By : Wilda Al Aluf
Di hari yang indah itu, Sania terbangun dengan ceria menyambut sang
surya yang telah memperlihatkan sepercik sinarnya di ufuk timur. Sania sangat
senang hari ini. Ini hari pertama dia masuk SMA. Sesegera mungkin dia menuju
kamar mandi dan mempersiapkan dirinya untuk segera menuju sekolah yang selalu
dibanggakannya. Sania berias di depan cermin dengan sangat bangga.
Dari luar kamarnya, terdengar suara kakaknya yang sudah tak sabar
menunggunya terlalu lama.
Iya iya, ini udah selesai, cerewet banget sih.. gumamnya dalam hati.
Setelah siap, Sania langsung keluar dari rumah. Di luar, kakaknya sudah
siap menunggunya dari tadi.
Ma, aku berangkat ya.. doakan sukses hari pertamaku. Sania pamit
kepada mamanya dan mencium pipi mamanya.
Iya iya..
Rendi, kakak Sania yang biasanya hanya berangkat sekolah sendirian dan
terkenal selalu cuek dengan yang namanya cewek, sekarang dia bersama seorang
cewek. Rendi memang banyak disukai cewek di sekolahnya. Selain dia ganteng,
pemain basket, dia juga termasuk siswa yang berprestasi di sekolahnya. Tak
heran jika banyak cewek yang mengaguminya. Namun hal itu selalu dia hiraukan.
Kebekenan di sekolah bukanlah hal yang dibanggakannya.
Sania tidak heran dengan situasi yang seperti ini. Sebelumnya, Sania sudah
sering mendengar tentang kakaknya di sekolah ini. Namun yang tak dia sangka,
Kakaknya yang di depan matanya hanya seorang lelaki yang menyebalkan,
ternyata mampu menarik banyak perhatian siswa sekolah itu.
oke oke, tak sangka aku seorang kakak yang menyebalkan ini, mampu
menarik perhatian mereka.
Tuh kelasmu, selamat menikmati hari pertamamu. Nanti kalo butuh aku,
telfon aja aku.
Sania masuk kelas, di kelasnya sudah banyak teman yang telah mengisi
bangku yang ada. Sania bingung untuk duduk dimana. Karena pilihannya tak
banyak, dia putuskan untuk duduk di bangku nomor tiga dari depan meja guru
yang masih kosong itu. Di sebelahnya ada seorang gadis berambut ikal dengan
penampilan yang tak kala menariknya dengan dirinya.
Suasana di dalam kelas begitu ramai. Semua siswa sibuk berkenalan dengan
teman barunya. Mereka tampak senang mendapat teman baru. Sania juga tampak
terlihat begitu. Sania berkenalan dengan teman sebangkunya.
Selamat pagi anak-anak, saya Edo. Saya disni sebagai wali kelas kalian
selama kelas X. Pak Edo memperkenalkan dirinya.
Ya, seperti yang pepatah katakan, tak kenal maka tak sayang. Jadi saat
ini, saya ingin kalian memperkenalkan diri kalian satu persatu. Agar kita bisa
saling mengenal.
Para siswa bergiliran memperkenalkan diri mereka satu persatu. Pak Edo
memperhatikannya dan mencoba mengingat nama muridnya satu per satu.
Bel pulang berbunyi, ini tanda akhir pelajaran di sekolah pada hari ini.
Semua siswa mulai meringkasi buku-buku mereka ke dalam tas. Guru pengajar pun
mengakhiri dan menutup pelajarannya pada hari ini.
Kamu pulang bareng sapa Sania? Tanya Nadia teman sebangku Sania.
Aku denger, kakakmu itu Kak Rendi ya? Yang terkenal itu? Tanya Nadia
pingin tahu.
Iya, kakakku Kak Rendi. Biasa sih, nggak terkenal gitu juga. Kata Kak
Rendi, teman-temannya aja yang terlalu berlebihan menganggapnya. Jelas Sania
sesuai dengan penjelasan kakaknya.
Tapi emang kenyataannya begitu kan Sania. Semua pada kaget pas saat
pertama kali kalian turun dari mobil berdua tadi pagi. Kamu beruntung Sania
punya kakak seperti Kak Rendi itu.
Aku pulang duluan ya Sania? Daa.. Pamit Nadia pada Sania untuk pulang
duluan.
Iya, hati-hati ya..!! Jawab Sania sambil melambaikan tangan pada Nadia.
