Nim : 00120050
Proposal skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap dipertahankan di hadapan tim
penguji
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Awal BrosBatam.
Pembimbing I Pembimbing II
(Ns. Siska Natalia, MSN, Paliative Care) (Ns. Rizki Sari Utami M, S.Kep., M.Kep)
NIDN : 031712198401 NIDN : 1011078402
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
yang harus dipenuhi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Awal
Bros Batam 2021 dalam Tugas Akhir. Proposal skripsi penelitian ini disusun atas
kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penyusun
1. Ns. Siska Natalia, MSN, Paliative Care, selaku pembimbing I yang telah
5. Teman – teman Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Awal Bros Batam
iii
Penyusun menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan proposal
skripsi ini. Besar harapan penyusun akan saran dan kritik yang bersifat
iv
DAFTAR ISI
v
E. Uji Validitas & Reliabilitas ................................................................... 43
F. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 43
G. Rencana Analisis Data .......................................................................... 44
H. Etika Penelitian..................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47
LAMPIRAN ...................................................................................................... -
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dalam pencegahan terjadinya kematian dan kecacatan korban (Rudi et al., 2016).
Unit Gawat Darurat (UGD) atau Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan tujuan
pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit dan membutuhkan pertolongan
pertama. Pelayanan gawat darurat berlangsung selama 24 jam dalam sehari dan
Salah satu kasus yang dapat mengancam jiwa pada masa sekarang yang
menjadi masalah kesehatan global yaitu Corona virus Disease (Covid-19) yang
mana ialah penyakit yang melibatkan pernapasan dengan tingkat keparahan yang
(He et al., 2020). Berhubungan dengan cara penularannya, virus Severe Acute
kontak langsung dari manusia ke manusia dan kontak secara tidak langsung
kasus hingga 17 Juni 2020. Pasien yang telah sembuh sebanyak 4.298.972
kasus dan pasien meninggal dunia sebanyak 445.144 kasus. Rincian negara
dengan 199.114 kematian dan sembuh 899.254 orang, Brasil 928.798 kasus,
1
dengan 45.456 Kematian dan 464.774 sembuh. Rusia 545.458 kasus dengan
1.106 kasus, bila dibanding data terakhir pada hari sebelumnya. Angka
Kepulauan Riau kasus Covid-19 per 28 Januari 2022 terdapat 53.961 kasus
konfirmasi, 52.160 kasus konfirmasi sembih, dan terdapat kasus konfirmasi aktif
sebanyak 42, samapai saat ini tercatat sebanyak 1.759 korban meninggal dunia
Tanda-tanda umum terinfeksi virus ini adalah demam tinggi (>38o C),
batuk, sesak napas, gangguang pernafasan, dan hingga kesulitan bernafas. Secara
umum semua orang dapat rentan terinfeksi Covid-19 terutama jika berada di
Rumah Sakit. Adapun kasus pasien suspek Covid-19 terjadi penyebaran yang
2
infeksi. Masyarakat juga dihimbau untuk tidak bepergian termasuk ke fasilitas
kesehatan kecuali jika sangat memerlukannya. Pada masa pembatasan ini, fasilitas
layanan kesehatan pun mengurangi layanan kesehatan untuk pasien umum (pasien
non COVID-19) agar fokus dalam memberikan layanan pandemi COVID-19 serta
yang mana memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19
dengan menerapkan prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus. Pada proses
dalam penerimaan pasien yang datang ke rumah sakit. Instalasi Gawat Darurat
(IGD) merupakan salah satu pintu masuk pasien ke RS dan ramai serta rentan
terjadi penyebaran COVID-19 antara pasien ke pasien lain, maupun antara pasien
tetap (protap) dalam penerimaan pasien terutama di IGD. Salah satu aturan
elektronik serta rekam medik elektronik dan lainnya. Selain itu, petugas kesehatan
(Kemenkes, 2020).
3
Kondisi pandemi COVID-19 berdampak pada tingginya kunjungan
pasien ke Rumah Sakit. Salah satu tempat yang mengalami peningkatan jumlah
kunjungan pasien selama pandemi adalah ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Indonesia mencapai 4.402.205 pasien atau setara dengan 13,3% dari seluruh total
memiliki dampak yang tinggi bagi perawat (Prihandhani & Hakim, 2020).
