Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH PATOLOGI NEUROMUSKULER DAN

KARDIOVAKULOPULMONAL
“PENYAKIT JANTUNG BAWAAN”
Dosen Pengampu : Shella Dhika R, SST, FTR, M.Kes

Disusun Oleh :
Mutiara Andryani (20101120221005)
Lu’luah Feby Purwanti (20101120221007)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen mata
kuliah Bela Negra yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Penyakit Tropis”. Sehingga
dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah Ini ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

Semarang, 14 Juni , 2023


Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan bentuk kelainan
jantung yang sudah didapatkan sejak bayi baru lahir. Manifestasi klinis
kelainan ini bervariasi dari yang paling ringan sampai berat. Pada bentuk
yang ringan, sering tidak ditemukan gejala, dan tidak ditemukan kelainan
pada pemeriksaan klinis. Sedangkan pada PJB berat, gejala sudah tampak
sejak lahir dan memerlukan tindakan segera. Dengan berkembangnya
teknologi, khususnya ekokardiografi, banyak kelainan jantung yang
sebelumnya tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisis dan penunjang
biasa, EKG, radiologi dengan menggunakan alat ini dapat dideteksi
dengan mudah.
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan
pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.
PJB merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi, hampir
1/3 dari kasus kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan
penyakit jantung bawaan. Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara
6 - 10 per 1000 kelahiran. Persebarannya tergantung demografinya. Saat
ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir
mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang


