Disusun oleh :
Agus Rianto
Ela Rosiana Chamami
Rifa Fauziah
Sarah Nurul Putri
Yani Suryani
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB
merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari kasus
kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan penyakit jantung bawaan.
Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 - 10 per 1000 kelahiran.
Persebarannya tergantung demografinya. Saat ini dari 220 juta penduduk
Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800
diantaranya adalah penyandang PJB.
PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung
bawaan asianotik dan sianotik. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai
dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari
vena sistemik yang mengandung rendah oksigen akan kembali lagi ke sirkulasi
sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi
ditemukan pirau kiri ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. Jumlah pasien
PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB
sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada
asianotik.
Insiden retardasi pertumbuhan pada anak PJB telah banyak dilaporkan di
seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Varan7 pada tahun 1996 di Turki
dengan kriteria NCHS dari 89 pasien penderita PJB, 37 pasien berada di bawah
persentil 5 untuk berat badan dan panjang badan, dan 58 pasien berada di bawah
persentil 5 untuk berat badan. Penelitian tahun 2005 di Semarang yang dilakukan
oleh Wishnuwardhana , 22 pasien penderita PJB asianotik sebelum diberi
perlakuan, didapatkan rerata WAZ -1,57±0,9SB , rerata HAZ -0,75±1,97SB dan
rerata WHZ -0,89±1,7SB. Dan penelitian pada tahun 2009 oleh Damayanti R.
Sjarif dkk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hasilnya menunjukkan
bahwa prevalensi gagal tumbuh lebih tinggi pada anak dengan PJB lesi asianotik.
Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah atau
dimensi sel, organ atau individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat
(gram,pound), panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Gangguan pertumbuhan pada suatu fase tumbuh kembang akan dihubungkan
dengan defisit perkembangan kognitif, kemampuan intelektual dan pertumbuhan
saraf, efek ke maturasi dan performa sekolah.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah antara lain :
1. Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ?
2. Apa penyebab PJB ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari PJB ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya PJB?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari PJB ?
6. Apa saja pengobatan yang diperlukan untuk klien dengan PJB ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dengan PJB ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi penyakit jantung bawaan (PJB)
b. Mengetahui penyebab PJB
c. Mengetahui manifestasi klinis dari PJB
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB
e. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk klien dengan PJB
f. Mengetahui tentang penatalaksanaan/pengobatan untuk klien dengan PJB
g. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan PJB
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak
lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7
minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah
ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan
pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu
bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
C. Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi
sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu
hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan,
alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab
meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down
(Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah
satunya PJB. Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik
dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain
itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada
ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.
D. Manifestasi Klinis
1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
a. Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna.
Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole.
Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan
terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung
jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan
dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada
jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus
terlihat implus jantung yang hiperdinamik.
b. Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen
ovale atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen oval atau septum
atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan
infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur
jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan
diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP
bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan prematuritas.
Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres
seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan
anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi
ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume
darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran
darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah
sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis Aorta (SA)
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta.
Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara
total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan
pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak
apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini
menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan
adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa
ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya
hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan
striktura.
b. Stenosis Pulmonal (SP)
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup,
normal tetapi puncaknya menyatu. Manifestasi klinis : Tergantung pada
kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena
aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2
dari cardiac output yang meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat,
darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan
jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung
sistolik, ECG dan kateterisai jantung.
c. Koarktasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara.
Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus.
Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi
berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa
kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah
raga. Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan
darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal.
Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada
lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-
kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi.
Diagnosa ditegakkan dengan cartography.
3. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
Tetralogi Of Fallot (TOF)
Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4
kelainan yaitu:
a. Stenosis pulmonal,
b. Hipertropi ventrikel kanan,
c. Kelainan septum ventrikuler, dan
d. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah
kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
E. Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan
maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung
bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan
asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari
kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan
penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium
kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari
atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan
volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain
itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke
ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan
darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya
tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium
kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri
menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung
menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya
suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya
nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan
terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka,
2011).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru
meningkat.
2. Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).
3. Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan
hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai
BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya
hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
6. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.
7. Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB)
meningkat.
G. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai
komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
H. Penatalaksanaan
1. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
a. Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk
mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic,
misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka
operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat
menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
b. Atrial Septal Defect (ASD)
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft
pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.
c. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya
diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi
otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup
kuat untuk dilakukan operasi.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
a. Stenosis Aorta (SA)
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat
anak mampu dilakukan pembedahan toraks.
b. Stenosis Pulmonal (SP)
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada
saat anak berusia 2-3 tahun.
c. Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan
bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan
cara memasukkan suatu graf.
3. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
Tetralogi Of Fallot (TOF) : Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal
anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa
pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan
untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara
Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula
kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson
dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri
pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan
membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.
