Anda di halaman 1dari 75

HUBUNGAN PERILAKU CAREGIVER DENGAN KUALITAS

HIDUP PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP


NEUROLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LUBUK SIKAPING
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan Ke Program Studi Ilmu Keperawatan IKes Prima Nusantara


Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :

VIVI NOVIANTI
NIM : 181012114201090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN PRIMA
NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul’’ Hubungan Perilaku Caregiver Dengan

Kualitas Hidup Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit

Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020’’

Skripsi ini disusun dengan maksud memenuhi tugas akhir sebagai salah

satu syarat kelulusan institut kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimaksih terutama kepada Yth Ibu Ns. Elfira Husna, M. Kep

selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini. Seterusnya ucapan terimaksih penulis kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Evi susanti, S.S.T, M. Biomed selaku Rektor IKes Prima

Nusantara Bukittinggi

2. Bapak Ns. Fauzi Ashra, S.Kep, M.Kep, selaku wakil Rektor satu Prima

Nusantara Bukittingi

3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku wakil Rektor II dan

selaku penguji I

4. Ibu Ns. Rima Berlian Putri, M. Kep. Sp. Kom selaku dekan fakultas

keperawatan ikes Prima Pusantara Bukittinggi


5. Ibu Ns. Elfira Husna, M. Kep selaku ketua program studi keperawatan

IKes Prima Nusantara Bukittinggi sekaligus pembimbing proposal

6. Ibu Ns. Vera Kurnia, M. Kep selaku dosen kordinator skripsi program

studi keperawatan IKes Prima Nusantra Bukittinggi sekaligus

sebagai penguji II

7. Para staf dosen yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu

8. Bapak/ Ibu tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama

ini

9. Keluarga besar IKes Prima Nusantara Bukittinggi

10. Kepada responden dan peneliti yang bersedia berpartispasi pada

penelitian ini

11. Orang tua tercinta, kakak adik beserta keluarga yang telah memberikan

dukungan doa, materil dan perhatian yang tidak terhingga

12. Para sahabat yang telah sama-sama berjuang dalam suka duka

menjalani pendidikan ini

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan Skripsi ini dimasa yang akan datang.

Mudah-mudahan Skripsi bermanfaat bagi kita semua dan bagi tenaga

kesehatan.

Bukittinggi, November 2020

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA..........................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................6
C. Tujuan Penelitian....................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................7
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Pengertian Stroke……………………………………. 9
2. Etiologi………………………………………………. 10
3. Klasifikasi Stroke……………………………………. 11
4. Patofisiologi…………………………………………. 13
5. Manifestasi Klinis…………………………………… 14
6. Pemeriksaan Diagnostik…………………………….. 16
7. Penatalaksanaan …………………………………….. 17
8. Dampak Stroke Bagi Pasien …………………………18
B. Family Caregiver
1. Pengertian.…………………………………………… 20
2. Jenis Caregiver………………………………………. 21
3. Fungsi Caregiver……………………………………..21
4. Tugas Family Caregiver ……………………………..22
C. Kualitas Hidup
1. Pengertian.…………………………………………… 22
2. Komponen Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup.…...24
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 25

iii
BAB III Kerangka Konsep
A. Kerangka Konsep.................................................................29
B. Defenisi Operasional............................................................30
C. Hipotesa................................................................................30

BAB IV Metode Penelitian


A. Desain Penelitian..................................................................31
B. Tempat dan waktu Penelitian...............................................31
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling..............................31
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................33
E. Sumber Data.........................................................................35
F. Etika Penelitian.....................................................................36
G. Cara Pengolahan Data..........................................................36
H. Analisa Data.........................................................................38

BAB V Hasil Penelitian


A. Analisa Univariat..............................................................40
B. Analisa Bivariat................................................................41

BAB VI Pembahasan
A. Analisa Univariat..............................................................43
B. Analisa Bivariat................................................................46

BAB VII Kesimpulan


A. Kesimpulan.......................................................................50
B. Saran.................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR SKEMA

2.1 Skema Kerangka Teori…………………………………. 28

3.1 Skema Kerangka Konsep………………………………. 29

v
DAFTAR TABEL

3.1 Defenisi operasional ………………………………………. 30


5.1 Caregiver ……………………………………………….…. 39
5.2 Kualitas Hidup……. ………………………………………. 40
5.3 Hubungan Caregiver dan Kualitas Hidup………...…….…. 40

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit stroke menurut World Health Organization merupakan penyakit

nomor dua yang menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia dan nomor tiga

penyebab utama disabilitas (Johnson, Onuma, Owolabi, & Sachdev, 2016). Selain

itu juga stroke menjadi penyakit nomor lima di Amerika Serikat yang

menyebabkan kematian, dibelakang penyakit jantung, kanker, serta penyakit

pernafasan kronis (Mozaffarian dkk, 2016).

Fungsi peran penderita stroke mengalami penurunan secara fisik maupun

psikologis, seperti keterbatasan dalam bergerak, berkomunikasi, dan berpikir

(Hasan & Rufaidah, 2017). Hal ini disebabkan oleh hemiplegia atau kelumpuhan

yang membuat penderita tidak bisa menggerakan anggota tubuh yang terkena

stroke, serta mengalami penurunan kemampuan untuk mengkoordinasikan

gerakan tubuh. Selain itu penderita stroke mengalami afasia atau kesulitan dalam

memproses atau memproduksi bahasa, sehingga mengalami hambatan dalam

berbahasa (Sitorus & Herawati, 2017). Segala keterbatasan yang dialami oleh

penderita stroke menyebabkan munculnya respon psikologis seperti kurangnya

penerimaan diri, depresi, serta kecemasan (Sumbogo, Sulisno, & Darwati, 2018).

Gejala stroke yang muncul dapat bersifat fisik, psikologis, atau perilaku.

Gejala fisik paling khas adalah kelemahan anggota gerak sampai kelumpuhan,

hilangnya sensasi di wajah, bibir tidak simetris, kesulitan berbicara atau pelo

(afasia), kesulitan menelan, penurunan kesadaran, nyeri kepala (vertigo), mual

1
2

muntah dan hilangnya penglihatan di satu sisi atau dapat terjadi kebutaan. Salah

satu penyebab atau memperparah stroke antara lain hipertensi, kolesterol,

arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, diabetes,

riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturunan) dan migren (sakit kepala

sebelah). Pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis. Sedangkan pada

perilaku disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti

kebiasaan merokok, mengkonsumsi minumanberalkohol gemar mengkonsumsi

makanan cepat saji. Faktor perilaku lainnya adalah kurangnya aktifitas gerak/ olah

raga dan obesitas. Salah satu pemicunya juga adalah susasana hati yang tidak

nyaman seperti sering marah tanpa alasan yang jelas. (Feigin, 2010).

Data WHO (World Health Organization) tahun 2015, menerangkan bahwa

kematian akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah

tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya

kadarglukosa darah dalam tubuh. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan

modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga

setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di

Amerika Serikat setiap tahunnyadan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang.

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 prevalensi Stroke 10,9

permil. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75

tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar

0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) 2

dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi

stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan

(5,7%). Sumatera Barat stroke menepati urutan ke 6 dari 33 Provinsi dengan

persentase 10,6% dengan jumlah penderita stroke 35.108 orang (Profil Dinas
3

Kesehatan, 2016). Sedangkan data di RSUD Lubuk Sikaping didapatkan kejadian

stroke tahun 2019, terdapat penderita penyakit stroke iskemik 273 orang dan pada

tahun 2020 dari bulan Januari sampai dengan Maret senyak 38 orang dan angka

kejadian stroke hemoragik dan iskemik pada bulan April sampai Juni mencapai

angka 42 orang (Medical Record RSUD Lubuk Sikaping, 2020).

Kualitas hidup merupakan suatu penilaian seseorang tentang kehidupanya.

Menurut Fayers & Machin (2014) kualitas hidup adalah sehat fisik, mental dan

sosial yang terlepas dari penyakit. Kualitas hidup dalam bidang kesehatan seperti

pasien yang menderita stroke bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik dan

aktifitas sehari-hari pada pasien tersebut. Carod, et al (2014) berpendapat pasien

dengan stroke cenderung mengalami penurunan fungsi dan perubahan peran fisik,

gangguan kognitif serta mengalami gangguan mood dan sosial. Ketidakmampuan

fisik sangat erat hubunganya dengan ketergantungan ADL (Activity Daily Living)

dengan kualitas hidup seseorang (Anderson et al, 2014).

Kualitas hidup meliputi berbagai aspek kehidupan yang dikelompokkan

menjadi tujuh kategori yang berkaitan dengan gejala fisik. Gejala fisik tersebut di

antaranya nyeri, kemampuan fungsional seperti aktivitas, kepuasan terapi,

masalah financial, seksualitas, kesejahteraan emosi, kesejahteraan keluarga.

Kualitas hidup merupakan salah satu indikator keluaran keberhasilan perawatan

penderita stroke. Dampak kecatatan dari menurunnya kualitas hidup stroke

bervariasi seperti terganggunya aktifitas harian pasien, membutuhkan bantuan

orang lain, hingga sepenuhnya bergantung pada orang lain. kecatatan akibat stroke

ekonomi berpengaruh pada menurunnya produktifitas kerja dan kemampuan


4

ekonomi, mulai dari tingkat keluarga hingga perekonomian masyarakat dan

negara (Indrawati dkk, 2016).

