INDIKASI TERAPI

DINGIN
OLEH
ROHADI JR, FTR, S.PD.MM
Indikasi Terapi Dingin :
1. Spastisitas yang menyertai sistem saraf pusat: menurunkan
eksitabilitas reflek monosinaps.
2. Cedera akut awal atau inflamasi ( cedera akut, memar,
strain,sprain, pasca bedah)
3. Kondisi nyeri kronis (osteoartritis, rheumatoid arthritis, kapsulitis,
pasca fraktur)
4. Pertolongan darurat untuk luka ringan
5. Oedema.
Kontraindikasi terapi dingin:
1. Pasien dengan angina pectoris atau gangguan fungsi jantung : ketidak
mampuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen jantung.
2. Luka terbuka : tidak boleh digunakan pada 48 hingga 72 jam pertama setelah
cedera.
3. Insufisiensi arterial (aterosklerosis, penyakit Raynaud)
4. Urtikaria dingin (biduren): pelepasan histamin yang berlebihan dapat
memperburuk kondisi.
5. Pasien dengan kulit anestetik (kebas,Baal) atau tidak dapat berkomunikasi
6. Regenerasi syaraf.
Tindakan kewaspadaan terapi
dingin
1. Usia yang ekstrem : tidak efektif pada lansia yang menimbulkan
menggigil, kemungkinan tidak dapat mempertahankan suhu inti.
2. Fenomena Raynaud : karena dingin menimbulkan nyeri.
3. Pada saraf tepi superfisial yang lemak subcutannya minimal :
aplikasi pada suhu dibawah 100C terutama disertai penekanan
dapat menyebabkan cedera syaraf, hindari kontak langsung pada
saraf superficial.
4. Hipersensitivitas terhadap terapi dingin
Pedoman umum intervensi terapi dingin:
1. Instruksikan pasien mengenai apa yangakan anda lakukan dan tujuan aplikasi dingin.
2. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh pakaian dan perhiasan dari area yang akan
didinginkan
3. Posisikan pasien senyaman mungkin
4. Selimuti pasien demi kesopanan, biarkan area yang akan didinginkan terbuka.
5. Periksa sensasi suhu dan keutuhan kulit pasien yang akan didinginkan
6. Tetaplah didekat pasien untuk mengawasi respon pasien
7. Setelah selesai kembailkan alat ketempat semula
8. Periksa kebali kondisi kulit dan status fisiologis umum
9. Catat posisi pasien, area, agen yang digunakan, suhu, dosis dan respon pasien.