Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan
strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian
hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk
mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2010).

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif


analitik, deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara obyektif kemudian dianalisa untuk mencari hubungan antara
dua variabel. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo,
2005).

Penelitian yang digunakan yaitu cross sectional, cross sectional adalah suatu
penelitian non-eksperimental untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Notoatmodjo,2010).

B. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang berdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Yudha,
2017). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang telah memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian

1
ini adalah kelas VII, dan VIII PGRI 2 Ciledug yang berjumlah 425
responden dan yang merokok adalah 182 responden.

2. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh Sugiyono (2012).
Meskipun sampel hanya merupakan bagian dari populasi, kenyataan-
kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat menggambarkan
dalam populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
dan siswi yang merokok kelas VII, dan VIII PGRI 2 Ciledug.

3. Besar sampel
Besar sampel adalah menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu
penelitian tergantung pada dua hal, yaitu : pertama, adanya sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari
besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang
menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2012).
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

Keterangan :
n = Jumlah sampel
N= Jumlah populasi
d = Tingkat signifikan 10%

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 182 responden dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,1 maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

182
𝑛=
1 + 182 (0,1)²

2
182
𝑛=
1 + 182 (0, 01)

182
𝑛=
2,82

== 64,53 dibulatkan menjadi 65

Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 65


responden. Untuk mengantisipasi adanya data yang tidak lengkap maka
sampel ditambah ± 10% dari jumlah sampel, sehingga didapatkan 72
sampel responden.

Tabel 4.1

Besar Sampel

Kelas Total Hasil


VII. 1 65 5
x 15
182

VII. 2 65 5
x 14
182

VII. 3 65 4
x 11
182

VII. 4 65 6
x 18
182

VII. 5 65 5
x 14
182

VII. 6 65 5
x 13
182

VIII. 1 65 6
x 17
182

VIII. 2 65 5
x 15
182

VIII. 3 65 6
x 16
182

VIII. 4 65 6
x 16
182

VIII. 5 65 6
x 17
182

VIII. 6 65 6
x 16
182

Total 182 65

3
4. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang
berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling
dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel
dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Metode
sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika
(wikipedia, 2017).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability


sampling yaitu proportionate stratified random sampling. Menurut
Sugiyono (2010), probability sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (angora) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Pengambilan sampel akan dipilih secara acak dengan menggunakan teknik


stratified random sampling yaitu proses pengambilan sampel melalui
proses pembagian populasi kedalam strata, memilih sampel acak
sederhana dari setiap stratum, dan menggabungkannya ke dalam sebuah
sampel untuk menaksir parameter populasinya (Sugiyono, 2012: 93).

Langkah-langkah yang ditempuh pengambilan sampel secara stratified


adalah:
a. Populasi suatu penelitian adalah siswa SMP PGRI 2 Ciledug
Tangerang
b. Berdasarkan pendataan siswa SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang
sebanyak 182 populasi.
c. Berdasarkan perhitungan statistic, sampel yang dianggap
representative adalah 70 responden.
d. Cara pengambilan sampel adalah “stratified random” berdasarkan
strata program studi yakni : Kelas VII dan VIII.

4
Penentuan sampel penelitian didapat dari daftar absensi siswa seluruh
kelas setiap tingkat. Lalu peneliti mengambil nomor absensi siswa yang
genap di setiap kelas hingga terpenuhi kuota sampel yang di inginkan.

5. Kriteria Sampel
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi
maupun eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri yang anggota populasi yang


tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010).
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini:
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1) Siswa SMP PGRI 2 Ciledug yang memiliki karakteristik dalam
perilaku merokok.
2) Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian
sampai tahap akhir penelitian.

b. Kriteria Eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel dapat


memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitaian
(Nursalam,2009).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1) Responden yang bukan siswi kelas VII dan VIII PGRI 2 Ciledug.
2) Responden tidak hadir pada saat pengumpulan data
3) Responden tidak berada ditempat saat penelitian berlangsung
4) Responden Tidak bersedia menjadi responden
5) Responden yang tidak masuk di karenakan sakit atau izin.

5
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP PGRI 2 Ciledug Tangerang karena
mayoritas memiliki kebiasaan merokok dan tempat tersebut belum pernah
dilakukan penelitian tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada siswa di SMP PGRI 2 Ciledug.

D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian terdiri dari waktu persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai
Januari 2019. Sedangkan pelaksanaan pengambilan data dengan kuesioner
pada responden pada tanggal 8-9 Januari pada pukul 09 : 00 WIB.

