Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

S
DENGAN PNEUMONIA COVID 19 SEDANG +
GERIATRI + OBESITAS DI RUANG
ENGGANG I ISOLASI COVID
RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT

Modul Keperawatan
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Kecukupan SKP Perpanjangan STR Pada Ranah Praktik Profesional

Oleh :

SITI JUMALIAH
NIRA. 64030435223

DEWAN PENGURUS DAERAH KUTAI KARTANEGARA

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.S


DENGAN PNEUMONIA COVID 19 SEDANG +
GERIATRI + OBESITAS DI RUANG ENGGANG I
ISOLASI COVID RSUD AJI MUHAMMAD
PARIKESIT
NAMA : SITI JUMALIAH
NIRA : 64030435223
TEMPAT BEKERJA : RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT
DPK : DPK PPNI RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT

Modul ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan sebagai


Pengganti Praktik Profesional (Ranah A Poin 1)
Tenggarong Seberang, 26 September 2021

Menyetujui
Verifikator SKP Zona 1,

Mukmin Nasri, S.Kep


NIRA. 64030015784

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan pemilik semesta

alam dan sumber segala pengetahuan atas bimbingan dan penyeraan-Nya, sehingga penyusun

dapat menyelesaikan modul yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.S

DENGAN PNEUMONIA COVID 19 SEDANG + GERIATRI + OBESITAS DI RUANG

ENGGANG I ISOLASI COVID RSUD AJI MUHAMMAD PARIKESIT”.

Penyusunan modul ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kecukupan SKP Ranah A

Poin 1 Praktik Profesional Pemberi Asuhan Langsung ke Pasien untuk Perpanjangan STR Perawat.

Penulis sangat menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis sangat harapkan untuk kesempurnaan dari

kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga modul ini bisa bermanfaat.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu

penulis dalam penyusunan modul ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas

bantuan dan pengorbanan mereka kepada penulis dan melimpah Kasih Sayang-Nya kepada kita

semua.

Tenggarong, 26 September 2021

Penulis

Siti Jumaliah

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………..……………..…….. i


HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………..……. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..….. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..…. iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………..….. 1
B. Tujuan ………..…………………………………………………..…….... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 4


A. Konsep Dasar Penyakit Covid 19….…………………………………… 4
1. Pengertian ……………………………………………………………... 4
2. Etiologi …………..…………………………………………………… 5
3. Manifestasi ……...…………………………………………………….. 6
4. Patofisiologi …………………………………………………………... 7
5. Penatalaksanaan Medis ………………………………………………. 8
6. Komplikasi ……………………………………………………………. 8
B. Asuhan Keperawatan ………………………………………………………... 10
1. Pengkajian …………………………………………………………….. 10
2. Diagonsa Keperawatan ……………………………………………….. 13
3. Intervensi Keperawatan …………………………………………….. 13
4. Implementasi Keperawatan …………………………………………... 19
5. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………… 19

BAB III Tinjauan Kasus …………………………………………………………….. 20


A. Pengkajian ...……………………………………………………………... 20
1. Identitas Klien ………………………………………………………… 20
2. Identitas Penanggung Jawab …………………………………………. 20

iii
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya …………………………………..... 21
4. Pola Kesehatan Fungsional …………………………………………… 22
B. Pemeriksaan Fisik ………………………………………………………... 24
1. Pemeriksaan Umum …………………………………………………... 24
2. Pemeriksaan Fisik …………………………………………………….. 24
3. Terapi Medik ………………………………………………………….. 25
4. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik …………………………………... 26
5. Data Fokus ……………………………………………………………. 26
6. Analisa Data …………………………………………………………... 27
C. Diagnosa Keperawatan …...………………………….………………….. 28
D. Intervensi Keperawatan ……………………………………………….. 29
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ………………………………... 31

BAB IV PEMBAHASAN ………………………….……….……………………… 38


A. Pengkajian ………………………………………………………………... 38
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………….. 38
C. Intervensi Keperawatan …………..…………………………………........ 39
D. Implementasi Keperawatan …………………………………...…………. 40
E. Evaluasi Keperawatan ……..…………………………………………….. 40

BAB V PENUTUP ………………………………………………………………... 44


A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 44
B. Saran ……………………………………………………………………. 45

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pernah mengalami sakit. Penyakit yang diderita oleh setiap makhluk
berbeda satu dan yang lainnya. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak berada
pada kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh.
Berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu penyakit menular
dan penyakit tidak menular. Penyakit menular mendapatkan perhatian yang lebih dari
pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit yang dapat ditularkan melalui media
tertentu. Penyakit menular sering juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita
melalui infeksi virus, bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media
seperti udara, jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya
(Vatimatunnimah, 2013). Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi. Penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak
terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya
dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai
proses kejadian penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan yang lain masing-
masing mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang
peranan sangat penting. Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak
antara kuman,virus, dan bakteri dengan manusia. Sering terjadi mikroorganisme yang
tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke manusia karena manusia tidak mampu menjaga
kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit menular berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia. Salah
satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan dapat menular ke manusia ialah Virus
Corona.
Penyakit menular dapat menyebar melalu media langsung, udara, air, benda dan vector
penyakit. Salah satu penyakit menular yang tengah ramai diperbincangkan di dunia ialah
COVID 19. Coronavirus Disease (COVID 19) adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara

1
hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Beberapa Corona virus yang
dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi klinis
biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum
infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan
sesak napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pada 31 Desember 2019, WHO China Country
Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease,
COVID 19). Pada tanggal 11 Maret 2020 WHO telah menetapkan virus corona sebagai
pandemi global. Penambahan jumlah kasus COVID 19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Sampai dengan 04 Mei 2020,
secara global dilaporkan 3.595.662 kasus konfimasi di 215 negara dengan kematian 247.652
jiwa.
Sejak diumumkan pertama kali ada di Indonesia, kasus COVID 19 meningkat
jumlahnya dari waktu ke waktu sehingga memerlukan perhatian. Pada prakteknya di masa
pandemi, tatalaksana COVID-19 diperlukan kerjasama semua profesi untuk menanganinya.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan
lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri,
pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) untuk menekan penyebaran virus ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Covid 19 di Ruang Enggang I
Isolasi Covid 19 RSUD Aji Muhammad Parikesit.

2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian pada klien dengan Covid 19 di Ruang Enggang I Isolasi
Covid 19 RSUD Aji Muhammad Parikesit.

2
b) Melakukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Covid 19 di Ruang Enggang
I Isolasi Covid 19 RSUD Aji Muhammad Parikesit.
c) Melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan Covid 19 di Ruang Enggang
I Isolasi Covid 19 RSUD Aji Muhammad Parikesit.
d) Melakukan implementasi tindakan keperawatan pada klien dengan Covid 19 di
Ruang Enggang I Isolasi Covid 19 RSUD Aji Muhammad Parikesit.
e) Melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan Covid 19 di
Ruang Enggang I Isolasi Covid 19 RSUD Aji Muhammad Parikesit.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian Penyakit Covid 19
Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah coronavirus jenis baru yang dapat
menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian terutama pada
kelompok yang rentan seperti orang tua, ana-anak, dan orang-orang dengan kondisi
kesehatan yang kurang adekuat.
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini
disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona
adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang
siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi,
termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu.
Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-
paru (pneumonia). Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran
pernapasan, misalnya ketika berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara
yang kurang baik atau kontak langsung dengan droplet.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh
virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa
perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan
keparahan gejala.

