Anda di halaman 1dari 15

1

PENGUJIAN EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea


barbata Miers) SEBAGAI ANTIHIPERTENSI
TESTING OF EXTRACT AND FRACTION OF CINCAU GREEN LEAF
(Cyclea barbata Miers) AS ANTIHIPERTENSION

Dwi Monica Sari*, Kristiani Martalina Petrus*, Christ Susanti*,


Ika Purwidyaningrum*, Sri Rejeki Handayani*, Fransiska Leviana*
*Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
_____________________________________________________________________________________________________________

ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah. Daun cincau hijau memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid
yang dapat menurunkan tekanan darah pada tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan membuktikan pengaruh ekstrak etanol daun cincau hijau (Cyclea barbata
Miers) dan dosis paling efektif dalam menurunkan tekanan darah pada tikus.
Penelitian ini menggunakan 55 tikus jantan galur wistar putih yang dikelompokkan
menjadi 11 kelompok uji dan tiap kelompok terdiri dari 5 tikus jantan galur wistar putih.
Kelompok I kelompok negatif CMC 0,5%, kelompok II kelompok positif atenolol 4,5 mg/Kg BB, 3
kelompok ekstrak, 3 kelompok fraksi air dan etil asetat. Pengukuran hewan uji menggunakan
metode non- invasif (tidak langsung) dengan alat Tail Cuff kemudian tekanan darah diukur
sebelum diinduksi (T0), 5 menit setelah diinduksi (T1) dan 10 menit setelah diberikan
perlakuaPn (T2). Pengoralan hewan uji sesuai kelompok perlakuan selama 30 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis ekstrak etanol daun cincau hijau (Cyclea
barbata Miers) yang paling efektif dalam menurunkan tekanan darah adalah 120 mg/ Kg BB,
dosis fraksi air 39 mg/kg BB, dosis fraksi etil asetat 9,6 mg/kgbb.

Kata kunci : Antihipertensi, daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers), Tail Cuff.
_____________________________________________________________________________________________________________

ABSTRAK
Hypertension is a degenerative disease characterized by an increase in blood pressure.
Green grass jelly leaves contain flavonoid compounds, saponins, tannins and alkaloids which
can reduce blood pressure in the body. The purpose of this study was to determine and prove
the effect of ethanol extract of green grass jelly (Cyclea barbata Miers) and the most effective
dose in reducing blood pressure in rats.
This study used 55 white Wistar strain male rats which were grouped into 11 test
groups and each group consisted of 5 white Wistar strain male rats. Group I was 0.5% CMC
negative group, group II was positive atenolol 4.5 mg/Kg BW, 3 extract groups, 3 water and
ethyl acetate fraction groups. Measurement of test animals using non-invasive methods
(indirect) with the Tail Cuff, then blood pressure is measured before being induced (T0), 5
minutes after being induced (T1) and 10 minutes after being given treatment (P2). Test animals
according to the treatment group for 30 days peroral induce.
The results showed that the most effective dose of ethanol extract of green grass jelly
(Cyclea barbata Miers) in reducing blood pressure was 120 mg/Kg BW, water fraction dose 39
mg/kg BW, ethyl acetate fraction dose 9.6 mg/Kg BW.
Keywords : Antihypertention, cincau hijau leaves, tail cuff
2

tidak dapat menjaga pola hidup yang


PENDAHULUAN
sehat (Kementrian Kesehatan RI 2014).
Kemajuan era globalisasi dari
Hipertensi merupakan masalah
tahun ke tahun semakin banyak
kesehatan dengan prevalensi yang
perubahan baik dari pola hidup hingga
tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai
pola makan setiap orang berbeda-
dengan data Riskesdas 2013.
beda. Makan adalah kebutuhan bagi
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada
tubuh sebagai sumber energi tetapi dari
tahun 2004 sekitar 13,4 - 14,6% dan
makanan juga dapat menyebabkan
pada tahun 2008 meningkat menjadi
resiko terkena masalah kesehatan
16-18%. Prevalensi penduduk yang
terutama masalah penyakit degeneratif
terkena hipertensi menurut usia 18
metabolik karena banyak makanan
tahun ke atas pada tahun 2007 di
yang mengadung zat-zat kimia yang
indonesia sekitar 31,7% sedangkan
dapat merusak fungsi organ tubuh
pada tahun 2013 terjadinya penurunan
sehingga organ tubuh bekerja semakin
sebesar 5,9%. Terjadinya penurunan
cepat. Salah satu penyakit degeneratif
dapat dipengaruhi dari alat pengukur
adalah penyakit hipertensi, penyakit
tekanan darah yang berbeda atau
hipertensi biasa dikenal dengan
kerusakan pada alat. Sehingga tekanan
penyakit darah tinggi dimana pada
darah harus diukur secara tepat supaya
penyakit darah tinggi terjadi
tidak terjadi kesalahan pembacaan
peningkatan tekanan darah pada tubuh.
hasil. Sedangkan prevalensi menurut
Banyak masyarakat yang belum
jenis kelamin pada tahun 2007 dan
mengetahui bahwa penyakit hipertensi
2013 di mana yang terkena hipertensi
adalah penyakit yang berbahaya dan
lebih besar di derita oleh wanita
salah satu penyakit yang mematikan
dibanding laki-laki. Masalah penyakit
secara diam-diam karena hipertensi
hipertensi di Indonesia adalah masalah
tidak menimbulkan gejala pada tubuh
yang terbesar karena setiap tahun
tetapi tekanan darah dapat meningkat
terjadi peningkatan hal ini perlu
secara terus-menerus apabila dibiarkan
diwaspadai supaya tidak semakin
saja maka akan menimbulkan
banyak masyarakat yang terkena
komplikasi yang akan menyebabkan
hipertensi (Kementrian Kesehatan RI
kematian (Sidabutar 2009).
2014).
Hipertensi merupakan penyakit
Tingginya angka masyarakat
yang membahayakan di kalangan
yang terkena penyakit hipertensi di
masyarakat terutama pada negara
negara Indonesia sehingga masyarakat
Asia, salah satunya Indonesia. Di
perlu memiliki pola pikir bahwa
samping itu, pengontrolan hipertensi
kesehatan sangat penting. Pengobatan
belum adekuat meskipun obat-obatan
terkadang yang menjadi salah satu
yang efektif banyak tersedia. Karena
alasan mengapa masyarakat terkadang
penyakit hipertensi di pengaruhi oleh
lebih memilih untuk tidak berobat
beberapa faktor usia, umur, jenis
karena mahal obat- obatan hipertensi
kelamin, riwayat keluarga, genetik,
sehingga masyarakat memilih untuk
kebiasaan merokok, minuman
membiarkan saja sehingga membuat
beralkohol, dan masih banyak lagi yang
penyakit hipertensi semakin memburuk
dapat mempengaruhi seseorang
karena tidak ada pencegahan dari
terkena hipertensi apabila seseorang
masyarakat. Terdapat dua cara untuk
mengobati hipertensi baik secara
3

