PROPOSAL PENELITIAN
RESTI PUJIANTI
KHG.C 16089
i
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG
PROPOSAL PENELITIAN
Menyetujui,
Ttd.
(H. Zahara Farhan, S.Kep., Ns., M.Kep) (Gin Gin Sugih Permadi, S.Kep., M.H.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
ii
judul “Respon Time Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di
Proses penyusunan proposal ini tidak lepas dari berbagai hambatan. Namun
karena do’a, bantuan serta bimbingan dari semua pihak, sehingga penulis mampu
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada :
1. Dr. (HC) H. Amas Setiana, selaku Ketua Pembina Yayasan Dharma Husada
Insani Garut.
Garut.
5. H. Zahara Farhan S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
7. Seluruh staff dosen dan karyawan STIKes Karsa Husada Garut yang telah
iii
8. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan do’a serta dukungan baik
Garut.
10. Semua pihak yang terlibat membantu penulis dalam penyusunan proposal ini.
Semoga Allah SWT memberkahi dan membalas semua kebaikan yang telah
diberikan. Dalam penulisan proposal ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu ide, gagasan,
Akhir kata penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat dan memberikan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI v
iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I
PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR BAGAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU Nomor 44 Tahun 2009). Rumah
medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat inap,
sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah (Kepmenkes No 340 Tahun 2010).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, ada 3 jenis akses pelayanan
kesehatan yang dihitung yaitu akses ke fasilitas rumah sakit, akses ke fasilitas
puskesmas, dan akses ke fasilitas klinik/praktek mandiri. Hasil analisis diperoleh data
akses ke fasilitas rumah sakit, tiga dimensi memberikan penjelasan terhadap skoring
indeks sebesar 51,99% dengan korelasi antara 0,18 dan 0,40. Di provinsi Jawa Barat
kemudahan akses ke rumah sakit sebesar 32,3% mudah, 38,2% sulit, dan 29,5%
sangat sulit (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Tahun 2007, data kunjungan pasien
dari total seluruh kunjungan di RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan
2
IGD berasal dari rujukan dengan jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 unit dari 1.319
unit Rumah Sakit yang ada. Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan
perhatian yang cukup besar dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan
kesehatan. Instalansi gawat darurat (IGD) adalah sektor rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien gawat darurat sehingga sektor ini
menjadi sektor pertama yang akan dituju oleh seseorang yang merasa
IGD menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera
medis, dalam kondisi mengancam jiwa ataupun tidak (Rahmawati, Irma, 2017).
Kondisi kegawatdaruratan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Gawat
darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU Nomor 44
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau
3
keperawatan yang diberikan pada individu dari seluruh rentang usia yang mengalami
gangguan kesehatan yang bersifat aktual atau berpotensi mengalami gangguan, baik
fisik atau emosional, yang memerlukan intervensi lebih lanjut. Asuhan keperawatan
gawat darurat dapat bersifat episodik, primer, akut, dan dapat terjadi di berbagai
tempat. Perawat gawat darurat memberikan perawatan pada pasien segala usia dan
populasi dengan spektrum yang luas meliputi pencegahan penyakit dan injury,
penyelamatan jiwa dan penyelamatan anggota tubuh (life saving and limb saving
measure). Keperawatan gawat darurat mendasari asuhan yang diberikan pada kasus
yang mengancam nyawa atau berpotensi untuk mengancam nyawa dan menimbulkan
kecacatan secara cepat, tepat dan aman (Patrick & Fazio dalam Sheehy, 2018).
