Anda di halaman 1dari 25

ANALISA ARTIKEL

HYPOGLICEMIC EFFECT OF JICAMA (Pachyrhizus erosus) EXTRACT


ON STREPTOZOTOCIN-INDUCED DIABETIC MICE

Disusun oleh :
Wilda Al Aluf
NIM 152310101154

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

ANALISA ARTIKEL
HYPOGLICEMIC EFFECT OF JICAMA (Pachyrizus erosus) EXTRACT
ON STREPTOZOTOCIN-INDUCED DIABETIC MICE

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi dalam Keperawatan


Dosen Pembimbing Ns. Baskoro Setioputro, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :
Wilda Al Aluf
NIM 152310101154

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Analisa Pemanfaatan Hasil-hasil Pertanian dengan judul


" Manfaat Ekstrak Bengkoang (Pachyrhizus erosus) untuk Menurunkan Kadar
Gula Darah bagi Penderita Diabetes Melitus "
yang disusun oleh :
Nama : Wilda Al Aluf
NIM 152310101154
telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada :
hari/tanggal : Senin, 24 Oktober 2016
Makalah ini disusun dengan pemikiran diri sendiri , bukan hasil jiplakan atau
produksi ulang makalah yang telah ada.
Penyusun,

Wilda Al Aluf
NIM 152310101154
Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah

Dosen Pembimbing

Ns. Wantiyah, M.kep.

Ns.Baskoro Setioputro, S.Kep, M.Kes

NIP. 19810712206042001

NIP. 198305052008122005

iii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Manfaat Bengkoang
untuk Menurunkan Gula Darah bagi Penderita Diabetes Melitus" dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
serta bimbingan dari semua pihak yang terlibat. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ns. Wantiyah, M.Kep. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Farmakologi dalam keperawatan
2. Ns. Baskoro Setioputro, S.Kep,. M.Kes. selaku dosen pembimbing tugas
makalah yang berjudul "Manfaat Bengkoang untuk Menurunkan Gula
Darah bagi Penderita Diabetes Melitus"
3. semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini telah penulis susuan dengan maksimal, Namun, terlepas dari itu
semua karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
dan tambahan pengetahuan bagi penulis sendiri khususmya dan juga bagi
pembaca serta memberikan manfaat yang lebih. Jika terdapat kekurangan dalam
penbuatan makalah ini, penulis memohon maaf.

iv

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ....................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

PRAKATA ....................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN ...........................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................

1.2 Tujuan ...............................................................................................

BAB 2. KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL ..................................

2.1 Definisi .............................................................................................

2.2 Tingkatan Obat Tradisional ..........................................................

2.3 Syarat-Syarat Obat Tradisional (Safety Drug) ............................

2.4 Peraturan terkait Obat dan Pengobatan Tradisional ..........

BAB III. ANALISA ARTIKEL ...................................................................

3.1 Bengkoang.........................................................................................

3.1.1 Klasifikasi ilmiah bengkoang....................................................

3.1.2 Ciri-ciri bengkoang ...................................................................

3.2 Kandungan dalam Bengkoang .......................................................

10

3.3 Farmasetika .....................................................................................

11

3.4 Farmakokinetik ...............................................................................

11

3.5 Farmakodinamik .............................................................................

12

3.6 Dosis ..................................................................................................

13

3.7 Indikasi dan Kontraindikasi ...........................................................

13

3.8 Efek Samping Obat .........................................................................

13

3.9 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan ................................................

13

3.10 Implikasi Keperawatan .................................................................

14

BAB IV. PENUTUP .....................................................................................