E. Etika Penelitian
Kode etik penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan pihak peneliti, subjek
penelitian, dan masyarakat yang memiliki dampak dari penelitian tersebut.
Etika penleitian bertujuan untuk melindungi subjek penelitian dari
kemungkinan bahaya atau hal-hal yang merugikan selama prosedur
penelitian berlangsung. Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-
prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal
penelitian sampai dengan publikasi hasil penelitian (Notoadmodjo, 2012).
Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian
keperawatan yaitu :

Prinsip-prinsip etika dalam penelitian ini:


1. Informed concent
Memberikan penjelasan kepada calon responden mengenai tujuan dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Jika calon responden bersedia, ia
dipersilahkan menandatangani informed concent. Calon responden yang
tidak bersedia dapat menolak dan mengundurkan diri. Dalam penelitian
ini prinsip informed consent diterapkan dengan cara:

6
a. Peneliti memberikan penjelasan langsung kepada responden
mencakup seluruh penjelasan yang tertulis dalam lembar persetujuan
responden dan penjelasan lain yang diperlukan untuk pemahaman
responden tentang pelaksanaan penelitian.
b. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya
tentang aspek- aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti
dan menjawab seluruh pertanyaan seubjek dengan terbuka
c. Peneliti memberika waktu yang cukup kepada responden untuk
menentukan pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai
sampel penelitian.
d. Peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar
persetujuan, jika responden menyetujui untuk ikut serta dalam
penelitian .

2. Anonymity (tanpa nama)


Masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data. Dalam
penelitian ini prinsip Anonymity diterapkan dengan cara:
a. Peneliti tidak meminta responden untuk menampilkan identitas atau
menuliskan nama asli pada lembar kueisoner

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian.
Semua informasi dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan data-data
yang diperoleh dari responden digunakan untuk kepentingan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini prinsip Confidentiality
diterapkan dengan cara :
a. Peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas (nama
dan alamat) responden pada lembar kuesioner yang dibagikan
b. Peneliti hanya menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden.

7
c. Informasi yang diberikan oleh responden hanya diiketahui oleh
peneliti.

F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2012). Peneliti
menggunakan lembar kuesioner sebagai alat pengumpulan data.
Kuesioner adalah suatu alat pengumpul data dalam assessment non
tes,berupa serangkaian yang diajukan kepada responden (peserta
didik,orang tua atau masyarakat) (Gantina komalasari,dkk, 2011:81).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalaah :
1. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian”
a. Bagian a adalah petunjuk pengisian.
b. Bagian b adalah identitas responden
c. Pertanyaan untuk mengukur variabel tipe merokok dengan total
pertanyaan 18 dan menggunakan skala liket.
d. Pertanyaan untuk mengukur variabel pengetahuan dengan total
pertanyaan 8 dan menggunakan skala guttman
e. Pertanyaan untuk mengukur variabel sikap dengan total
pertanyaan 7 dan menggunakan skala likert.
f. Pertanyaan untuk mengukur variabel kepercayaan dengan total
pertanyaan 5 dan menggunakan skala likert.
g. Pertanyaan untuk mengukur variabel teman sebaya dengan total
pertanyaan 5 dan menggunakan skala likert.
h. Pertanyaan untuk mengukur variabel Orang tua dengan total
pertanyaan 5 dan menggunakan skala likert.
i. Pertanyaan untuk mengukur variabel saran dan prasarana dengan
total pertanyaan 5 dan menggunakan skala likert.

Jumlah total pertanyaan kuesioner sebanyak 53 pertanyaan mengenai


faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok.

8
Tabel 4.2
Kisi-Kisi
No Variabel No Pertanyaan Skala
1. Tipe Perilaku 1 – 18 Likert
Merokok
2. Pengetahuan 1–8 Guttman
3. Sikap 1–7 Likert
4. Kepercayaan 1–5 Likert
5. Sarana dan prasarana 1–5 Likert

6. Pengaruh Teman 1–5 Likert


Sebaya
7. Dukungan Orang Tua 1–5 Likert

2. Rencana Instrumen Uji Coba


Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian uji validitas dan
reabilitas. Kuesioner tersebut harus diuji coba “trial” di lapangan, agar
diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka
jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30 orang. Suatu alat
ukur harus mempunyai kriteria “validitas” dan “reliabilitas”. Uji coba
instrumen penelitian dilakukan di SMP PGRI 1 CILEDUG, karena
memiliki karakteristik yang sama dengan SMP PGRI 2 CILEDUG.