Perawat IGD adalah tenaga kesehatan yang paling sering terlibat secara langsung
dan kontak dengan pasien yang memiliki risiko tertular virus COVID-19. Adanya
pada perawat untuk kontak dan merawat pasien COVID-19, bahkan dapat menjadi
alasan bagi perawat untuk meninggalkan pekerjaannya (Utama & Dianty, 2020).
(sarung tangan, masker N95, masker bedah, kacamata pelindung, dan gaun
COVID-19 sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap rumah sakit
(Fadhilaeni, 2020).
beberapa tahap mulai dari waktu observasi yang cukup lama, pemeriksaan
4
diagnostik secara kompleks, dan peningkatan perawatan kritis serta perawatan
intensif di IGD. Kondisi tersebut dapat memicu IGD menjadi padat dan terasa
sesak setiap harinya karena terkadang satu pasien menghabiskan lebih banyak
terjadi secara signifikan di seluruh dunia (Tam HL, 2018). Berbagai laporan dari
metode yang efektif dan efisien dalam penanganan pasien (Shital et al, 2015). Hal
ini menyebabkan IGD mempunyai tekanan dan tanggung jawab besar dalam
kriteria triase dapat memperbaiki prosedur pasien yang datang ke IGD, menjaga
sumber daya unit agar dapat fokus menangani kasus yang benar-benar gawat, dan
petugas kesehatan di IGD (Sherafat et al., 2019). Selain itu, fasilitas yang kurang
memadai seperti bed pasien, alat-alat kesehatan yang kurang, jumlah petugas yang
kurang memadai serta kecakapan petugas dalam menangani kasus pasien akan
staf/tenaga, tempat tidur pasien rawat inap belum memadai dan permintaan jumlah
5
pasien pengguna IGD yang meningkat (Chang et al., 2018; Higginson & Boyle,
2018; Martin, Bergs, Eerdekens, Depaire, & Verelst, 2018; McKenna et al., 2019;
Zocchi MS, McClelland MS, 2015). Kepadatan juga sering terjadi akibat lama
rawat atau lama tinggal (Length of Stay/LOS) pasien yang berhari-hari dimana
seharusnya hanya sehari menjadi tiga hari (Bekmezian & Chung, 2012; Huang,
Thind, Dreyer, & Zaric, 2010; Krall, Cornelius, & Addison, 2014; L et al., 2012;
pada bertambahnya masa waktu tunggu pasien di IGD, sehingga hal tersebut dapat
kepadatan yang berbeda sehingga butuh alat ukur yang objektif dan akurat serta
valid untuk digunakan pada setiap unit pelayanan. Terdapat alat pengukur
6
(NEDOCS) dan Community Emergency Department Overcrowding Scale
yang diambil pada tahun 2018 sebelum pandemic, di IGD RSUD Muhammad
Sani sebanyak 18.605 kunjungan, namun sejak merebaknya wabah Covid 19 pada
tahun 2019 terjadi peningkatan kunjungan yaitu sebanyak 20.651 kunjungan, jika
diperhatikan dari data awal terlihat bahwa ada sedikit peningkatan kunjungan IGD
saat pandemic. IGD berfungsi menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang
seharihari maupun bencana, sehingga sudah menjadi hal yang biasa jika IGD
mengenai pelayan di IGD seperti waktu pelayanan pasien tidak boleh lebih dari 5
menit, prosedur pasien rawat inap, dan lama proses pasien dari awal masuk
sampai ke rawat inap. Meskipun ada SOP yang mengatur itu semua namun dalam
prakteknya masih terdapat beberapa yang melanggar dari SOP tersebut yang
hasil laboratorium yang lama, DPJP yang sulit dihubungi, dan masalah ruangan
Selama ini belum ada alat ukur maupun alat observasi yang digunakan
untuk mengukur kepadatan IGD, kepadatan IGD hanya dapat dirasakan dengan
pengalaman saja terutama oleh perawat pelaksana yang bekerja di IGD RSUD
7
Muhammad Sani. Saat kunjungan IGD ramai dengan kasus yang bervariasi dan
tidak sebanding dengan jumlah perawat yang berjaga di IGD dapat terjadi
berbagai macam hal yang dapat terjadi pada saat IGD sedang ramai yaitu waktu
tanggap pasien yang melebihi lima menit dan waktu yang lama pindahnya pasien