Respon time perawat adalah kecepatan atau waktu tanggap pelayanan yang cepat,
tanggap pelayanan merupakan gabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di
depan pintu rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas
instalansi gawat darurat yang waktu pelayanan yaitu waktu yang diperlukan
pasien sampai selesai (Suhartati et al, 2011). Waktu tanggap adalah waktu yang
dibutuhkan mulai pasien datang di IGD sampai mendapat pelayanan dokter. Standar
respon time yang baik ≤ 5 menit (Kepmenkes Nomor 129 Tahun 2008). Response
time pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh
berbagai hal, baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang
4
Dengan ukuran keberhasilan adalah response time selama 5 menit dan waktu
definitive ≤ 2 jam (Basoeki dkk, 2008 dalam Naser, Rima Wahyu, dkk, 2015).
penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.
Keberhasilan waktu tanggap atau respon time sangat tergantung pada kecepatan
Malara Reginus T, 2014). Waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu ≤ 5 menit.
Waktu tersebut harus terpenuhi dengan prosedur gawat darurat yaitu Airway,
komplikasi, kecacatan bahkan kematian, dan apabila waktu tanggap cepat maka
2009). Sutawijaya (2009) dalam Maatilu (2014) mengatakan bahwa dalam kondisi
gawat darurat pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit. Nafas
berhenti dalam waktu 2-3 menit sehingga dapat menyebabkan kematian yang fatal
(Maatilu, 2014). Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal istilah
The Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita.
Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin
penanganan pasien di instalasi gawat darurat yaitu lama kerja, pendidikan dan
usia. Semakin lama masa kerja maka akan semakin banyak pengetahuan,
yang didukung oleh pendidikan non formal, dan usia akan mempengaruhi waktu
tanggap karena semakin bertambah usia maka semakin banyak informasi yang
akan mempengaruhi kinerjanya. Hal ini didukung oleh Maatilu (2014) bahwa
faktor yang mempengaruhi respon time perawat yaitu tingkat pendidikan, tingkat
keperawatan. Hal ini didukung oleh penelitian Kambuaya, Paulus Ronaldo, dkk
(2016) terkait hubungan beban kerja perawat dengan waktu tanggap pelayanan
Sorong bahwa ada hubungan antara beban kerja perawat dengan waktu tanggap
Kabupaten Sorong. Namun, hal ini dibantah oleh Said, Sahrul, Mappanganro, Andi
(2018) dalam penelitiannya tentang hubungan beban kerja perawat dengan respon
time pada penanganan pasien di instalasi gawat darurat bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara beban kerja perawat dengan respon time perawat pada
6
penanganan pasien di Instalasi Gawat Darurat di IGD RS Ibnu Sina Makassar dengan
nilai ρ = 0.673.
(IGD) RSUD dr. Slamet Garut sebanyak 54 orang dengan klasifikasi jenis
kelamin, pendidikan, dan masa kerja yang berbeda-beda. Hasil wawancara studi
pendahuluan yang dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien di instalasi gawat
darurat tiga dari lima mengatakan pelayanan di IGD RSUD dr. Slamet masih
tidak segera dilayani melainkan harus menunggu di kursi tunggu, dan ketika
hal ini terdapat kesenjangan dengan data dari hasil Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) yang dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan yaitu pada Januari sampai Juni
bahwa mutu pelayanan instalasi RSUD dr. Slamet Garut mendapat kategori B
yaitu baik, dengan nilai rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) rawat
instalasi 80,43. Dan nilai untuk instalasi gawat darurat sendiri ada pada nilai
Dari hasil uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
Keperawatan di Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet
Garut”.
7
asuhan keperawatan di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Slamet Garut.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan
perawat untuk melaksanakan tugasnya dengan cepat, tepat dan efisien sesuai
Instalasi gawat darurat merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit
pasien dengan kondisi gawat darurat (Kepmenkes, 2009 dalam Rostiami, 2018).