4
2. Etiologi
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu
kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus,
coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu.
Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti
pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia.
Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke
manusia. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
a) Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 batuk atau bersin.
b) Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19.
c) Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
d) Virus Corona juga bisa menular melalui benda-benda yang sering disentuh,
misalnya uang, gagang pintu, atau permukaan meja.

Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya
atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki
penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada
penderita kanker.
Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para
tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, para tenaga medis dan
orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat
pelindung diri (APD).
Dari data yang dikeluarkan oleh WHO, saat ini ditemukan beberapa varian SARS-
CoV-2 penyebab COVID-19. Berikut rincian jenis varian baru tersebut:
a) Varian Alfa (B.1.1.7) yang pada awalnya ditemukan di Inggris sejak September
2020.

5
b) Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3) yang pada awalnya ditemukan di Afrika
Selatan sejak Mei 2020.
c) Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2) yang pada awalnya ditemukan di Brazil sejak
November 2020.
d) Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3) yang pada awalnya ditemukan di India
sejak Oktober 2020.
e) Varian Eta (B.1.525) yang penyebarannya ditemukan di banyak negara sejak
Desember 2020.
f) Varian Iota (B.1526) yang pada awalnya ditemukan di Amerika sejak November
2020.
g) Varian Kappa (B.1617.1) yang pada awalnya ditemukan di India sejak Oktober
2020.
h) Varian Lamda (c.37) yang pada awalnya ditemukan di Peru sejak Desember 2020.

3. Manifestasi Klinis
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu
demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat
hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa
mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri
dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus
Corona, yaitu:
a) Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
b) Batuk kering
c) Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus Corona meskipun
lebih jarang, yaitu:
a) Diare
b) Sakit kepala
c) Konjungtivitis
d) Hilangnya kemampuan mengecap rasa

6
e) Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
f) Ruam di kulit
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2
minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang terinfeksi virus
Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini
disebut happy hypoxia.

4. Patofisiologis
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel
manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi
ekspresi gen yang membantu adaptasi virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory
syndrome virus corona 2) pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau
delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian
hari.
SARS-CoV-2 menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2)
yang ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil
sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada
permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel
virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel
inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk
replication/transcription complex (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan
menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan
tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion
kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi
melalui eksositosis.
Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati,
intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan

7
gejala pada pasien. Gejala dan tanda COVID-19 terutama berupa infeksi saluran napas,
tetapi dapat juga menyebabkan di saluran pencernaan seperti diare, mual, dan muntah,
jantung seperti miokarditis, saraf seperti anosmia bahkan stroke, serta mata dan kulit.

5. Penatalaksanaan Medis
Belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona
atau COVID-19. Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi pasien dan
tingkat keparahannya. Beberapa pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala akan di
sarankan untuk melakukan protokol isolasi mandiri di rumah sambil tetap melakukan
langkah pencegahan penyebaran infeksi virus Corona.
Selain itu, dokter juga bisa memberikan beberapa beberapa langkah untuk
meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus corona, yaitu:
a) Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina
di rumah sakit rujukan.
b) Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita.
c) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat
yang cukup.
d) Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga
kadar cairan tubuh.

6. Komplikasi
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
a) Pneumonia (infeksi paru-paru)
b) Infeksi sekunder pada organ lain
c) Gagal ginjal
d) Acute cardiac injury
e) Acute respiratory distress syndrome
f) Kematian
Selain itu, saat ini muncul istilah long haul COVID-19. Istilah ini merujuk kepada
seseorang yang sudah dinyatakan sembuh melalui hasil pemeriksaan PCR yang sudah

8
negatif, namun tetap merasakan keluhan seperti lemas, batuk, nyeri sendi, nyeri dada,
sulit berkonsentrasi, jantung berdebar, atau demam yang hilang timbul.

7. Pencegahan Yang Dapat dilakukan


Saat ini, Indonesia sedang melakukan vaksinasi COVID-19 secara berkala ke
masyarakat Indonesia. Meskipun vaksinasi sudah mulai di jalankan, cara pencegahan
yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda
terinfeksi virus ini, yaitu:
a) Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain,
dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
b) Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat
pergi berbelanja bahan makanan dan mengikuti ibadah di hari raya, misalnya Idul
Adha.
c) Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung
alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat
umum.
d) Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
e) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah
stres.
f) Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi
virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
g) Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke
tempat sampah.
h) Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk
kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek dan
probable) yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan) maupun
PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak
menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:

9
a) Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk
sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi
yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
b) Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
c) Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak
rumah sakit untuk menjemput.
d) Larang orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-
benar sembuh.
e) Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang
sakit.
f) Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan
tidur dengan orang lain.
Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain.
Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang
tisu ke tempat sampah.
Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah sakit,
seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu ditangani secara
berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19. Tujuannya adalah
untuk mencegah penularan virus Corona selama Anda berada di rumah sakit.
Konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu dilakukan.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Konsep keperawatan Covid 19 meliputi :
a) Pengkajian
1) Anamnesis
(a) Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain

10
(b) Keluhan Utama
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu: Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat
Celsius), Batuk kering, Sesak napas.
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai
2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Sebagian pasien yang
terinfeksi virus Corona bisa mengalami penurunan oksigen tanpa adanya
gejala apapun. Kondisi ini disebut happy hypoxia.

(c) Keluhan Sistematis


Keluhan lain yang biasa dirasakan oleh klien dengan covid 19 adalah diare,
sakit kepala, konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa,
hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia), ruam di kulit.

b) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
(a) Keadaan pernapasan (cepat lelah dan sesak napas)
(b) Nyeri dada (tidak semua pasien)
(c) Batuk berdahak atau kering
(d) Nyeri seluruh tubuh
2) Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera pembedahan dan
komorbid lainnya seperti hipertensi, jantung, DM, asma, dll.
3) Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit bawaan sebelumnya.

c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas,
denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi

11
pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit
penyulit seperti hipertensi.
(a) Breathing
(1) Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan covid 19 biasanya
adanya retraksi dinding dada jika pasien dengan sesak napas berat.
Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan
sekresi sputum yang purulen namun juka ada klien yang batuk kering
tanpa sputum berlebih.
(2) Palpasi : Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. Covid
19 tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada
biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan.
(3) Perkusi
(4) Aukultasi : Pada klien covid 19 bunyi napas tambahan tidak semua
terdapat suara napas tambahan.
(b) Brain
Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak
wajah meringis, menangis, merintih jika merasa nyeri seluruh tubuh. Pada
saat dilakukan pengkajian pada mata, apakah anemis atau tidak dan ikterik
pada jika ada gangguan fungsi hati.
(c) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal
syok.
(d) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
(e) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien covid 19. gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.

12
2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kepala
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak
b) Rambut
Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut
c) wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak
d) Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera ikterik/tidak.
e) Wicara dan THT
Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia. Fungsi THT kaji:
- Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada
secret/tidak
- Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani, ada
secret/tidak
- Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering diangkat dari kasus covid 19 ini adalah:
a) Pola napas tidak efektif
b) Bersihan jalan napas tidak efektif
c) Hipertermi
d) Nyeri akut
e) Anxietas

3. Intervensi Keperawatan
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi keperawatan.
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik
dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak pasien serta memehami tingkat perkembangan pasien.

13
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu
tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi perawat
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2009).