ke ruang rawat inap yang menyebabkan kekecewaan pada pasien dan keluarga
pasien yang sedang menunggu. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti akan
melakukan penelitian untuk mengukur kepadatan IGD sebelum dan saat Pandemi
COVID-19 aplikasi CEDOCS dan mencoba menganalisa faktor apa saja yang
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
c. Untuk menganalisis perbedaan kepadatan sebelum dan pada saat
D. MANFAAT PENELITIAN
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau cara
Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat memberikan manfaat dalam
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang maka perlu kiranya dibuat suatu
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data pasien pada tahun 2018,
9
2019, 2020, dan 2021. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022
F. PENELITIAN TERKAIT
komparatif, yang di lakukan pada lima rumah sakit yang ada di Kota
Data di analisis menggunakan Uji Spearman, Uji Chy Square dan uji
168.77, sedangkan saat pandemi adalah 164.74. Terlihat adanya selisih antara
skor kepadatan sebelum pandemi dan saat pandemi, yakni sebelum pandemi
10
2. Mengevaluasi Kerumunan Departemen Darurat Komunitas: Studi Skala
Penelitian yang dilakukan oleh Steven et. al (2014). Tujuan dari penelitian ini
berpartisipasi. Total dari 1.628 entri waktu untuk rumah sakit dimasukkan
dalam penelitian ini. UGD rumah sakit memiliki sensus mulai dari 18.000
menjadi 98.000. Evaluasi penuh diselesaikan pada 1489 dataset. Dua puluh
dan menjelaskan 50,5% dari variabilitas dalam variabel hasil. Lima prediktor
ditemukan untuk mewakili 92% dari variabilitas diwakili oleh model penuh.
Volume Menengah-Rendah
11
mengevaluasi hubungan dengan hasil perawatan pasien. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi prospektif single-center dari
diukur setiap 2 jam dengan tiga alat estimasi yang berbeda: Skor Kepadatan
kepadatan yang berbeda (tidak sibuk, sibuk, sangat sibuk, penuh sesak, sangat
Hasil penelitian ini terdiri dari 2.557 pasien yang median ED LOS
adalah 150 menit. Sekitar 2% pasien tiba dalam waktu 2 jam interval yang
dianggap penuh sesak terlepas dari alat crowding yang digunakan. Rasio
waktu berkisar antara 1,09 hingga 1,48 untuk NEDOCS, 1,25 - 1,56 untuk
CEDOCS, dan 1,26 - 1,72 untuk SONET. Kepadatan jarang terjadi di UGD
emergensi.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORITIS
a. Pengertian IGD
2019).
al., 2019).
terhadap pasien yang mengalami sakit, kondisi kritis, dan cidera yang
13
Gawat Darurat adalah unit kesehatan yang melayani kasus gawat darurat
yang menjadi tujuan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit
depan pintu rumah sakit sampai mendapat respon dari petugas IGD
(Mbaloto, 2020).
14
5) Jenis tindakan yang diberikan memerlukan tindakan yang cepat dan
tepat
2021).
Secara garis besar kegiatan di IGD Rumah Sakit dan menjadi tanggung
kecacatan Pasien.
2018).
kegawatdaruratan.
15
4) Semua Dokter, Dokter Gigi, tenaga kesehatan lain, dan tenaga
Rumah Sakit.
6) Jumlah dan jenis serta kualifikasi tenaga di IGD Rumah Sakit sesuai
d. Pelayanan Kegawatdaruratan
1) Level I
2) Level II
d) Bedah emergensi.
16
3) Level III
e) Bedah emergensi.
4) Level IV
d) Bedah emergensi
e) Anestesi emergensi
17
dimana permintaan layanan darurat melebihi kemampuan
gawat darurat lebih besar dari pada kemampuan sumber daya yang
18
b. Penyebab Emergency Departemen crowding
secara umum Asplin et al., (2003 dalam Akhmad 2017), dalam dalam
yaitu:
1) Faktor Input
(1) Emergency care; (2) Unscheduled urgent care; dan (3) Safety net
care.