farmakologi maupun non-farmakologi di sebanyak 5 gram diekstraksi dengan air


lihat dari klasifikasi tekanan darah pada 150 cc air kemudian diperas dapat
orang dewasa. Pada terapi non menurunkan tekanan darah tetapi
farmakologi dapat dicegah dengan cara belum diketahui tingkatan
menjaga pola hidup, pola hidup dan hipertensinya. Penelitian lain yang
lain-lain. Sedangkan pada terapi dilakukan oleh Istiroha et al
farmakologi Pemilihan obat hipertensi mengatakan bahwa air perasaan daun
dibagi berdasarkan golongannya dan cincau hijau dapat menurunkan
mekanisme kerja dari masing-masing tekanan darah tetapi belum diketahui
golongan. Obat-obatan hipertensi dapat untuk tingkatan tekanan darahnya.
dibagi menjadi beberapa golongan Namun pada sampai saat ini belum ada
terdiri dari golongan ACE-Inhibitor, lagi perkembangan pengobatan secara
Angiontesi II Reseptor blocker (ARB), tradisional untuk hipertensi dengan
β- bloker, Ca channal bloker, diuretik daun cincau dan belum diketahui dosis
thiazide (Joint National Commission yang efektif dalam pengobatan
(JNC) VIII 2014). hipertensi, hanya dosis yang digunakan
secara empiris. Sehingga masyarakat
Tanaman cincau hijau yang
yang mengalami tekanan darah dapat
mengandung klorofil, serta senyawa
menggunakan pengobatan secara
bioaktif polifenol, saponin, flavonoid
tradisional dibanding menggunakan
dan lemak. Pada zat aktif flavonoid dan
obat-obatan kimiawi sehingga
alkaloid kandungan zat aktif flavonoid
mengurangi efek samping yang
dapat berperan sebagai anti-
terdapat pada obat- obat kimia, dan
hepatotoksik, anti- HIV 1, anti-tumor,
pada penelitian ini diharapkan dapat
anti- inflamasi dan dapat memberikan
mengembangkan obat tradisional.
efek vasodilatasi terhadap pembuluh
darah yang membantu melindungi
fungsi jantung dan terdapat senyawa
METODOLOGI PENELITIAN
flavonoid yang dapat memberikan efek
untuk menurunkan kekakuan pada Identifikasi kandungan kimia ekstrak
arteri (Nurlela 2015). Daun cincau daun cincau hijau
sangat berpengaruh terhadap tingkat Senyawa kimia yang terdapat
hipertensi karena mengandung zat aktif pada daun cincau hijau adalah
flavonoid yang dapat memberikan efek flavanoid, alkaloid, saponin, dan tanin.
vasodilatasi terhadap pembuluh darah Identifikasi senyawa yang terdapat
yang membantu meringankan kinerja pada daun cincau direaksikan dengan
jantung sehingga dapat melindungi reagen-reagen kimia tertentu.
fungsi jantung (Lokesh 2012).
Identifikasi flavonoid. Ekstrak di
Banyak tanaman yang terdapat masukkan ke dalam tabung reaksi
di Indonesia yang kandungan belum ditambahkan 1-2 ml etanol ditambah
diketahui oleh masyarakat namun serbuk Mg kemudian ditambah HCL
secara turun – menurun sudah pekat. Reaksi positif akan ditunjukan
digunakan untuk pengobatan, salah dengan terbentuknya larutan berwarna
satunya pada daun cincau hijau yang merah pada lapisan amil alkohol
dapat menurunkan tekanan darah. (Harbone 1987).
Pada penelitian sebelumnya pada
tahun 1966 oleh Prof. Dr. Sardjito et al Identifikasi alkaloid. Dimasukan 3 ml
daun cincau di ujikan kepada manusia ekstrak etanol daun cincau dalam
dengan mengkonsumsi daun cincau tabung reaksi ditambahkan 4 ml etanol
4

70% dan 1,5 HCL 2%. Larutan dibagi sampai empat kali dengan n-heksana
tiga sama banyak dalam tabung reaksi. dengan volume 75 ml untuk tiap kali
Tabung I sebagai pembanding, tabung partisi menggunakan corong pisah.
II ditambahkan 2-3 tetes reagen Filtrat n-heksana selanjutnya
Dragendorf untuk menunjukan adanya dikumpulkan dan dipekatkan dengan
kekeruhan atau endapan coklat. vakum evaporator pada suhu 40º C.
Tabung reaksi III ditambahkan 2-3 tetes Filtrat n-heksana yang pekat
reagen Meyer untuk menunjukan selanjutnya disebut fraksi n-heksana.
endapan putih (Farnsworth 1996).
Lapisan air kemudian dipartisi 3
Identifikasi saponin. Ekstrak kali dengan etil asetat, dengan volume
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 75 ml untuk tiap kali partisi
lalu ditambahkan air dengan menggunakan corong pisah. Filtrat etil
perbandingan (1:1) ditambah HCL 2 N asetat, selanjutnya dikumpulkan dan
lalu dikocok kuat- kuat untuk dapat dipekatkan dengan vakum evaporator
menimbulkan reaksi. Hasil positif pada suhu 40º C sehingga diperoleh
ditunjukkan dengan terdapatnya busa fraksi etil asetat. Residu hasil partisi
(Harbone 1987). dari etil asetat, kemudian dikumpulkan
dan diuapkan dengan menggunakan
Identifikasi tanin. Ekstrak dimasukkan
water bath, hasil yang diperoleh disebut
kedalam tabung reaksi ditambahkan
dengan fraksi air.
dengan kalsium besi (III) sianida dan
amoniak yang akan memberikan Pengukuran tekanan darah
endapan hijau kehitaman (Harbone
Pengukur tekanan darah sistolik
1987).
dan tekanan darah diastol dilakukan
Pembuatan ekstrak daun cincau dengan cara non-invasive yang berarti
hijau menggunakan alat tetapi secara tidak
langsung. Metode Non-Invasive
Ekstrak etanol daun cincau hijau
menggunakan alat Tail Cuff. Prinsip
dibuat secara maserasi dengan cara
kerja pengukuran tekanan darah adalah
serbuk daun cincau hijau sebanyak 10
cuff digelembungkan sampai mencapai
bagian simplisia dari 500 g dimasukkan
tekanan darah diatas tekanan darah
ke dalam botol berwarna gelap, lalu
sistolik, sehingga nadi menghilang
ditambahkan etanol 96% sebanyak 75
kemudian tekanan dikurangi perlahan-
bagian yaitu 3,750 liter. Kemudian
lahan. Pada saat tekanan darah
ditutup dan diamkan selama 5 hari
mencapai dibawah tekanan sistolik nadi
dengan penggojokan sesekali. Setelah
akan muncul kembali. Cara pengukuran
5 hari maserasi disaring dan residu
ini sesuai dengan cara mengukur
diperas. Hasil yang diperoleh
tekanan darah pada manusia
dipekatkan dengan evaporator hingga
menggunakan alat sphignomanometer
menjadi ekstrak kental (Depkes 1989)
(Ngatijan 2006).
Pembuatan fraksi ekstrak etanol
daun cincau hijau menggunakan tiga
pelarut berbeda kepolaran dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
pebandingan 1:1 untuk pelarut dengan
Daun cincau hijau menunjukan
pelarut, dan 10:75 untuk ekstrak dan
hasil positif mengandung flavonoid,
pelarut. Ekstrak etanol daun cincau
tanin, saponin dan alkaloid. Pengujan
hijau 10 gram ditambahkan 70 ml aqua
Alkaloid pada tabung I sebagai
destilata dan 5 ml etanol untuk
pembanding, tabung II + reagen
melarutkan ekstrak, dipartisi tiga
5