a. Uji validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang akan diukur. Kuesioner perlu diuji dengan
uji korelasi antara skors tiap item dengan skors total kuesioner
tersebut. Semua item yang ada didalam kuesioner mengukur konsep
yang kita ukur apabila kuesioner tersebut memiliki validitas

9
konstruk. Table product moment digunakan untuk mengetahui
apakah nilai korelasi pernyataan itu signifikan (Sutanto, 2010).
Rumus

n. ∑XY) – (∑X.∑Y)
r=
√[n.∑X2− (∑X)2] [n.∑Y2− (∑Y)2]

Keterangan:

r : Koefisien korelasi
n : Jumlah responden uji coba
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Skor total seluruh pertanyaan

Keputusan Uji :
Bila rhitung lebih besar dari rtabel artinya variabel valid
Bila rhitung lebih kecil dari rtabel artinya variabel tidak valid
(Hastanto, 2007).

Tabel 4.3
Hasil Uji Kuesioner Validitas di SMP PGRI 2 CILEDUG
Variabel Jumlah Pertanyaan Pertanyaan Nilai r Hitung
Valid
Tipe Perilaku 20 18 (0,416 – 0,648)
Merokok
Pengetahuan 10 8 (-0,047 – 0,902)
Sikap 8 7 (-0,070 – 0,929)
Kepercayaan 6 5 (-0,039 – 0,785)
Teman Sebaya 5 5 (0,609 – 0,808)
Orang Tua 5 5 (0,753 – 0,907)
Sarana dan 5 5 (0,632 – 0,872)
Prasarana

10
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Menguji reliabilitas
adalah dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Tingkat
reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala
Alpha 0-1 (Notoatmodjo, 2010).

Rumus:

𝑘 1 − ∑ ơb2
𝑟=[ ][ ]
𝑘−1 ơ𝑡 2

Keterangan:

R : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan

∑ơb2 : Jumlah varians butir

ơt 2 : Varians total

Menurut Kelana (2011), kriteria suatu instrumen penelitian


dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini untuk uji
reliabilitas antar observer diinterpretasikan sebagai berikut :

Rendah : 0,00 – 0,40

Sedang : 0,41 – 0,59

Baik : 0,60 – 0,74

11
Sangatbaik : 0,75 – 1,00

Tabel 4. 4
Hasil Uji Rebilitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG

Variabel Nilai alpha cronbach Keterangan


Tipe Perilaku Merokok 0,909 Data Berdistribusi Sangat
Baik
Pengetahuan 0,898 Data Berdistribusi Sangat
Baik
Sikap 0,900 Data Berdistribusi Sangat
Baik
Kepercayaan 0,762 Data Berdistribusi Sangat
Baik
Teman Sebaya 0,875 Data Berdistribusi Sangat
Baik
Orang Tua 0,943 Data Berdistribusi Sangat
Baik
Sarana dan Prasarana 0,898 Data Berdistribusi Sangat
Baik

G. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Prosedur Administratif
a. Sebelum pengumpulan data proposal disetujui oleh pembimbing,
kemudian mengajukan surat izin ke pihak STIKes Pertamedika
untuk melakukan penelitian dan pengambilan data.
b. Setelah surat permhonan penelitian dikeluarkan oleh ketua
STIKes Pertamedika, peneliti mengajukan surat tersebut ke SMP
PGRI 2 Ciledug.
c. Setelah izin penelitian telah dikeluarkan dari SMP PGRI 2
Ciledug.
peneliti melakukan pengambilan data untuk penelitian

12
2. Prosedur Teknis
a. Sebelum kuesioner disebarkan, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta menjamin kerahasiaan
identitas responden dan hasil kuesioner kepada calon responden.
b. Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi baik
yang merokok.
c. Bagi calon responden yang terlibat dalam penelitian diberikan
lembar persetujuan untuk dibaca dan ditanda tangani.
d. Setelah responden setuju, maka peneliti memberikan kuesioner
kepada responden dan menjelaskan cara mengisi kuesioner.
e. Selama pengisian kuesioner, peneliti memberikan kesempatan
kepada responden untuk mengundurkan diri apabila responden
tidak bersedia untuk mengisi kuesioner
f. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk menjawab
seluruh pertanyaan kuesioner
g. Peneliti mengumpulkan kuesioner, jika seluruh pertanyaan sudah
diisi lengkap oleh responden dan periksa kelengkapannya.
h. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah
mengisi lembar kuesioner.