Keluarga sebagai caregiver yang selalu setia mendampingi selama hampir 24

jam disamping pasien untuk memberikan perawatan dan dukungan emosional

sering terlupakan. Perhatian pada caregiver ini penting karena keberhasilan

pengobatan dan perawatan pasien stroke tidak dapat lepas dari bantuan dan

dukungan yang diberikan caregiver. Given & Sherwood (2015), menyatakan

bahwa caregiver adalah sumber dukungan utama individu dengan stroke dan

merupakan orang pertama yang merespon perubahan status pasien selama fase

perjalanan penyakitnya.

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat

yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang di

rawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau penyalur

(Effendy N, 2012). Ketidak mampuan fisik, emosi dan kehidupan sosial penderita

pasca stroke mempengaruhi peranan sosialnya. Hal tersebut memberikan

pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada penderita

pasca stroke menemukan bahwa kecacatan paska serangan stroke mempengaruhi

kualitas hidup pasien.

Hasil dari penelitian Liza (2013) di dapatkan hasil bahwa stroke dapat

meningkatkan peran family caregiver dalam memodifikasi gaya hidup pasien

stroke baik dalam aspek mengenal masalah kesehatan pasien, membuat keputusan

yang tepat, merawat, memodifikasi lingkungan yang sehat maupun memanfaatkan

fasilitas kesehatan. Hasil penelitian Nanda dkk (2014) dengan judul pengalaman

keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien stroke di rumah hasil penelitian
5

ditemukan lima tema yaitu memberikan dukungan total, memenuhi kebutuhan

dasar, penderitaan dan hikmah bagi caregiver, kurangnya keterampilan dalam

merawat, dan keterbatasan caregiver, caregiver menderita masalah fisik,

psikologis, dan sosial.

Hasil penelitian Sigit (2017) dengan judul hubungan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien pasca stroke hasil penelitian didapatkan sebagian

besar penderita pasca stroke mendapat dukungan keluarga kategori baik dan lebih

dari separuh kualitas hidup penderita pasca stroke dalam kategori cukup. Menurut

penelitian Eka (2016) menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan

kemandirian penderita dalam perawatan diri.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Ruang Rawat Inap

neurologi RSUD Lubuk Sikaping. Keluarga pasien mengatakan bahwa keluarga

kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan pasien, kurang memberikan

perawatan khusus terhadap pemulihan, kurang memberikan dorongan dan

semangat untuk sembuh dan kurang sabar untuk merawat pasien stroke dan

keluarga juga jarang untuk mengantarkan pasien untuk berobat ke puskesmas atau

rumah sakit. Faktor lain juga didapatkan oleh peneliti dimana kurangnya

pemahaman juga motivasi keluarga terhadap cara pemberian perawatan/

caregiver terhadap pasien stroke, sehingga sering pasien terabaikan dirumah dan

kurang mendapatkan perawatan, ujung-ujungnya pasien stroke tersebut kondisi

fisiknya bertambah turun. Perawat juga mengatakan bahwa tidak baiknya

perawatan dan pemulihan pasien pasca stroke setelah pulang dari rumah sakit, hal

itu dapat dilihat dari banyaknya pasien pasca stroke yang dirawat kembali.
6

Sehingga kualitas hidup pasien stroke menjadi tidak baik. Maka dari itu

dibutuhkannya perilaku caregiver.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Caregiver Dengan Kualitas Hidup

Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah

Lubuk Sikaping Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “apakah ada Hubungan Perilaku Caregiver Dengan Kualitas

Hidup Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit Umum

Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020 ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Perilaku Caregiver

Dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi

Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku caregiver pasien stroke di Ruang

Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping

Tahun 2020.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kualitas hidup pasien stroke di Ruang Rawat

Inap Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020.
7

c. Mengetahui hubungan perilaku caregiver dengan kualitas hidup pasien

stroke di Ruang Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk

Sikaping Tahun 2020.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti dalam

mengembangkan pengetahuan yang diperoleh peneliti selama menempuh

pendidikan dan untuk menerapkan ilmu penelitiannya “Hubungan Perilaku

Caregiver dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap

Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020.

2. Bagi responden

Sebagai informasi untuk membantu membatasi keluarga untuk membantu

pasien dalam melakukan ADL. Bagi keluarga pasien, keluarga dapat

membantu perawat untuk memonitor pasien stroke terkait pemenuhan

kebutuhan ADL pasien.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan sumber masukan dalam bidang Ilmu Keperawatan

khususnya dalam mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dan dapat

memberikan sumbangan pikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan

melihat dari aspek yang berbeda dan sebagai informasi awal bagi peneliti

selanjutnya dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.


8

4. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat memberikan masukan atau informasi dalam meningkatkan kualitas

hidup dan motivasi keluarga padapasien stroke sehingga dapat menambah

atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Hubungan Perilaku Caregiver dengan

Kualitas Hidup Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi Rumah Sakit

Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020. Penelitian perilaku Caregiver

dengan kualitas hidup ini dilakukan karna kurangnya dorongan dan motivasi yang

diberikan oleh keluarga. Jenis penelitian ini menggunakan metoda kuantitatif

dengan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional data diolah dengan

menggunakan uji R. Variabel yang digunakan adalah veriabel independen adalah

perilaku Caregiver sedangkan variabel dependen adalah kualitas hidup pasien

stroke. penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober di Ruang Rawat Inap

Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping tahun 2020. Sampel

dalam penelitian ini mengunakan teknik Accidental Sampling. Instrument yang

akan dipakai untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.


9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Stroke

1. Pengertian Stroke

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang

berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa

adanya penyebab lain yang lain selain vascular (Muttaqin 2011).

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan

peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau

pecahnya pembuluh darah di otak sehingga pasokan oksigen dan zat makanan

menjadi terganggu (Junaidi, 2011)

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan

otak disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu

kebutuhan darah dan oksigen dijaringan otak (Sjahrir, 2013).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke

iskemik adalah stroke akibat infark otak sehingga aliran darah ke jaringan

otak menjadi berkurang.

2. Etiologi

Faktor resiko penyakit stroke yang tidak dapat dimodifikasi

a. Usia

9
10

b. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita

post monophous sama resiko dengan pria

c. Ras dan suku bangsa

d. Faktor turunan

e. Berat badan lahir rendah

Faktor resiko penyakit stroke yang dapat dimodifikasi

a. Perilaku

1) Merokok

2) Diet tidak sehat : lemak, kolesterol, kurang buah, dan garam

berlebihan

3) Alkoholik

4) Obat-obatan terlarang

5) Kurang gerak

b. Fisiologis

1) Hipertensi

2) DM

3) Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung

4) Gangguan ginjal

5) 0besitas

6) Kelainan anatomi pembuluh darah

(Sedoyo dkk, 2016).


11

3. Klasifikasi Stroke

a. Stroke Hemoragik

Merupakan pendarahan serebri dan mungkin juga pendarahan

subarachnoid. stroke ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak

pada daerah otak tertentu. biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas

atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. kesadaran klien

umumnya menurun (Muttaqin, 2018).

Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak

(disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau ke

dalam ruang subarachnoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan

lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subarachnoid)

pecahnya pembuluh darah di otak darah akan menengani otak. Darah yang

membawa oksigen dan nutrisi tidak sampai ke organ atau sel otak padahal

semestinya darah harus mengalir ke sel-sel otak (Feigin, 2010).

Menurut Muttaqin (2018) Stroke hemoragik adalah disfungsi

neurologis yang akut dan disebabkan oleh pendarahan primer substansi otak

yang terjadi secara spontan bukan karena trauma terapi disebabkan oleh

pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. perdarahan otak dibagi 2 :

1) Perdarahan Intra Serebri (PIS)

Pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi

mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa

yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.

peningkatan TIK dapat terjadi dengan cepat yang mengakibatkan

kematian mendadak karena heriasi otak. pendarahan intraserebri yang


12

disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, thalamus,

pons, dan serebbelum.

2) Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)

Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisme yang berawal dari

pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di

luar perankim otak. pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang

subarachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya

struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebri yang

berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)

maupun fokal (Hemiparise, gangguan sensorik, afasia dan lainnya).

Vasospasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya

perdarahan , mencapai puncaknya hari ke 5 sampai hari ke 9, dan dapat

menghilang setelah minggu ke 2 sampai minggu ke 5.

b. Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebri, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.

tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia

dan selanjutnya dapat menimbulkan edema sekunder. pada saat otak

hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolic

anaerob, yang dapat menimbulkan dilatasi pembuluh darah otak. Klasifikasi

stroke berdasarkan perjalanan penyakit atau stadium nya di bagi menjadi :

1) TIA, merupakan neurologis local yang terjadi selama beberapa menit

sampai beberapa jam saja. gejala yang timbul akan hilang dengan

spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.


13

2) Stroke involusi, merupakan stroke yang terjadi masih terus

berkembang. gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah

buruk. proses ini dapat terjadi 24 jam atau beberapa hari.

3) Stroke komplit, gangguan neurologis yang timbul sudap menetap atau

permanen dan dapat di awali oleh serangan TIA berulang

(Muttaqin, 2011).