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan


No. Diagnosa SLKI (Tujuan dan SIKI : Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indikator Hasil)
1. Pola napas Setelah dilakukan A. Manajemen Jalan Napas
tidak efektif tindakan keperawatan 1. Monitor pola napas.
selama 3x24jam 2. Monitor bunyi napas tambahan.
diharapkan: 3. Monitor sputum.
1. Dispneu, 4. Pertahankan kepatenan jalan napas.
penggunaan otot 5. Posisikan semi fowler atau fowler.
bantu napas, 6. Berikan minum hangat.
pemanjangan fase 7. Lakukan fisioterapi dada.
ekspirasi, ortopnea, 8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik.
pernapasan pursed- 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
lip, dan pernapasan endotrakheal.
cuping hidung cukup 10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill.
menurun dan 11. Berikan oksigen jika perlu.
menurun. 12. Anjurkan asupan cairan/hari
2. Frekuensi napas, 13. Ajarkan tehnik batuk efektif
kedalaman napas, 14. Kolaborasi pemberian bronkhodilator, ekpektoran, dan
ekskursi dada, mukolitik jika perlu.
ventilasi semenit, B. Pemantauan Respirasi
kapasitas vital, 15. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
diameter thoraks 16. Monitor pola napas.
anterior-posterior, 17. Monitor kemampuan batuk efektif.
tekanan ekspirasi dan 18. Monitor adanaya produksi sputum.
tekanan inspirasi 19. Monitor adanya sumbatan jalan napas.
cukup membaik atau 20. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
membaik. 21. Auskultasi bunyi napas.
22. Monitor saturasi oksigen.
23. Monitor nilai AGD.
24. Monitor hasil X-ray thoraks.

14
25. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
26. Dokumentasikan hasil pemantauan.
27. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
28. Informasikan hasil pemantauan.
C. Manajemen Isolasi
29. Identifikasi pasien yang memerlukan isolasi.
30. Lakukan skrinning isolasi pasien.
31. Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment.
32. Pasang alat proteksi diri sesuai SPO.
33. Lepaskan alat proteksi diri sesuai SPO.
34. Batasi pengunjung.
35. Ajarkan kebersihan tangan kepada pasien dan keluarga.
36. Anjurkan keluarga/pengunjung melapor sebelum kekamar
pasien.
37. Anjurkan pasien/keluarga untuk melakukan 5M.
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan A. Manajemen jalan napas
napas tidak tindakan keperawatan 1. Monitor pola napas.
efektif selama 3x24jam 2. Monitor bunyi napas tambahan.
diharapkan: 3. Monitor sputum.
1. Batuk efektif 4. Pertahankan kepatenan jalan napas.
meningkat. 5. Posisikan semi fowler atau fowler.
2. Produksi sputum, 6. Berikan minum hangat.
mengi, wheezing, 7. Lakukan fisioterapi dada.
mekonium, 8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik.
dispnea, orthopnea, 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
sulit bicara, endotrakheal.
sianosis, dan 10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill.
gelisah menurun. 11. Berikan oksigen jika perlu.
3. Frekuensi 12. Anjurkan asupan cairan/hari
pernapasan dan 13. Ajarkan tehnik batuk efektif
pola napas 14. Kolaborasi pemberian bronkhodilator, ekpektoran, dan
menbaik. mukolitik jika perlu.
B. Latihan batuk efektif
15. Identifikasi kemampuan batuk.
16. Monitor adanya retensi sputum, tanda gejala infeksi saluran
sputum.
17. Monitor input dan output cairan.

15
18. Atur posisi semi fowler atau fowler.
19. Pasang perlak dan bengkok diapngkuan pasien.
20. Buang secret pada tempat sputum.
21. Jelaskan tujuan dan prosedural batuk efektif.
22. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4detik,
ditahan selama 2detik kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mecucu selama 8detik.
23. Anjurkan mengulang tarik napas dalam hingga kali.
24. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3.
C. Manajemen isolasi
25. Identifikasi pasien yang memerlukan isolasi.
26. Lakukan skrinning isolasi pasien.
27. Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment.
28. Pasang alat proteksi diri sesuai SPO.
29. Lepaskan alat proteksi diri sesuai SPO.
30. Batasi pengunjung.
31. Ajarkan kebersihan tangan kepada pasien dan keluarga.
32. Anjurkan keluarga/pengunjung melapor sebelum kekamar
pasien.
33. Anjurkan pasien/keluarga untuk melakukan 5M.
3. Hipertermi Setelah dilakukan A. Manajemen hipertermi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
selama 3x24jam 2. Monitor suhu tubuh.
diharapkan: 3. Monitor kadar elektrolit.
1. Menggigil, kulit 4. Monitor haluaran urine.
merah, kejang, 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia.
akrosianosis, 6. Sediakan lingkungan yang dingin.
konsumsi oksigen, 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
piloereksi, 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
vasokontriksi perifer, 9. Berikan cairan oral.
kulit memorata, 10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering.
pucat, takikardi, 11. Lakukan pendinginan eksternal misal: kompres dingin.
takipnea, bradikardi, 12. Anjurkan tirah baring.
dasar kuku sianosis, 13. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika
dan hipoksia perlu.
menurun. B. Regulasi temperatur

16
2. Suhu tubuh, suhu 14. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam.
kulit, kadar glukosa 15. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi.
darah, pengisian 16. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
kapiler, ventilasi, dan 17. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien.
tekanan darah 18. Jelaskan cara pencegahan hipotermia karena terpapar udara
membaik. dingin.
19. Demonstrasikan tehnik perawatan metode kangguru untuk
bayi BBLR.
20. Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu.
4. Nyeri akut Setelah dilakukan A. Management nyeri
tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
selama 3x24jam dan intensitas nyeri.
diharapkan: 2. Identifikasi skala nyeri.
1. Melaporkan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
terkontrol, 4. Monitoring efek samping penggunaan analgetik.
kemampuan 5. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
mengenali onset 6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
nyeri, kemampuan 7. Fasilitasi istirahat dam tidur.
mengenali penyebab 8. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
nyeri, kemampuan strategi meredakan nyeri.
menggunakan tehnik 9. Jelaskan strategimeredakan nyeri.
nonfarmakologi dan 10. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nheri.
Dukungan orang 11. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri.
terdekat meningkat. 12. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Keluhan nyeri dan 13. Kolaborasi pemberian analgetik.
penggunaan B. Pemberian analgetik
analgetik menurun. 14. Identifikasi karakteristik nyeri.
3. Meringis, gelisah, 15. Identifikasi kesesuaian analgetik dengan tingkat keparahan
kesulitan tidur, nyeri.
perasaan depresi, 16. Monitoring tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
perasaan takut pemberian analgetik.
mengalami cedera 17. Monitoring efektivitas analgetik.
ulang, dan 18. Diskusikan jenis analgetik yabf disukai untuk mencapai
ketegangan otot analgetit yang optimal.
menurun. 19. Terapkan target efektivitas analgetik untuk
4. Frekuensi nadi, pola mengoptimalkanrespon pasien.
napas, tekanan darah