15

4.1 Kesimpulan .....................................................................................

15

4.2 Saran ................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

16

LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan berbagai
dampak negatif. Jumlah penderita penyakit diabetes semakin lama semakin
banyak. Pada masa ini, ada kecenderungan bahwa penyakit diabetes mulai muncul
di usia muda dengan berbagai dampak yang sangat merugikan bagi diri kita
sendiri.
Menurut data dari WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar
dalam jumlah penderita Diabetus Melitus di dunia. Pada tahun 2006, penderita
diabetes di Indonesia meningkat tajam dengan jumlah 14 juta orang, dimana baru
50 persen yangsadar bahwa mereka menderita diabetes dan baru sekitar 30 persen
yang datang berobat dengan teratur.
Bengkoang dikenal dari umbi putihnya yang bisa dimakan. Bengkoang
adalah salah satu buah kesehatan yang tidak asing lagi bagi masyarakat.
Umumnya orang menggunakan bengkoang untuk bahan alami kecantikan.
Namun, selain untuk kecantikan, khasiat yang dimiliki bengkoang yaitu dapat
digunakan untuk penderita diabetes. Bengkoang sangat bagus untuk dijadikan
sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes. Hal ini lah yang jarang diketahui
oleh orang banyak bahwa bengkoang juga berkhasiat bagi penderita diabetes.
Bengkoang mengandung zat inulin yang dapat digunakan sebagai pengganti
gula dan juga dapat berfungsi untuk menurunkan kadar kalori dari makanan yang
kita konsumsi, selain itu zat inulin juga dapat dicerna dengan baik dalam usus.
Banyak sekali manfaat yang terkandung dalam buah bengkoang, Namun
pada kenyataannnya masih belum banyak orang yang mengetahui manfaat yang
terkandung dalam buah bengkoang. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyusun makalah dengan menganalisis jurnal tentang manfaat bengkoang yang


berguna bagi penderita diabetes.
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan umum dari penulisan
makalah ini adalah :
a. untuk mengetahui kandungan bengkoang yang dapat berkhasiat dan
bermanfaat bagi penderita diabetes
b. untuk mengetahui farmakosetika, farmakokinetika dan farmakodinamika
bengkoang sehingga menciptakan manfaat bagi tubuh
c. untuk mengetahui dosis pengunaan bengkoang untuk dikonsumsi
d. untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi serta efek samping bengkoang
bagi kesehatan
e. untuk mengetahui implikasi keperawatan dalam pemanfaatan bengkoang

BAB II
KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL

2.1. Definisi Obat Tradisional


Pengertian obat tradisional berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1 menyebutkan bahwa obat tradisional
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan
keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, dimana setiap generasi mengikuti setiap perkembangan yang
ada. Obat Tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis
dan sifat kendungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat
tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan
proses produksi dan penanganan bahan baku (Dirjen BPOM, 2005).
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Bagian
dari tanaman tradisional yang dapat dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang,
buah, daun, dan bunga.
2.2. Tingkatan Obat Tradisional
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM RI,2005) mengelompokkan
obat tradisional menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka.
a. Jamu (emprical based herbal medicine) adalah obat tradisonal yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan bersifat
higienis. Jamu disajikan dalam bentuk serbuk, seduhan, pil, atau cairan.

Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai klinis, tetapi


cukup dengan bukti empiris saja secara turun-temurun.
b. Obat herbal terstandar (scientific based herbal medicine) merupakan obat
tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam yang
dapat berupa tanaman obat, hewan, maupun mineral. Untuk pembuatan obat
herbal terstandar ini diperlukan peralatan yang lebih kompleks dan juga
tenaga kerja yang mendukung. Jenis obat tradisional ini telah ditunjang
dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian pre-klinik (uji pada hewan)
dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan
ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan
uji tiksisitas akut maupun kronis.
c. Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern. Proses pembuatannya telah terstandar, ditunjang dengan
bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria
memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujia, pelaksana yang
kompeten, mmenuhi prinsip etika, dan tempat pelaksanaan uji memenuhi
syarat.
2.3. Syarat-Syarat Obat Tradisional
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh
aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Penerapat CPOTB
merupakan persyaratan kelayakan dasar utuk menerapkan sistem jaminan mutu
yang diakui dunia internasional.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproduksi obat tradisional yaitu:
a. Personalia
Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, keterampilan
dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya dan tersdia dalam
jumlah yang cukup. Personalia harus dalam keadaan sehat dan mampu menangani
tugas yang dibebenkan kepadanya.