Sania memandangi suasana sekolah pada saat jam pulang. Banyak siswa
yang mondar-mandir di depan kelas mereka, menunggu teman mereka, dan ada
juga yang terburu-buru untuk pulang sampai menabrak-nabrak teman yang jalan
di depannya. Ditengah keseriusannya menikmati suasana itu, tiba-tiba ada
seorang kakak kelas perempuan menghampirinya dan membuatnya kaget.
Kamu Sania kan? Kamu yang bareng Rendi tadi ya? Seseorang itu
mengagetkannya.
Iya, aku yang tadi bareng kak Rendi. Memangnya ada apa? Sania tidak
mengerti maksud orang itu bertanya padanya.
Alice, gadis berkulit putih dengan rambut panjang dan lurus , serta
matanya yang hazel karena dia adalah keturunan blasteran Indonesia Prancis
Oh.. terus kenapa kakak nyamperin aku? Sania jadi tambah bingung
dengan penjelasannya.
Aku cuma mau Tanya, apa hubungan kamu sama Rendi ? Setauku Rendi itu
selalu cuek sama cewek. Kok kamu bisa deket sama dia, bahkan kamu bisa satu
mobil sama dia.
Ooh, itu.. aku adiknya kak Rendi. Kakak suka ya sama kak Rendi ? Sania
mulai merayu orang yang ada di depannya itu.
Hmm, jadi kamu adiknya . Kok aku baru tau ya kalo Rendi punya adik yang
cantik gini kayak kamu.
Halah, kakak.. biasa aja kak.. tuh kak Rendinya udah keluar dari kelasnya
Menunjuk Rendi yang baru keluar dari kelasnya.
Melihat Rendi yang berjalan menuju arahnya, Alice segera meminta nomor
handphone Sania, dan bergegas meninggalkan Sania.
Alice langsung meninggalkan Sania. Sania yang tak mengerti apa-apa heran
melihat tingkahnya yang terburu buru saat melihat kakaknya berjalan ke
arahnya.
Sania tak terlalu memikirkan hal itu, setelah kakaknya sudah didekatnya
dia langsung saja mengikutinya menuju ke lapangan parkiran. Mobil berlaju
dengan kecepatan normal menuju rumah Sania.
Gak gimana-gimana kak, seneng aku. Akhirnya aku masuk SMA juga. Kakak
mau cari kak Rendi ta? hhe
Mereka saling mengobrol lewat handphone. Tak butuh waktu lama untuk
membuat mereka menjadi akrab. Tak lama beberapa saat, Rendi masuk ke kamar
Sania. Sania kaget dengan kedatangan Rendi yang tak mengetok pintu terlebih
dahulu.
Apa sih kak? ngagetin aja deh.. nggak ada, nggak ngapa-ngapain. Pingin tau
aja
Ihh, ditanyain sewot gitu. Aku mau keluar ni. Mau ikut nggak?
keluar kemana?
Mau ke Taman Kota. Pingin cari udara seger. Trus ntar sambil mampir ke
toko buku. Mau ikut nggak?
Oke deh. Aku tunggu di luar. Jangan lama-lama ya. Bosen aku nunggunya.
Mereka berdua sepakat untuk keluar. Saat perjalanan menuju taman kota,
Sania melihat Alice sedang berjalan sendirian. Sania meminta kakaknya untuk
menghentikan mobilnya dan mengajak Alice untuk ikut bersama dengannya.
Tuh, kak Alice. Kasian jalan sendirian. Kita ajak ya.. Pinta Sania pada
kakaknya.
Ayo bareng aku aja kak. Aku mau ke taman kota ini. Diajak kak Rendi
pingin keluar katanya.
Alice jadi salah tingkah, dia bingung harus menerima tawaran itu atau
nggak. Kalau dia menolaknya, dia bisa kehilangan kesempatan untuk dekat dengan
Rendi. Tapi, kalau dia menerimanya, bisa-bisa dia jadi tambah salah tingkah. Tapi
mau gimana lagi, dia juga tak mau kehilangan kesempatan baiknya itu. Jadi, Alice
menerima ajakan dari Sania.