19
karena; ketidak mampuan poliklinik memberikan perawatan
perawatan akut.
20
2) Faktor Throughput
Ada dua fase throughput yang utama dalam model ini. Fase
pasien di IGD dalam tiga fase atau kerangka waktu yang manageable
atauperencanaan pulang.
fase ini antara lain; kekompakan tim perawatan pasien, tata letak
21
fisik dari IGD, rasio perawat dan dokter yang bertugas, efisiensi
3) Faktor Output
keluar dari IGD setelah ada disposisi dari dokter. Alasan yangpaling
musim dingin.
22
4) Waktu tertentu dalam sehari: kepadatan IGD biasanya memuncak
pada malam hari, kematian absolut (kematian per shift) pada siang
menunda transfer antar rumah sakit (yaitu, pasien yang masuk) pada
rumah sakit asal mereka dan kematian tidak akan dicatat oleh rumah
sakit tersier .
c. Dampak Crowding
IGD dan sepertiganya disebabkan oleh kondisi crowding (Stead, Jain and
Decker, 2009 dalam Akhmad, 2017). Trzeciak (2003 dalam Ismail, 2017)
23
kesehatan masyarakat (public health) dengan mengorbankan keselamatan
Diercks et al., 2007; Fatovich, 2005; Gilligan et al., 2008; Miro et al.,
Pines, Garson, et al., 2007; Pines et al., 2008; Sun et al., 2000; Vieth &
24
waktu (Johnson & Winkelman, 2011). Penelitian tersebut melaporkan
parah.
pendapatan dari berbagai sumber. Misalnya hilang dari pasien yang pergi
sering tidak diberikan pelayanan sesuai dengan sistem triase yang ada
angka keselamatan pasien dan kualitas dari layanan kesehatan (Ekins &
Morphet, 2015).
25
Peningkatan crowding IGD secara signifikan menyebabkan
perlu mengetahui beban sepsis berat dalam pengaturan IGD dan stafnya
pengelolaan sepsis berat atau syok septik dan secara signifikan dikaitkan
2011).
26
Menurut The electronic National Ambulator Care Reporting System
interval antara waktu pendaftaran atau waktu triage dengan waktu pasien
2009 dan Pines et al. 2010 telah mengidentifikasi Length of Stay di IGD
sebagai penyebab dan juga akibat dari kondisi crowding di IGD. Telah
tiga faktor, yaitu: faktor input, throughput dan output (Asplin et al.,
2003), Oleh karena faktor input dan output dikaitkan dengan masalah
27
Penundaan transfer pasien ke tempat tidur rawat inap ini kemudian di
e. Alat Ukur
memiliki kepadatan yang berbeda sehingga butuh alat ukur yang objektif
dan akurat serta valid untuk digunakan pada setiap unit pelayanan.
CEDOCS didasarkan pada skala 0 hingga 100, jadi dua kali lipat skor
Variabel hasil rata-rata (visual skor analog) hasil untuk dataset ini adalah
29 ±15 dengan rentang dari 0 hingga 100. Skor CEDOCS hasil untuk
dataset juga memiliki rata-rata 29 ±15, juga dengan kisaran 0 hingga 100.
28
ini adalah 74 ± 50 dengan kisaran 0 hingga 200. Saat membandingkan
(Steven, 2014).
3. PANDEMI COVID – 19
dunia atau di tempat yang amat luas hingga melintasi batasan internasional
orang terjadi secara pesat, dan virus telah menyebar hampir ke seluruh
seluruh dunia, atau di wilayah yang sangat luas, melintasi batas internasional
29
corona adalah penyakit yang ditularkan dari hewan seperti virus SARS-CoV
yang ditularkan dari luwak ke manusia dan virus MERS-CoV yang ditularkan
dari unta ke manusia sedangkan beberapa virus corona lain dikenal hidup dan
2020).