b. Bangunan
Syarat bangunan industri adalah :
1. Bangunan industri obat tradisional hendaklah berada di lokasi yang
terhindar dari pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan.
2. Bangunan industri obat tradisional hendaklah memenuhi persyaratan
higiene dan sanitasi.
3. Bangunan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki
rancangan, ukuran dan konstruksi yang memadai
4. Bangunan industri obat tradisional hendaklah memiliki ruangan- ruangan
pembuatan yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan bentuk, sifat
dan jumlah produk yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang
digunakan, jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk memiliki rancang
bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan
tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam
dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
Peralatan serta instrumen laboratorium pengujian harus sesuai untuk menguji tiap
bentuk sediaan produk yang dibuat.
d. Sanitasi dan hygiene
Selama pembuatan produk harus diterapkan tindakan sanitasi dan hygiene
yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, oersonalia, bahan dan
wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran.
e. Penyiapan bahan baku
Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan obat herbal harus
memenuhi persyaratan pembuatan obat yang berlaku.
f. Pengelolaa dan pengemasan
Pengolahan dan pengemasan dilaksanakan dengan mengikuti cara yang
telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin produk yang dihasilkan
memenuhi persyaratan yang berlaku dengan :
1. Menjalankan verifikasi
2. Tidak menimbulkan pencemaran
3. Melakukan system penomeran kode produksi
4. Penimbangan dan penyerahan
5. Waktu pengolahan dan pengemasan
Penyimpanan
g. Pengawasan mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari proses pembuatan


obat tradisional yang baik. Bagian pengawasan mutu merupakan bagian yang
harus mempunyai ketelitian tinggi dalam mengawasi mutu produk yang
dihasilkan.
h. Inspeksi diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek
pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB.
Program inspeksi diri dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan
untuk menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara
teratur dan perlu prosedur dan catatan mengenasi inspeksi diri.
i. Dokumentasi
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakannya, sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
(Dirjen BPOM, 2005)
Bahan-bahan obat tradisional harus memiliki syarat-syarat berikut:
a. Jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dilarang mengandung :
1. bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat
2. narkotika atau psikotropika
3. bahan yang dilarang
4. hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan : intravaginal, tetes mata,
parenteral, supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.
c. Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dalam bentuk sediaan
cairan obat dalam tidak boleh mengandung etil alkohol dengan kadar lebih
besar dari 1% (satu persen), kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran. (Dirjen BPOM, 2005)
2.4. Peraturan Terkait Obat dan Pengobatan Tradisional
Payung hukum yang ada di Indonesia dalam pelaksanaan pengobatan
tradisional antara lain :

a. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 47 tentang


Pengobatan Tradisional.
b. Peraturan Menkes RI No. 760/Menkes/Per/IX/1992 tentang Fitofarmaka
c. Keputusan Menkes RI No. 1076/Menkes/SK/VII?2003 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional.
d. Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang
kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar
dan fitofarmaka.
e. Permenkes No.

1109/Menkes/PER/IX/2007

tentang

Penyelenggaraan

Pengobatan Komplementer Alternative di Fasilitas Kesehatan.


f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin
Usaha lndustri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
g. Peraturan BPOM RI Nomor HK.03.01.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang
cara pembuatan obat tradiasional yang baik.