Dalam sisa perjalanan menuju taman kota, Alice hanya diam saja. Dia hanya
mendengarkan obrolan Sania dan Rendi. Sesekali dia juga mengintip raut Rendi
yang lagi mengendarai mobil lewat spion depan. Dia sering senyum-senyum sendiri
setelah melihat wajah Rendi. Betapa dirinya mengagumi seorang Rendi dan kini
dia bisa dekat dengannya. Bahkan satu mobil dengan Rendi.
Setelah beberapa lama mereka duduk bertiga di taman itu, Sania baru
menyadari bahwa disebelahnya masih ada Alice yang duduk cemberut. Setelah
menyadari hal itu, barulah Sania mulai mengajak bicara Alice. Saat itu Rendi
mulai memberi perhatian pada Alice. Rendi merasa tertari pada sosok Alice itu.
Rendi menatap Alice dengan penuh rasa keingin tahuan tentang sosok perempuan
manis disebelah adiknya itu.
Alice membuang muka saat dia menyadari dirinya mulai diperhatikan oleh
seorang pria yang di kaguminya dari dulu. Alice tidak bermaksud untuk
menghindarkan dirinya dari Rendi, malah dia sengaja untuk membuat Rendi makin
penasaran padanya. Agar, nantinya Rendi bisa lebih memperhatikannya.
Saat Alice dan Sania asik mengobrol, tiba-tiba Rendi mengajak mereka
untuk makan di warung lesehan pinggiran taman kota itu. Alice menolak ajakan itu
karena dia harus buru-buru pulang karena waktu sudah menunjukkan jam 3 sore.
Dia harus mendatangi les yang dia ikuti sejak kelas XI lalu.
Maaf Sania, aku balik duluan ya, Aku ada les nih,
Yah, kakak. Makan dulu kak bareng kami. Ayolah. Sania memohon kepada
Alice untuk ikut bersamanya dan bersama Rendi makan. Sania mengerti, pasti
Alice sangat senang karena dia sudah mulai mendapat perhatian dari Rendi,
kakaknya.
Sania berniat untuk membuat kakaknya dan Alice menjadi lebih dekat.
Karena dia melihat kakaknya selama ini belum pernah dekat dengan seorang
cewek. Kakaknya cuma terus terusan pacaran sama buku saja. Sania jadi
perihatin melihat kakaknya itu.
Karena, Alice tetap tidak mau diajak untuk makan, akhirnya mereka
terpaksa hanya makan berdua dan Alice pulang terlebih dahulu.
Anak baru 1 hari aja masuk SMA udah sok tau. Jawab Rendi ketus.
Ahh. Kamu ini. Sana gih mandi udah mau maghrib ni. Rendi sengaja
mengalihkan pembicaraan agar tidak terpancing oleh adiknya itu.
Ih, iya iya.. oya ni nomornya kak Alice. Sapa tau kakak pingin ngobrol-
ngobrol. Kan kasian aku ngeliat kakakku ini harus galau semaleman kepikiran kak
Alice. Hhe Goda Sania pada kakaknya. sambil menodongkan Hpnya memberi
tahukan nomor Alice.
Rendi pura pura tidak peduli terhadap yang ditunjukkan Sania kepadanya.
Tapi, disela sela dia berpura-pura, terkadang dia melirik handphone adiknya itu
dan mencoba menghafalkan nomor gadis yang membuatnya penasaran itu.
Rendi berusaha untuk menghilangkan pikiran tentang gadis itu dulu. Namun
pikiran tentang gadis itu selalu hadir difikirannya. Dia menjadi bingung tentang
perasaan yang saat ini dialaminya. Sebab sebelumnya dia belum pernah
merasakan hal ini. Rendi nggak mau hal ini membuatnya kehilangan konsentrasi
terhadap pelajarannya nanti. Jadi, sebisa mungkin dia membatasi waktunya untuk
memikirkan gadis itu dan mencoba untuk belajar agar dia tetap bisa
mempertahankan prestasinya.
Esok harinya di sekolah, Rendi sengaja berlama lama bersama adiknya. Dia
berharap Alice menemui adiknya itu saat Sania sedang bersamanya. Sania
mengerti maksud kakaknya itu menemaninya. Sania mengambil Hpnya dan dan
mengirimkan pesan pada Alice untuk bertanya dimana Alice sekarang berada.
Perfect!! Siapa dia? Sania membanggakan dan memuji cowok itu dalam
hatinya.
Cowok itu serasa magnet bagi Sania dan Sania pun tidak bisa melepaskan
pandangannya dari cowok itu.