17
dan pola tidur 20. Dokumentasikan respons terhadap efek analgetik dan efek
membaik. yang tidak diinginkan.
21. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
22. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik.
5. Anxietas Setelah dilakukan A. Terapi relaksasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidak mampuan
selama 3x24jam berkonsentrasi ataui gejala lainnya.
diharapkan: 2. Identifikasi tehnik relaksasi yang efektif digunakan.
1. Verbalisasi 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi, nadi, tekanan darah, dan
kebingungan, suhu tubuh sebelum dan sesudahlatihan.
gelisah, perilaku 4. Monitor respon terhadap terapi relaksasi.
tegang, keluhan 5. Ciptakan lingkungan yang tenang.
pusing, tremor, dan 6. Gunakan nada suara dengan irama lambat dan berirama.
pucat menurun. 7. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
2. Konsentrasi, pola analgetik atau tindakan medis lainnya.
tidur, frekuensi 8. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
pernapasan, nadi, tersedia.
tekanan darah dan 9. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman.
orientasi membaik. 10. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.
3. Verbalisasi rasa 11. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi.
percaya diri dan B. Reduksi anxietas
penerimaan terhadap 12. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah.
sakit meningkat. 13. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
4. Memampuan 14. Monitor tanda-tanda anxietas.
meminta bantuan 15. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
pada orang lain dan kepercayaan.
dukungan emosi 16. Pahami situasi yang membuat anxietas.
meningkat. 17. Dengarkan dengan penuh perhatian.
18. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
19. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
20. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami.
21. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis.
22. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurasi ketegangan.
23. Latih tehnik relaksasi.
24. Kolaborasi pemberian obat antianxietas.

18
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di
gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di atas.

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. S berusia 62 tahun dengan
diagnosa medis Pneumonia Covid 19 Sedang + Geriatri + Obesitas di Ruang Enggang I Isolasi
Covid RSUD Aji Muhammad Parikesit, dimulai sejak tanggal 24 September 2021 sampai tanggal
26 September 2021. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara bertahap diawali dengan
pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi tindakan keperawatan yang disebut sebagai proses keperawatan, selanjutnya dijabarkan
sebagaimana uraian-uraian tersebut dibawah ini:

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Bahasa Yang digunakan : Madura
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Tenggarong
Diagnosa Medis : Pneumonia Covid 19 Sedang + Geriatri +
Obesitas
Tanggal Pengkajian : 24 September 2021

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. I
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

20
Agama : Islam
Alamat : Tenggarong
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan anak : Anak

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Ny. S mengatakan sesak napas hilang timbul sejak 5hari terakhir
ini, batuk berdahak dan demam naik turun 3 hari dirumah, jika batuk nyeri terasa
pada dada sebelah kanan serta badan nyeri seluruh tubuh.
b. Riwayat penyakit sekarang: Ny. S mengatakan sesak napas hilang timbul sejak
5hari terakhir ini, batuk berdahak dan demam naik turun 3 hari dirumah, merasa
cepat lelah dan capek. Batuk berdahak dan kadang sulit untuk mengeluarkan dahak.
P: Jika batuk, nyeri terasa pada dada sebelah kanan serta badan nyeri seluruh tubuh.
Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk. R: Nyeri di dada kanan dan kadang keseluruh tubuh.
S: Skala nyeri 3. T: Nyeri hilang timbul.
c. jika batuk nyeri terasa pada dada sebelah kanan serta badan nyeri seluruh tubuh,
skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul, nafsu makan menurun sejak seminggu
terakhir, klien datang ke RSUD Aji Muhammad Parikeist pada tanggal 23
September 2021 sekitar 17.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat lemas,
tampak meringis kesakitan, Tekanan Darah: 100/70 mmHg, Nadi: 90x/menit,
Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2 C, BB: 75Kg dan TB: 155cm.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: Ny. S mengatakan ada riwayat gastritis beberapa tahun
terakhir ini.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit menular, keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit menurun seperti DM, dan Hipertensi.

21
f. Genogram

g. Riwayat Sosial Ekonomi


1) Riwayat pekerjaan : Ny. S hanya sebagai ibu rumah tangga, penghasilan
diperoleh dari penghasilan Ny. S rata-rata perbulan berkisar 1.500.000 s/d
2.000.000,00 perbulannya.
2) Aspek psikososial : Suami Ny. S sudah meninggal dan Ny. S hanya ibu rumah
tangga biasa.

4. Pola Kesehatan Fungsional


a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Ny. S tidak tahu tentang penyakit yang
dideritanya, Ny. S menceritakan keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika sakit
Ny. S membeli obat di warung dekat rumahnya dan mengatakan sudah sering
mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di warung,
dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
b. Pola Oksigenasi
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan bernafas secara normal, tidak mengunakan
alat bantu pernafasan.
2) Saat dikaji Ny. S didapatkan bahwa pernafasan klien meningkat (28 x/i) hal ini
dikarenakan adanya sekret dijalan nafas, klien mengatakan nafas sesak.
c. Pola nutrisi
1) Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5 gelas per hari.

22
2) Saat dikaji sakit Ny. S mengatakan tidak ada nafsu makan sejak seminggu
terakhir, jika Ny. S makan semuanya terasa pahit dan Ny. S merasakan seperti
ingin muntah.
d. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK 4-5 kali
sehari.
2) Saat dikaji Ny. S mengatakan tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.
e. Pola Aktivitas
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan setiap pagi hari selalu menyempatkan waktu
untuk berjalan pagi/olah raga santai di pagi hari.
2) Saat dikaji Ny. S mengatakan badan terasa sesak nafas dan bawaannya selalu
letih.
f. Pola Istirahat
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur siang tidak
ada.
2) Saat dikaji Ny. S mengatakan susah untuk tidur karena batuk.
g. Personal Hygiene
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan mandi 2x/hari (Pagi dan Sore).
2) Saat dikaji Ny. S mengatakan mandi tetap 2x sehari.
h. Pola Komunikasi
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan berkomunikasi dengan bahasa indonesia.
2) Saat dikaji Ny. S mengatakan jika berkomunikasi dengan perawat atau dokter
tidak ada masalah dalam komunikasi.
i. Pola Spiritual
Saat dikaji Ny. S mengatakan tetap shalat, yang mana sebelum sakit Ny. S selalu
shalat berjamaah di Masjid yang berdekatan dengan rumah Ny. S.
j. Pola Aman dan Nyaman
1) Sebelum sakit Ny. S mengatakan nyaman dengan tubuhnya yang sehat.
2) Saat dikaji Ny. S mengatakan badannya terasa gemuk sekali, Ny. S mengatakan
tidak malu dengan kondisi tubuhnya saat ini

23
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum (KU) : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36,2 C
RR : 28 x/menit
SpO2 : 98% dengan oksigen Nasal canul 5lpm
BB Sekarang : 75 Kg
BB Sebelum Sakit : 155 Kg

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bentuk kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna hitam beruban,
tekstur kasar, dan tidak ada benjolan.
b. Mata : Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah muda, sclera
berwarna putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada cahaya
meosis.
c. Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris kiri kanan, bersih
tidak ada sekret, dan bisa mencium aroma wangi-wangian.
d. Mulut : Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak ada gigi palsu.
e. Telinga : Tidak ada serument, pendengaran baik.
f. Leher : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran JVP
g. Jantung:
1) Inspeksi : Dada simetris.
2) Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid clavikula.
3) Perkusi : Pekak
4) Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan
h. Paru-Paru

24
1) Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, sedikit tampak menggunakan
otot bantu penafasan.
2) Palpasi : Vocal vemitus normal.
3) Perkusi : pekak
4) Auskultasi : terdapat ronchi, Whizzing tidak.
i. Abdomen
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
2) Auskultasi : Bising usus normal
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Perkusi : Timpani
j. Ekstremitas :
1) Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku tampak bersih,
kekuatan otot normal (555/555), terpasang IVFD NaCl 0,9% 20 tts/menit
2) Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap, terasa panas saat diraba
pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot normal (555/555)
k. Kulit : Turgor kulit kering, warna sawo matang
l. Genetalia : terpasang kateter