BAB III
ANALISA ARTIKEL

3.1. Bengkoang
3.1.1. Klasifikasi ilmiah bengkoang
Bengkoang dikenal dari umbi (cormus). Bengkoang merupakan tumbuhan
dikotil herbaceous yang memilki umbi akar. Bengkoang berasal dari Amerika
tropis, dan termasuk dalam suku polong-polongan (Fabaceae). Di Amerika,
tumbuhan ini dikenal dengan sebutan xicama atau jicama, sedangkan orang jawa
menyebutnya dengan besusu.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Class

Magnoliopsida

Ordo

Fabales

Family

Fabaceae

Upafamily

Faboideae

Genus

Pachyrhizus

Spesies

Erosus

Nama binomial bengkoang : Pachyrhizus erosus


Sinonim nama binomial : Cacara bulbosa dan Dolichos erosus L.

3.1.2. Ciri-ciri bengkoang


Bengkoang adalah jenis umbi-umbian yang memiliki isi warna putih dan
mempunyai kulit luar berwarna coklat. Benngkoang amerupakan akar tuberous
yang dapat dimakan dan tumbuh di beberapa tempat seperti Amerika, Asia
Tenggara, dan Afrika Barat. Bengkuang bertekstur renyah dan emmiliki rasa
manis serta bengkoang bertepung. Hal ini kaerena bengkoang kaya akan
fructooligosaccharides dan inulin, serta serat larut. Bengkoang merupakan
tanaman ternak yang merambat dan buah bengkoang menjalar dalam tanah pada
akar pohon bengkoang.
Sistem perakaran pada tanaman bengkoang adalah serabut dan pangkal akar
besar membulat dan membentuk gasing. Pada ujung serabut akar bentuknya akan
sempit meruncing. Batang dari bengkoang lunak dan berair (herbaceous). Batang
tanaman bengkoang tumbuh tegak lurus (erectus) dengan percabangan
monopodial. Daun tanaman bengkoang termasuk daun tidak lengkap, majemuk
beranak daun tiga. Tepi daunnya bergigi bunga. Bunga tanaman bengkoang
termasuk bunga tandan semu. Bunga berkelopak coklat dengan mahkota bunga
ungu-biru atau putih. Biji bengkuang berbentuk pipih persegi-membundar,
berwarna coklat atau coklat tua kemerahan. Pada umbi, bengkoang membentuk
umbi akar yang berfungsi sebagai tempat penyimpaan cadangan makanan. Umbi
berbentuk bulat dengan kulit umbi tipis berwarna kuning pucat dan bagian
dalamnya berwarna putih. Pohon bengkoang bisa mencapai ketinggian hingga 5
meter, sedangkan berat umbi atau buah bengkoang bisa mencapai 5 kg. Tangkai
pohon bengkuang bisa berukuran 8-17 cm.
Habitat tanaman bengkoang pada semak, dan biasanya bengkoang berbuah
musiman. Tanman bengkoang tumbuh alami di daerah tropis, dan memerlukan
tanah gembur dan berpasir yang diolah dengan baik untuk mendapatkan tanaman
bengkoang tumbuh dengan baik. Iklim yang cocok untuk tanaman bengkoang
sama seperti pada iklim yang cocok untuk tanaman kacang panjang. Rasa buah
bengkoang adalah manis dan segar, yang merupakan rasa manis alami yang

berasal dari oligosakarida yang disebut dengan inulin. Bengkoang memiliki


banyak fungsi dan kegunaan bagi kulit manusia.

Gambar 3.1 Umbi bengkoang yang biasanya dikonsumsi


3.2. Kandungan dalam Bengkuang
Bengkoang memiliki banyak kandungan gizi yang baik bagi tubuh seperti
karbohidrat, protein, rendah lemak, kalsium, magnesium, fosfor, dan beberapa
vitamin. Rasa manis berasal dari karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan inulin. Inulin juga sering digunakan sebagai pengganti glukosa pada pasien
diabetes dan orang yang melaksanakan diet. Namun, bengkoang

juga

mengandung zat beracun disebut rotenone yang sering digunakan sebagai


insektisida, tetapi zat ini hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil.
Kandungan utama bengkuang adalah air, yaitu 85 gram per 100 gram umbi,
sehingga memberikan efek dingin pada tubuh. Kadar energinya yang cukup
rendah (55 kkal/100 gr) memungkinkan bengkuang untuk dikonsumsi sebagai
bahan pangan yang baik bagi pelaksana diet rendah kalori dan penderita diabetes
mellitus. Dalam bengkoang juga mengandung inulin yang hampir sama seperti
gula, zat inulin ini tidak hanya berfungsi sebagai pengganti gula, tapi bisa