Aldo, namanya Aldo. Aku akan mengingatnya Gumam Sania dalam hatinya.
Dia mengatakan hal itu dalam hatinya.
Sania merasa jatuh hati padanya. Kini kedua kakak beradik itu sama sama
saling terikat perasaan suka pada lawan jenisnya. Sania merasa tidak ingin
pelajaran cepat berakhir. Karena dia tak ingin cepat kehilangan sosok yang
mengikat perhatiannya itu.
Pada jam istirahat Sania duduk berdua dengan Alice. Mereka berdua
bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing. Sejak awal masuk dan
berkenalan mereka sudah menjadi akrab dan sekarang mereka menjadi lebih
akrab lagi. Berawal dari seorang Rendi kedekatan mereka berdua.
Semakin hari, Rendi semakin penasaran pada Alice. Rendi mulai mendekati
adiknya bermaksud untuk mencari tahu tentang Alice. Rendi mencoba untuk
Alice merasa sangat senang mendapat sms dari seorang Rendi yang selama
ini dia kagumi. Akhirnya, setelah dua tahun lebih dia menunggu seorang Rendi
untuk memberinya kesempatan dekat dengannya kini kesempatan itu sudah dekat
dengannya. Sekarang dia sudah tidak perlu lagi mencoba untuk menarik perhatian
seorang Rendi. Tapi yang dia harus lakukan sekarang adalah bagaimana dia dan
Rendi tidak terputus dalam komunikasi.
maaf, siapa ya? balas Alice. Karena Alice memang tidak tahu nomor siapa
yang sms dia barusan.
Mendapat balasan seperti itu, Alice sangat terkejut dan tidak percaya
kalau yang sms itu benar benar Rendi yang selama ini dikaguminya. Alice
berjingkrak jingkrak kegirangan diatas kasur kamarnya itu. Dia hampir saja
pingsan saat melihat balasan sms yang ternyata sms itu adalah sms dari seorang
Rendi. Dia berfikir lama untuk membalas sms Rendi, mencari kata-kata yang
tepat untuk membalasnya. Berkali-kali dia mengetik balasan untuk sms dari Rendi
dan berkali-kali pula dia menghapusnya karena dia belum yakin dengan balasan
yang akan dikirim ke Rendi. Dan akhirnya dia membalasnya.
Oh, ada apa Rend? Balasnya sok cuek. Padahal dalam hatinya sangat
senang.
Nggak ada apa apa kok. Lagi apa kamu? Rendi membalasnya sok akrab
kepada Alice.
Mereka berdua terus saling sms. Bercakap cakap lewat sms dan saling
bertukar akun Facebook dan akun Twitter. Keduanya sama sama senang dapat
saling berkomunikasi seperti ini.
Heh, kamu. Ngagetin aja! Ada apa kamu kesini ? Jawab Rendi singkat.
Hmm, serius banget sih ngeliatin Hapenya, sampek sampek nggak nyadar
aku kesini.
Apaan sih.? Sana gih keluar. Belajar aja sana. Daripada ngurusin urusan
orang. Jawab Rendi ketus pada Sania yang memecahkan kesenangannya itu.
Apa? Sok tau deh kamu. Sana gih keluar. Ganggu orang aja. Rendi mulai
risih dengan adanya Sania disaat dia sedang asik sms dengan Alice.
Sania mengerti tentang apa yang sedang dialami kakaknya saat ini. Jadi dia
membiarkan kakaknyta sibuk dengan Hpnya dan dia keluar dari kamarnya
kakaknya itu dan bergegas menuju kamar.
Saat Sania keluar dari kamar kakaknya dan hendak menuju kamarnya,
mamanya meminta Sania untuk membantunya membawakan belanjaan mamanya itu
ke dapur. Sania segera membantu mamanya dan membereskan barang-barang
yang berceceran di dapur.
Ma, tau nggak. Kak Rendi sekarang mulai tertarik pada cewek lo.
Ya, kan kamu tahu sendiri. Selama ini gimana sikap kakakmu. Padahal dia
sudah lama puber. Tapi baru tertarik pada lain jenis sekarang. Gimana mama
nggak bilang dia upnormal.
Mama Sania awalnya mengira Rendi upnormal, sebab selama ini Rendi tidak
pernah terlihat dekat dengan seorang cewekpun selain Sania dan mamanya. Kini
anggapan mama Rendi tentang Rendi terjawab sudah. Ternyata mamanya salah
selama ini telah mengira Rendi upnormal. Mungkin selama ini Rendi hanya ingin
memfokuskan diri dahulu pada pelajarannya. Karena Rendi tak ingin
mengecewakan mama dan papanya.