Instalasi gawat darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat
serta kasus lainnya di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya
Instalasi Gawat Darurat adalah fasilitas rumah sakit khusus yang dirancang
khusus dan dikelola untuk memberikan perawatan darurat 24 jam. Instalasi Gawat
Darurat tidak dapat beroperasi secara terpisah dan harus menjadi bagian dari
Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
gawat darurat adalah salah satu unit pelayanan di rumah sakit yang menyediakan
9
pelayanan pertama pada pasien gawat darurat yang memegang peranan penting
maupun bencana. Secara garis besar kegiatan dan tanggung jawab IGD secara
3. Merujuk kasus-kasus gawat darurat apabila Rumah Sakit tersebut tidak mampu
mempunyai kemampuan :
1. Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu untuk
rumah
sakit.
puskesmas, klinik dan tempat praktik mandiri dokter, dokter gigi, dan
tenaga kesehatan.
kesehatan.
masuk pasien lain. Jika fasilitas ruang isolasi khusus dan dekontaminasi
sakit kelas A.
2. Pelayanan instalasi gawat darurat level III sebagai standar minimal rumah
sakit kelas B.
sakit kelas C.
sakit kelas D.
dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai
mendapat tanggapan atau respon dari petugas instalansi gawat darurat yang
cito sejak diputuskan operasi oleh dokter spesialis anestesi (setelah seluruh
respon time perawat adalah waktu tanggap pelayanan dimulai sejak pasien
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit (2009), tujuan dari respon time
darurat.
kematian.
tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh perawat kepada klien.
kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau
2014).
kecacatan bahkan kematian, dan apabila waktu tanggap cepat maka akan
(Kepmenkes, 2009).
Mahyawati, 2015).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Widodo, Eko (2015) tentang
perawat adalah
sebagai berikut :
1. Kompetensi Perawat
Untuk menjamin pelayanan yang cepat dan tepat maka perawat harus
perawat akan cepat dan tepat pula dalam memberikan pelayanan kepada
klien.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode, dkk (2012) tentang
1. Ketersediaan Stretcher
pasien di IGD akan menyebabkan hal yang serius terhadap pasien baru
petugas triage tidak tersedia maka hal tersebut tidak dilakukan sehingga
pasien yang masuk akan berkumpul dalam satu ruangan tanpa adanya
p = 0,006.
perawat itu sendiri, semakin kritis keadaan pasien, maka waktu tanggap
pengalaman kerja, lama kerja, beban kerja, usia dan jenis kelamin.
19
tingkat kepuasan pasien yang tinggi sebesar 87,4% dari 95 pasien yang
diberikan tindakan oleh perawat di RS. Panti Waluyo Surakarta. Selain itu,
response time yang cepat dari perawat juga akan bermanfaat bagi pasien
dengan trauma ataupun pasca kecelakaan. Pada kasus henti jantung jika
pada otak dan kematian akan terjadi jika tidak ditangani dalam 10 menit
(AHA, 2010).
kegagalan response time di IGD dapat diamati dari yang berakibat fatal
berupa kematian atau cacat permanen dengan kasus kegawatan organ vital
pada pasien sampai hari rawat di ruang perawatan yang panjang setelah
seseorang secara tiba-tiba dalam kondisi gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat atau
20
yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat
dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
tepat dan respon time yang cepat (Kepmenkes R.I Nomor 856, 2009 dalam
Rostiami, 2018).
Disability. Jika waktu tanggap lambat akan berdampak pada kondisi pasien
kematian, dan apabila waktu tanggap cepat maka akan berdampak positif
856, 2009).
di instalasi gawat darurat RSUD dr. Slamet Garut. Untuk lebih jelasnya,
kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Klien membutuhkan
perawatan segera dari
perawat dalam menangani
kasus kegawatdaruratan
(respon time perawat)
Kategori Respon
Time
1. P1 : Cepat
2. P2 : Lambat
3. P3 : Sangat
Lambat
: Tidak Diteliti
: Diteliti
: Alur Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Ukur
Respon time Waktu tanggap yang Lembar Cepat : < 5 menit Ordinal
perawat dalam dibutuhkan mulai observasi dan Lambat : 5 – 10
melaksanakan pasien datang ke IGD Stopwatch menit
Sangat Lambat : >
tindakan sampai mendapatkan
10 menit
kegawatdaruratan pelayanan perawat
24
23
3.4.1 Populasi
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut sejumlah
54 orang.