10

menurunkan kadar kalori dari makanan yang kita konsumsi. Inulin sangat bagus
bagi penderita diabetes. Inulin dapat dicerna dengan baik dalam usus.
Bengkoang selain mengandung inulin, juga mengandung banyak serat. Serat
adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam mencerna makanan. Serat
juga sangat dibutuhkan dalam mencerna lemak yang ada dalam tubuh.
3.3. Farmasetika
Bengkoang yang digunakan untuk menurunkan kadar gula dari pada
penderita penyakit Diabetes Melitus dalam bentuk simplisia nambati yang
merupakan hasil ekstraksi dari bengkoang itu sendiri.
Proses pembuatan ekstraksi bengkoang tersebut yaitu, Bengkoang di cuci
dengan menggunakan air suling dan kemudian dipotong sebesar 0,1 cm-1 cm.
Irisan bengkoang kemudian dikeringkan pada suhu 60 0C dan digilang menjadi
bubuk. Untuk ekstraksi, bubuk bengkoang kering direndam pada suhu kamar
selama satu malam. Setelah perendaman, ekstrak disonasikan tiga kali selama 5
jam pada suhu 60 0C kemudian disaring menggunakan kertas saring (Whatman
No.1). Suspensi yang dihasilkan disentrifugasi pada 450 x g selama 30 menit
untuk memisahkan bubuk yang tidak larut. Terakhir, ekstrak dipekatkan dengan
menggunakan

rotari

evaporator

dengan

pengurangan

tekanan

sehingga

mendapatkan bentuk ekstrak bengkoang menjadi bubuk beku-kering.


3.4. Farmakokinetik
Inulin adalah karbohidrat rantai panjang yang digunakan untuk menyimpan
energi, seperti zat tepung yang ada didalam kentang. Tetapi tidak seperti zat
tepung biasanya, inulin tidak di pecah-pecah di sistem pencernaan. Walaupun
inulin tidak dicerna oleh enzim di pankreas, inulin akan dipecah di usus oleh
enzim bakteria. Bakteri sehat atau bifidobakteria mampu mencerna inulin.
Inulin bersifat larut dalam air, tetapi tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim
dalam sistem pencernaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa
mengalami perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami

11

fermentasi akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di dalam usus besar sehingga
berimplikasi positif terhadap kesehatan tubuh.
Di dalam usus besar, hampir seluruh inulin difermentasi menjadi asam-asam
lemak rantai pendek dan beberapa mikroflora spesifik menghasilkan asam laktat.
Hal ini menyebabkan penurunan pH kolon sehingga pertumbuhan bakteri patogen
terhambat.

