Anda di halaman 1dari 3

 Unsur Intrinsik Cerpen yang berjudul “ Jalan Lurus ke Depan ” :

1) Tema :
Perselingkuhan dalam rumah tangga akibat tekanan dari pasangan.
2) Tokoh / Penokohan :
 Bunda : Ibu Lien (sabar, penyayang, dan selalu
memberikan masukan yang baik)
Bukti Pendukung :
“suatu saat bukan pasangan kamu saja yang akan
berbelok dari jalan lurus. Tapi kamu juga bisa ikutan
tergoda.” Lalu Bunda menepuk pipinya. “Tegar ya, Nak..”
 Ayah/Bapak : Ayah Lien (Laki-laki yang sangat mencintai
istrinya)
Bukti Pendukung :
“Bundamu perempuan hebat..” begitu puji Ayah sambil
menarik napas panjang.
 Lien : Istri Rey (curiga-an,wanita yg sangat sayang
dengan suaminya, selalu menekan suaminya)
Bukti pendukung :
“Aku tidak suka dikuntit..” ujar Rey suatu malam ketika
melihat Lien tengah membuka-buka handphone milikinya.
 Rey : Suami Lien ( Laki-laki yang menyelingkuhi
Istrinya, pendiam, rapi)
Bukti pendukung :
Pertemanan yang membuat Rey yang rapi tiba-tiba
bergaya slebor.
 Rizal : Anak Rey dan Lien (Anak yg belum tau apa-apa,
Luguh)
Bukti pendukung :
Bahkan lagu balonku yang konyol, membuat Rizal si
bungsu berkata bahwa ayahnya sekarang mirip anak TK.
 Jelita : Selingkuhan Rey (teman Rey dulu, konyol, kocak)
Bukti pendukung :
“Kami dulu sering konyol berdua..” Perempuan itu
tertawa.
 Bowo : Suami Ratih (Laki-laki yang menyelingkuhi istrinya, tapi
meringis ketika istrinya kabur dari rumah)
Bukti pendukung :
“istriku sudah pulang ke rumah orang tuanya. Pulang
sendiri. Kabur,” Bowo meringis.
 Ratih : Teman Lien (Perempuan mandul, Sabar, Cengeng, mudah
putus asa)
Bukti pendukung :
“Aku perempuan mandul karena memang tak kumiliki lagi
rahim untuk tempat benih Mas Bowo bersemayam.”
“Titip Mas Bowo ya.”

3) Latar :
 Tempat : Rumah, Stasiun Kereta Api, Kios-kios penjual makanan, di
bawah pohon jambu.
Bukti pendukung :
Surat-surat yang tercecer itu tidak Lien temukan
sepulangnya ke rumah.
Ini pertemuan yang sama sekali tak Lien duga. Di stasiun
kereta.
Ketika gerimis membuat Lien terpaksa menepi dekat
jajaran kios-kios penjual makanan.
Di bawah pohon jambu ketika helai daun jambu
berguguran dan jatuh menimpa rambut Lien.
 Suasana : Menegangkan, menyedihkan, mengharukan.
Bukti pendukung :
“Aku ingin dihargai..” Lien diam.
Derasnya mungkin menyamai derasnya tangis Lien ketika
jasad Bunda dikebumikan.
 Waktu : Malam.
“Aku tidak suka dikuntit.., “ ujar Rey suatu malam ketika
melihat Lien tengah membuka-buka handphone miliknya.
 Alat : Surat, Balon, handphone, TV, kopi.
Dua bulan setelah surat yang berserakan itu ditemukan,
Bunda mendekapnya erat.
Rey berhak membuka handphone Lien.
4) Alur :
Novel “Jalan Lurus ke Depan” menggunakan Alur campuran karena ceritanya
disampaikan dari masa lalu kemudian membahas konflik dan akhir cerita yang
membahas masa sekarang
 Pendahuluan
“Dalam pernikahan , akan kamu temukan jalan berbelok. Tapi
usahakan lurus ke depan..” Lien menyeka air matanya.
 Komplikasi
Surat-surat tercecer yang berserakan didekap erat oleh Lien. Ia
hanya mengantarkan Rizal menghabiskan libur. Ia berusaha tertawa. Tapi
mungkin suara tawanya terdengar sumbang untuk Bunda.
 Klimaks
“Aku tidak suka dikuntit..” ujar Rey suatu malam ketika melihat
Lien tengah membuka-buka handphone milikinya. “Ada SMS tadi..” “Aku
tidak ingin privacy-ku dilanggar.”
 Resolusi
Bapak akhirnya tuntas bercerita tentang sebuah perselingkuhan
yang dilakukan oleh Bunda dengan sahabat di masa sekolahnya dulu.
Perselingkuhan yang membuat bapak melakukan hal yang sama. Tapi
berujung pada sebuah kesadaran yang justru menyatukan Bapak dan
Bunda. “Bapak terlalu lurus mencintaiu Bundamu seperti mengekang..”
5) Amanat :
Jangan mengekang pasangan hidup kita, karena jika ia merasa dikekakang
ia akan dengan mudah berahli ke orang lain.
Jangan mudah curiga terhadap pasangan kita, beri sedikit kebebasan.
6) Gaya Bahasa :
Tidak begitu mudah dipahami, karena menggunakan bahasa yang tidak
baku.
7) Sudut Pandang :
Orang ketiga sebagai pencerita.
 Unsur Ekstrinsik Cerpen yang berjudul “ Jalan Lurus ke Depan ” :
1) Nilai moral : menghormati dan menyayangi orang yang lebih tua.
2) Nilai keagamaan : bersedih dan mengingat yang Kuasa jika salah satu dari
kita telah kembali Pada – Nya.
Ikhlas dan ridho menerima kepergian orang yang
disayangi.

Anda mungkin juga menyukai