Sania duduk di kelas sendirian. Sania adalah murid yang pertama datang di
kelas itu. Karena Sania berangkat bersama kakaknya dan kakaknya harus
mengikuti les pagi untuk menghadapi Ujian Nasional yang rumornya pada tahun ini
lebih sulit dibandingkan tahun lalu. Jadi, Sania harus berangkat lebih pagi dari
sebelumnya.
Sekitar 15 menit Sania duduk sendiri sambil membaca buku novel yang
saat ini dia pegang, tiba tiba muncul seorang lelaki dari balik pintu kelasnya.
Sania terkejut melihatnya. Lelaki itu adalah lelaki yang selama ini menarik
perhatiannya.
Ha.. haii !! Sania menjawabnya dengan ragu disertai senyuman yang tak
menyangka akan kehadirannya.
Tumben kamu berangkat pagi. Sudah lama ya disini sendirian? cowok itu
melanjutkan bicaranya disertai senyum cerianya pagi ini.
Ya lumayan. Aku berangkat bareng kakakku yang harus mengikuti les pagi
hari ini. Jadi, harus berangkat sangat pagi deh Jawab Sania sekedarnya.
Sebenarnya, Aldo juga sudah merasa tertarik pada Sania sejak pertama
kali Aldo melihat Sania di parkiran sekolah yang keluar dari mobil bersama
kakaknya. Namun aja pada saat ini mereka baru bisa berdekatan dan mengobrol
secara langsung.
Saat makan, tak sengaja Sania keselek dengan makanan yang dia makan.
Dengan refleks, Aldo langsung menawarkan minuman pada Sania. Seketika itu
juga tatapan mereka berdua bertemu. Aldo dan Sania saling menatap satu sama
lain. Tatapan mereka masuk melalui mata dan turun ke hati mereka masing masing
membentuk satu perasaan yang sulit untuk diartikan oleh keduanya.
Di sisi yang lain, Alice dan Rendi semakin dekat. Rendi dan Alice sering
terlihat saling menatap pada saat jam istrahat meskipun keduanya dalam jarak
yang berjauhan. Mereka berdua juga terjebak dalam satu perasaan yang saling
menyukai.
Alice dan Sania saling bercerita tentang perasaan yang saat ini mereka
berdua alami. Mereka berdua sama sama mengalami rasa saling suka pada
seseorang. Meraka saling terbuka untuk menceritakan tentang pengalaman dan
berbagi pengalaman satu sama lain.
Sania dan Alice berencana untuk makan malam bareng di Caf Melodia
yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka malam rabu nanti. Sania
sengaja mengajak Rendi untuk mengantarkannya sekaligus menemaninya karena
Rendi terpukau melihat penampilan Alice yang sangat menarik itu. Dia
tidak pernah benar memperhatikan seorang cewek sebelumnya. Namun, saat ini
dia bener benar melihat cewek yang dianggapnya sangat sempurna untuknya.
Benar benar gadis yang sempurna. Alice aku mencintaimu. Ucap Rendi
dalam hati.
Kak Alice cantik sekali malam ini. Bener kan kak? Sania mengungkapkan
kekagumannya terhadap Alice pada Rendi sambil menyenggol lengan Rendi.
Rendi hanya mengangguk dan tak tau akan mengucapkan apa dan memberi
komentar apa tentang pernyataan Sania barusan. Dia hanya membayangkan
bahwa cewek yang selama ini dia perhatikan lebih benar benar menjadi miliknya.
Dia tak akan menyia nyiakan kesempatan ini.
Kamu cantik malam ini. Rendi berkata dengan keseriusannya dan penuh
kemantapan tanpa ada keraguan dalam perkataannya.
Mendengar perkataan Rendi, Alice tak percaya akan apa yang barusan
Rendi katakan. Ini pertama kalinya Alice dan Rendi bertatapan secara langsung
dan sedekat ini. Dia tak menyangka di awal pertamanya ngobrol secara langsung
dengan Rendi, Rendi malah memujinya dengan penuh keseriusan yang
ditangkapnya dari sorot mata Rendi.