3. Terapi Medik
➢ Cairan Nacl 0,9% 20 tpm
➢ Remdasivir 1x100mg/IV
➢ Levofloxacine 1x750mg/IV
➢ Dexamethasone 1x6mg/IV
➢ N. Acetyl sistein 3x400mg/IV
➢ Vit. C x200mg/IV
➢ Omeprazole 2x1vial/IV
➢ Ondansentron 3x1amp/IV K/P
➢ Neurobion drip dalam NS 0,9% 1x1amp/IV
➢ Vit. D 1x5000ui/PO
➢ Zink tablet 1x20mg/PO
➢ Curcuma 3x1tab/PO

25
➢ Vip Albumin 3x1caps/PO
➢ Colcisin 2x1tab/PO
➢ Heparin 2x5000ui/Sc

4. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan tanggal : 23- 09-2021

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Ro Thoraks Terlampir
Swab Antigen Positif Negatif Terlampir
Gol. Darah B+ Terlampir
Hemoglobin 13,4 gr/100ml 13-16 gr/100ml Normal
Leukosit 8.100 / mm³ 5000-10000 /mm³ Normal
Haematokrit 36 vol % 40-48 vol % Tidak Normal
3 3
Trombosit 273.000/mm 150.000-450.000/mm Normal
Glukosa Sewaktu 110 mg/dl 60-150 mg/dl Normal
Albumin 3,5 g/dl 3,5-5,2 g/dl Normal
Ureum 22 mg/dl 17-43 mg/dl Normal
Creatinin 0,8 mg/dl 0,7-1,2 mg/dl Normal
SGOT 30 U/L <35 U/L Normal
SGPT 28 U/L <41 U/L Normal
Na+ 135 mmol/L 135-155 mmol/L Normal
K+ 3,8 mmol/L 3,4-5,33 mmol/L Normal
Cl- 100 mmol/L 98-106 mmol/L Normal

5. Data Focus
a. Data Subjektif
Ny. S Mengatakan:
1) Sesak napas hilang timbul sejak 5hari terakhir ini.
2) Merasa cepat lelah dan capek.
3) Batuk berdahak dan kadang sulit untuk mengeluarkan dahak.
4) P: Jika batuk, nyeri terasa pada dada sebelah kanan serta badan nyeri seluruh
tubuh.
5) Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk.

26
6) R: Nyeri di dada kanan dan kadang keseluruh tubuh.
7) S: Skala nyeri 3.
8) T: Nyeri hilang timbul.
9) Klien susah untuk tidur malam hari karena batuk dan nyeri.
10) Nafsu makan menurun.
b. Data Objektif
1) Klien terlihat sesak
2) Klien terlihat belum mampu untuk batuk secara efektif sehingga sulit untuk
mengeluiarkan dahak.
3) Klien terlihat meringis menahan nyeri jika nyeri timbul.
4) Vital sign: TD: 100/70 N: 90x/i RR: 28x/i T: 36,2 C
5) SpO2 98% dengan Nasal canul 5lpm.
6) Sedikit tampak menggunakan otot bantu penafasan.

6. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Sindrom Hipoventilasi Pola napas tidak efektif
- Sesak napas hilang timbul sejak 5hari
terakhir ini.
- Merasa cepat lelah dan capek.
DO:
- Klien terlihat sesak
- Vital sign: TD: 100/70 N: 90x/i RR:
28x/i T: 36,2 C
- SpO2 98% dengan Nasal canul 5lpm.
- Sedikit tampak menggunakan otot
bantu penafasan.
2. DS: Hipersekresi jalan napas Bersihan jalan napas
- Batuk berdahak dan kadang sulit tidak efektif
untuk mengeluarkan dahak.
DO:

27
- Klien terlihat belum mampu untuk
batuk secara efektif sehingga sulit
untuk mengeluiarkan dahak.
- Vital sign: TD: 100/70 N: 90x/i RR:
28x/i T: 36,2 C
- SpO2 98% dengan Nasal canul 5lpm.
3. DS: Agen cedera fisiologis Nyeri akut
- P: Jika batuk, nyeri terasa pada dada
sebelah kanan serta badan nyeri
seluruh tubuh.
- Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk.
- R: Nyeri di dada kanan dan kadang
keseluruh tubuh.
- S: Skala nyeri 3.
- T: Nyeri hilang timbul.
- Klien susah untuk tidur malam hari
karena batuk dan nyeri.
- Nafsu makan menurun.
DO:
- Klien terlihat meringis menahan nyeri
jika nyeri timbul.
- Vital sign: TD: 100/70 N: 90x/i RR:
28x/i T: 36,2 C
- SpO2 98% dengan Nasal canul 5lpm.

C. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian tanggal 26 September 2021, penulis mengangkat diagnosa
keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan, yaitu :
1. Pola napas tidak efektif
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Nyeri akut

28
D. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Pola Napas Setelah dilakukan tindakan 1.1 Monitor pola napas.
Tidak efektif
keperawatan selama 3x24jam 1.2 Monitor bunyi napas tambahan.
diharapkan: 1.3 Pertahankan kepatenan jalan napas.
1. Dispneu, penggunaan otot bantu 1.4 Posisikan semi fowler atau fowler.
napas, pemanjangan fase ekspirasi, 1.5 Lakukan fisioterapi dada.
cukup menurun. 1.6 Berikan oksigen jika perlu.
2. Frekuensi napas, kedalaman napas, 1.7 Anjurkan asupan cairan/hari
tekanan ekspirasi dan tekanan 1.8 Kolaborasi pemberian
inspirasi cukup membaik. bronkhodilator, ekpektoran, dan
mukolitik jika perlu.
1.9 Monitor saturasi oksigen.
1.10 Lakukan kebersihan tangan pada 5
moment.
1.11 Ajarkan kebersihan tangan kepada
pasien dan keluarga.
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan 2.1 Monitor pola napas.
napas tidak
keperawatan selama 3x24jam 2.2 Berikan minum hangat.
efektif
diharapkan: 2.3 Lakukan fisioterapi dada.
1. Batuk efektif cukup meningkat. 2.4 Berikan oksigen jika perlu.
2. Produksi sputum, wheezing, dan 2.5 Ajarkan tehnik batuk efektif
gelisah cukup menurun. 2.6 Identifikasi kemampuan batuk.
3. Frekuensi pernapasan dan pola 2.7 Monitor adanya retensi sputum, tanda
napas cukup membaik. gejala infeksi saluran sputum.
2.8 Atur posisi semi fowler atau fowler.
2.9 Pasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien.
2.10 Buang secret pada tempat sputum.
2.11 Jelaskan tujuan dan prosedural batuk
efektif.
2.12 Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4detik, ditahan selama
2detik kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu selama 8detik.