dregendroff dan tabung III + reagen sesuai dengan kelompok perlakuan


mayer, hasil dari tabung III memberikan masing-masing kecuali kelompok II
hasil tidak adanya endapan putih dioralkan saat pengukuran tekanan
setelah penambahan reagen mayer darah selama 30 hari.
karena tidak semua senyawa dapat
Tabel 1. Hasil rata-rata
bereaksi dengan pereaksi mayer.
tekanan darah sistolik
Tabung II menunjukkan hasil endapan
dan diastolik ekstrak
berwarna coklat sehingga dapat
etanol daun matoa
disimpulkan bahwa daun cincau hijau
hewan uji
memiliki senyawa alkaloid karena
terjadi endapan berwarna coklat
setelah penambahan pereaksi
(T0) tekanan darah (T1) 5 men
dregendroff baik serbuk maupun
awal
ekstrak. Hasil penelitian Yunahara Kel diinduksi
dengan hasil peneliti yang dilakukan (mmHg)
dalam pengujian kandungan kimia
sistolik diastolik sistolik
serbuk dan ekstrak menghasilkan hasil
identifikasi yang sama yaitu flavonoid, I 120,46 ± 81,32 ± 173,99 ±
alkaloid, tanin dan saponin.
22,22 20,98 6,56
Hasil ekstrak etanol daun cincau
II 108,93 ± 74,59 ± 166,66 ±
hijau diujikan terhadap tikus jantan
galur wistar dengan metode non-invasif 4,21 6,23 9,52
(secara tidak langsung) dengan
III 122,73 ± 82,46 ± 171,33 ±
melakukan 3 kali pengukuran tekanan
darah yaitu sebelum diinduksi (T0), 5 8,67 11,51 12,81
menit sesudah induksi (T1) untuk
IV 117, 19 ± 80,52 ± 170,19 ±
mengetahui peningkatan tekanan darah
pada hewan uji, dan pengukuran 10 9,75 10,21 5,60
menit setelah induksi adrenalin (T2).
V 125,66 ± 82,19 ± 173,73 ±
Pada pengukuran perwaktu tersebut
efek ekstrak daun cincau hijau dapat 3,85 8,95 3,26
digunakan sebagai antihipertensi.
Pemilihan waktu pengukuran tersebut
berdasarkan pada t1/2 yaitu adrenalin 5-
10 menit.
Pengukuran tekanan darah
hewan uji diberikan perlakuan yang
sesuai dengan kelompok hewan uji
yaitu kelompok I sebagai kontrol negatif
CMC 0,5 %, kelompok II sebagai
kontrol positif Atenolol 0,9 mg / 200 g
BB tikus, kelompok III sebagai dosis 8
mg / 200 g BB tikus, kelompok IV
sebagai dosis 16 mg / 200 g BB tikus,
kelompok V dosis sebagai 24 mg / 200
g BB tikus. Perlakuan pada hewan uji
mulai dari mengadaptasikan hewan uji
selama 7 hari. Hewan uji di oralkan
6