Mekanisme seperti ini berimplikasi pada peningkatan kekebalan

tubuh.
Di dalam hati, kerja enzim gluconeogenic dikunci, dan enzim G6P dan
PEPCK menurunkan suplementasi ekstrak bengkoang secara signifikan. Ekstrak
bengkoang mengurangi kadar glukosa darah dengan merangsang sintesis glikogen
dalam hati dan menghambat glukoneogenesis. Insulin merangsang hati untuk
mengambil lebih banyak glukosa dalam darah dan mensistesis glikogen sehingga
dapat menuruntkan hiperglikemic dan hati juga menghasilkan glukosa untuk
mempertahankan kadar glukosa. Namun, pada kondisi diabetes, sintesis glikogen
dihambat sementara glukoneogenesis ditingkatkan secara normal. Aktivitas dari
enzim g6p dan PEPCK akan berkurang sesuai dengan mulai menurunnya kadar
glukosa darah.
Di dalam ginjal, Inulin secara unik diolah oleh nefron dalam mana ia
disaring secara sempurna pada glomerulus tetapi tidak satu pun keluarkan atau
pun diserap ulang oleh tubula.
3.5. Farmakodinamik
Bengkoang mengandung inulin yang hampir sama seperti gula, sehingga
menurunkan kadar glukosa pada darah dan meringankan hiperglikemi sehingga
dapat membantu pencapaian homeostasis gula darah. Inulin dan oligifruktosa
memodulasi kadar insulin dan glukagon hormon sehingga dapat mengatur
metabolisme karbohidrat dengan menurunkan kadar glukosa darah.
Selain dapat digunakan sebagai pengganti gula, inulin juga bisa digunakan
untuk menurunkan kadar kalori dari makanan yang kita konsumsi. Inulin juga
berfungsi untuk menunda pengosongan lambung dan memperlambat masuknya
12

glukosa dalam aliran darah. Inulin dapat dicerna dengan baik dalam usus.
Bengkoang juga mengandung banyak serat. Serat adalah zat yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh dalam mencerna makanan. Serat juga sangat dibutuhkan
dalam mencerna lemak yang ada dalam tubuh.
Bengkoang dapat mengurangi intake air, dimana peningkatan asupan air
mencerminkan polidipsia yang merupakan salah satu gejala utama dari diabetes.
Dengan mengkonsumsi bengkoang, dapat mengurangi gejala diabetes yaitu
mengurangi intake air dalam tubuh.
3.6. Dosis
Dosis yang dianjurkan dalam mengkonsumsi ekstrak bengkoang yaitu,
untuk manusia adalah sebesar 0,02 gram per kg berat badan (0,02 g/kg BB) dan
untuk hewan adalah sebesar 200 mg per kg berat badan (200 mg/kg BB).
3.7. Indikasi dan Kontraindikasi
3.7.1 Indikasi
Mengkonsumsi bengkoang diindikasikan untuk orang yang menderita
Diabetes Melitus, orang yang sedang menjalani diet sehat, mengurangi komplikasi
diabetes yaitu makrovaskular, dan untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
3.7.2 Kontraindikasi
Mengkonsumsi

bengkoang

dikontraindikasikan

pada

penderita

adalah

terjadinya

hipoglikemic.
3.8. Efek Samping Obat
Efek

samping

hipoglikemic serta

dari

mengkonsumsi

bengkoang

penambahan berat badan karena bengkoang mengandung

karbohidrat yang tinggi, terlebih lagi apabila bengkoang dikonsumsi dalam bentuk
jus.

13

3.9. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi bengkoang antara
lain :
a. Penurunan kadar gula harus selalu dikontrol untuk mengantisipasi terjadi
hipoglikemi
b. Efek samping dari penggunaan obat harus selalu diwaspadai untuk mencegah
terjadinya efek samping yang dapat merugikan setelah mengkonsumsi
c. Apabila mengkonsumsi dalam bentuk ekstrak, selalu perhatikan keadaan
bahan apakah masih layak untuk dikonsumsi atau tidak untuk mencegah
terjadinya efek yang merugikan setelah mengkonsumsi
3.10. Implikasi Keperawatan
a. Perawat mengetahui zat yang terkandung dalam bengkoang yang berguna dan
berkhasiat untuk kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif
dalam proses penyembuhan pasien.
b. Perawat mengetahui khasiat dari bengkoang untuk mengurangi kadar gula
darah bagi penderita Diabetes Melitus sehingga pasien tidak harus selalu
mengkonsumsi obat-obatan sintetik untuk membantu produksi insuliin dalam
tubuh.
c. Perawat mempunyai pengetahuan tentang penggunaan bengkoang secara
normal untuk mencegah terjadinya efek yang merugikan bagi kesehatan dan
proses penyembuhan pasien.