4. Patofisiologi

Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi susunan syaraf

pusat yang terjadi ketika suplai darah nornal ke otak terhenti. Patologiini

melibatkan arteri, vena, atau keduanya.Sirkulasi serebral mengalami

kerusakan sebagai akibat sumbatan partial atau komplek pada pembuluh

darah atau hemoragi yang diakibatkan oleh robekan dinding pembuluh.

Penyakit vaskuler susunan syaraf pusat dapat diakibatkan oleh

arteriosklerosis (paling umum) perubahan hipertensif, malformasi, arterivena,

vasospasme, inflamasi arteritis atau embolisme.Sebagai akibat penyakit

vaskuler pembuluh darah kehilangan elastisitasnya menjadi keras dan

mengalami deposit ateroma ,lumen pembuluh darah secara bertahap tertutup

menyebabkan kerusakan sirkulasi serebral dsan iskemik otak.

Bila iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik

sementara, biasanya tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh

darah besar menimbulkan infark serebral pembuluh ini, suplai dan

menimbulkan hemoragi (Brunner & Suddarth, 2012).

Penurunan suplai darah ke otak dapat sering mengenai arteriavertebro

basilaris yang akan mempengaruhi N.XI (assesoris) sehingga akan

berpengaruh pada sisitem mukuloskeletal (s.motorik) sehingga terjadi


14

penurunan sistem motorik yang akan menyebabkan ataksia dan akhirnya

menyebabkan kelemahan pada satu atau empat alat gerak, selain itu juga pada

arteri vetebra basilaris akan mempengaruhi fungsi dari otot facial (oral

terutama ini diakibatkan kerusakan diakibatkan oleh kerusakan

N.VII(fasialis), N.IX (glasferingeus), N.XII (hipoglakus), karena fungsi otot

fasial/oral tidak terkontrol maka akan terjadi kehilangan dari fungsi tonus otot

fasial/oral sehingga terjadi kehilangan kemampuan untuk barbicara atau

menyebuit kata-kata dan berakhir dangan kerusakan artikulasi, tidak dapat

berbicara (disatria).

Pada penurunan aliran darah ke arteri vertebra basilaris akan

mempengaruhi fuingsi N.X (vagus) dan N.IX (glasovaringeus) akan

mempengaruhi proses menelan kurang, sehingga akan mengalami refluk,

disfagia dan pada akhirnya akan menyebabkan anoreksia dan menyebabkan

gangguan nutrisi. Keadaan yang terkait pada arteri vertebralis yaitu

traumaneurologis atau tepatnya defisit neurologis. N.I (olfaktorius),

N.II(optikus), N.III (okulomotorik), N.IV (troklearis), N.VII (hipoglasus) hal

ini menyebabkan perubahan ketajaman pengecapan, dan penglihatan,

penghidungan. Pada kerusakan N.XI (assesori) pada akhirnya akam

mengganggu kemampuan gerak tubuh (Doengos, 2010).

5. Manifestasi Klinis

a. Kehilangan motorik

1) Hemiplegis, hemiparesis.

2) Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda

(gambaran klinis awal ) .


15

3) Kehilangan komunikasi

4) Disartria

5) Difagia

6) Afagia

7) Afraksia

b. Gangguan konseptual

1) Hamonimus hemia hopia (kehilangan sitengah dari lapang pandang)

2) Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada

Pasien hemiplagia kiri)

3) Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk

dengan piosepsi, kesulitan dalam mengatur stimulus visual, taktil

dan auditori.

c. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :

1) Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi

intelektualkortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan

disfungsi tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian

terbatas, kesulitan dalam komperhensi, cepat lupa dan kurang

komperhensi.

2) Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan

emosional, bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja

sama.

d. Disfungsi kandung kemih

1) Inkontinansia urinarius transia


16

2) Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik

dari kerusakan otak bilateral)

3) Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan

kerusakan neurologis ekstensif)

(Brunner & Suddart, 2012)

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologi

1) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk

ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.

2) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark hemoragik.

3) Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

4) Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung,

apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah

satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.

b. Pemeriksaan laboratorium

1) Fungsi lumbal : Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak

mengandung darah atau jernih

2) Pemeriksaan darah rutin

3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi

hiperglikemia. Gula    darah dapat mencapai 250 mg dalam serum

dan kemudian berangsur-angsur turun kembali

4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu

sendiri.
17

7. Penatalaksanaan

Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :

a. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan

aneurisme.

b. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka

pengobatan yang diberikan yaitu :

1) Kortikosteroid, gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi

Edema acak dan timbulnya kejang

2) Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu

Serta berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis

bekuan darah atau perdarahan ulang.

c. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)

Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :

1) Deuretik : untuk menurunkan edema serebral

2) Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya

trombosis atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler

3) Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit

memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan trombus

dan embolisasi

(Brunner & Suddarth ,2012 )

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai

berikut :

a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :


18

1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan

lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,

membantu pernafasan.

2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk

usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.

b. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

c. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat

mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-

latihan gerak pasif.

Penatalaksanaan Keperawatan

a. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan

boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamik stabil.

b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.

c. Tanda-tanda vital usahakan stabil.

d. Bedrest.

e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

f. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang

berlebih.

(Muttaqin, 2018)

8. Dampak Stroke Bagi Pasien

Berdasarkan penelitian Ayuning Putri (2013) membagi dampak storke bagi

pasien sebagai berikut :


19

a. Dampak fisik

Sebagian besar pasien stroke akan mengalami gejala yang sangat

bervariasi, dapat berupa gangguan mobilisasi atau gangguan motorik,

gangguang penglihatan, gangguan bicara, perubahan emosi, dan gejala lain

sesuai lokasi otak yang mengalami infark atau penyumbatan.

Gejala ini dapat mempengaruh pada aspek fisik, psikologis serta

sosial mereka yang akan berdampak pada penurunan produktifitas dan

kualitas hidup baik secara permanen maupun sementara. Lebih lanjut,

dampak fisik juga dapat muncul seperti kelumpuhan parsial, gangguan

komunikasi dan gangguan kognitif.Defisit yang paling umum dialami pasien

stroke yaitu melibatkan aksimotorik. Kelumpuhan fisik ini dapat terjadi

secara langsung dan biasanya pasien menyadari bahwa mereka tidak bisa

menggerakan lengan dan kaki pada satu sisi tubuh.

b. Dampak psikologis

Dampak piskologis seperti kemaran, isolasi kelabilan emosi, depresi

dan lain-lain.

c. Dampak sosial

Sedangkan dampak sosial dari stroke penderita tidak dapat lagi

bekerja kembali seperti sedia kala dan sosialisasinya juga dapat terhambat.

B. Family Caregiver

1. Pengertian
20

Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang

mengalami ketidak mampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit dan

keterbatasannya (Natalingrum Sukmaini, 2016).

Caregiver merupakan pengasuh yang memberikan perawatan

pribadi,hidup bersama penderita dan bekerja secara penuh dalam

merawatpenderita (Friedman, 2010).

Family caregiver adalah setiap kerabat, pasangan, teman atau tetangga

yang memiliki hubungan pribadi yang signigikan dengan, dan memberikan

bebagai bantuan untuk, orang tua atau dewasa dengan kondisi kronis atau

cacat (Family Caregiver Aliance, 2011). Sedangkan menurut (Cress, 2011)

family caregiver adalah istri, pasangan, anak atau orang lain yang relative

menyediakan berbagai bantuan pada orang yang sudah tua atau pada orang

yang tidak punya kemampuan.

Family caregiver merupakan anggota keluarga maupun kerabat pasien

yang bertanggung jawab untuk merawat dan mendampingi pasien selama

sakit. family Alliance for Caragiver (2011), menyatakan bahwa family

caregiver bertanggung jawab untuk memberikan dukungan fisik, emosional

dan sering kali dukungan keuangan dari orang lain yang tidak mampu untuk

merawat dirinya sendiri karena sakit, cedera atau cacat.Caregiver bersifat

harafiah dan konkret, percaya pada sebuah informasi, spesifik faktual yang

dikumpulkan melalui penglihatan mereka. Caregiver memiliki minat yang

tulus pada kesejahteraan orang lain. Mereka terampil dalam memahami sudut

pandang orang lain. Mereka serius pada tanggung jawab mereka, melihat apa
21

yang perlu dilakukan dan kemudian melakukannya. Mereka menghargai

tradisi dan keamanan yang ditawarkan.

2. Jenis Caregiver

Caregiver dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Caregiver Formal

Caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari

sistem pelayanan baik dibayar maupun sukarelawan (Natalingrum

sukmarini, 2009). Caregiver formal bisa dijelaskan merupakan perawatan

yang disediakan oleh rumah sakit, psikiater, pusat perawatan ataupun

tenaga profesional lainnya yang diberikan dan melakukan pembayaran.

b. Caregiver Informal

Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga,

teman atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh

waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan

orang yang dirawat.Caregiver yang tidak formal merupakan perawatan

yang dilakukan di rumah dan tidak profesional dan tanpa melakukan

pembayaran seperti keluarga penderita yaitu istri/suami, anak

perempuan/laki-laki, dan anggota keluarga lainnya.

3. Fungsi Caregiver

Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makan, membawa pasien ke

dokter dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian.

caregiverjuga membantu pasien dalam mengambil keputusan atau pada


22

stadium akhir penyakit, caregiver yang membuat keputusan untuk pasiennya.

Family caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan

oleh pasien (Henny tantono, Ike MP Siregar, HM zaini, 2016).