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui


Keterangan :
data terdistribusi normal atau tidak.
Kelompok I : Langkah berikutnya dilanjutkan dengan
CMC 0,5% (2 ml / 200 g BB tikus) uji ANOVA satu jalan lalu dilanjutkan
Kelompok II : dengan uji Tukey.
Atenolol 0,9 mg / 200 g BB tikus Hasil statistik One-Sample
Kelompok III : Kolmogorov-Smirnov dari pengukuran
Ekstrak etanol dosis 8 mg / 200 g BB tekanan darah T0 sistolik menunjukkan
tikus Kelompok IV : signifikasi = 0,761 > 0,05 dan tekanan
Ekstrak etanol dosis 16 mg / 200 g BB darah diastolik = 0,965 > 0,05 sehingga
tikus Kelompok V : dapat disimpulkan bahwa terdistribusi
Ekstrak etanol dosis 24 mg / 200 g BB normal. Hasil uji ANOVA pada T0
tikus tekanan darah sistolik = 0,513 > 0,05
dan tekanan darah diastolik = 0,856 >
0,05 maka jika nilai signifikasi > 0,05
Pengukuran tekanan darah berarti tidak ada perbedaan nyata pada
dilakukan dengan menggunakan tekanan darah tikus, maka dapat
metode Non – Invasive Blood pressure disimpulkan bahwa tidak ada
dengan menggunakan alat tail cuff. perbedaan antara kelompok masing-
Langkah pertama yaitu tikus masing. Hasil uji Tukey T0 tekanan
dimasukkan kedalam restriner darah sistolik dan tekanan darah
kemudian cuff diletakkan pada ekor diastolik menunjukkan hasil dari semua
tikus untuk memonitoring tekanan kelompok > 0,05 sehingga dapat
darah, VPR yang terdapat pada alat ini disimpulkan bahwa tidak ada
memungkinkan dapat mengukur perbedaan dari kelompok perlakuan.
volume darah ekor tikus sehingga perlu Hasil statistik One-Sample
dikontrol kondisi hewan uji supaya tidak Kolmogorov-Smirnov dari pengukuran
stress karena dapat mempengaruhi tekanan darah T1 sistolik menunjukkan
aliran darah ke ekor. Pengkondisian signifikasi = 0,628 > 0,05 dan tekanan
pada hewan uji pada hot plate darah diastolik = 0,595 > 0,05 sehingga
dilakukan sekitar 15 – 30 menit hingga dapat disimpulkan bahwa terdistribusi
suhunya mencapai 30 – 31°C. Prinsip normal. Hasil uji ANOVA pada T1
kerja pengukuran tekanan darah cuff tekanan darah sistolik menunjukkan
digelembungkan sampai mencapai signifikasi = 0,633 > 0,05 dan tekanan
tekanan darah normal tikus, sehingga darah diastolik = 0,702 > 0,05 berarti
nadi menghilang kemudian tekanan cuff tidak ada perbedaan antar kelompok
dikurangi secara perlahan-lahan. Pada hewan perlakuan. Pada tahap ini
saat tekanan darah mencapai dibawah pengujian T1 dilakukan induksi dengan
sistolik nadi akan muncul kembali. adrenalin terhadap semua kelompok
Pengukuran T0 dilakukan perlakuan sehingga terjadi peningkatan
sebelum hewan uji diberikan perlakuan tekanan darah sistolik dan diastolik.
sesuai kelompok masing-masing. Hasil Hasil Tukey T1 tekanan darah sistolik
T0 tidak menunjukkan perubahan dan tekanan darah diastolik
tekanan darah sistolik dan tekanan menunjukkan signifikasi > 0,05
darah diastolik yang signifikasi karena sehingga dapat disimpulkan tidak ada
pengukuran T0 merupakan nilai awal perbedaan dari kelompok perlakuan.
atau nilai normal. Uji analisis statitstik Hasil uji statistik One-Sampel
menggunakan One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test T2 tekanan
7

darah sistolik menunjukkan signifikasi = menurun (Guyton 2008). Alkaloid


0,352 > 0,05 dan tekanan darah memiliki mekanisme kerja sama seperti
diastolik obat hipertensi golongan β-bloker yaitu
inotropik negatif dan kronotropik
= 0,468 > 0,05 dapat disimpulkan
negatif. Inotropik negatif yaitu suatu zat
bahwa terdistribusi normal. Uji statistik
yang dapat mempengaruhi daya
Test of Homogeneity of Variances pada
kontraksi otot sedangkan kronotropik
tekanan darah sistolik menunjukkan
negatif berperan dalam denyut jantung
signifikasi = 0,411 > 0,05 dan tekanan
sehingga dapat menimbulkan
darah diastolik = 0,414 > 0,05 dapat
penurunan denyut jantung. Tanin
disimpulkan bahwa data terdistribusi
memiliki mekanisme kerja sebagai
secara homogen antara kelompok
penghambat ACE dan saponin memiliki
perlakuan.
mekanisme kerja seperti obat-obatan
Hasil uji statistik ANOVA T2 diuretik dengan menurunkan volume
tekanan darah sistolik dan tekanan plasama sehingga air dan elektrolik
darah diastolik menunjukkan signifikasi terutama natrium didalam tubuh
0,000 < 0,05 yang mempunyai makna menurun. Penurunan kadar natrium
adanya perbedaan antara kelompok dan air dalam tubuh mempengaruhi
perlakuan. Hasil stastistik Uji Tukey T2 cardiac output dan resistensi perifer.
tekanan darah sistolik dan tekanan
Kontrol positif yang digunakan
darah diastolik untuk mengetahui dosis
dalam penelitian ini adalah atenolol.
yang paling efektif sebagai penurun
Atenolol merupakan obat hipertensi
tekanan darah pada tikus. Hasil
golongan β-bloker yang memiliki tempat
pengukuran tekanan darah 10 menit
kerja pada β-1 reseptor
setelah diinduksi adrenalin (T2) pada
(kardiovaskuler). Atenolol dapat
tikus menunjukkan dosis yang efektif
menurunkan curah jantung melalui
sebagai penurunan darah adalah dosis
inotropik negatif dan kronotropik negatif
24 mg / 200 g BB tikus, karena dosis III
sama seperti kerja dari salah satu
memperlihatkan hasil tekanan darah
senyawa yang terdapat pada daun
sistolik signifikasi = 0,285 > 0,05 yang
cincau hijau. Adrenalin merupakan
memiliki perbedaan makna antara
penginduksi dalam penelitian ini yang
kelompok hewan uji. Dosis 24 mg/200 g
dapat menyebabkan tekanan darah
BB tikus menunjukkan penurunan
meningkat. Hal itu terjadi karena
tekanan darah yang hampir sama
adrenalin merangsang reseptor α-
seperti kelompok kontrol positif 0,9
adrenergik dan β-1 adrenergik
mg/200 g BB tikus yaitu atenolol.
sehingga dapat meningkatkan tahanan
Penurunan tekanan darah pada hewan
perifer, tekanan darah dan aliran darah.
uji terjadi karena pemberian ekstrak
Pada penelitian ini peningkatan
etanol cincau hijau. Ekstrak etanol daun
tekanan darah yang disebabkan oleh
cincau hijau memiliki kandungan
adrenalin dapat diblock dengan kontrol
senyawa yaitu flavonoid, alkaloid, tanin
positif yaitu atenolol dan ekstrak daun
dan saponin yang mempunyai aktivitas
cincau hijau, sehingga dapat
sebagai antihipertensi.
menurunkan tekanan darah, curah
Flavonoid memiliki mekanisme jantung, denyut jantung dan
kerja mengurangi sekresi renin yang kontraktilitas miokard yang ditingkatkan
menyebabkan penurunan angiontesin II oleh adrenalin.
sehingga dapat terjadi vasokontriksi
Pada penelitian ini ekstrak
dan penurunan aldosteron oleh sebab
etanol daun cincau hijau mempunyai
itu reabsosi natrium dan air dapat
8