4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA) :
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat
prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk
memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat
suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara
Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan
dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena
pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak
teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan
sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara
nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA BAYI
:
1. No. MR 01609853
2. Nama Bayi : By. Ny. Shelvi Indra Fitriana
3. Nama Ibu : Ny. Shelvi
4. Nama Ayah : Tn. Sucipto
5. Alamat : Jl. Jelambar Timur Rt013/Rw009 Jelambar Baru Grogol
Jakbar
6. Agama : Islam
7. Tanggal Lahir : 21 Oktober 2019
8. Jam Lahir : 10:02 WIB
9. Usia : 1bulan 4hari
10. Cara Lahir : SC, Preeklamsi, IUGR, DMG
11. Tanggal masuk : 21 Oktober 2019
12. Jam Masuk : 10:30WIB
13. Berat Lahir : 2305gram
14. Jenis kelamin : Perempuan
15. Pengirim : Transisi
16. Dokter Anak : dr.Engkie, Sp.A
17. Dokter kebidanan : dr. Gatot, Sp.OG
18. Usia Gestasi : 35minggu
C. RIWAYAT IBU
1. Riwayat Kehamilan
Usia Gravida Partus Abortus Anak hidup Anak
kehamilan meninggal
35 minggu G4 4 0 3 1
2. Jenis Persalinan
a. Spontan per vaginum ( )
b. Secti cesarean (√), alasan preeklamsia, IUGR
c. Vakum ( )
d. Forcef ( )
3. Komplikasi kehamilan : ada ( ), tidak ada ( )
a. Perawatan antenatal :
b. Rupture plasenta/plasenta privia : ( )
c. Preeklamsia/toxcemia :( )
d. Suspect sepsis :( )
e. Persalinan premature/postmatur : ( )
f. Masalah lain :
1. Reflex
a. Moro (√)
b. Rooting (√)
c. Succking (√) : kuat / lemah
2. Tonus/aktivitas
a. Aktif (√) tenang ( ) latergi ( ) kejang ( )
b. Menangis keras ( ); lemah ( ); melengking ( ); sulit menangis ( )
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior : lunak (); tegas 0; datar ( ); menonjol ( ); cekung ( )
b. Sutura sagitalis : tepat (√); terpisah ( ); menjauh ( ); tumpang tindih ( )
c. Gambaran wajah : simetris (√); asimetris ( )
d. Molding (√) caput succedaneum (-) chepalohematoma (-)
4. Mata
a. Bersih (√) sekresi ( )
b. Jarak intercantus … cm
c. Warna sclera……
5. Tht
a. Telinga : normal (√) abnormal ( )
b. Hidung : simetris (√); asimetris ( ); sekresi ( ); napas cuping hidung ( )
c. Tenggorokan……..
6. Wajah
a. Simetris (√) asimetris ( )
b. Sumbing labioschizis (-)
c. Sumbing palatoschizis (-)
7. Abdomen
a. Lunak (√) datar ( ) tegas ( ) kembung ( )
b. Lingkar perut … cm
c. Hepar : teraba ( ); kurang 2cm ( ); lebih 2 cm ( ); tidak teraba ( )
8. Thorax
a. Simetris ( ) asimetris ( )
b. Retraksi derajat 0 ( ); derajat 1 ( ); derajat 2 ( )
c. Klavikula normal ( ) abnormal ( )
9. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama (√); tidak sama ( )
b. Suara nafas bersih (√); ronkhi ( ); whezzing ( ); vesikuler ( ); sekresi ( )
c. Respirasi : spontan (√); tidak spontan ( )
d. Alat bantu napas : oxihood ( ); nasal canule ( ); O2 inkubator ( )
e. Konsentrasi O2 ….. L/menit
f. Frekuensi napas 40 x/menit
10. Jantung
a. Bunyi normal sinus rythem (NSR) (√); frekuensi 118 x/menit
b. Murmur (√) pmi ( ); lokasi…
c. Capiler reffil 2 detik
d. Denyut nadi 118 x/menit
e. Kekuatan nadi :
Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada
Brachial dextra
Brachial sinistra
Femoral dextra
Femoral sinistra
11. Ekstremitas
a. Gerakan bebas ( ) ROM terbatas ( ) tidak terkaji ( )
b. Ekstremitas atas : normal (√); abnormal ( ): sebutkan…
c. Ekstremitas bawah : normal (√); abnormal ( ) : sebutkan…
d. Panggul : normal (√) abnormal ( ) tidak terkaji ( )
12. Umbilikus
a. Normal (√) abnormal ( )
b. Inflamasai ( ) drainage ( )
13. Genital
a. Laki-laki : normal (√) abnormal ( ) : sebutkan….
b. Perempuan : normal ( ) abnormal ( ) : sebutkan…..
14. Anus
a. Paten (√)
b. Malforasi anorextal ( ) : sebutkan…..