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut dengan menggunakan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
time perawat yang dihitung dalam satuan menit menggunakan stopwatch. Adapun
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut yang akan dijadikan tempat
penelitian.
Daerah dr. Slamet Garut, selanjutnya peneliti meminta izin penelitian kepada
25
Daerah dr. Slamet Garut untuk melakukan penelitian respon time perawat
gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut untuk melakukan
kegawatdaruratan.
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Tujuan dari observasi ini adalah untuk melihat gambaran respon time perawat
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut. Selanjutnya peneliti melakukan
observasi respon time perawat yang terdiri dari informasi tentang responden
dengan kolom-kolom berisikan nomor, kode responden, waktu pasien tiba di IGD,
26
waktu respon perawat, selisih waktu, kategori respon time dan keterangan. Respon
time perawat akan dihitung mulai pasien masuk ke instalasi gawat darurat (IGD)
sampai mendapat pelayanan dari perawat, dihitung dalam satuan menit maupun
Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan, karena instrumen yang
digunakan pada penelitian ini merupakan instrumen yang telah digunakan oleh
Yumiati Tuwa Ringu (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Fator
yang Berhubungan dengan Respon Time Perawat di IGD Rumah Sakit Umum
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan oleh Yumiati Tuwa Ringu
dengan Respon Time Perawat di IGD Rumah Sakit Umum Tipe C di Kupang
berikut ;
27
1. Editing
telah di isi.
2. Coding
yang terdapat dalam instrumen berdasarkan item - item yang diukur. Hasil
1) Cepat
2) Sedang
3) Lambat
3. Tabulating
Pada tahap ini peneliti melakukan tabulasi data dengan memasukkan data pada
tabel-tabel jawaban yang sudah diberi kode kategori jawaban. Tabulasi data
dilakukan berdasarkan hasil lembar observasi dan setelah dilakukan edit data
4. Processing
Pada tahap ini peneliti memproses dan menganalisa data dengan cara
5. Cleaning
28
Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali data untuk melihat kemungkinan
data penelitian.
sebagai berikut ;
1. Cepat : 0 – 4 menit
2. Sedang : 5 – 10 menit
berikut ;
P=( )x100%
Keterangan :
N = Jumlah responden
(Arikunto, 2012).
Umum Daerah dr. Slamet Garut pada bulan April sampai dengan Mei 2020.
31
DAFTAR PUSTAKA
Adhiwijaya, Adrian. 2018. Respon Time Petugas IGD Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Nomor
12. Volume (2) halaman ; 168 - 171.
Maatilu, dkk. 2014. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon Time
Perawat Pada Penanganan Pasien Gawat Darurat Di IGD RSUP Prof. DR.
R. D. Kandou Manado. Diakses melalui ejournal.unsrat.ac.id pada Tanggal
19 Januari 2020.
Rostiami. 2018. Studi Deskriptif Respon Time Perawat Pada Pasien Di IGD
RSUD dr. Loekmonohadi Kudus. Prosiding HEFA (Health Events for All)
Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera dengan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS). Halaman 177 - 184.
Said, Sahrul, dan Andi Mappanganro. 2018. Hubungan Beban Kerja Perawat
dengan Respon Time pada Penanganan Pasien di Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Journal of Islamic Nuring Nomor 3
Volume (1) halaman 71 - 81.
Kurniati, Amelia, dkk. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy
Edisi Indonesia 1. Dicetak di Indonesia: Elsevier.
Yumiati, Tuwa Ringu. 2017. Skripsi. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Respon Time Perawat di IGD RSU Tipe C di Kupang Berdasarkan Teori
Kinerja Gibson. Program Studi Pendidikan Ners Universitas Airlangga.
33
LEMBAR OBSERVASI
RESPON TIME PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN
KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH Dr. SLAMET GARUT