H. Teknik Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data bertujuan mengubah data menjadi
informasi (Wais, 2006). Dalam suatu penelitian, pengolahan data
merupakan salah satu langkah yang penting. Data yang diperoleh
langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi
apa-apa, dan belum siap untuk disajikan (Notoatmodjo, 2010).
Langkah-langkah pengolahan data secara manual adalah :
a. Editing, merupakan tahan awal dari pengolahan data. Setelah
mendapatkan data, peneliti memeriksa setiap lembar kuesioner
yang ada untuk memastikan bahwa data yang diperoleh telah terisi
semua dengan baik, konsisten, relevan, dan dapat dibaca.

13
Proses editing data yang dilakukan peneliti adalah dengan
melakukan pengecekkan lembar kuesioner yang telah diisi oleh
responden saat penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya
jawaban yang belum lengkap. Dari hasil pengecekkan tidak
didapatkan kuesioner dengan jawaban yang tidak lengkap.
b. Coding, atau pengkodean merupakan kegiatan mengubah data yang
diperoleh menjadi angka, atau kode yang telah disusun. Dengan
tujuan untuk mempermudah saat analisis dan mempercepat entry
data Proses coding yang dilakukan peneliti yaitu mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
pada lembar kuesioner.
c. Entry data, yaitu memasukan data yang telah melalui proses
pengkodean ke perangkat lunak pengolah data di komputer untuk
kemudian diolah.
Peneliti memasukkan seluruh data dari seluruh responden yang
sudah dalam bentuk kode (angka atau huruf) ke software computer
(IBM SPSS Statistic 22). Variabel pengetahuan, sikap,
kepercayaan, sarana dan prasarana, orangtua, teman sebaya dan
perilaku dimasukkan dengan data yang sudah di coding.
d. Tabulasi, yakni membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. Peneliti membuat
tabel-tabel data sesuai dengan tujuan yang diinginkan peneliti.

2. Teknik analisa data


Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual ataupun
menggunakan bantuan computer, tidak akan ada maknanya tanpa di
analisis. Keluaran akhir dari analisis data harus memperoleh makna
atau arti dari hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

14
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian dimana peneliti ingin mengetahui
apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi
normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang
baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal
(Santoso, 2009).

Metode untuk menguji normalitas data adalah dengan menghitung


rasio skewness, yaitu dengan membagi nilai skewness dengan nilai
standar error skewness. Sebelum dilakukan uji Chi Square, peneliti
terlebih dahulu melakukan uji normalitas data. Uji normalitas data
menggunakan nilai Z skewness dengan keputusan uji bila hasil ukur
didapatkan nilai antara ± 1,96 maka data dinyatakan berdistribusi
normal (Jiwantoro, 2017).
Rumus skewness

X-Mod = 3(𝑋̅ − 𝑀𝑒𝑑)

Maka skewness juga dapat dihitung dengan rumus

3(𝑋̅−𝑀𝑒𝑑)
Sk =
𝑠

Keterangan:

𝑋̅ : Rata-rata hitung
Mod: Modus
Med : Median
S : Simpangan baku

15
a.Variabel Independen
Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
(n = 30)

Variabel Nilai Standar Nilai Keterangan


skewness Eror
Pengetahuan -0,290 0,283 -1,024 Data Berdistribusi
Normal
Sikap -0,450 0,283 1,590 Data Berdistribusi
Normal
Kepercayaan -0,384 0,283 1,356 Data Berdistribusi
Normal
Teman 342 0,283 1,208 Data Berdistribusi
Sebaya Normal
Orang Tua -0,487 0,283 1,720 Data Berdistribusi
Normal
Saranan dan -0,264 0,283 0,932 Data Berdistribusi
Prasarana Normal

b. Variabel Dependen
Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Kuesioner di SMP PGRI 2 CILEDUG
(n = 70)

Variabel Nilai Standar Nilai Keterangan


skewness Eror
Tipe Perilaku 0,477 0,283 1,685 Data Berdistribusi
Merokok Normal

16
2. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2010). Untuk
mendeskripsikan semua variabel bebas (support system) dan variabel
terikat (motivasi belajar) dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
narasi. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui sebaran
(distribusi) dari frekuensi jawaban responden terhadap kuesioner yang
telah diisi.
1. Variabel Perilaku Merokok dikategorikan dalam data kategorik
dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel

2. Variabel faktor predisposisi dikategorikan dalam data kategorik


dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel

3. Variabel faktor pemungkin dikategorikan dalam data kategorik


dengan menggunakan perhitungan nilai :