4. Tugas Family Caregiver

Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan antara lain :

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan

karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana

keluarga akan habis.

b. Merawat Keluarga Yang Mengalami Gangguan Kesehatan

Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan

benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh

keluarga itu sendiri.

c. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

d. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga

(Harmoko, 2012)

C. Kualitas Hidup

1. Pengertian Kualitas Hidup

Menurut Kreitler & Ben (2014). Kualitas hidup merupakan persepsi

individu terhadap posisi dirinya dikehidupan dalam konteks budaya dan


23

sistem nilai diwilayah tempat tinggalnya yang berhubungan dengan target,

harapan, standar dan kepentingan. Kualitas hidup merupakan ukuran

konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam situasi penyakit

kronik sebagai cara untuk menilai dampak dari terapi pada pasien.

Pengukuran konseptual ini mencakup kesejahtraan, kualitas kelangsungan

hidup, kemampuan seseorang untuk secara mandiri dalam melakukan

kegiatan sehari-hari. Mengungkapkan kualitas hidup diartikan sebagai

persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang

kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi

mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana

mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta

apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2017).

Kualitas hidup menjadi istilah yang umum untuk menyatakan setatus

kesehatan, kendati istilah ini juga memiliki makna khusus yang

memungkinkan penentuan rangking penduduk menurut aspek objektif

maupun subjektif pada status kesehatan. Kualitas hidup yang berkaitan

dengan kesehatan Health-related Quality of Life (HQL) mencakup

keterbatasan fungsional yang bersifat fisik maupun mental, dan ekspresi

positif kesejahtraan fisik, mental, serta spiritual. HQL dapat digunakan

sebagai sebuah ukuran integrative yang menyatukan mortalitas dan

morbidilitas, serta merupakan indeks berbagai unsur yang meliputi kematian,

morbidilitas, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat sejahtera (well-

being) (Micheal J.Gibney, 2011).

2. Komponen Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup


24

Menurut Wulandari D.W. (2014) yaitu :

a. Fungsi Fisik/ Physical Functioning

Berhubungan dengan beberapa banyak batasan dari kesehatan fisik

yang dapat dilakukan setiap hari, seperti berjalan dan menaiki anak

tangga.

b. Peran Fisik/ Role Physical

Berhubungan dengan tingkat kesulitan yang dialami individu

ketika melakukan aktifitas sehari-hari dirumah dan ketika jauh dari rumah

dalam ruang lingkup kesehatan fisik.

c. Tubuh Nyeri/ Bodily Pain

Berhubungan dengan seberapa parah sakit yang dialami oleh tubuh

pada masing-masing individu terkait penyakit yang dideritanya.

d. Kesehatan Umum/ General Health

Sebuah penilaian secara menyeluruh mengenai kesehatan yang

dimiliki oleh masing-masing individu.

e. Fungsi Sosial/ Social Functioning

Berhubungan dengan seberapa jauh kesehatan fisik dan masalah

emosional membatasi interaksi dan aktifitas sosial yang biasa dilakukan.

f. Vitality/ Vitality

Berhubungan dengan jumlah dari energi dan rasa lelah yang

dimiliki oleh masing-masing individu.

g. Kesehatan Mental
25

Berhubungan dengan kondisi batin yang senantiasa berada dlm

keadaan tenang, aman, tentram dan dan upaya untuk menemukan

ketenangan batin.

h. Peran Emosional/ Role Emotional

Berhubungan dengan seberapa banyak masalah pribadi atau

emosional yang dialami berdampak pada pekerjaan sehari-hari dirumah

maupun jauh dari rumah.

i. Ringkasan Fisik Mental

Berhubungan dengan kesehatan mental saling berpengaruh jika

individu mengalami sakit secara fisik maka dapat merusak mental dan

jiwa individu.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Kualitas hidup menemukan beberapa faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kualitas hidup. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup yaitu :

a. Usia

Seiring bertambahnya usia seseorang lebih rentan terhadap penyakit

namun jarang menyebabkan penyakit serius sebelum 40 tahun dan

meningkat 5 kalilipat pada usia 40 sampai 60 tahun (Price & Wilson,

2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan kualitas hidup buruk

dibandingkan dengan pasien yang berusia lebih muda. Pasien berusia 18-

24 tahun, hanya 7,5% yang mempunyai kualitas hidup buruk.

b. Jenis Kelamin
26

Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2014) mengatakan bahwa

gender salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. menemukan

adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan,

dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik dari pada kualitas

hidup perempuan.

c. Pendidikan

Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2014) mengatakan bahwa

tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup subjektif. Bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring

dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu.

menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas

hidup subjektif namun tidak banyak.

d. Status Pernikahan

Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2014) mengatakan bahwa

terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah,

individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah. Penelitian

empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang

menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang

tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal.

Hal ini didukung oleh penelitian kualitas hidup dengan menggunakan

kuesioner. laki-laki dan wanita, dilaporkan bahwa laki-laki dan perempuan

yang sudah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan

dengan yang belum menikah atau yang sudah bercerai. Kualitas hidup
27

yang baik pada laki-laki dan wanita yang sudah menikah karena adanya

dukungan sosial dari pasangannya.

e. Keteraturan Berobat

Penyakit stroke sering disebut sebagai the silent disease atau

pembunuh diam-diam, karena pada umumnya penderita tidak mengetahui

dirinya mengidap stroke sebelum memeriksakan kesehatannya. Kepatuhan

menjalani pengobatan sangat diperlukan untuk mengetahui tekanan darah

serta mencegah terjadinya komplikasi. Keteraturan berobat dikatakan

teratur apabila dilakukan berturut-turut dalam beberapa bulan terahir dan

tidak teratur apabila tidak dilakukan berturut-turut dalam beberapa bulan

terahir. Bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

tentang penyakit stroke seperti akibat dari penyakit jika tidak minum obat

atau kontrol tekanan darah secara rutin maka akan mengakibatkan

komplikasi penyakit, sehingga mereka meluangkan waktu untuk kontrol

tekanan darah. stroke adalah cedera vaskular akut pada otak. disebabkan

pecahnya pembuluh darah dan sumbatan oleh bekuan darah (Feigin, 2014)
28

Skema 2.1
Kerangka Teori

Stroke adalah cedera


vaskular akut pada
otak. disebabkan
pecahnya pembuluh
darah dan sumbatan
oleh bekuan darah

Stroke serangan berulang Faktor Resiko Yang Tidak Faktor Resiko Yang Dapat
adalah faktor yang tidak dapat Dapat Diubah : Diubah :
diubah seperti usia, jenis a. Umur a. Hipertensi
kelamin, ras, keturunan dan b. Jenis Kelamin b. Penyakit Jantung
faktor yang dapat diubah c. Ras atau suku c. Diabetes
seperti merokok aktifitas d. Riwayat stroke d. Atherosclerosis
fisik/olahraga, kepatuhan e. Obesitas
kontrol, diabetes melitus, f. Konsumsi rokok
konsumsi alkohol, diit. bila g. Konsumsi alkohol
faktor resiko ini ditanggulangi
dengan baik, maka
kemungkinan terjadi stroke
berulang dapat dikurangi atau
ditangguhkan. semakin banyak
faktor resiko yang dimiliki
semakin besar pula
kemungkinan untuk terjadinya
stroke berulang

Perilaku Family Caregiver


a. Caregiver formal Kualitas Hidup
b. Caregiver informal

Dikutip dari Sukmarini (2009), Kreitler & Ben (2014), Permata (2015), Feigin
(2010), dan Melly (2018).
29

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Skema 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Caregiver Kualitas Hidup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku caregiver

dengan kualitas hidup pada pasien stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi Lubuk

Sikaping Tahun 2020. Adapun yang menjadi variabel independen adalah perilaku

caregiver dan yang menjadi variabel dependen adalah kualitas hidup.

29
30

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

N Variabel Defenisi rasional Cara Alat Hasil ukur Skala ukur


o ukur ukur

1 Perilaku Seseorang yang Lembar Kuesioner 1 Baik Ordinal


Caregiver memberikan kuesioner jika
bantuan kepada nilai >
(Independen) 58
orang yang
mengalami ketidak 1 Kurang
mampuan dan baik
memerlukan jika <
bantuan karena 58
penyakit dan
keterbatasannya

2 Kualitas Kualitas Kuesioner Short 1 Baik Ordinal


Hidup hidup form-36 jika
(Dependen) merupakan (SF-36) nilai >
persepsi 60
individu 1 Kurang
terhadap baik jika
posisi < 60
dirinya
dikehidupan
dalam
konteks
budaya dan
sistem nilai
diwilayah
tempat
tinggalnya
yang
berhubunga
n dengan
target,
harapan,
standar dan
kepentingan
31

C. Hipotesa

Ha : Ada hubungan perilaku caregiver dengan kualitas hidup pada pasien

stroke di Ruang Rawat Inap Neurologi di Rumah Sakit Lubuk Sikaping Tahun

2020.
32

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasi dengan

rancangan Cross Sectional yaitu jenis yang menekan waktu pengukuran atau

observasi data variabel dependen dan independen hanya satu kali pada suatu saat

(Nursalam, 2014).