15. Spina
a. Normal (√) abnormal ( ) : sebutkan
16. Kulit
b. Warna : pink (√) pucat ( ) jaundice ( )
c. Sianosis pada : kuku ( ); sirkumonal ( ); periorbital ( ); seluruh tubuh
()
d. Kemerahan/rash ( ) : sebutkan
e. Turgor kulit : elastis (√) tidak elastis ( ) edema ( )
f. Lanugo ( )
17. Suhu
a. Lingkungan : penghangat radian ( ) pengaturan suhu ( ) inkubator ( )
Suhu ruangan (√) box terbuka (√)
b. Suhu kulit 36,5 oc
E. RIWAYAT SOSIAL
a. Status genogram (buat 3 generasi keatas)
keteranga :
Laki-laki
Perempuan
Garis keturunan
Tinggal serumah
Pasien
Meninggal
Hematokrit 45,5 %
B.B 23 mmol/L
47 mmol/L
2. ECHO (13/11/19)
Kesan : Pulmonal Atresia, Ventricular Septal Defect paten ductus arteriosus
dengan stenosis di PA junction
3. EKG (22/10/19) :
Kesan : AV blok derajat 2 tipe 1
Hematokrit : 45,5 %
Limfosit : 45,2
Monosit : 12,2
pH : 7,342
B.B : 47 mmol/L
Do :
− Klien tampak lemah
− Hasil AGD :
pH : 7,342
Do :
− Akral dingin
− Hematokrit : 45,5 %
Ds :
Tidak ada
Ketidakseimbangan kadar
elektrolit darah b.d
Do :
pH : 7,342
KRITERIA HASIL
1. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui
ketidakseimbangan ventilasi perfusi tindakan keperawatan keadaan umum klien
2. Observasi frekuensi, irama,
3x24 jam, diharapkan
kedalaman dan upaya napas 2. Untuk mengetahui ada
pertukaran gas efektif
atau tidaknya kelainan
Ditandai dengan : 3. Posisikan klien untuk
dalam pernapasan
memaksimalkan ventilasi
Ds :
Kriteria hasil : 3. Untuk mengoptimalkan
4. Monitor nilai AGD
ibu klien mengatakan anaknya ventilasi
− Tanda-tanda vital
mengalami kesulitan dalam 5. Auskultasi suara napas, catat bila
dalam batas normal 4. Untuk mengetahui ada
bernapas ada suara napas tambahan
atau tidaknya kelainan
− Tidak ada sianosis
6. Kolaborasi dengan dokter dalam dalam gas darah
− Tidak ada sesak pemberian terapi
Do : 5. Untuk mengetahui adanya
− Hasil AGD dalam
− Klien tampak lemah batas normal suara napas tambahan
− Hasil AGD :
pH : 7,342
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia dengan VSD
− Akral hangat
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia dengan VSD
− Hematokrit : 45,5 %
Ds :
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia dengan VSD
pH : 7,342
− Hasil AGD :
pH : 7,342
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia
dengan VSD
− Akral hangat
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia
dengan VSD
− Hemoglobin : 15,3
gr/dl
− Hematokrit : 45,5 %
Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
12/11/19 Ketidakseimbangan kadar 1. Mengobservasi TTV S : tidak terkaji
elektrolit Hasil : O:
TD : -mmHg, N : 116x/menit, Bayi CM, tampak tenang, TD :
RR : 42x/menit, S : 36,2˚C, 94/45mmHg, N : 125x/menit, RR :
Ds : sPO2 : 64% 46x/menit teratur, S : 36,1˚C, sPO2 :
2. Mengobservasi hasil 62%
Tidak ada
laboratorium niali elektrolit Suara nafas vesikuler. AGD tanggal
Hasil : belum ada pH : 7,342
3. Memantau intake output cairan pCO2 : 48,8 mmHg
Do :
secara akurat pO2 : 29,2 mmHg
− Tekanan darah : 84/37 Hasil : Intake cc, Output HCO3 : 25,9 mEq/L
mmHg, Nadi : cc Base excess : -1 mmol/L
160x/mnt, Respirasi : 4. Memberikan cairan intravena Std. Bic : 23 mmol/L
50x/mnt, yang berisi elektrolit B.B : 47 mmol/L
Hasil : bayi diberibolus Nacl 3% Klien diberi minum 8x50 cc + bolus
− Hasil pemeriksaan
2 cc Nacl 3% 2cc
elektrolit :
5. Mengobservasi hasil AGD A : Masalah Ketidakseimbangan kadar
Suhu : 36,7, SpO2 : Hasil : AGD tanggal elektrolit belum teratasi
60% pH : 7,342 P: Asuhan keperawatan dilanjutkan
pCO2 : 48,8 mmHg Intervensi ke 1-6
Natrium (N) : 131
pO2 : 29,2 mmHg
mmol/L
HCO3 : 25,9 mEq/L
Kalium (K) : 6.0 Base excess : -1 mmol/L
mmol/L Std. Bic : 23 mmol/L
B.B : 47 mmol/L
Klorida (Cl) : 101
6. Berkolaborasi dengan dokter
mmol/L
dalam pemberian terapi
Kalsium : 8.7 mg/dl
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia
dengan VSD
− Hasil pemeriksaan
AGD
pH : 7,342
− Hasil AGD :
pH : 7,342
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia
dengan VSD
− Akral hangat
− Hasil Echocardiograf :
pulmonal atresia
dengan VSD
− Hemoglobin : 15,3
gr/dl
− Hematokrit : 45,5 %
− Hasil pemeriksaan
AGD
pH : 7,342