawatan di rumah atau home care dengan perawat datang ke rumah,” ujar Anik.
Namun sekarang, perkembangan perawatan luka atau disebut dengan wound care
berkembang sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang
berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture
balance, di mana disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif untuk
penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.
Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai
metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Metode
tersebut memang belum familier bagi perawat di Indonesia. Di sisi lain, metode
perawatan luka modern dressing ini telah berkembang di Indonesia terutama
rumah sakit besar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan
Surabaya. Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit tingkat kabupaten, perawatan
luka menggunakan modern dressing tersebut masih belum berkembang dengan
baik. Untuk itu, belum lama Akper Muhammadiyah Surakarta mengadakan
workshop dengan tajuk A Half Day Workshop on Wound Management di Balai
Muhammadiyah Surakarta. Sebagai pembicara, hadir Widasari SG SKP RN WOC
(ET) N WCS, Direktur Wocare Klinik.
Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika
luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang seimbang
kelembabannya memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen di dalam
matriks nonselular yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi
aksi faktor pertumbuhan, cytokines dan chemokines yang mempromosi
pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga
kelembabannya.
Dikatakan Widasari, terlalu lembab di lingkungan luka dapat merusak proses
penyembuhan luka dan merusak sekitar luka, menyebabkan maserasi tepi luka.
Sementara itu, kurangnya kondisi kelembaban pada luka menyebabkan kematian
sel, dan tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.
Untuk menciptakan suasana lembab, pada cara perawatan luka konvensional
memerlukan kasa sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka
dikompres kasa lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini,
memerlukan penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode perawatan
modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern dressing,
misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid.
Dikatakan Widasari, pada perawatan luka secara modern ini harus tetap
diperhatikan pada tiga tahapnya yakni mencuci luka, membuang jaringan mati dan
memilih balutan. “Mencuci luka bertujuan untuk menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan dari sisa balutan lama, serta debrimen jaringan nekrotik atau
membuang jaringan dari sel yang mati dari permukaan luka. Dalam hal ini harus
diperhatikan pada pemilihan cairan pencuci yang tepat, hati-hati terhadap
pemakaian antiseptik. Sedangkan teknik pencucian dapat dengan cara perendaman
atau irigasi,” tuturnya.
Di sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk mempercepat
proses penyembuhan pada luka. Tujuan dari pemilihan balutan luka ini adalah
untuk membuang jaringan mati, benda asing atau partikel dari luka. Belutan juga
dapat mengontrol kejadian infeksi atau melindungi luka dari trauma dan invasi
bakteri. Pemilihan balutan harus mampu mempertahankan kelembaban luka,
selain juga berfungsi sebagai penyerap cairan luka. Balutan juga harus nyaman
digunakan dan steril serta cost effective.
Sebagai pengganti perawatan luka secara konvensional yang harus sering
mengganti kain kasa dengan Na Cl sebagai pembalut luka, sekarang telah ada
metode perawatan luka secara modern yang memiliki prinsip menjaga
kelembaban luka. Dalam hal ini, jenis balutan yang digunakan adalah kasa.
Metode yang dikenal dengan modern dressing ini beberapa contoh di antaranya
yakni dengan penggunaan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap lembab. Selain itu
juga melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan
sehat yang akan terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut.
Hydrogel juga dapat meningkatkan autolityk debrimen secara alami. Menurut
Widasari SG SKP RN WOC (ET)N WCS, Direktur Wocare Klinik, debrimen
berarti proses pembuangan jaringan nekrosis atau kematian sel yang disebabkan
oleh penurunan proses enzimatic tubuh dari permukaan luka. “Modern Dressing
dengan hydrogel tidak menimbulkan trauma dan sakit pada saat penggantian
balutan dan dapat diaplikasikan selama tiga hari sampai lima hari,” tuturnya.
Jenis modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana kandungan Ca dapat
membantu menghentikan perdarahan. Kemudian hydroselulosa dengan fungsi
mampu menyerap cairan dua kali lipat dari Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hydrokoloid yang mampu menjaga dari kontaminasi air dan bakteri serta dapat
digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder. Penggunaan jenis modern
dressing tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka.
Di sisi lain, Widasari menyarankan untuk penggunaan kasa serta metcovazin
dalam perawatan luka dengan kondisi luka yang memiliki warna dasar merah,
kuning dan hitam. “ Metcovazin memiliki fungsi untuk mendukung autolytik
debrimen, menghindari trauma saat membuka balutan, mengurangi bau tidak
sedap yang ditimbulkan luka serta mempertahankan suasana lembab. Bentuknya
salep dalam kemasan,” tandasnya. n Triawati Prihatsari Purwanti
1. KESIMPULAN
1. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
2. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka
yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai
dengan kebutuhan pasien
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk
menunjang perawatan luka yang berkualit