B. Tempat dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian telah dilakukan di ruang rawat Inap Neurologi RSUD

Lubuk Sikaping, sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Oktober

2020.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisa yang terdiri atas objek/ subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang masuk bulan April

sampai Juni tahun 2020 sebanyak 42 orang.

2. Sampel
33

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2012). Dalam

penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah dengan cara Accidental

Sampling yaitu dengan pengambilan responden yang kebetulan ada atau tersedia

31 penelitian. Sampel pada penelitian ini


disuatu tempat sesuai dengan konteks

adalah sebesar 38 orang. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin :

N
n=
1 + N (d)2

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 5 %

sehingga dapat dihitung :

N
n=
1+ N (d)2

42
n=
1 + 42 (0,05)2

n= 42 = 38
1,105

3. Teknik Sampling

Tekhnik Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Tekhnik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-

benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2014).


34

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Accidental

sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 38 orang pasien Stroke

pada bulan September sampai Oktober di Ruang Rawat Inap Neurologi

RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2020.

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi

adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria

subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat

penelitian, menolak menjadi responden atau keadaan yang tidak

memungkinkan untuk dilakukan penelitian. Adapun yang memenuhi menjadi

kriteria inklusi dalam sampel ini adalah :

a. Kriteria Inklusi :

1) Pasien stroke yang baru terkena stroke awal dan stroke berulang

2) Pasien stroke yang bersedia menjadi responden

3) Pasien stroke yang kooperatif.

4) Keluarga yang merawat, tinggal serumah, dan bisa memberikan

keputusan untuk pasien stroke

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien dan keluarga yang tidak bersedia menjadi responden

2) Pasien dan keluarga yang tidak kooperatif

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

terhadap proses (fakta atau kenyataan hidup), yang baik sehingga data yang
35

dikumpulkan merupakan data valid, andal (Reliable), dan aktual

pengumpulan karakteristik subyek diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2014).

a. Tahap persiapan

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini diawali setelah

mendapat surat pengantar dari kepala bidang Rumah Sakit dilakukan

pengambilan data melalui lembar kuesioner dan memberikan kuesioner

kepada keluarga mengenai hubungan perilaku Caregiver dengan kualitas

hidup pasien stroke di RSUD Lubuk Sikaping.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Penelti menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian yang

dilakukan, serta menjamin hak-hak responden.

2) Apabila calon responden bersedia menjadi responden dalam penelitian

ini, maka peneliti menjadikan responden tersebut menjadi sample

penelitian

3) Peneliti membagikan lembar kuesioner kepada responden yang telah

memberikan persetujuan

4) Setelah lembaran kuesioner di isi oleh responden, peneliti langsung

mengumpulkan dan memeriksa kelengkapannya

5) Jika pengisian kuesioner belum lengkap, responden diminta kembali

untuk melengkapinya.

6) Selama pengisian kuesioner peneliti berada didekat responden


36

7) Setelah prosedur pengumpulan data selesai dilakukan maka hasil

pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisis ke dalam

SPSS/komputerisasi.

2. Instrumen

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner. Skala yang digunakan pada kuesioner ini

yaitu Likert Scale pada dampak perilaku caregiver dan Skala WHOQOL pada

kualitas hidup pasien stroke. Lembar kuesioner dirancang menurut variabel

yang akan diteliti yaitu tentang Hubungan Perilaku Caregiver Dengan

Kualitas Hidup Pada Pasien Stroke. Pengukuran pada penelitian ini

menggunakan pengukuran nyata dilapangan, sesuai dengan pemahaman, dan

penilaian responden dengan menggunakan kuesioner.

E. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara

langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian

ini adalah data yang diambil dari subjek penelitian yang diukur sesudah

pemberian kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang terdapat pada ruangan Neurologi RSUD

Lubuk Sikaping, literatur yang relevan, dan sumberlain yang mendukung

penelitian ini.
37

F. Etika Peneltitian

1. Informed consent

Informed consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian. Dimana sebelum melakukan penelitian, peneliti

memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian dan

dampaknya. Jika responden tidak bersedia, peneliti harus menghormati hak

pasien.

2. Anonimity

Responden tidak diminta untuk mencantumkan nama pada lembar

alat ukur, dan peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan, dengan tujuan untuk menjaga

kerahasiaan responden.

3. Confidentiality

Semua informasi dari responden yang dikumpulkan oleh peneliti dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti

hanya dipergunakan untuk pelaporan penelitian.

G. Cara Pengolahan Data

Menurut Notoadmojo (2010), proses pengolahan data dapat melalui tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, Aziz Alimul, 2007). Data yang

diperoleh melalui pengisian kuesioner akan dicocokkan dengan jumlah,


38

sampel dan jawaban yang diberikan responden apa sudah terisi semua atau

belum.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori yang merupakan kegiatan merubah data dari

bentuk huruf menjadi bentuk angka atau bilangan. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan pada saat analisis data dan mempercepat proses entry data

(Hidayat, Aziz Alimul, 2007).

3. Entry

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master table atau database computer.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah

ada kesalahan atau tidak.

5. Scoring

Teknik memberikan skor atau nilai pada kuesioner motivasi kerja perawat

menggunakan skala ordinal dimana responden memilih jawaban ya atau tidak

Memasukkan Data (Data Entry).Merupakan kegiatan memasukkan data yang

sudah dilakukan dengan pengkodean kedalam program komputer SPSS.

6. Tabulating

Tabulating yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan

mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis

(Budiarto, 2018). Kemudian data ini dikelompokkan dan diprosentasikan

dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis.


39

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan metoda deskriptif

kuantitatif dengan menggunakan tabulasi distribusi frekuensi dan

dikumpulkan sesuai dengan variabel yang diteliti, baik variabel

dependen maupun independen. Analisis ini bertujuan untuk dilakukan demi

mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap

variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran

distribusi frekuensi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang

signifikan antara variabel independen (Caregiver) dan variabel dependen

(kualitas hidup). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis korelasi Chi-Square. Hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen dengan skala pengukuran ordinal dianalisis dengan uji

Chi-Square untuk mendapatkan hubungan bermakna, dengan sampel adalah

38 orang. Untuk menentukan apakah terjadi hubungan yang bermakna antara

variabel bebas dengan variabel terikat, menggunakan p value yang

dibandingkan dengan tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 5% atau 0,05.

Apabila p ≤ 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan

apabila p > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.


40
39

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah lubuk Sikaping terletak di tempat yang mudah

dijangkau dari berbagai arah yaitu dijalan Jendral Sudirman no. 33 Lubuksikaping

didepan kantor Bupati Pasaman. Rumah sakit ini milik pemerintah dengan tipe C.

lokasi penelitian diambil di Ruang rawat inap neurologi yang berada dibelakang

aula RSUD. Ruangan ini memiliki kelas 1, 2, dan 3 dan dikepalai oleh seorang

Karu.

Visi RSUD Lubuk Sikaping adalah menjadi Rumah Sakit yang dipercaya

dan bermutu dengan mengutamakan kepuasan pasien. Sedangkan Misi RSUD

Lubuk Sikaping adalah menyelenggarakan pelayanan yang bermutu, profesional

dengan mengutamakan keselamatan pasien, menjadi rumah sakit yang bersih,

nyaman dan berwawasan lingkungan, menciptakan budaya petugas yang ramah

dan murah senyum serta dapat memberikan informasi yang sesuai kebutuhan

pasien, meningkatkan dan memelihara sarana, prasarana dan peralatan disertai

ketersediaan petugas yang kompeten dibidangnya, mengoptimalkan manajemen

rumah sakit dengan pengelolaan administrasi yang cepat, akurat dan sesuai

standar, mengembangkan potensi, kompetensi, etos dan budaya kerja SDM rumah

sakit yang selalu siap menghadapi perubahan, dan menyediakan lingkungan kerja

yang aman dan efisien sehingga staf puas.

39
40

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisis ini bertujuan untuk dilakukan demi mendapatkan gambaran

umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam

penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensi dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi dan presentase. Pada penelitian ini analisa univariat

dilakukan untuk menggambarkan variable perilaku caregiver dan kualitas

hidup pasien stroke yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

a. Perilaku Caregiver
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Perilaku Caregiver terhadap Pasien Stroke
di Ruang Rawat Inap Neurologi RSUD Lubuksikaping Tahun
2020

Perilaku Caregiver Frekuensi %

Baik 26 68,42 %

Kurang Baik 12 31,58 %

Jumlah 38 100

Berdasarkan table 5.1 didapatkan bahwa dari 38 orang responden

lebih banyak didapatkan perilaku Caregiver keluarga yang baik dari pada

kurang baik sebanyak 68,42%.


41

b. Kualitas Hidup
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Stroke di Ruang Rawat
Inap Neurologi RSUD Lubuksikaping Tahun 2020

Kualitas Hidup Frekuensi %

Baik 13 34,22 %

Kurang Baik 25 65,78 %

Jumlah 38 100
Berdasarkan table 5.2 didapatkan bahwa dari 38 orang responden

sebanyak 65,78 % memiliki kualitas hidup kurang baik.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen yang diduga memiliki keterkaitan

antara satu sama lainnya. Pada penelitian ini, analisa bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara perilaku caregiver dengan kualitas hidup pasien

stroke.