efek menurunkan tekanan darah pada a : Berbeda signifikan


tikus. Ekstrak etanol daun cincau hijau dengan kelompok kontrol sakit (CMC)
yang efektif dalam menurunkan
b : Berbeda signifikan
tekanan darah pada tikus adalah Dosis
dengan kelompok obat pembanding
III 24 mg/200 g BB tikus.
(atenolol) c : Berbeda signifikan
Penelitian Istitoha et al 2016 dengan kelompok dosis ekstrak 120
efektifitas perasaan daun cincau hijau mg/kgbb I : Kontrol sakit (CMC
dapat menurunkan tekanan darah. 0,5%)
Penelitian tersebut dibandingkan
II : Kontrol obat (Atenolol)
dengan obat hipertensi yaitu kaptropil.
Hasil dari penelitian efektifitas perasaan III : Ekstrak etanol daun
daun cincau hijau terjadi penurunan cincau hijau 120 mg/kgbb IV : Fraksi
tekanan darah sistolik sekitar 10-30 air dosis 9,85 mg/kgbb
mmHg dan diastolik sekitar 5-25 V : Fraksi air dosis 19,5
mmHg. Pada penelitian (Umayasari et mg/kgbb VI : Fraksi air dosis 39
al 2015) aktivitas antihipertensi pada mg/kgbb
ekstrak etanol dewandaru. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan T0 : Tekanan darah awal
penurunan tekanan darah pada tikus. sebelum larutan uji dan adrenalin (T0)
Ekstrak etanol dewandaru ini memiliki T1 : Tekanan darah setelah 5
kandungan yang sama seperti daun menit diinduksi adrenalin (T1)
cincau hijau sehingga memiliki efek
terhadap penurunan tekanan darah T2 : Tekanan darah setelah
pada hewan uji. Dosis yang efektif 10 menit induksi adrenalin (T2)
untuk menurunkan tekanan darah 1,2
mg / 200 g BB tikus. Penelitian (Safitri
2015) pengaruh pemberian sari buah Berdasarkan tabel 2
belimbing wuluh terhadap tekanan menunjukan bahwa rata-rata semua
darah sistolik pada tikus dapat kelompok mengalami kenaikan tekanan
menurunkan tekanan darah secara darah sistolik setelah diinduksi epinefrin
signifikasi. Dosis yang efektif untuk tetapi terdapat beberapa perbedaan
menurunkan tekanan darah sebesar 2 bermakna atau perbedaan kenaikan
ml/200 g BB tikus. tekanan darah pada beberapa
kelompok perlakuan, peningkatan
Tabel 2. Rata-rata dan SD tekanan tekanan darah tersebut disebabkan
darah sistolik fraksi air karena mekanisme adrenalin yang
Kel T0 T1 secara
T2 spesifikΔT1menaikan tekanan
ΔT2
darah dengan bekerja pada β1 dan α1
Uji yang memperkuat (T0 - Tdaya
1) (T0 – T
kontraksi 2)
otot
I 121±7,23 168±0,50b jantung
172±0,96 bc dan 6,73
-47± mempercepat -51± kontraksi
6,27
miokard sehingga terjadi peningkatan
II 119±2,22 137±5,72a 107±8,06 ac
-18± -3,5
curah jantung dan kebutuhan12± -5,84
oksigen
III 123±2,36 165±6,99b yang abjuga
141±5,60 meningkat.
-42± -4,63 Pada -18±
kelompok
-3,24
sakit abdiberikan suspensi CMC selama
IV 120±2,45 161±13,7b 144±5,29
masa -41± -11,25 dari -24±
perlakuan, tabel-2,84 2
V 119±2,06 158±12,87b 131,75±5,32 ab
menujukkan -39±adanya
-10,81 kenaikan tekanan
-12,75± -3,26
darah acsistolik pada 5 menit setelah
VI 119±1,71 150±9,54ac 121,5±8,19 -31± -7,83 -2,5± -6,48
diberikan epinefrin (T1) dan tidak
Keterangan : mengalami penurunan pada menit ke
9

10 (T2), hal tersebut menujukan CMC menunjukan adanya berbeda makna


tidak memiliki aktivitas dalam yang sama dengan kontrol obat
penurunan tekanan darah sistolik dan pembanding yaitu atenolol. Pada rata-
dapat digunakan sebagai kontrol sakit rata tekanan darah sistolik T0 dari data
untuk kelompok larutan uji. Pada uji ANOVA hasil signifikan = 0,580 >
kelompok obat pembanding yang 0,05 berarti tidak menunjukan adanya
diberikan adalah obat atenolol sebagai perbedaan, sehingga tidak dilanjutkan
kontrol penurunan tekanan darah pada uji Post Hoc Test.
menunjukan adanya peningkatan
tekanan pada saat T1 tetapi berbeda
makna dengan kelompok kontrol sakit
dan juga kelompok ekstrak karena tidak
menujukan peningkatan yang sama Rata-rata Tekanan
dengan kedua kelompok perlakuan
20 Darah Diastol
tersebut, dan pada T2 menunjukan
Tekanan Darah Diastol (mmHg)

0
adanya penurunan tekanan darah
sistolik yang berbeda makna dari 15 CMC
kontrol sakit dan kelompok ekstrak, hal 0
ini dapat terjadi karena mekanisme Ateno
kerja dari atenolol yaitu memblok lol
Ekstrak 120
10
reseptor adrenergik β1, menurunkan 0 mg/kgbb
frekuensi jantung dan curah jantung
Fraksi 9,85
serta penurunan pelepasan renin. Pada 5 Fraksi 19,5
mg/kgbb
mg/kgbb
kelompok ekstrak tekanan darah 0
sistolik pada T1 adanya perbedaan Fraksi 39
bermakna dengan kelompok obat 0 mg/kgbb
pembanding atenolol, pada T2 rata-rata T T T
tekanan darah sistolik ekstrak berbeda 0 1 2
makna dengan kelompok obat atenolol
dan juga berbeda makna dengan
kontrol sakit yang menandakan adanya
penurunan tekanan darah. Pada
kelompok larutan uji fraksi air dosis Gambar 1. Histogram rata-rata
9,85 mg dan dosis 19,5 mg dapat tekanan darah diastolic fraksi air
diketahui bahwa tekanan darah sistolik
Berdasarkan histogram diatas
pada T1 kedua dosis tersebut berbeda
menujukan bahwa tekanan darah
makna dengan kelompok obat
diatolik kelompok sakit (CMC 0,5%)
pembanding dan pada T2 berbeda
dari T1 sampai T2 mengalami kenaikan
makna dengan kelompok kontrol sakit
tekanan darah. Kelompok pembanding
dan juga kelompok obat pembanding.
atenolol pada T 1 mengalami kenaikan
Hal tersebut menujukan adanya
tekanan darah tetapi tidak besar dan
perbedaan bermakna yang sama
pada T2 mengalami penurunan tekanan
dengan kelompok ekstrak. Sedangkan
darah sehingga berbeda signifikan
pada kelompok larutan uji fraksi air
dengan kelompok sakit baik di T1
dosis 39 mg/kgbb yang merupakan
maupun T2. Kelompok ekstrak pada T1
dosis terbesar pada T1 dan T2
mengalami kenaikan tekanan darah
menunjukan adanya perbedaan
dan pada T2 mengalami penurunan
bermakna dengan kontrol sakit dan
tetapi tidak sebesar kelompok atenolol
kelompok ekstrak, hal tersebut
sehingga terdapat perbedaan signifikan
1
0