batuk, dan sesak napas, sedangkan pada kasus yang berat maka virus ini akan
gejala ini biasanya akan muncul dalam kurun waktu waktu dua hingga empat
melakukan kontak langsung atau berada pada jarak dekat (dalam satu meter)
dengan seseorang yang terinfeksi, sedangkan penularan lain juga dapat terjadi
Dikutip dari situs Rumah Sakit Kariadi Semarang yang ditulis oleh
Ns. Eka Dafid Zakaria, S.Kep pada tahun 2021 yaitu Fasilitas Pelayanan
akan sangat berbeda dengan sebelum adanya COVID-19. Rumah Sakit perlu
30
pembatasan pengunjung/pendamping pasien, kewaspadaan standar protokol
PPI juga harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dan bahkan memisahkan
pelayanan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19 agar memberi rasa
tanggal 2 Maret 2020 sebanyak 2 kasus dan sampai saat ini kasus COVID-19
1.271.353 jiwa, kasus sembuh 1.078.840 jiwa, dan kasus meninggal 34.316
(CFR 2,7 %). Provinsi dengan kasus terkonfirmasi terbanyak adalah DKI
COVID-19 ini supaya menjamin rasa aman, nyaman, dan juga mengurangi
Medicine (2020) dan Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa
31
Kemenkes RI, 2020) maka RSUP Dr. Kariadi Semarang merekomendasikan
Pemisahan area ini meliputi area resiko tinggi dan resiko rendah
atau area IGD Covid dan non Covid. Area IGD Covid letaknya terpisah
dengan IGD non Covid baik itu secara permanen atau sementara yang
ditandai dengan penanda khusus yang jelas. Bagi Rumah Sakit yang
mempunyai SDM yang banyak dan memadai maka dapat dibagi menjadi
petugas IGD Covid dan non Covid akan tetapi bagi Rumah Sakit yang
SDM nya sedikit maka dapat di atur jadwal jaganya atau pembagian jam
shift pelayanan antara pelayanan biasa (non Covid) dan pelayanan Covid.
pelayanan Covid dan non Covid oleh karena keterbatasan sarana dan
dekontaminasi setelah untuk perawatan pasien Covid baik dari segi alat
perawatan baik Covid dan Non Covid akan memberikan rasa aman,
32
b. Adanya Sumber Daya Pre Hospital Care (PHC) seperti Tim COVID-
Rumah sakit (Margaretha, 2012). Jika pertama kali korban tidak diberi
bahkan sampai kematian. Hal ini juga berlaku pada pasien COVID-19
ada gejala sedang sampai berat maka adanya Tim COVID-19 Mobile
33
secara timbal balik, dari tingkat layanan lebih rendah ke tingkat layanan
Telemedicine.
34
rekam medis maupun resep obat yang berupa kertas menjadi salah satu
35
B. KERANGKA TEORI
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Hamarno, 2016; Permenkes; 2018; Steven, 2014;
Sebelum Pandemi
Covid - 19
Crowding IGD
Saat Pandemi
Covid - 19
CEDODC
Modifikasi Alur
Pelayanan IGD
36
C. KERANGKA KONSEP
gambaran secara jelas agar penelitian dapat berjalan. Pada dasarnya, kerangka
konsep yaitu suatu jabaran dan pengamatan konsep-konsep serta variabel yang
Sebelum Pandemi
Faktor Crowding IGD Covid - 19
1. Jumlah Bed IGD
2. Jumlah Kunjungan
IGD Pertahun
3. Jumlah Pasien IGD
Tingkat kepadatan IGD
4. Jumlah Pasien Critical
(The level of emergency
Care Di IGD room installation crowd)
5. Jumlah Pasien Di
Ruang Tunggu IGD
6. Waktu Terlama
Pasien IGD Yang
Boarding (Jam)
Saat Pandemi
Covid - 19
37
D. HIPOTESIS
E. DEFINISI OPERASIONAL
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua
1. Populasi
ini yaitu data kunjungan pasien pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2021.