dibawa sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan.
Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat
usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan bentuk kelainan
jantung yang sudah didapatkan sejak bayi baru lahir. Manifestasi klinis
kelainan ini bervariasi dari yang paling ringan sampai berat. Pada bentuk
yang ringan, sering tidak ditemukan gejala, dan tidak ditemukan kelainan
pada pemeriksaan klinis. Sedangkan pada PJB berat, gejala sudah tampak
sejak lahir dan memerlukan tindakan segera. Dengan berkembangnya
teknologi, khususnya ekokardiografi, banyak kelainan jantung yang
sebelumnya tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisis dan penunjang
biasa, EKG, radiologi dengan menggunakan alat ini dapat dideteksi
dengan mudah.
2.2 Jenis Penyakit Jantung Kongenital
a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan
struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai
dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi
pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan
penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa
adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung
pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang
akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik;
yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung
sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular
septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus
arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di
jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di
jantung, misalnya, aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan
pulmonary stenosis (PS).
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena
sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau
terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis.
Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki
dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila
reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %.
Bila dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2
golongan PJB sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru
yang berkurang, misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal
Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) dengan gejala aliran darah ke paru
yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA)
dan Common Mixing.
2.3 Etiologi
penyebab PJB tidak diketahui. Pelbagai jenis obat, penyakit ibu,
pajanan terhadap sinar Rontgen, diduga merupakan penyebab eksogen
penyakit jantung bawaan. Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal
kehamilan dapat menyebabkan PJB pada bayi. Di samping faktor eksogen
terdapat pula faktor endogen yang berhubungan dengan kejadian PJB.
Pelbagai jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu erat berkaitan dengan
kejadian PJB seperti sindrom Down, Turner, dan lain-lain.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor
genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling
berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-
obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab
penyakit jantung bawaan.
2.4 Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor
genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi
penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik.
Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran
darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan
tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah
akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium
kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan
hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan
atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru
juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di
paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari
atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas
ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan
kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh
akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi
tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).
2.5 Epidemiologi
Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan akan lahir 40.000 bayi
dengan PJB. Menurut data rekam medik, Poliklinik kardiologi anak RSUP
Dr. Kariadi menerima 135 pasien PJB baru pada periode Januari 2007-
Desember 2008. Sekitar 25% dewasa dengan PJB memilki tipe yang
ringan dari penyakitnya sehingga mampu bertahan sampai usia dewasa
tanpa intervensi pembedahan maupun kateterisasi jantung. Mayoritas
dewasa dengan PJB tampak sebagai pasien rawat jalan, namun biasanya
pasien ini telah menjalani prosedur pembedahan maupun kateterisasi
jantung.
Lesi PJB secara fungsional diklasifikasikan menjadi (1) dengan
shunting kiri ke kanan (acyanotic) (2) dengan shunting dari kanan ke kiri
(cyanotic). Shunting dari kiri ke kanan terjadi jika darah yang
teroksigenasi dari atrium kiri, ventrikel kiri, serta aorta, transit di atrium
kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis.
Paru menerima darah yang tidak teroksigenasi dari sirkulasi
sistemik kemudian darah yang telah teroksigenasi mengalami shunting
melalui defek yang ada, sehingga terjadi volume overload pada satu atau
beberapa ruang jantung. Penyakit jantung bawaan sianotik menyebabkan
keterbatasan pada pulmonary blood flow sehingga terjadi percampuran
antara darah yang teroksigenasi dengan yang tidak teroksigenasi. Kondisi
ini menurunkan oxygen content dan menyebabkan sianosis
2.6 Manifestasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat
memberikan gejala yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya
gangguan pertumbuhan, sianosis, berkurangnya toleransi latihan,
kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan terdengarnya bising
jantung, dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya kelainan jantung
pada seorang bayi atau anak.
a. Gangguan pertumbuhan. Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke
kanan, gangguan pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah
jantung. Pada PJB sianotik, gangguan pertumbuhan timbul akibat
hipoksemia kronis. Gangguan pertumbuhan ini juga dapat timbul
akibat gagal jantung kronis pada pasien PJB.
b. Sianosis. Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik
rendah. Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di
sekitar mulut. Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral)
perlu dibedakan pada sianosis perifer yang sering didapatkan pada
anak yang kedinginan. Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujung -
ujung jari.
c. Infeksi saluran napas berulang. Gejala ini timbul akibat
meningkatnya aliran darah ke paru sehingga mengganggu sistem
pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung anak karena
anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak
sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai
tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak.
d. Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda
penting dalam menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-
kadang tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta
penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan jantung. Namun tidak
terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisis, tidak
menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga
menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk memastikan diagnosis.
2.7 Fisiologi Kardiovaskular
sirkulasi “seri” dimana kedua ventrikel memompa seluruh curah
jantung ke dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik. Sirkulasi pada anak-
anak adalah sirkulasi paralel, dimana darah yang teroksigenasi mengalir
melalui vena umbilikalis menuju fetus. Sekitar 50% darah vena umbilikus
melewati hati (bypass) melalui duktus venosus dan bercampur dengan
darah yang tidak teroksigenasi dari bagian bawah tubuh pada vena cava
inferior. Darah dari 168 Jurnal Neuroanestesia Indonesia vena cava
inferior mengalami shunting secara langsung melewati foramen ovale dan
di ejeksikan oleh jantung kiri menuju aorta ascenden. Karenanya arteri
koroner dan arteri serebral diperfusi oleh darah yang memiliki tekanan
oksigen yang relatif tinggi. Vena cava superior yang kurang teroksigenasi
mengalir menuju ventrikel kanan kemudian ke arteri pulmonalis dimana
90% aliran mengalami shunting melewati duktus arteriosus menuju aorta
descending. Ventrikel kanan dominan selama kehidupan fetus karena
outputnya dua kali ventrikel kiri.
Bayi dan anak-anak yang menderita PJB memiliki sistem
kardiopulmonal yang imatur. Shunting intrakardiak dan obstruksi sering
menyebabkan sianosis atau penyakit jantung kongestif (CHF). Penyakit
vaskuler pulmonal serta gagal jantung kanan juga sering ditemukan. Pada
kasus terjadinya shunting kanan ke kiri, terjadi hipoksia arterial yang
berat, dimana keadaan ini menyebabkan polisitemia dengan peningkatan
viskositas darah serta koagulopati. Pada anak-anak yang normal sirkulasi
paralel fetus bertransformasi menjadi sirkulasi seri dewasa. Perubahan
normal ini terganggu dengan adanya PJB. Singkatnya jika hipoksia dan
asidosis muncul karena PJB selama masa neonatus dan infant, penurunan
PVR normal tidak terjadi, sehingga dapat terjadi paten duktus arteriosus
dan foramen ovale persisten.
2.8 Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami
berbagai komplikasi antara lain:
a. Gagal jantung kongestif
b. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
c. Aritmia
d. Endokarditis bakterialistis
e. Hipertensi
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Aripriandari, A., Soetadji, A., & Julianti, H. (2011). PERBEDAAN
PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ANTARA
ORANGTUA PASIEN DI PUSAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DAN
TERSIER (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas
Pandanaran) (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
Djer, M. M., & Madiyono, B. (2016). Tatalaksana penyakit jantung
bawaan. Sari Pediatri, 2(3), 155-62.
Kumala, K., Yantie, N. P. V. K., & Hartawan, I. N. B. (2018).
Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan Asianotik Tipe Isolated dan Manifestasi
Klinis Dini pada Pasien Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. E-Jurnal
Med. Udayana, 7(10).
Suyasa, A. B., Umar, N., & Oetoro, B. J. (2013). Implikasi anestesi pasien cedera
kepala traumatik dengan penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik: masalah
hiperviskositas darah. JNI, 2(3), 166-176.
Wilar, R., & Wantania, J. M. (2016). Beberapa faktor yang berhubungan
dengan episode infeksi saluran pernapasan akut pada anak dengan penyakit
jantung bawaan. Sari Pediatri, 8(2), 154-8.

Anda mungkin juga menyukai