dengan kelompok atenolol. Kelompok terkadang juga tetap. Pengurangan


fraksi air dosis 9,85 mg/kgbb dan cardiac output yang menyebabkan
kelompok fraksi air dosis 19,5 mg/kgbb resistensi perifer menurun. Hal tersebut
pada T1 mengalami kenaikan tekanan menyebabkan penurunan tekanan
darah dan pada saat T2 fraksi air dosis darah (Tengo NA, Bialangi N, dan
9,85 mg/kgbb mengalami penurunan Suleman N 2013).Flavonoid akan
tetapi tidak sebesar kelompok atenolol mempengaruhi kerja dari Angiotensin
sehingga terdapat perbedaan signifikan Converting Enzym (ACE).
dengan kelompok atenolol berbeda Penghambatan ACE akan menginhibisi
dengan kelompok fraksi air dosis 19,5 perubahan angiotensin I menjadi
mg/kgbb pada T2 menujukan angiotensin II, yang menyebabkan
perbedaan bermakna pada kelompok vasodilatasi sehingga tahanan
sakit. Kelompok fraksi air dosis 39 resistensi perifer turun dan dapat
mg/kgbb pada T1 dan T2 mengalami menurunkan tekanan darah.
kenaikan dan penurunan tekanan darah
tetapi tidak signifikan dengan kelompok
CMC dan ekstrak seperti pada
kelompok atenolol.
Terjadinya penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada T2 oleh
Kelompok fraksi air dosis 9,85 mg/kgbb
dan kelompok fraksi air 19,5 mg/kgbb
menunjukan adanya aktifitas
antihipertensi pada fraksi air yang
memiliki signifikan penurunan tekanan
darah sama seperti ekstrak dengan
dosis 120 mg/kgbb. Sedangkan pada
kelompok fraksi air dosis 39 mg/kgbb
berdasarkan hasil uji statistik Tuckey
pada T1 maupun T2 menunjukkan
adanya signifikan data antara dosis
19,5 mg/kgbb dengan kelompok
atenolol baik tekanan darah sistolik
maupun diastolik. Hal ini mungkin Tabel 3. Hasil pengukuran tekanan
terjadi karena pengkalian dosis darah sistolik fraksi etil asetat
terbesar dari dua dosis sebelumnya
yaitu 2 kali dari dosis ekstrak. Daun Kel T0 T1 T2 ΔT1
cincau hijau sendiri diketahui Uji (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg
mengandung beberapa senyawa aktif
yang dapat menurunkan tekanan darah I 121±7,23 168±0,50b 172±0,96bc 47
diantaranya yaitu alkaloid, flavonoid, II 119±2,22 137±5,72ac 97±1,83ac 18
dan tannin. Alkaloid berfungsi sama b ab
dengan obat-obatan β- blocker III 123±2,36 165±6,99 141±5,60 42
mempunyai khasiat inotropik negatif IV 120±3,69 161±7,19b 142±3,10ab 41
terhadap jantung. Akibatnya adalah
V 119±1,89 159±6,02b 134±9,86ab 40
penurunan curah jantung, turunnya
ac ac
denyut jantung dan kurangnya VI 119±2,22 139±2,65 107±3,50 20
kekuatan kontraksi dari miokardium.
Resistensi perifer kadang naik,
1
1

Keterangan : dengan kelompok ekstrak. Kelompok


ekstrak, kelompok fraksi etil asetat
a : Berbeda signifikan
dosis 2,4mg/kgbb dan kelompok fraksi
dengan kelompok kontrol sakit (Na
etil asetat dosis 4,8mg/kgbb
CMC)
menunjukan berbeda bermakna
b : Berbeda signifikan dengan kelompok obat pembanding.
dengan kelompok obat pembanding Kelompok fraksi etil asetat dosis
(atenolol) c : Berbeda signifikan 9,6mg/kggbb berbeda bermakna
dengan kelompok dosis ekstrak 120 dengan kelompok kontrol sakit dan
mg/kgbb I : Kontrol sakit (Na CMC kelompok ekstrak sama seperti
0,5%) kelompok obat pembanding.
II : Kontrol obat (Atenolol) Tekanan darah sistolik saat T2
III : Ekstrak etanol daun juga terdapat perbedan signifikan,
cincau hijau 120 mg/kgbb IV : Fraksi sehingga data dilanjutkan pada uji Post
etil asetat dosis 2,4 mg/kgbb Hoc Test untuk melihat perbedaan
bermakna pada setiap kelompok.
V : Fraksi etil asetat dosis Kelompok kontrol sakit berbeda
4,8 g/kgbb VI : Fraksi etil asetat dosis bermakna dengan kelompok obat
9,6 mg/kgbb pembanding dan juga berbeda
T0 : Tekanan darah awal bermakna dengan kelompok ekstrak,
sebelum larutan uji dan adrenalin T0) T1 sedangkan pada kelompok obat
: Tekanan darah setelah 5 pembanding berbeda bermakna
menit diinduksi adrenalin (T1) dengan kelompok kontrol sakit dan juga
berbeda bermakna dengan kelompok
T2 : Tekanan darah setelah ekstrak. Kelompok ekstrak menunjukan
10 menit dinduksi adrenalin (T2) Δ T1 : berbeda bermakna dengan kelompok
Besar kenaikan tekanan darah sistolik kontrol sakit dan kelompok obat
(T1-T0) pembanding. Kelompok fraksi etil
Δ T2 : Besar penurunan asetat dosis 2,4mg/kgbb dan kelompok
tekanan darah sistolik (T1-T2) fraksi etil asetat dosis 4,8mg/kggbb
menunjukan berbeda bermakna
Berdasarkan tabel diatas dengan kelompok kontrol sakit dan
menunjukan bahwa pada rata-rata kelompok obat pembanding sama
tekanan darah sistolik T0 dari data uji seperti kelompok ekstrak, dan pada
ANOVA hasil signifikan = 0,580 > 0,05 kelompok fraksi etil asetat dosis
berarti tidak menunjukan adanya 9,6mg/kgbb berbeda bermakna dengan
perbedaan, sehingga tidak dilanjutkan kelompok kontrol sakit dan kelompok
pada uji Post Hoc Test. Tekanan darah ekstrak sama seperti kelompok obat
sistolik pada saat T1 semua kelompok pembanding, hal tersebut didukung
terdapat perbedaan yang signifikan oleh persentase penurunan tekanan
pada uji ANOVA sehingga dilanjukan uji darah sistolik pada variasi dosis
Post Hoc Test untuk mengetahui tersebut.
perbedaan bermakna pada setiap
kelompok. Kelompok kontrol sakit Tabel 4. Hasil pengukuran tekanan
berbeda bermakna dengan kelompok darah diastolik
obat pembanding, sebaliknya pada Kel T0 T1 T2 ΔT1
kelompok obat pembanding berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol Uji (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg
sakit dan juga berbeda bermakna I 88±4,20 113±4,50b 116±1,29bc 25
1
2