17
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel

4. Variabel faktor penguat dikategorikan dalam data kategorik


dengan menggunakan perhitungan nilai :
a. Distribusi frekuensi
𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
Keterangan:
p = Proporsi
f = Frekuensi kategori
n = Jumlah sampel

b. Membuat table distribusi


Tabel 4.3
Analis univariat
Variabel Analisa Univariat
Perilaku Merokok n (%)
Predispodidi Factor n (%)
Enabling Factors n (%)
Renforcing Factor n (%)

18
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
behubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Dalam analisis bivariat dilakukan analisa tabulasi silang pada masing-
masing variabel bebas dan variabel terikat untuk mencari hubungan
yang bermakna. Proses analisis ini dapat menggunakan uji chi square
untuk mengetahui korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat.
Pada penelitian ini uji chi square digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa SMP
PGRI 2 CILEDUG dikarenakan chi square mencari ada tidaknya
hubungan antara kedua variabel
.

(𝑂−𝐸)2
X =∑
2
𝐸
X2 = Uji chi square
O = Nilai Observasi
E = nilai ekspektasi (harapan)
E = Frekuensi yang diharapkan

Uji kemaknaan digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (0.05) :


1) Nilai P value < 0.05, maka H0 ditolak yang artinya data
sampel mendukung adanya perbedaan bermakna atau
signifikan.
2) Nilai P value > 0.05, maka H0 ditolak yang artinya data
sampel tidak mendukung adanya perbedaan bermakna

Jika syarat chi square tidak terpenuhi dilakukan uji Statistik non
Parametrik . Statistik Non-Parametrik, yaitu statistik bebas sebaran
(tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal

19
atau tidak). Selain itu, statistik non-parametrik biasanya menggunakan
skala pengukuran sosial, yakni nominal dan ordinal yang umumnya
tidak berdistribusi normal. Pada penelitan ini digunakan uji Statistik
Non-Parametrik Wilcoxon.

Uji Fisher merupakan uji yang digunakan untuk melakukan analisis


pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya yang relatif
kecil (biasanya kurang dari 20) dengan skala data nominal atau
ordinal. Kemudian data diklasifikasikan kedalam tabel kontingesi 2 x
2. Uji ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti uji Chi-
Square jika nilai harapan dari sel pada tabel ada yang kurang dari 5
seperti berikut ini:

Peluang (probabilita) untuk pemunculan frekuensi-frekuensi pada table 2 x 2


ketika jumlah marginal fixed adalah dengan distribusi hypergeometric sebagai
berikut:

20
Untuk mendapatkan p-value ketika H0 benar , kita harus menjumlahkan
probabilita dari pemunculan data dengan probabilita dari kemungkinan
pemunculan yang lebih ekstrim.

Hipotesis:

H0 : P1 = P2.

H1 : P1 ≠ P2 (untuk uji dua arah) atau

P1 > P2 atau P1 < P2 (untuk uji satu arah)

Gunakan formula hypergeometric untuk mendapatkan nilai probabilita (p-value)


(atau anda dapat menggunakan tabel Fisher, lihat pada buku nonparametric
statistics karangan Sidney Siegel dan N. John Castellan, Jr.). Jika p-value <
α maka keputusannya adalah tolak H0. jika N > 15 gunakan uji χ2(seperti pada
uji median)

Contoh: berikut adalah 12 observasi dari dua kelompok data yang dibagi dalam
dua kategori yaitu diatas median dan dibawah median. Ujilah apakah proporsi
diatas media populasi I lebih besar dari populasi II? Gunakan α = 0,05.

21
Keputusan: Tolak H0 karena p-value < α

Kesimpulan: proporsi diatas median populasi I lebih besar dari populasi II


dengan tingkat keyakinan sebesar 95%.

Untuk uji dua arah

Ho : P1 = P2

H1 : P1 ≠ P2

Peluang tersebut diatas ditambah dengan kemungkinan pemunculan ekstrim dari


sisi yang lain.

Kemungkinan pemunculan yang lebih ekstrim dari sisi yang lain

22
Setiap kemungkinan pemunculan yang mempunyai selisih peluang (P1 – P2) lebih
besar dari 0,66 maka dikatakan mempunyai peluang pemunculan yang lebih
ekstrim.

Untuk uji dua arah

H0 : P1 = P2

H1 : P1 ≠ P2

peluang pemunculan yang lebih ekstrim juga berlaku untuk arah yang berlawanan.

23

Anda mungkin juga menyukai