Tabel 5.3
Hubungan Perilaku Caregiver dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke di
Ruang Rawat Inap Neurologi RSUD Lubuksikaping Tahun 2020

Perilaku Kualitas Hidup


Caregiver P
Kurang Baik Total OR
Value
Baik

N % % n %

Kurang 9 56,2 7 43,8 12 31,6 0,029 4.250


baik

Baik 3 13,6 19 86,4 26 68,4


42

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 38 orang responden stroke

sebanyak 26 (68,4 %) yang memiliki kualitas hidup yang baik, dimana 7

orang memiliki perilaku caregiver yang kurang baik dan 19 orang memiliki

perilaku caregiver yang baik. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan

nilai p = 0,029 artinya terdapat hubungan antara perilaku caregiver dengan

kualitas hidup pasien stroke. Analisa keeratan hubungan dua variabel

didapatkan OR = 4.250 artinya responden dengan perilaku caregiver yang

kurang baik berpeluang sebesar 4.250 kali untuk menunjukkan kualitas hidup

kurang baik jika dibandingkan responden dengan perilaku caregiver yang

baik.
43

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Perilaku Caregiver

Berdasarkan table 5.1 didapatkan bahwa dari 38 orang responden lebih

banyak didapatkan perilaku Caregiver keluarga yang baik dari pada kurang

baik sebanyak 68,42%. Berdasarkan teori Kerr & Smith (2016), Keluarga

sebagai caregiver merupakan mitra penting dalam pemberian pelayanan

perawatan kesehatan yang komplek. Kecacatan akibat stroke tidak hanya

berdampak bagi penyandangnya, akan tetapi juga berdampak bagi anggota

keluarga. Penderita stroke yang mengalami kecacatan bergantung pada

dukungan emosional dan fisik dari informal caregiver yang biasanya adalah

anggota keluarga.

Family caregiver adalah setiap kerabat, pasangan, teman atau tetangga

yang memiliki hubungan pribadi yang signigikan dengan individu yang

sakit,dan memberikan berbagai bantuan untuk, orang tua atau dewasa dengan

kondisi kronis atau cacat dalam hal ini adalah pasien stroke (Family

Caregiver Aliance, 2011). Dampak positif dari caregiver adalah membantu

keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien stroke, karena keberhasilan


44

pengobatan pasien tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan

oleh keluarga dalam bentuk perilaku family caregiver (Harmoko, 2012).

Perhatian, kasih sayang, perawatan dan bantuan dari anggota keluarga

(family caregiver) sangat dibutuhkan oleh pasien pasca serangan stroke,

dimana bentuk perhatian dan kasih sayang yang diberikan keluarga

memberikan pengaruh terhadap psikologis pasien, jika perilaku caregiver


43
keluarga baik maka pasien akan merasa masih disayangi dan diperhatikan

oleh keluarga. Kondisi ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri

pasien sehingga mampu menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Begitu

pula sebaliknya jika perilaku caregiver kurang baik, maka akan pasien pasca

stroke cenderung merasa dirinya tak berharga, frustasi, kesulitan dalam

hubungan sosial berhubungan dengan penurunan kepercayaan dan harga diri

karena merasa sendiri dan menjadi beban keluarga dan semua itu adalah tanda

dan gejala penurunan kualitas hidup secara psikologis.

Fenomena mengenai anggota keluarga yang menjadi caregiver

merupakan salah satu pemenuhan fungsi keluarga sebagai penyedia kesehatan

bagi anggota keluarga yang mengalami sakit. Penelitian Julianti (2013)

menunjukkan bahwa perawatan yang diberikan oleh anggota keluarga yang

menjadi caregiver di rumah meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-

hari, membantu pemberian pengobatan, serta membantu sosialisasi di dalam

lingkungan.

Menurut penelitian Melly (2018), diketahui bahwa dari 66 orang

responden lebih dari separoh atau 62.1 % memiliki perilaku caregiver yang

baik dan yang kurang baik sebanyak 37.9.Sejalan dengan penelitian terdahulu
45

yang telah dilakukan oleh Khamida & Prasojo (2017) dengan judul

”Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien pasca stroke”,

dimana pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar (63,8%)

responden mendapat dukungan yang baik dari keluarga.

Jadi menurut asumsi peneliti bahwa perhatian pada caregiver ini penting

karena keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien stroke tidak lepas dari

bantuan dan dukungan yang diberikan dan caregiver merupakan sumber

dukungan utama individu dengan stroke dan merupakan orang pertama yang

merespon perubahan status pasien selama fase perjalanan penyakitnya.

2. Kualitas Hidup

Berdasarkan table 5.2 didapatkan bahwa dari 38 orang responden

sebanyak 65,78 % memiliki kualitas hidup kurang baik. Menurut teori

Soekidjo (2010), Kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu tentang

posisi mereka dalam kehidupan yang dilihat dari konteks budaya dan sistem

nilai dimana mereka tinggal serta hubungannya dengan tujuan, harapan,

standar, dan hal-hal lain yang menjadi perhatian individu. Pada dasarnya

terdapat tiga hal yang berperan menentukan kualitas hidup yaitu mobilitas,

rasa nyeri dan kejiwaan, depresi atau ansietas. Ketiga faktor tersebut dapat

diukur secara obyektif dan dinyatakan sebagai status kesehatan.

Menurut penelitian Melly (2018), gambaran kualitas hidup didapatkan

adalah dari penelitian keadaan umum (KU) responden didapatkan hasil 69%

kualitas hidup sangat baik, ringkasan fisik mental (RFM) didapatkan hasil

48% kualitas hidup agak lebih baik dibanding dari 1 tahun yang lalu, fungsi

fisik (FF) yang didapatkan hasil 56% kualitas hidup sangat terbatas, peran
46

fisik (PF) yang didapatkan hasil sebanyak 59% dan peran emosi (PE) yang

didapatkan hasil 85%, fungsi sosial (FS) didapatkan hasil 40% kualitas hidup

tidak berpengaruh sama sekali, rasa sakit/nyeri didapatkan hasil sebanyak

59% kualitas hidup tidak nyeri dan pada vitalitas (V) yang didapatkan hasil

sebanyak 43% kualitas hidup setiap waktu. Maka dari penelitian ini

didapatkan hasil dari penelitian yang paling dominan adalah peran emosi

dengan hasil 85%.

Jadi Asumsi peneliti bahwa pasien yang tidak memiliki dukungan

ditemukan lebih memiliki kualitas hidup yang kurang dibandingkan dengan

pasien yang mempunyai dukungan. Dengan dukungan yang baik oleh

keluarga untuk menjalankan perilaku yang sehat dan positif yang selalu

mendampingi dan memberikan dukungan ataupun bantuan saat pasien

mengalami masalah terkait kondisi kesehatannya, maka pasien akan merasa

lebih optimis dalam menjalani kehidupannya. Hal itu akan mempengaruhi

keseluruhan aspek pada kualitas hidupnya.

B. Analisa Bivariat

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 38 orang responden stroke

sebanyak 26 (68,4 %) yang memiliki kualitas hidup yang baik, dimana 7 orang

memiliki perilaku caregiver yang kurang baik dan 19 orang memiliki perilaku

caregiver yang baik. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan nilai p = 0,029

artinya terdapat hubungan antara perilaku caregiver dengan kualitas hidup pasien

stroke.

Penderita stroke akan mengalami perubahan yang membutuhkan perhatian

seperti ketidakmampuan fisik, perubahan emosi, hilangnya pikiran seperti hilang


47

semangat,ingatan dan konsentrasi. Ketidakmampuan fisik, emosi dan kehidupan

sosial penderita pasca stroke mempengaruhi peranan sosialnya. Hal tersebut

memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada

penderita pasca stroke menemukan bahwa kecacatan pasca serangan stroke

mempengaruhi kualitas hidup pasien, maka dari itu keluarga sebagai kerabat

terdekat berperan penting dalam memberikan perawatan, bantuan dan perhatian

(family caregiver) demi keberhasilan terapi dan meningkatkan kualitas hidup

pasien pasca stroke (Harmoko, 2012). Keluarga seharusnya dapat membantu

dalam perawatan diri pasien stroke, membantu dalam mobilisasi, membantu

dalam BAB dan BAK, memberikan semangat dan dukungan, perawatan kulit,

minum obat tepat waktu, menyediakan diit yang tepat, dan mengantarkan untuk

kontrol ke RS.

Melihat dampak psikologis yang terjadi pada penderita stroke seperti

munculnya simtom depresi, kecemasan, serta kurangnya penerimaan diri bagi

penderita stroke merupakan suatu tantangan bagi caregiver. Anggota keluarga

yang menjadi caregiver memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam

merawat salah satu anggota keluarganya yang mengalami stroke. Adapun

tantangannya seperti kurangnya informasi dalam merawat penderita stroke, ikut

merasakan frustasi akibat kondisi salah satu anggota keluarganya yang tidak

kunjung sembuh, serta tidak tahu cara merawat penderita stroke yang baik.

Memperhatikan kompleksnya tantangan menjadi seorang caregiver bagi penderita

stroke seperti munculnya masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, stres.

Selain itu masalah demografis yang juga berkontribusi bagi peningkatan masalah

psikologis muncul pada caregiver antara lain memburuknya kondisi


48

perekonomian, stigma masyarakat, serta timbulnya disfungsi keluarga.

Permasalahan-permasalahan ini akan memunculkan perubahan pada kualitas

hidup serta kesejahteraan psikologis pada caregive (Daulay, 2014).