1 2018 18.605
2 2019 20.651
3 2020 97.848
4 2021 108.101
39
2. Sampel
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
diambil dari jumlah kunjungan pasien di IGD RSUD Muhammad Sani dari
RSUD Muhammad Sani dan waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan
pada keadaan atau situasi di IGD. Namun observasi partisipasi ini merupakan
partisipasi pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang ketempat penelitian yang
diamati, tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Lembar observasi yang
40
Lembar observasi yang berbentuk table yang digunakan untuk mendata factor dari
41
E. UJI VALIDITAS & RELIABILITAS
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
didasarkan pada skala 0 hingga 100, jadi dua kali lipat skor CEDOCS
memberikan nilai dalam kisaran yang sama dengan NEDOCS. Variabel hasil rata-
rata (visual skor analog) hasil untuk dataset ini adalah 29 ±15 dengan rentang dari
0 hingga 100. Skor CEDOCS hasil untuk data set juga memiliki rata-rata 29 ±15,
juga dengan kisaran 0 hingga 100. Sebaliknya, rata-rata Skor NEDOCS yang
dihitung untuk kumpulan data ini adalah 74 ± 50 dengan kisaran 0 hingga 200.
determinasi (R kuadrat) adalah 47% untuk CEDOCS dan 39% untuk NEDOCS
2014).
tahapan berikut:
1. Tahap persiapan
42
untuk di lakukanya penelitian. Setelah keluarnya izin penelitian, peneliti
2. Tahap pelaksanaan
selama 7 hari sedangkan data untuk sebelum pandemic akan dilakukan studi
dokumentasi. Hasil dari lembar observasi akan di rata – ratakan yang nanti
laporan penelitian.
1. Analisis Univariat
Anlisis univariat dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan IGD pada
tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 yang dikumpulkan dengan lembar
43
2. Analisis Bivariat
kepadatan IGD sebelum dan saat pandemic Covid-19. Dalam penelitian ini
untuk menguji validitas item dan komparatif antar faktor digunakan uji T-test
H. ETIKA PENELITIAN
44
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti harus menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden dan
hasil pengukuran hanya peneliti dan kolektor data yang mengetahui. Selama
3. Kejujuran (Veracity)
alami sehingga hubungan antara peneliti dan responden dapat terbina dengan
4. Bermanfaat (Beneficience)
45
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, J. T., Iswahyuni, S., Rejo, R., Setyorini, C., Puspitasary, K., Ernawati,
H., Syujak, A. R., Nugroho, P., Putra, N. S., Nurrochim, N., Wahyudi, W.,
Setyawan, N., Susanti, R. F., Suwarto, S., Haidar, M., Wahyudi, W.,
Iswahyudi, A., Tofan, M., Bintoro, W. A., … Mubarok, A. S. (2020).
Penggunaan Masker Dalam Pencegahan Dan Penanganan Covid-19:
Rasionalitas, Efektivitas, Dan Isu Terkini. Avicenna : Journal of Health
Research, 3(2). https://doi.org/10.36419/AVICENNA.V3I2.420
Bukhari, H., Albazli, K., Almaslmani, S., Attiah, A., Bukhary, E., Najjar, F., Qari,
A., Sulaimani, N., Lihyani, A. A.-, Alhazmi, A., Maghrabi, H. A.-, Alyasi,
O., Albarqi, S., Eldin, A. S., Bukhari, H., Albazli, K., Almaslmani, S.,
Attiah, A., Bukhary, E., … Eldin, A. S. (2014). Analysis Of Waiting Time In
Emergency Department Of Al-Noor Specialist Hospital, Makkah, Saudi
Arabia. Open Journal of Emergency Medicine, 2(4), 67–73.
https://doi.org/10.4236/OJEM.2014.24012
Ekins, K., & Morphet, J. (2015). The Accuracy And Consistency Of Rural, Remote
And Outpost Triage Nurse Decision Making In One Western Australia
Country Health Service Region. Australasian Emergency Nursing Journal :
AENJ, 18(4), 227–233. https://doi.org/10.1016/J.AENJ.2015.05.002
46
.or.id/ pdf s/983/Buku Pedoman Tatalaksana COVID-19 5OP Edisi 3
2020.pdf
Gucciardi, E., Jean-Pierre, N., Karam, G., & Sidani, S. (2016). Designing And
Delivering Facilitated Storytelling Interventions For Chronic Disease Self-
Management: A Scoping Review. BMC Health Services Research, 16(1).
https://doi.org/10.1186/S12913-016-1474-7
Hadiansyah, T., Pragholapati, A., Aprianto, D. P., Jenderal, S., Yani, A., &
Kesehatan, K. (2019). Gambaran Stres Kerja Perawat Yang Bekerja Di Unit
Gawat Darurat. Jurnal Keperawatan BSI, 7(2), 52–58.
https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/106
He, X., Lau, E. H. Y., Wu, P., Deng, X., Wang, J., Hao, X., Lau, Y. C., Wong, J.