29
2.13 Anjurkan mengulang tarik napas
dalam hingga kali.
2.14 Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3.
3. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 3x24jam durasi, frekuensi, kualitas, dan
diharapkan: intensitas nyeri.
1. Melaporkan nyeri terkontrol, 3.2 Identifikasi skala nyeri.
kemampuan mengenali onset nyeri, 3.3 Monitoring efek samping penggunaan
kemampuan mengenali penyebab analgetik.
nyeri, kemampuan menggunakan 3.4 Kontrol lingkungan yang
tehnik nonfarmakologi cukup memperberat rasa nyeri.
meningkat. 3.5 Fasilitasi istirahat dam tidur.
2. Keluhan nyeri dan penggunaan 3.6 Ajarkan tehnik nonfarmakologis
analgetik cukup menurun. untuk mengurangi nyeri.
3. Meringis dan ketegangan otot cukup 3.7 Kolaborasi pemberian analgetik.
menurun.
4. Frekuensi nadi, pola napas, tekanan
darah dan pola tidur membaik.

30
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Implementasi dan evaluasi yang dilakukan penulis selama tindakan keperawatan dari tanggal: 26-28 September 2021
Hari/Tanggal Diagnosoa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
24/09/2021 Pola napas tidak efektif 1.1 Memonitor pola napas. S:
1.2 Memonitor bunyi napas - Pasien mengatakan sesak berkurang jika posisi
tambahan. setengah duduk
1.3 Mempertahankan kepatenan jalan O:
napas. - KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
1.4 Memposisikan semi fowler atau terpasang, Pasien terlihat sesak jika berbaring,
fowler. pasien dalam posisi semifowler, penggunaan
1.5 Melakukan fisioterapi dada. otot bantu napas, pemanjangan fase ekspirasi,
1.6 Memberikan oksigen jika perlu. cukup menurun.
1.7 Menganjurkan asupan cairan/hari - Frekuensi napas, kedalaman napas, tekanan
1.8 Mengkolaborasikan pemberian ekspirasi dan tekanan inspirasi cukup membaik.
bronkhodilator, ekpektoran, dan - TD: 100/70 N: 90x/i RR : 28 x/i T:36,2
mukolitik jika perlu. - SpO2 98% dengan NK 5lpm
1.9 Memonitor saturasi oksigen. A:
1.10 Melakukan kebersihan tangan 1. Pola napas tidak efektif
pada 5 moment. P:
1.11 Mengajarkan kebersihan tangan 1.1 Monitor pola napas.
kepada pasien. 1.2 Monitor bunyi napas tambahan.
1.3 Pertahankan kepatenan jalan napas.
1.4 Posisikan semi fowler atau fowler.
1.5 Lakukan fisioterapi dada.
1.6 Kolaborasikan pemberian bronkhodilator,
ekpektoran, dan mukolitik jika perlu.

31
1.7 Monitor saturasi oksigen.
Bersihan jalan napas tidak 2.1 Memonitor pola napas. S:
efektif 2.2 Memberikan minum hangat. - Batuk berdahak hilang timbul
2.3 Melakukan fisioterapi dada. - Susah untuk mengeluarkan dahak
2.4 Mengajarkan tehnik batuk efektif. O:
2.5 Mengidentifikasi kemampuan - KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
batuk. terpasang, batuk efektif sedang, pasien dalam
2.6 Mengatur posisi semi fowler atau posisi semifowler, Produksi sputum,
fowler. wheezing, dan gelisah cukup menurun.
2.7 Memasang perlak dan bengkok Frekuensi pernapasan dan pola napas cukup
dipangkuan pasien. membaik.
2.8 Menjelaskan tujuan dan - TD: 100/70 N: 90x/i RR : 28 x/i T:36,2
prosedural batuk efektif. - SpO2 98% dengan NK 5lpm
2.9 Menganjurkan tarik napas dalam A:
melalui hidung selama 4detik, 2. Bersihan jalan napas tidak efektif
ditahan selama 2detik kemudian P:
keluarkan dari mulut dengan bibir 2.1 Monitor pola napas.
mecucu selama 8detik. 2.2 Berikan minum hangat.
2.10 Menganjurkan mengulang tarik 2.3 Lakukan fisioterapi dada.
napas dalam hingga kali.
2.11 Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3.
Nyeri akut 3.1 Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, - P: Jika batuk, nyeri terasa pada dada sebelah
kualitas, dan intensitas nyeri. kanan serta badan nyeri seluruh tubuh.
3.2 Mengidentifikasi skala nyeri.

32
3.3 Memonitoring efek samping - Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk.
penggunaan analgetik. - R: Nyeri di dada kanan dan kadang keseluruh
3.4 Mengontrol lingkungan yang tubuh.
memperberat rasa nyeri. - S: Skala nyeri 3.
3.5 Memfasilitasi istirahat dam tidur. - T: Nyeri hilang timbul.
3.6 Mengajarkan tehnik - Klien susah untuk tidur malam hari karena
nonfarmakologis untuk batuk dan nyeri.
mengurangi nyeri. - Nafsu makan menurun.
3.7 Mengkolaborasi pemberian O:
analgetik. - KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
terpasang, melaporkan nyeri terkontrol dan
keluhan nyeri cukup menurun, meringis cukup
menurun.
- TD: 100/70 N: 90x/i RR : 28 x/i T:36,2
- SpO2 98% dengan NK 5lpm

A:
1. Nyeri akut
P:
3.1 Identifikasi skala nyeri.
3.2 Fasilitasi istirahat dam tidur.
3.3 Kolaborasi pemberian analgetik.
25/09/2021 Pola napas tidak efektif 1.1 Memonitor pola napas. S:
1.2 Memonitor bunyi napas - Pasien mengatakan sesak berkurang hari ini
tambahan. O:

33
1.3 Mempertahankan kepatenan - KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
jalan napas. terpasang, pasien dalam posisi semifowler,
1.4 Memposisikan semi fowler atau penggunaan otot bantu napas, pemanjangan fase
fowler. ekspirasi cukup menurun.
1.5 Melakukan fisioterapi dada. - Frekuensi napas, kedalaman napas, tekanan
1.6 Mengkolaborasikan pemberian ekspirasi dan tekanan inspirasi cukup membaik.
bronkhodilator, ekpektoran, dan - TD: 130/80 N: 86x/i RR : 24 x/i T:36,5
mukolitik jika perlu. - SpO2 97% dengan NK 4lpm
1.7 Memonitor saturasi oksigen. A:
1. Pola napas tidak efektif
P:
1.1 Monitor pola napas.
1.2 Posisikan semi fowler atau fowler.
1.3 Kolaborasikan pemberian bronkhodilator,
ekpektoran, dan mukolitik jika perlu.
1.4 Monitor saturasi oksigen.
Bersihan jalan napas tidak 2.1 Memonitor pola napas. S:
efektif 2.2 Memberikan minum hangat. - Batuk berdahak berkurang dan sudah bisa
2.3 Melakukan fisioterapi dada. mengeluarkan dahak
O:
- KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
terpasang, batuk efektif cukup meningkat,
pasien dalam posisi semifowler, Produksi
sputum, wheezing, dan gelisah cukup
menurun. Frekuensi pernapasan dan pola
napas cukup membaik.