Dalam prakteknya, pengkajian kebutuhan secara holistik diperlukan tidak

hanya bagi pasien, tetapi juga untuk caregiver. Untuk membuat caregiver

keluarga menjadi berpengetahuan dan percaya diri, perawat harus menyediakan

bahan ajar cara merawat pasien selama di rumah sakit, di mana keterampilan dan

kemampuan caregiver dapat diobservasi. Perencanaan pulang individual yang

berpusat pada keluarga daripada pendekatan berpusat pada pasien lebih disukai.

Sebelum keluar rumah sakit, dan untuk meminimalkan konsekuensi pengasuhan

yang merugikan, perawat harus lebih mempersiapkan anggota keluarga untuk

mengatasi beberapa situasi pengasuhan yang membuat stres. Perawat tidak hanya

harus mengajar caregiver untuk memenuhi kebutuhan penderita stroke tetapi juga

mengajarkan caregiver bagaimana untuk mengelola kekhawatiran terkait dengan

perubahan yang terjadi dalam kehidupan caregiver. Hal ini jelas bahwa keluarga

memiliki tanggung jawab yang besar dan pengaruh pada kesejahteraan relatif

pasien stroke (Chapman, 2011). Oleh karena itu, salah satu implikasi untuk review

ini adalah untuk menghargai pengalaman dan kebutuhan caregiver pasien stroke.

Adanya penelitian tentang perawatan pasien stroke oleh caregiver dapat

membantu perawat untuk memilih waktu yang baik, intervensi pendidikan

individual, dan menawarkan panduan praktis caregiving yang tepat

(Pearson, 2014). Perawat dapat merekomendasikan situs internet caregiving

khusus untuk memungkinkan caregiver untuk mengakses informasi yang dapat

dipercaya tentang pasien prosedur rumah-peduli stroke.


49

Menurut penelitian Melly (2018), menunjukkan bahwa mayoritas responden

(51.2%) dengan perilaku caregiver baik menunjukkan kualitas hidup yang baik

dan hanya 20.0% responden dengan perilaku caregiver kurang baik yang

menunjukkan kualitas hidup baik. Berdasarkan hasil analisis chy square

didapatkan nilai p = 0.024 dan OR = 4.200 artinya ada hubungan antara perilaku

caregiver dengan kualitas hidup pasien stroke dan responden dengan perilaku

caregiver baik berpeluang sebanyak 4.200 kali untuk menunjukkan kualitas hidup

baik jika dibandingkan responden dengan perilaku caregiver kurang baik.

Jadi peneliti berasumsi bahwa pasien pasca stroke yang bergantung pada

orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari memberikan pengaruh yang

besar terhadap kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien stroke. bentuk

perhatian dan kasih sayang yang diberikan keluarga memberikan pengaruh

terhadap psikologis pasien, jika perilaku caregiver keluarga baik maka pasien

akan merasa masih disayangi dan diperhatikan oleh keluarga. Kondisi ini akan

meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri pasien sehingga mampu

menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Begitu pula sebaliknya jika perilaku

caregiver kurang baik, maka akan pasien pasca stroke cenderung merasa dirinya

tak berharga, frustasi, kesulitan dalam hubungan sosial dan semua itu adalah tanda

dan gejala penurunan kualitas hidup pasien stroke.


50

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar pasien stroke di Ruangan Neurologi RSUD Lubuksikaping

tahun 2020 bahwa dari 38 orang responden lebih banyak didapatkan perilaku

Caregiver keluarga yang baik dari pada kurang baik sebanyak 68,42%.

2. Sebagian besar pasien stroke di Ruangan Neurologi RSUD Lubuksikaping

tahun 2020 bahwa dari 38 orang responden sebanyak 65,78 % memiliki

kualitas hidup kurang baik.

3. Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan nilai p = 0,029 artinya terdapat

hubungan antara perilaku caregiver dengan kualitas hidup pasien stroke.

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan pada responden untuk dapat bersemangat untuk mencari

kesembuhan terhadap penyakit yang diderita oleh pasien, berusaha

semaksimal mungkin untuk mencari kesembuhan pasien, tidak putus asa

dalam menghadapi masalah, tidak emosional, selalu mendampingi pasien, dan

memberikan kasih sayang pada pasien sehingga kualitas hidup pasien

meningkat.

2. Bagi Peneliti
51

Diharapkan untuk selalu meningkatkan pengetahuan tentang keperawatan

khususnya tentang pentingnya perilaku caregiver dalam perawatan pasien

stroke dan diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan

penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


50
caregiver dengan kualitas hidup pasien stroke dengan sampel yang lebih

banyak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah literature dan tinjauan juga dapat

dijadikan masukan bagi pendidikan keperawatan untuk memberikan materi /

bahan ajar tentang terapi non farmakologis pada pasien stroke untuk

mengetahui perilaku caregiver dengan kualitas hidup pasien stroke.


52

DAFTAR PUSTAKA

Anderson et al, 2014. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran. Yogyakarta :


Pustaka Belajar

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 2.
Jakarta : EGC

Daulay, Setiawan, Nunung Febriany S. 2014. Pengalaman Keluarga sebagai


Caregiver dalam Merawat Pasien Stroke di Rumah. Jurnal Keperawatan
Volume 2. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Dinkes SUMBAR. 2016. Profil Kesehatan Pasien Stroke. Padang

Effendy N. 2012. Teori dan Implementasi. Jakarta : Salemba Empat

Fayers & Machin. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien Stroke. Jakarta :
EGC

Feigin. 2010. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi. Jakarta : PT. Buana Ilmu
Populer

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Kerr & Smith. 2016. Quality Of Life In Children . New York: Johnwiley N Sons.

Liza. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Iskemik. Analisis Praktek
Residensi Keperawatan : FK UI

Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Given & Sherwood. 2015. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Hasan & Rufaidah. 2017. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Strategi
Coping Pada Penderita Stroke RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal.
Volume 2 No. I

Indrawati dkk. 2016. Care Your Self Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta :
Penebar Swadaya
53

Junaidi. 2011. Stroke Pengenalan, Pencegahan, Pengobatan, Rehabilitasi

Kreitler & Ben. 2014. Quality Of Life In Children . New York: Johnwiley N Sons
Medical Record RSUD Lubuk Sikaping. 2020. Data Pasien stroke 2019-2020.
Pasaman

Micheal J.Gibney. 2011. Validity, Reliability, And Responsiveness Of The


Schedule For The Evaluation Of Individual Quality Of Live-Direct Weighting
(SEIQOL-DW)

Mozzafarian. 2016. Heart Disease and Stroke Statistic. American Heart


Association

Muttaqin 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System


Persyarafan, Jakarta : Selemba Medika

Nofitri. 2017. Gambaran Kualitas Hidup Pada Individu Dewasa Berdasarkan


Karakteristik Budaya. Jakarta Depok: Universitas Indonesia

Notoadmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Riskesdas. 2013. Prevalensi Penyakit Stroke di Indonesia. Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI

Riskesdas. 2018. Prevalensi Penyakit Stroke di Indonesia. Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI

Sedoyo dkk. 2016. Ilmu Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam

Sigit Prasojo. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup


Pasien Pasca Stroke di Wilayah Puskesmas Wonopringgo. Program Studi
Pendidikan Ners STIKes Muhammadiah Pekajangan

Sitorus & Herawati. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stroke


Pada Usia Muda Kurang Dari 40 Tahun. Studi Kasus RS Semarang. Jurnal
Epidemiologi

Sjahrir. 2013. Stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendikia

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan dan Pendekatan Kuantitatif.


Bandung : Alfabeta
54

Sumbogo, Sulisno, & Darwati. 2018. Komunikasi dan Depresi Pada Pasien
Afasia Motorik. Jurnal Padjajaran. Volume I

Soekidjo. 2010. Optimalisasi Peran Caregiver Dalam Penatalaksanaan. Bandung


: Majalah Psikiatri Xlii.
WHO. 2015. Stroke Statistic In the World. Switzerland
LEMBAR KUESIONER

Tanggal :

No. Responden

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah setiap pertanyaan serta jawablah pertanyaan dengan benar.

2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang dianggap tepat dan benar.

3. Kuesioner yang sudah diisi dikembalikan ke pada peneliti.

4. Jika ada pertanyaan yang diragukan atau tidak dimengerti silakan tanya

kepada peneliti.

5. Isilah kuesioner ini dengan jujur serta dengan teliti.

B. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Pendidikan :

5. Status perkawinan :
2

C. Variabel Penelitian

Perilaku Family Caregiver

SL : Selalu SR : Sering KK : kadang-kadang TP : Tidak pernah

No Pertanyaan SL (4) SR (3) KK (2) TP (1)

1 Pasien stroke selalu


dibantu oleh keluarga
untuk membersihkan diri
seperti mandi, keramas
dan menggosok gigi setiap
hari

2 Pasien stroke dibantu oleh


keluarga menopang bagian
tubuh, misalnya dengan
menggunakan bantal atau
kasur khusus.

3 Pasien selalu diberikan


semangat dan dukungan
selama dirawat dirumah
sakit.

4 Pasien stroke dibantu oleh


keluarga dalam perawatan
kulit seperti memijat,
mengelap, memberikan
bedak, dan menjaga kulit
tetap kering.