14

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Bengkoang mengandung banyak zat yang memiliki banyak manfaat pada
tubuh. Bengkoang mengandung inulin yang dapat berfungsi sebagai pengganti
gula. Ekstrak bengkoang dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Inulin dan
oligifruktosa memodulasi kadar insulin dan glukagon hormon sehingga dapat
mengatur metabolisme karbohidrat dengan menurunkan kadar glukosa darah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak bengkoang dapat bermanfaat bagi
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darah dan mengurangi gejala lain
yang dialami oleh penderita diabetes.
4.2. Saran
Sudah banyak obat sintesis yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit
diabetes. Namun, hal ini tentunya tidak luput dari efek samping yang ditimbulkan.
Ekstrak bengkoang mungkin juga baik digunakan untuk menjadi obat alternatif
untuk penderita diabetes dimana ekstrak bengkoang ini dapat menurunkan kadar
glukosa dalam darah. Namun, penggunaan ektrak bengkoang secara berlebihan
juga tidak dianjurkan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2014.

Klasifikasi

Tanaman

Bengkoang.

http://www.klasifikasitanaman.com/2014/07/klasifikasi-tanamanbengkoang.html [diakses tanggal 19 Oktober 2016]


Anonim.

2015.

Klasifikasi

dan

Morfologi

Bengkoang.

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-bengkoang/
[diakses tanggal 19 Oktober 2016]
Arsj, Fauzi., dkk. 2014. Pengaruh Pati Bengkuang terhadap Penurunan Kadar
Gula

Darah

Tikus

Putih

Diabetes.

Stikes

Yarsi

Padang

http://ejournal.stikesyarsi.ac.id/index.php/JAV1N1/article/view/12 [diakses
tanggal 18 Oktober 2016]
Asianet. 2012. Ciri Bengkoang. https://www.scribd.com/doc/105968829/CIRIBengkoang [diakses tanggal 18 Oktober 2016]
Ayu, Anggraeni. 2016. Obat Diabetes Ampuh Turunkan Gula Darah.
http://obatdiabetes.exl.me/bengkoang-aman-dikonsumsi-oleh-penderitadiabetes/ [diakses tanggal 18 Oktober 2016]
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Park, Chan J., et al. 2015. Jicama (Pachyrhizus erosus) Extract Increases Insilun
Sensitivity and Regulates Hepatic Glucose in C57NL/Ksj-db/db Mice.
Journal

of

Clinical

Biochemistry

and

Nutrition.

58(1).

doi:

10.3164/jcbn.15-59.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4706093/ [diakses tanggal
18 Oktober 2016]
Park, Chan J., Han, Ji-Sook. 2015. Hypoglycemic Effect of Jicama (Pachyrhizus
erosus) Extract on Streptozotocin-Induced Diabetic Mice. Preventive
Nutrition and Food Science. 20(2). doi: 10.3746/pnf.2015.20.2.88.

16

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4500521/ [diakses tanggal


18 Oktober 2016]
Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 661/ MENKES/SK/VII/1994 tentang
persayaratan obat tradisional.
Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.01.23.06.11.5629 Tahu 2011 tentang
cara pembuatan obat tradiasional yang baik. dapat di akses melalui
https://www.scribd.com/doc/76308693/pedoman-CPOTB.
Widowati, S. 2006. Dahlia Bunganya Indah Umbinya Mengandung Inulin.Bogor.
BB

Litbang

Pasca

Panen

Pertanian.

http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/115/pdf/Dahlia
%20Bunganya%20Indah,%20Umbinya%20Mengandung%20Inulin.pdf
[diakses tanggal 23 Oktober 2016]
Widyarman, Adrian D., dkk. 2014. Effects of Bengkoang (Pachyrhizus erosus (L))
Urb Juice in Hampering Blood Glucose in Rate Models. Althea Medical
Journal.

http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/amj/article/view/293/289

[diakses tanggal 18 Oktober 2016]

17

LAMPIRAN
Lembar Konsultasi

18

Lembar Pengesahan

19

Anda mungkin juga menyukai