34
- TD: 130/80 N: 86x/i RR : 24 x/i T:36,5
- SpO2 97% dengan NK 4lpm
A:
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
P:
2.1 Monitor pola napas.
2.2 Berikan minum hangat.
Nyeri akut 3.1 Mengidentifikasi skala nyeri. S:
3.2 Memfasilitasi istirahat dan tidur. - P: Jika batuk, nyeri dada sudah tidak terasa,
3.3 Mengkolaborasikan pemberian badan nyeri seluruh tubuh berkurang.
analgetik. - Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk.
- R: pegel keseluruh tubuh berkurang.
- S: Skala nyeri 2.
- T: Nyeri hilang timbul.
- Pasien bisa tidur malam
- Nafsu makan mulai meningkat.
O:
- KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
terpasang, melaporkan nyeri terkontrol dan
keluhan nyeri cukup menurun, meringis cukup
menurun.
- TD: 130/80 N: 86x/i RR : 24 x/i T:36,5
- SpO2 97% dengan NK 4lpm
A:
3. Nyeri akut
P:

35
3.1 Identifikasi skala nyeri.
3.2 Fasilitasi istirahat dan tidur.
26/09/2021 Pola napas tidak efektif 1.1 Memnitor pola napas. S:
1.2 Memposisikan semi fowler atau - Pasien mengatakan sesak berkurang dan sudah
fowler. bisa tanpa oksigen.
1.3 Mengkolaborasikan pemberian O:
bronkhodilator, ekpektoran, dan - KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
mukolitik jika perlu. terpasang, penggunaan otot bantu napas,
1.4 Memonitor saturasi oksigen. pemanjangan fase ekspirasi menurun.
- Frekuensi napas, kedalaman napas, tekanan
ekspirasi dan tekanan inspirasi cukup membaik.
- TD: 120/80 N: 66x/i RR : 22 x/i T:36,1
- SpO2 97% tanpa oksigen
A:
1. Pola napas tidak efektif
P:
1.1 Monitor pola napas.
1.2 Monitor saturasi oksigen.
Bersihan jalan napas tidak 2.1 Memonitor pola napas. S:
efektif 2.2 Memberikan minum hangat. - Batuk berdahak berkurang dan sudah bisa
mengeluarkan dahak
O:
- KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
terpasang, batuk efektif meningkat, Produksi
sputum, wheezing, dan gelisah menurun.

36
Frekuensi pernapasan dan pola napas cukup
membaik.
- TD: 120/80 N: 66x/i RR : 22 x/i T:36,1
- SpO2 97% tanpa oksigen
A:
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
P:
2.3 Monitor pola napas.
2.4 Berikan minum hangat.
Nyeri akut 3.1 Mengidentifikasi skala nyeri. S:
3.2 Memfasilitasi istirahat dan tidur. - Nyeri atau pegel seluruh tubuh sudah
berkurang.
O:
- KU sedang, kesadaran compos mentis, IVFD
terpasang, melaporkan nyeri terkontrol dan
keluhan nyeri cukup menurun, meringis
menurun.
- TD: 120/80 N: 66x/i RR : 22 x/i T:36,1
- SpO2 97% tanpa oksigen
A:
3. Nyeri akut
P:
3.1 Fasilitasi istirahat dan tidur.

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis akan menguraikan kesenjangan yang ditemukan antara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus nyata yang dilaksanakan penulis dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada Ny. S Di Ruang Enggang I Isolasi Covid RSUD Aji Muhammad Parikesit
dengan diagnosa Pneumonia Covid 19 Sedang + Geriatri + Obesitas yang dimulai pada tanggal 24
s/d 26 September 2021, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proses Asuhan
Keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses Keperawatan, dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
Dari pengkajian pada tanggal 24 September 2021 didapatkan data dari pengkajian
aspek bio : data subjektif meliputi yang ditemukan, yaitu : klien mengatakan mengeluh sesak
napas dan batuk berdahak serta nyeri dada dan seluruh tubuh, susah tidur pada malam hari
karena batuk, napsu makan menurun. Data objektif : Pasien terlihat meringis, TD: 100/70 N:
90x/i RR : 28 x/i T:36,2, SpO2 98% dengan NK 5lpm. Pada Ny. S dilakukan pemeriksaan
laboratoruim dan swab antigen dan hasilnya positif serta data-data yang didapat sudah
menunjukkan untuk ditegakkannya diagnosa covid 19. Data-data yang menunjukkan bahwa
Ny. S menderita covid 19 yaitu : pasien mengeluh sesak napas, batuk berdahak, terlihat
meringis, pasien terlihat kurus, pernapasan 24x/i, swab antigen positif dan foto thoraks
dengan gambaran pneumonia
Pembahasan hasil pengkajian yang ditemukan penulis dalam melakukan pengkajian
tanggal 24 September 2021sudah sesuai dengan apa yang ada di teori sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktik.

38
Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya.
Pemeriksaan head to toe pada semua bagian tubuh. Pemeriksaan fisik menggunakan teknik
Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dana Auskultasi (Potter dan Perry, 2005).
Hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan Pemeriksaan dada: inspeksi paru
pengembangan dada kanan-kiri simetris, sedikit terlihat menggunakan otot bantu penafasan,
palpasi Vocal vremitus normal. Tanda-tanda vital tekanan darah TD: 100/70 N: 90x/i RR :
28 x/i T:36,2, dan SpO2 98% dengan NK 5lpm

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia diagnosa keperawatan
pada klien dengan covid 19 adalah pola napas tidak efektif, Bersihan jalan nafas tidak efektif
dan nyeri akut yang ditemukan sesuai dengan kasus diatas.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam
mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis
(Dinarti & Mulyanti, 2017).

C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperaatan pada kasus Ny. S ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Penulis menetapkan perencanaan sesuai dengan kondisi dan keluahan
yang dirasakan oeh klien baik saat pengkajian pertama maupun kelanjutannya. Perencanana
keperawatan merupakan proses perawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi keperawatan. Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan
pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak pasien serta memehami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri dan tindakan
kolaborasi. Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam
menentukan asuhan keperawatan (Hidayat, 2009).

39
Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan adalah masalah yang dirasakan
klien dapat teratasi selama tiga hari dan direkomendasikan untuk perawatan di rumah dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk yang sudah diajarkan selama klien dirawat di Rumah sakit

D. Implementasi Keperawatan
Impementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Ny. S ini mengacu pada
intervensi yang telah disusun oleh penulis pada asuhan keperawatan klien dengan penderita
Pneumonia covid 19 sedang mengacu pada pedoman Buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus
pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam
rencana yang sudah dibuat di atas. Implementasi keperawatan juga merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

E. Evaluasi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
Pola napas tidak efektif adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual dan potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernapasan (Carpenito, 2007). Berdasarkan hasil pengkajian tentang pola napas tidak
efektif didapatkan dari data pasien tersebut terjadi peningkatan frekuensi pernapasan dari
batas normal pasien Ny. S RR: 28 x/i. Pada Pasien Ny. S mengeluh sesak dan mengatakan
sesak berkurang ketika posisi duduk atau semi fowler.
Pada kasus Ny. S terjadi pola nafas tidak efektif yaitu inspirasi dan ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik menurut teori yang ada yaitu
perubahan kedalaman pernapasan, penurunan tekanan ekspirasi, dispnea, ortopnea,
penggunaan aksesorius untuk bernafas (Nurarif & Hardhi, 2013). Posisi semifowler
menurut Supadi, dkk (2008) dalam jurnal Safitri, (2011) posisi semifowler dapat

40
memberikan kenyamanan dan membantu memperingan kesukaran bernafas. Saat terjadi
serangan sesak biasanya pasien merasa sesak dan tidak dapat tidur dengan posisi berbaring,
melainkan harus dengan posisi duduk atau setengah duduk untuk meredakan
penyempitan jalan nafas dan memenuhi Oksigen dalam darah. sekret dan tissu.
Penulis berasumsi bahwa terjadinya pola napas tidak efektif diakibatkan karena
sesak yang muncul pada pasien covid 19 merupakan proses penyakit covid 19 yang
meningkatkan produksi lendir dan dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas, serta
merusak jaringan paru akibat peningkatan kekentalan darah pasien dan penumpukan
dahak yang berlebihan. Dengan demikian kondisi sesak ini muncul dan meningkat pada
kondisi tertentu, seperti stress atau kelelahan fisik. Kondisi ini akan membaik seiring
berjalannya proses pengobatan. Salah satu cara yang dilakukan penulis untuk mengatasi
pola napas tidak efektif ialah dengan cara memposisikan pasien dengan posisi nyaman
seperti semifowler atau fowler.
Setelah dilakukannya tindakan selama 3 hari pasien mengatakan sudah tidak
merasakan sesak lagi RR : 22x/i tidak terdengar bunyi napas tambahan ronkhi, dan lain-
lain, masalah pola napas tidak efektif teratasi.