5 Pasien stroke diajarkan


oleh keluarga untuk
melakukan latihan lidah
dan bibir setiap hari

6 Pasien stroke dibantu oleh


anggota keluarga untuk
menggerakan badan dan
membantu berjalan

7 Pasien stroke dibantu oleh


keluarga untuk
menggerakan anggota
3

badan atau olahraga,


perubahan posisi di tempat
tidur dan duduk

8 Pasien stroke selalu


dibantu oleh keluarga
untuk buang air besar dan
buang air kecil baik
dikamar mandi/toilet
maupun ditempat tidur
(pispot)

9 Pasien stroke selalu


diingatkan keluarga untuk
minum obat tepat waktu

10 Pasien stroke diingatkan


oleh keluarga untuk makan
tepat waktu dan
menghindari makan
dengan kolesterol dan
garam tinggi

11 Pasien stroke tidak pernah


di siapkan makanan yang
bervariasi oleh keluarga

12 Apakah pasien stroke tidak


diajarkan oleh keluarga
untuk melakukan latihan
lidah dan bibir setiap hari

13 Pasien stroke tidak pernah


dibimbing oleh keluarga
berkomunikasi dengan
baik

14 Pasien stroke tidak


diingatkan oleh keluarga
untuk minum obat tepat
waktu

15 Pasien stroke tidak ada


keluarga yang mau
mengantarkan untuk
kontrol rutin kerumah sakit
4

atau puskesmas terdekat

16 Tidak ada yang


memberikan semangat dan
dukungan kepada pasien
stroke selam dirawat di
rumah sakit baik keluarga
ataupun orang lain

17 Pasien stroke tidak pernah


diajarkan untuk
berkomunikasi dengan
baik oleh keluarga

18 Tidak ada yang membantu


pasien stroke dalam
melakukan aktifitas fisik
atau olahraga, perubahan
posisi ditempat tidur dan
duduk

19 Tidak ada yang


mendampingi pasien
stroke untuk menaiki anak
tangga

20 Tidak ada yang membantu


pasien stroke dalam
membersihkan diri seperti
mandi, keramas dan
menggosok gigi

(Melisasri, 2019)

D. Variabel Penelitian

Kualitas Hidup Pasien

1. Bagaimana menurut anda kondisi kesehatan anda secara umum ? (KU)

Keadaan Umum

Amat Sangat Baik Biasa saja/ Buruk


sangat baik baik cukup
(1) (2) (3) (4) (5)
5

2. Dibanding 1 tahun yang lalu, bagaimana kondisi kesehatan anda saat ini ?

(RFM) ringkasan fisik dan mental

Jauh lebih Agak Kira-kira Agak lebih Sangat lebih buruk


baik lebih baik sama dengan buruk dibanding 1 tahun
dibanding dibanding 1 tahun yang dibanding 1 yang lalu
1 tahun 1 tahun lalu tahun yang lalu
lalu yang lalu
(1) (2) (3) (4) (5)

3. Aktifitas yang biasa anda lakukan sehari-hari. apakah aktifitas anda

menjadi terbatas atau terganggu karena kondisi kesehatan anda saat ini ?

Fungsi Fisik (FF)

Apakah aktifitas berikut Ya, sangat Ya, agak Tidak


menjadi terbatas karena terbatas terbatas terbatas
kondisi kesehatan anda ? sama
sekali

3a Aktifitas berat, seperti lari, (1) (2) (3)


mengangkat barang berat,
melakukan olah raga berat.
3b Aktifitas sedang, seperti (1) (2) (3)
memindahkan barang, memasak,
menyeterika, mencuci pakaian,
berjalan cepat.
3c Mengangkat atau membawa (1) (2) (3)
barang sekitar 3-5 kg
3d Menaiki beberapa anak tangga (1) (2) (3)
3e Menaiki satu anak tangga (1) (2) (3)
3f Menekuk tubuh, berlutut, (1) (2) (3)
membungkuk.
3g Berjalan lebih dari 1,5 km (1) (2) (3)
3h Berjalan sekitar 50 rumah (500 (1) (2) (3)
meter)
3i Berjalan sekitar 10 rumah (100 (1) (2) (3)
meter)
3j Mandi atau berpakaian sendiri (1) (2) (3)

4. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami beberapa

masalah dengan pekerjaan anda atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai

akibat dari masalah kesehatan anda ? (PF) Peran Fisik


6

No Pernyataan Ya Tidak
.
4a Mengurangi jumlah waktu yang anda (1) (2)
gunakan untuk bekerja atau aktifitas
lain
4b Hanya dapat mengerjakan pekerjaan (1) (2)
lebih sedikit dari yang anda inginkan
4c Mengalami keterbatasan dalam jenis (1) (2)
pekerjaan atau jenis aktifitas lainnya
4d Mengalami kesulitan dalam (1) (2)
melakukan pekerjaan atau aktifitas
lainnya (misalnya memerlukan usaha
yang sangat besar dalam
melakukannya)

5. Dalam 4 minggu terakhir, apakah anda pernah mengalami maslah-masalah

dalam pekerjaan atau aktifitas sehari-hari lainnya sebagai akibat masalah

perasaan atau emosi (seperti perasaan tertekan atau cemas). (PE) Peran

Emosi.

No Pernyataan Ya Tidak
5a Mengurangi jumlah waktu yang anda (1) (2)
gunakan untuk bekerja atau aktifitas
lain
5b Hanya dapat mengerjakan pekerjaan (1) (2)
lebih sedikit dari yang anda inginkan
5c Tidak bekerja atau melakukan (1) (2)
aktifitas sebaik/seteliti biasanya
(Melisasri,2019)

6. Dalam 4 minggu terakhir, sebarapa jauh kondisi kesehatan fisik dan

masalah emosi/perasaan anda mempengaruhi aktifitas sosial anda dengan

keluarga, tetangga atau kelompok ? (misalnya pergi rekreasi, arisan,

pengajian, dll) (FS) Fungsi Sosial

Tidak Sedikit Pengaruhn Berpengaruh Sangat


berpengaruh berpengaruh ya sedang berpengaruh
sama sekali
(1) (2) (3) (4) (5)
(Melisasri,2019)
7

7. Seberapa berat rasa nyeri ditubuh (seperti pegal-pegal, ngilu, dll) yang

anda alami dalam 4 minggu terakhir.? (RN) Rasa Sakit/ Nyeri

Tidak Nyeri Sangat Ringan Sedang Berat Berat


Nyeri Sekali
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

8. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa berat rasa nyeri tubuh tersebut

mempengaruhi pekerjaan sehari-hari anda (termasuk pekerjaan diluar

rumah dan pekerjaan rumah) ? (RN) Rasa Sakit/ Nyeri

Tak Sedikit Sedang-sedang Banyak Sangat banyak


berpengaruh berpengaruh saja berpenga berpengaruh
sama sekali ruh
(1) (2) (3) (4) (5)

9. Bagaimana perasaan anda dan bagaimana hal tersebut anda rasakan selama

4 minggu terakhir ini. Untuk setiap pertanyaan, harap berikan satu jawaban

yang paling mendekati dengan perasaan yang anda rasakan dan seberapa

sering hal tersebut terjadi dalam 4 minggu terakhir ? (V) Vitalitas

Setiap Sangat Seri Kadang- Jarang Tidak


waktu sering ng kadang pernah

9a Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)


merasa penuh
semangat ?
9b Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa sangat
gugup ?
9c. Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa sangat
sedih hingga tak
ada yang bisa
menghibur anda ?
9d. Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa tenang
dan damai.
8

9e Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)


merasa penuh
energy ?
9f Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa bimbang
dan kecewa ?
9g Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa jenuh/
bosan ?
9h Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa bahagia ?
9i Apakah anda (1) (2) (3) (4) (5) (6)
merasa capek ?

10. Dalam 4 minggu terakhir, seberapa banyak waktu/seberapa sering masalah

kesehatan fisik dan perasaan/emosi anda mempengaruhi aktifitas sosial

anda (seperti mengunjungi teman, keluarga, tetangga, dll) ? (FS) fungsi

sosial.

Sepanjang Sebagian Banyak Kadang- Sedikit/ Tak


waktu besar waktu waktu/ kadang jarang pernah
sering
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

11. Betul atau salah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk anda ? (KU)

Keadaan Umum.

Sangat Betul Tidak Salah Sangat


betul tahu salah
11a Saya tampaknya (1) (2) (3) (4) (5)
lebih mudah
sakit dibanding
orang lain
11b Saya sama (1) (2) (3) (4) (5)
sehatnya dengan
orang lain yang
saya kenal
11c Saya berharap (1) (2) (3) (4) (5)
kesehatan saya
semakin
memburuk
11d Kesehatan saya (1) (2) (3) (4) (5)
9

baik sekali
(Melisasri, 2019)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Responden penelitian

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara akan mengadakan
penelitian :

Nama : Vivi Novianti

NIM : 181012114201090

Alamat : Lubuk Sikaping


10

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku


Caregiver Dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke Di Ruang Rawat Inap Neurologi
Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Sikaping Tahun 2020”. Penelitian ini tidak
akan menimbulkan akibat yang merugikan saudara sebagai responden. Kerahasian
semua informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan
penelitian. Apabila saudara menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan
untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya
ajukan. Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terimakasih.

Lubuk Sikaping, Juli 2020

Peneliti

Vivi Novian
MASTER TABEL
2

Anda mungkin juga menyukai