kelompok. Kelompok kontrol sakit


II 88±1,89 93±5,92ac 83±4,20ac 5 10 6% 17%
berbeda bermakna dengan kelompok
III 86±12,36 116±3,30b 102±7,32abobat
30 pembanding, 14 sebaliknya
35% 12%pada
b abkelompok obat pembanding berbeda
IV 87±2,94 114±8,19 104±7,12 27 10 31% 9%
bermakna dengan kelompok kontrol
V 83±2,22 111±5,38b 95±8,04a sakit
30 dan juga 18berbeda 36%bermakna
14%
VI 83±2,16 97±2,16ac dengan
83±3,70ac 15 kelompok12 ekstrak. Kelompok
18% 15%
ekstrak, kelompok fraksi etil asetat
Keterangan : dosis 2,4mg/kgbb dan kelompok fraksi
a : Berbeda signifikan etil asetat dosis
dengan kelompok sakit
b : Berbeda signifikan
dengan kelompok obat atenolol
c : Berbeda signifikan
dengan kelompok dosis ekstrak 4,5
mg/kgbb I : Kontrol sakit (Na CMC
0,5%)
II : Kontrol obat (Atenolol)
III : Ekstrak etanol daun
cincau hijau 120 mg/kgbb IV : Fraksi
etil asetat dosis 2,4 mg/kgbb
V : Fraksi etil asetat dosis
4,8mg/kgbb VI : Fraksi etil asetat dosis
9,6 mg/kgbb
T0 : Tekanan darah awal
sebelum larutan uji dan adrenalin (T0)
T1 : Tekanan darah setelah 5
menit diinduksi adrenalin (T1) T2 :
Tekanan darah setelah 10 menit induksi
adrenalin (T2) Δ T1 : Besar kenaikan
tekanan darah sistolik (T1-T0)
Δ T2 : Besar penurunan
tekanan darah sistolik (T1-T2)
Dari tabel diatas pada rata-rata
tekanan darah diastolik T0 untuk semua
kelompok dari data uji ANOVA hasil
signifikan = 0,880 > 0,05 berarti tidak
menunjukan perbedaan adanya
perbedaan, sehingga tidak dilanjutkan
pada uji Post Hoc Test. Tekanan darah
diastolik pada saat T1 semua kelompok
terdapat perbedaan yang signifikan
pada uji ANOVA sehingga dilanjukan uji
Post Hoc Test untuk mengetahui
perbedaan bermakna pada setiap
1
3
fraksi etil asetat daun cincau hijau secara
umum didefinisikan sebagai senyawa
polifenol yang membentuk kompleks
4,8mg/kgbb menunjukan berbeda bermakna dengan protein dan merupakan senyawa
dengan kelompok obat pembanding, terbesar kedua yang menyusun fenol.
sedangkan pada kelompok fraksi etil asetat Senyawa fenol dalam peranannya
dosis 9,6mg/khgbb berbeda bermakna menurunkan tekanan darah, yaitu
dengan kelompok kontrol sakit dan memperbaiki fungsi endotel pembuluh
kelompok ekstrak sama seperti kelompok darah melalui regulasi ekspresi eNOS
obat pembanding. (endotheilial Nitric Oxide Synthase) dan
meningkatkan produksi NO (Nitric Oxide).
Tekanan darah diastolik saat T2 juga Fenol akan meningkatkan bioavailabilitas
terdapat perbedan signifikan, sehingga data NO dengan cara mengaktifkan mekanisme
dilanjutkan pada uji Post Hoc Test untuk eNOS (endotheilial Nitric Oxide Synthase).
melihat perbedaan bermakna pada setiap Regulasi eNOS akan memproduksi NO
kelompok. Kelompok kontrol sakit berbeda yang bertindak sebagai vasodilator kuat
bermakna dengan kelompok obat yang merelaksasikan pembuluh darah dan
pembanding dan juga berbeda bermakna menurunkan tekanan darah (Jawi, I.M.
dengan kelompok ekstrak, sedangkan pada Yasa, S.P.W 2012).
kelompok obat pembanding berbeda
bermakna dengan kelompok kontrol sakit KESIMPULAN
dan juga berbeda bermakna dengan Fraksi etil asetat daun cincau hijau
kelompok ekstrak. Kelompok ekstrak dalam penelitian ini pada semua kelompok
menunjukan berbeda bermakna dengan dosis mampu menunjukan aktivitas sebagai
kelompok kontrol sakit dan kelompok obat antihipertensi baik ditekanan darah sistolik
pembanding, pada kelompok fraksi etil maupun tekanan darah diastolik, kelompok
asetat dosis 2,4mg/kgbb menunjukan fraksi etil asetat dosis 2,4mg/kgbb dan
berbeda bermakna dengan kelompok kelompok fraksi etil asetat 4,8mg/kgbb
kontrol sakit dan kelompok obat menunjukan peningkatan dan penurunan
pembanding sama seperti kelompok tekanan darah yang sama dengan
ekstrak, dan kelompok fraksi etil asetat kelompok dosis ekstrak. Dosis fraksi etil
dosis 4,8mg/kgbb menunjukan berbeda asetat 9,6mg/kgbb menunjukan
bermakna dengan kelompok kontrol sakit, peningkatan dan penurunan tekanan darah
sedangkan pada kelompok fraksi etil asetat yang sama dengan kelompok obat
dosis 9,6mg/kgbb berbeda bermakna pembanding atenolol.
dengan kelompok kontrol sakit dan DAFTAR PUSTAKA
kelompok ekstrak sama seperti kelompok
[ADA] American Diabetes Association.
obat pembanding, hal tersebut didukung
2012. Standard of Medical Care in
oleh persentase penurunan tekanan darah
Diabetes. Diabetes Care 35
sistolik pada variasi dosis tersebut.
Supplement 1:S11-S63.
Berdasarkan histogram diatas
Amom Z, bahari H, Isemaail H, Ismail NA,
menujukan bahwa tekanan darah diastolik
Shah ZM, Arsyad SA. 2009. Nutrition