Y., Guan, Y., Tan, X., Mo, X., Chen, Y., Liao, B., Chen, W., Hu, F., Zhang,
Q., Zhong, M., Wu, Y., Zhao, L., … Leung, G. M. (2020). Temporal
Dynamics In Viral Shedding And Transmissibility Of COVID-19. Nature
Medicine 2020 26:5, 26(5), 672–675. https://doi.org/10.1038/s41591-020-
0869-5
Masrul, Abdillah, L. A., Tasnim, Simarmata, J., Daud, Sulaiman, O. K., Prianto,
47
C., Iqbal, M., Purnomo, A., Febrianty, Saputra, D. H., Purba, D. W.,
Vinolina, N. S., Napitupulu, D., Soetijono, I. K., Ramadhani, Y. R.,
Jamaludin, Sari, D. C., Muhammad, R. M., … Faried, A. I. (2020). Pandemik
COVID-19: Persoalan Dan Refleksi Di Indonesia.
https://kitamenulis.id/download/416/
McKenna, P., Heslin, S. M., Viccellio, P., Mallon, W. K., Hernandez, C., &
Morley, E. J. (2019). Emergency Department And Hospital Crowding:
Causes, Consequences, And Cures. Clinical and Experimental Emergency
Medicine, 6(3), 189. https://doi.org/10.15441/CEEM.18.022
Phillips, J. L., Jackson, B. E., Fagan, E. L., Arze, S. E., Major, B., Zenarosa, N.
R., & Wang, H. (2017). Overcrowding and Its Association With Patient
Outcomes in a Median-Low Volume Emergency Department. Journal of
Clinical Medicine Research, 9(11), 911.
https://doi.org/10.14740/JOCMR3165W
Rasimin, R. (2021). Perbedaan Kepadatan Igd Sebelum Dan Pada Saat Pandemi
Dengan Menggunakan Nedoc Score Di Rumah Sakit Kota Makassar.
Rathlev, N. K., Obendorfer, D., White, L. F., Rebholz, C., Magauran, B., Baker,
W., Ulrich, A., Fisher, L., & Olshaker, J. (2012). Time Series Analysis of
Emergency Department Length of Stay per 8-Hour Shift. Western Journal of
Emergency Medicine, 13(2), 163.
https://doi.org/10.5811/WESTJEM.2011.7.6743
48
Rudi, H., Maria, D., & Ida, F. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan dan
Manajemen Bencana. BBPPSDM Kemenkes RI. http://bppsdmk.kemkes.
go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-GAdar-dan-
MAnajemen-Bencana-Komprehensif.pdf
Sherafat, A., Vaezi, A., Vafaeenasab, M., Ehrampoush, M., Fallahzadeh, H., &
Tavangar, H. (2019). Responsibility-Evading Performance: The Experiences
of Healthcare Staff about Triage in Emergency Departments: A Qualitative
Study. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 24(5), 379.
https://doi.org/10.4103/IJNMR.IJNMR_217_18
Shin, T. G., Jo, I. J., Choi, D. J., Kang, M. J., Jeon, K., Suh, G. Y., Sim, M. S.,
Lim, S. Y., Song, K. J., & Jeong, Y. K. (2013). The adverse effect of
emergency department crowding on compliance with the resuscitation
bundle in the management of severe sepsis and septic shock. Critical Care,
17(5). https://doi.org/10.1186/CC13047
Weiss, S. J., Rogers, D. B., Maas, F., Ernst, A. A., & Nick, T. G. (2014).
Evaluating community ED crowding: The Community ED Overcrowding
Scale study. American Journal of Emergency Medicine, 32(11), 1357–1363.
https://doi.org/10.1016/J.AJEM.2014.08.035
49
LAMPIRAN
50
CALCULATOR CEDOCS
51
LEMBAR OBSERVASI KEPADATAN IGD
52