Cie.. dua orang yang lagi kasmaran bersatu niii Celetuk Sania yang
merasa iri melihat keromantisan yang diciptakan keduanya.
Alice dan Sania ternganga bersamaan. Mereka terkejut tentang apa yang
dikatakan Rendi barusan. Mereka benar benar tak menyangka Rendi akan
melakukan hal itu sekarang. Seorang Rendi yang dulunya terkenal selalu bersikap
dingin pada cewek, sekarang secara blak blakan mengungkapkan hal ini sekarang
dan di tempat ini. Sangat romantic !
Alice, maukah kamu menjadi pacarku? Ucap Rendi sekali lagi pada Alice
dengan penuh harap Alice mau menerimanya.
I..iya. Aku mau jadi. Jawab Alice terpotong oleh perkataan dari Sania.
Iya. Aku mau jadi pacarmu Dan. Jawab Alice tanpa ragu dan memandang
Rendi dengan senyuman manisnya.
Cie.. aku yang menjadi saksi mata kalian, dan aku yang pertama tau
tentang hal ini. Akhirnya, kakakku yang selama ini lajang udah punya pacar.
Jangan lupain aku lo kak. Jawab Sania riang.
Makasih ya Lice. Ucap Rendi pada Alice. Iya iya, aku kamu tetap adikku
kok bawel. Nggak mungkin la aku lupa sama kamu. Jawab Rendi pada Sania sambil
mencubit pipi adiknya itu.
Ye.. jadi calon kakak ipar niih. Sindir Sania pada Alice.
Malam itu menjadi malam yang tak terindah bagi Rendi dan Alice. Malam
ini mungkin tak akan pernah mereka lupakan.
Melihat kejadian yang kemarin dialami oleh Alice dan kakaknya Rendi,
Sania menjadi terbayang-bayang oleh sesosok Aldo yang andai saja Aldo itu bisa
memahami perasaannya. Dia akan sebahagia seperti yang dialami oleh Alice.
Rendi yang sampai saat ini masih berbahagia dengan status yang saat ini ia
jalani, segera mengganti status hubngannya di akun facebooknya menjadi
berpacaran. Namun dia enggan menyebutkan nama pacarnya itu di akun
facebooknya.
Rendi dan Alice sudah menjalani hubungannya itu dan berharap akan bisa
terus bersama. Berbeda lagi dengan Sania. Sania yang sampai saat ini masih
terus memikirkan Aldo, cowok yang selalu menarik perhatiannya itu. Sania
bercerita kepada Alice tentang apa yang sedang dia rasakan. Dia meminta
masukan pada Alice tentang apa yang harus dia lakukan.
Saat di kelas, selalu ada kesempatan bagi Sania untuk bisa memperhatikan
Aldo. Bahkan pernah pada saat jam pelajaran Sania ditegur oleh gurunya karena
tidak focus pada pelajaran melainkan dia focus melihat sosok Aldo yang duduk di
sebelah kanan depannya.
Kamu memang selalu punya cara untuk menarik perhatianku Kata Sania
dalam hati.
Ujian semester awal sudah dekat, Sania mencoba focus pada pelajaran.
Dia malu apabila nanti dia dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang terkenal
kepintarannya di sekolah itu. Sania mencoba utuk menghilangkan sejenak pikiran
tentang Aldo dan focus untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian
semester yang sebentar lagi akan segera dilaksanakan.
Sania tidak mau mengecewakan orang tuanya. Dia ingin juga pintar seperti
kakaknya. Kakaknya selalu membantunya dan memberi motivasi untuk Sania agar
tak mudah menyerah pada nasib saja. Semua kesuksesan berawal dari sebuah
usaha yang sungguh-sungguh.
Sania sudah bersekolah di sekolah ini selama satu semester. Dia benar-
benar menyukai hal yang ada dalam sekolah ini tak terkecuali pada sesosok cowok
yang selalu menarik perhatiannya itu. Setelah beberapa lama Sania mencoba
break dahulu pada pekerjaannya yang selalu memikirkan Aldo, kini pikiran itu
muncul lagi saat dia melihat Aldo berjalan bersama dengan seorang gadis. Pikiran
itu bukan lagi pikiran untuk mengaguminya, melainkan pikiran tentang rasa
kecewanya.
Aldo yang selama ini dikaguminya, dan selalu memberi respons positif pada
setiap tingkah Sania padanya ternyata hanya pemberi harapan palsu. Ternyata