kelompok sakit (Na CMC 0,5%) dari T1
compotition, antioxidant ability and
sampai T2 mengalami kenaikan tekanan
flavonoid content of Tinospora crispa
darah. Kelompok pembanding atenolol pada
stem. Advances in Natural and
T 1 mengalami kenaikan tekanan darah
Applied Sciences 3:88-94.
tetapi tidak besar dan pada T2 mengalamin
penurunan tekanan darah diastolik yang Arief MI, R. Novriansyah IT, Budianto, MB
paling besar dari semua kelompok. Harmaji. 2012. Potensi bunga
Mekanisme kerja dari atenolol sendiri karamunting (Melastoma
mengurangi aktivitas produksi renin malabathricum L.) terhadap kadar
sehingga curah jantung dan resistensi kolesterol total dan trigliserida pada
perifer dapat terkontrol. Tekanan diastolik tikus putih jantan hiperlipidemia yang
adalah tekanan terendah yang terjadi saat diinduksi propiltiourasil [Skripsi].
jantung beristirahat. Kelompok fraksi etil Purwokerto: Fakultas Peternakan,
asetat pada semua dosis saat T2 Universitas Jenderal Soedirman.
mengalami penurunan tekanan darah
Backer CA, Brink RCB. 1965. Flora of Java
diastolik, flavonoid yang terkandung dalam
(Spermatophytes only). Netherlands:
fraksi etil asetat akan mempengaruhi kerja
NVP nordhoff-Groningen.
dari Angiotensin Converting Enzym (ACE).
Penghambatan ACE akan menginhibisi Baron DN. 1990. Kapita Selekta Patolgi
perubahan angiotensin I menjadi Klinik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
angiotensin II, yang menyebabkan Bintanah S, Handarsari E 2012. Asupan
vasodilatasi sehingga tahanan resistensi serat dengan kadar gula darah,
perifer turun dan dapat menurunkan kadar kolesterol total dan status gizi
tekanan darah (Loizzo MR et al. 2007). pada pasien diabetes mellitus tipe 2
Selain itu, tannin yang terkandung dalam di rumah sakit Roemani Semarang.
1
4
Seminar Hasil-Hasil Penelitian- Hypoglicemic effect of egyptian
LPPM UNIMUS. morus alba root bark extract: effect
on diabetes and lipid peroxidation of
Brunton LL. 2007. Goodman & Gilman:
streptozotosin-induced rats. Journal
Dasar Farmakologi dan Terapi. Edisi
of Ethnopharmacology 100:333-338.
10.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Tim Bahasa Sekolah ITB, penerjemah. d/15885940. [24 september 2017].
Jakarta: EGC. Terjemahan dari: The
Singh SS, Pandey Sc, Srivastava S, Grupta
Pharmacological Basic of
VS, Patro B, Ghosh AC. 2003.
Therapeutics.
Chemistry and medicinal properties
Brunton LL, Parker K, Blumenthol D, Buxton of Tinospora cordifolia (Guduchi).
I. 2010. Goodman & Gilman: Manual Indian Journal of Pharmacology
Farmakologi dan Terapi. Sukandar 35:83-91.
EY, penerjemah. Jakarta: ECG. hlm
Subrahmanyam GV, M. Sushma, A. Alekya,
1004-1005. Terjemahan dari:
Ch. Neeraja, H. Sai Sri Harsha, J.
Manual of Pharmacology and
Ravindra. 2011. Antidiabetic activity
Therapeutics.
of Abelmoschus esculentus fruit
Bustan MN. 2007. Epidemiologi Penyakit extract. International Journal of
Tidak Menular. Jakarta: Rineka Research in Pharmacy and
cipta. Chemistry 1:17-20.
Brashers VL. 2007. Aplikasi Klinis Suryono, Yudha CS. 2012. Efektivitas daun
Patofisiologi: Pemeriksaan dan sirih merah untuk menurunkan kadar
Manajemen. Edisi 2. Jakarta: ECG. gula dara
hlm 158-162.
Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi.
Edisi 3. Subekti NB, penerjemah.
Jakarta: EGC. Terjemahan dari:
Handbook of Pathophysiology. Hlm
623-629.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1993.
Penapisan Farmakologi, Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Harapan JKF, Hayati Z, Muhammad I. 2010.
Peran puasa dalam remodelling sel
enteroendokrin untuk mencegah
diabetes melitus tipe 2. JMKI 1:36-
40.
Marks DB, Marks AD, Smith CM, 2000.
Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. Pendit BU,
penerjemah; Suyono J, Sadikin V,
Mandera LI, editor. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Terjemahan
dari: Basic Medical Biochemistry: A
Clinical Approach. hlm 514, 517-518.
Patel MB, Mishra S. 2011. Hipoglicemic
activity of alkaloidal fraction of
Tinospora cordifolia. J Phymed
Phytomedicine 18:1045-52.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
d/21665451. [7 Agustus 2017].
Shabrova EV, Tarnopolsky O, Singh AP,
Plutzky J, Vorsa N, Quadro L. 2011.
Insight into the molecular
mechanism of the anti atherogenic
actions of flavonoids in normal and
obese mice. Journal Plos one 6:24-
34.
Singab AN, El-Beshbishy HA, Yonekawa M,
Nomura T, Fukai T. 2005.
1
5

h pada penderita diabetes melitus.


Jurnal AKP 6:20-28.

Anda mungkin juga menyukai