2. Bersihan jalan napas tidak efektif


Diagnosa keperawatan yang diprioritaskan adalah bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan napas. Hal ini didasarkan
bahwa masalah ini dapat menimbulkan risiko gagal nafas pada pasien Ny. S dan
akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Menurut PDPI (2003), batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi
pada pasien covid 19. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu
kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum
yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen
seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk. Beberapa pasien covid 19 juga
akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada
malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa pasien covid

41
19 berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada
saat mengalami eksaserbasi akut (PDPI, 2003).
Rencana keperawatan merupakan preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien atau tindakan keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan. Harapannya adalah perilaku akan dipreskripsikan akan
menguntungkan pasien dan keluarga dalam cara yang dapat diprediksi yang
berhubungan dengan masalah diidentifikasikan dan tujuan yan telah dipilih (Hidayat,
2006).
Pada penelitian ini diagnosa keperawatan adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan napas, sehingga perencanaan
keperawatan ditujukan sebagai upaya agar bersihan jalan nafas efektif dengan
berkurangnya/hilangnya penumpukan sekret. Terapi bersihan jalan nafas tidak efektif
dilakukan dengan batuk efektif. Batuk efektif merupakan aktifitas keperawatan untuk
membersihkan sekresi pada jalan nafas. Batuk efektif merupakan suatu teknik batuk
yang menekankan inspirasi dengan tujuan merangsang terbukanya sistem kolateral;
meningkatkan distribusi ventilasi; meningkatkan volume paru; dan memfasilitasi
pembersihan saluran nafas. Dengan demikian batuk efektif dapat meningkatkan
mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelektasis,
dan demam). Penerapan batuk efektif ini membantu pasien untuk batuk dengan benar
sehingga pasien dapat menghemat energi serta tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal (Muttaqim, 2012). Batuk efektif antara lain dapat
dilakukan dalam bentuk posisi semi flower, latihan nafas dalam, dan latihan batuk
efektif.
Menurut Muttaqim (2012), posisi semi flower (setengah duduk) adalah posisi
tidur pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi daripada posisi panggul dan kaki. Pada
posisi semi flower kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30o – 45o. Posisi ini
digunakan untuk pasien yang mengalami masalahan pernafasan dan pasien dengan
gangguan jantung. Latihan nafas dalam ditujukan untuk klien yang mempunyai masalah
dengan kapasitas dan ventilasi paru. Tujuan utama pemberian latian nafas dalam adalah
agar masalah keperawatan klien terutama ketidakefektifan pola nafas dan bersihan jalan
nafas dapat secepatnya diatasi oleh perawat. Latihan batuk efektif merupakan aktivitas

42
perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia,
atelektasis, dan demam). Pemberian latihan efektif dilaksanakan terutama pada klien
dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan masalah risiko tinggi infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan
nafas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun (Muttaqim, 2012).
Pada kasus Ny. S, rencana keperawatan untuk bersihan jalan nafas melalui batuk
efektif meliputi mengajarkan teknik batuk efektif, latihan nafas dalam, mengajarkan
batuk dengan posisi semi flower, dan membersihkan sekret dari mulut dan trakea
penghisapan.

3. Nyeri Akut
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada klien
menunjukan adanya perubahan kondisi yang membaik. Terbukti dari masalah nyeri
dapat teratasi yaitu dengan terdapat penurunan skala nyeri pada klien yang semula 3
menjadi 1 dengan tehnik relaksasi napas dalam dan pengalihan konsentrasi.
Evaluasi proses dalam tindakan keperawatan dilakukan selama 3 hari dan tidak
mengalami hambatan dalam proses keperawatan. Evaluasi hasil setelah dilakukannya
tindakan keperawatan selama 3x24 pada tanggal 24-26 September 2021, tujuan
dilakukan intervensi ini adalah untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien dan agar
dapat juga diterapkan dikehidupan sehari0hari paska pasien dinyatakan diperbolehkan
pulang oleh dokter yang merawat pasien.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. S di Ruang Enggang I
isolasi Covid RSUD Aji Muhammad Parikesit dengan diagnosa Pneumonia covid 19 sedang
+ Geriatri + Obesitas yang dimulai pada tanggal 24 s/d 26 September 2021, sehingga dapat
diketahui sejauh mana keberhasilan proses Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan.
Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S selama 3 hari dan melakukan
pengkajian baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapat kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari pengkajian pada tanggal 24 September 2021 didapatkan data dari pengkajian aspek
bio : data subjektif meliputi yang ditemukan, yaitu : klien mengatakan mengeluh sesak
napas dan batuk berdahak serta nyeri dada dan seluruh tubuh, susah tidur pada malam
hari karena batuk, napsu makan menurun. Data objektif : Pasien terlihat meringis, TD:
100/70 N: 90x/i RR : 28 x/i T:36,2, SpO2 98% dengan NK 5lpm. Pada Ny. S dilakukan
pemeriksaan laboratoruim dan swab antigen dan hasilnya positif serta data-data yang
didapat sudah menunjukkan untuk ditegakkannya diagnosa covid 19. Data-data yang
menunjukkan bahwa Ny. S menderita covid 19 yaitu : pasien mengeluh sesak napas,
batuk berdahak, terlihat meringis, pasien terlihat kurus, pernapasan 24x/i, swab antigen
positif dan foto thoraks dengan gambaran pneumonia
2. Diagnosa Keperawatan utama yang muncul pada pasien yaitu
a. Pola napas tidak efektif
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Nyeri akut

3. Perencanaan keperawatan pada kasus Ny. S ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Penulis menetapkan perencanaan sesuai dengan kondisi dan

44
keluhan yang dirasakan oleh klien baik saat pengkajian pertama maupun kelanjutannya.
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi keperawatan.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Ny. S ini mengacu pada
intervensi yang telah disusun oleh penulis pada asuhan keperawatan klien dengan
penderita covid 19 mengacu pada pedoman Buku Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang
berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di
gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di atas.
5. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan pada evaluasi yang peneliti lakukan selama 3 hari pada pasien dengan
diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif, bersihan jalan napas tidak efektif dan
nyeri akut.

B. Saran
Berdasarkan analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini peneliti akan
menyampaikan beberapa saran diantaranya:
1. Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana menangani
masalah covid 19 dengan tindakan yang benar sehingga masalah covid 19 ini teratasi
dan kebutuhan kenyamanan pasien terpenuhi.
2. Dapat meningkatkan mutu perawat yang professional, terampil, inovatif, aktif, dan
bermutu yang mampu memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan
kode etik keperawatan.

45

Anda mungkin juga menyukai