ABSTRAK

Teknik pembalutan luka (wound dressing) saat ini berkembang pesat dan dapat
membantu dokter dan pasien untuk menyembuhkan luka kronis. Prinsip lama
yang menyebutkan penanganan luka harus dalam keadaan kering, ternyata dapat
menghambat penyembuhan luka, karena menghambat proliferasi sel dan kolagen,
tetapi luka yang terlalu basah juga akan menyebabkan maserasi kulit sekitar luka.
Memahami konsep penyembuhan luka lembap, pemilihan bahan balutan, dan
prinsip-prinsip intervensi luka yang optimal merupakan konsep kunci untuk
mendukung proses penyembuhan luka. Perawatan luka menggunakan prinsip
kelembapan seimbang (moisture balance) dikenal sebagai metode modern
dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Saat ini, lebih dari 500
jenis modern wound dressing dilaporkan tersedia untuk menangani pasien dengan
luka kronis antara lain berupa hidrogel, fi lm dressing, hydrocolloid, calcium
alginate, foam/absorbant dressing, dressing antimikrobial, hydrophobic
antimikrobial. Keberhasilan proses penyembuhan luka tergantung pada upaya
mempertahankan lingkungan lembap yang seimbang, karena akan memfasilitasi
pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen.

Kata kunci: Luka kronis, penyembuhan luka, balutan luka modern

DAFTAR PUSTAKA

1. Casey G. Modern wound dressings. Nurs Stand. 2000; 15(5): 47-51.


2. Kane D. Chronic wound healing and chronic wound management. In: Krasner D,
Rodeheaver, editors. Health Management Publications; 1990.
3. Singer AJ, Clark RAF. Mechanisms of disease: Cutaneous wound healing. N
Engl J Med. 1999; 341(10): 738-46.
4. Wayne PA, Flanagan. Managing chronic wound pain in primary care. Practice
Nursing; 2006; 31:12.
5. Theoret CL. Clinical techniques in equine practice. 3rd ed. 2004. Chapter 2,
Update on wound repair; p.110-22.
6. Sibbald RG, Keast DH. Best practice recommendations for preparing the wound
bed: Update 2006, clinical practice, wound care. Canada; 2006: 4(1).
7. Fernandez R, Griffi ths R, Ussia C. The eff ectiveness of solutions, techniques
and pressure in wound cleansing. JBI Reports 2004; 2(7): 231-70.
8. Ropper R. Principles of wound assessment and management. Practice Nurse
2006; 31: 4.
9. Bryant RA, Clark RA, Nix DP. Acute and chronic wounds. Current management
concepts. 3rd ed. St Louis, Mo: Mosby Inc; 2007: 100-29.
10. Rippon M, White R, Davies P. Skin adhesives and their role in wound dressings.
Wounds UK 2007; 3(4): 76-86.
11. World Union of Wound Healing Societies. Principles of best practice: Minimising
pain at wound dressing-related procedures. A consensus document. Toronto:
WoundPedia Inc; 2007.
12. Collier J. A moist, odour-free environment. A multicentred trial of a foamed gel
and a hydrocolloid dressing. Prof Nurse 1992; 7(12): 804-8.
13. 14 Bowszyc J, Bowszyc-Dmochowska M, Kazmierowski M, Ben-Amer HM,
Garbowska T, Harding E. Comparison of two dressings in the treatment of
venous leg vulcers. J Wound Care 1995; 4(3):

14. 15. Thomas S, Banks V, Bale S, Fear-Price M, Hagelstein S, Harding KG, et al. A
comparison of two dressing in the management of chronic wounds. J Wound Care
1997; 6(8): 383-6.
15. 16. Charles H, Callicot C, Mathurin D, Ballard K, Hart J. Randomised,
comparative study of three primary dressings for the treatment of venous ulcers.
Br J Community Nurs. 2002; 7(6): 48-54.

Anda mungkin juga menyukai