Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TYPHUS ABDOMINALIS DAN FILARIASIS

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Hendri Budi, M. Kep. Sp. MB

DI SUSUN OLEH:

AURELLA EUGENEA Y.P

193110168

KELAS:2B

DIII KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TP.2020/2020
DEMAM TIFOID/ TYPHUS ABDOMINALIS

A. Definiss

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyers patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

B. Etiologi

Salmonella typhi sama dengan salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora.Etiologi dari demam
tifoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam dalam genus salmonella. Salmonella
bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram
(-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapahari / minggu pada suhu
kamar, bahan limbah, bahan makan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonella mati
pada suhu 54.4° C dalam 1 jam, atau 60° C dalam 15 menit.

C. Manifestasi klinis

1. Gejalan pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata rata 10-14 hari

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3hari

5. Nyeri kepala, nyeri perut

6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

7. Pusing, bradikardi, nyeri otot

8. Batuk

9. Epistaksis

10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus

12. Gangguan mental berupa samnolen

13. Delirium atau psikosis

14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah perifer lengkap

Dapat dilakukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.

3. Pemeriksaan uji widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella
typhi.

4. Kultur

Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua

Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

5. Anti Salmonella typhi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
Penatalaksanaan

1. Non farmakologi

− bed rest

− diet ; diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien

2. Farmakologi

− kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 hari kali pemberian, oral
atau IV selama 14 hari

− bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200


mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat
obat, selama 21 hari, atau amoksilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan
dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari

− pada kasus berat, dapat diberikan seftriakson dengan dosis 50 mg/kgBB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari

− pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
D. WOC/Patofisiologi

Salmonella typhi

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid hati limpa endotoksin


Usus halus

Hepatomegali splenomegali demam

Tukak

Nyeri perabaan mual tidak nafsu makan

Pendarahan dan
Preforasi perubahan nutrisi

Resiko kurang volume cairan


E. Asuhan Keperawatan Nanda Nic Noc

Ketidakefektifan NOC NIC


termoregulasi
1. Hidration Temperature regulation
Definisi : suhu di antara 2. Adherence behavior (pengaturan suhu)
hipotermi dan hipertermi 3. Imunne status
1. Monitor suhu minimal
4. Risk control
Batasan Karakteristik tiap 2 jam
5. Risk detektion
2. Rencanakan monitoring
1. Dasar kuku sianotik Kriteria Hasil:
suhu secara kontinyu
2. Fluktuasi suhu tubuh di
1. Keseimbangan antara 3. Monitor TD, nadi dan
atas dan di bawah
produksi panas, panas RR
kisaran normal
yang diterima, dan 4. Monitor warna dan suhu
3. Kulit kemerahan
kehilangan panas kulit
4. Hipertensi
2. Seimbang antara 5. Monitor tanda-tanda
5. Peningkatan suhu tubuh
produksi panas, panas hipertermi dan hipotermi
diatas kisaran normal
yang diterima dan 6. Tingkatkan intake cairan
6. Peningkatan frekuensi
kehilangan panas selama dan nutrisi
pernapasan
28 hari pertama 7. Selimuti pasien untuk
7. Sedikit menggigil,kejang
kehidupan mencegah hilangnya
8. Pucat sedang
3. Keseimbangan asam- kehangatan tubuh
9. Piloereksi
basa bayi baru lahir 8. Ajarkan pada pasien cara
10. Penurunan suhu tubuh
4. Temperatur stabil : 36,5 - mencegah keletihan
dibawah kisaran normal
37°C akibat panas
11. Kulit dingin,kulit hangat
5. Tidak ada kejang 9. Diskusikan tentang
12. Pengisian ulang kapiler
6. Tidak ada perubahan pentingnya pengaturan
yang lambat,takikardia
warna kulit suhu dan kemungkinan
7. Glukosa darah stabil efek negatif dari
Faktor yang berhubungan 8. Pengendalian risiko : kedinginan

1. Usia yang ekstrem hipertermia 10. Beritahu tentang indikasi

2. Fluktuasi suhu 9. Pengendalian risiko : terjadinya keletihan dan

lingkungan hipotermia penanganan emergency

3. Penyakit 10. Pengendalian risiko : yang diperlukan

4. Trauma proses menular 11. Ajarkan indikasi dari


11. Pengendalian risiko : hipotermi dan
paparan sinar matahari penanganan yang
diperlukan
12. Berikan antipiretik jika
perlu

Nyeri Akut NOC NIC

Definis : pengalaman 2. Pain level Pain Management


sensori dan emosional yang 3. Pain control
1. Lakukan pengkajian
tidak menyenangkan yang 4. Comfort level
nyeri secara
muncul akibat kerusakan Kriteria Hasil :
komprehensif termasuk
jaringan yang aktual atau
1. Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
potensial atau digambarkan
nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi kualitas
dalam hal kerusakan
nyeri,mampu dan faktor presipitasi
sedemikian rupa
menggunakan teknik non 2. Observasi reaksi non
(Internasional Association
farmakologi untuk verbal dari
for the study oof Pain) :
mengurangi ketidaknyamanan
awitan yang tiba-tiba atau
nyeri,mencari bantuan) 3. Gunakan teknik
lambat dari intensitas ringan
2. Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
hingga berat dengan akhir
berkurang dengan untuk mengetahui
yang dapat diantisipasi atau
menggunakan pengalaman nyeri
diprediksi dan berlangsung
manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang
<6 bulan
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi respon
Batasan Karakteristik (skala,intensitas,frekuens nyeri
i dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman
1. Perubahan selera makan
4. Menyatakan rasa nyeri masa lampau
2. Perubahan tekanan darah
nyaman setelah nyeri 6. Evaluasi bersama pasien
3. Perubahan frekuensi
berkurang dan tim kesehatan lain
jantung
tentang ketidakefektifan
4. Perubahan frekuensi
kontrol nyeri masa
pernapasan
lampau
5. Laporan isyarat
7. Bantu pasien dan
6. Diaforesis
keluarga untuk mencari
7. Perilaku distraksi
(mis,berjalan mondar- dan menemukan
mandir mencari orang dukungan
lain dan aktivitas 8. Kontrol lingkungan yang
lain,aktivitas yang dapat mempengaruhi
berulang) nyeri seperti suhu
8. Mengekspresikan ruangan, pencahayaan
perilaku (mis,gelisah, dan kebisingan
merengek, menangis 9. Kurangi faktor
9. Masker wajah (mis,mata presipitasi nyeri
kurang 10. Pilih dan lakukan
bercahaya,tampak penanganan nyeri
kacau,gerakan mata (farmakologi,nonfarmak
berpencar atau tetap pada ologi dan interpersonal)
satu fokus meringis) 11. Kaji tipe dan sumber
10. Sikap melindungi area nyeri untuk menentukan
nyeri intervensi
11. Fokus menyempit 12. Ajarkan tentang teknik
(mis,gangguan persepsi non farmakologi
nyeri,hambatan proses 13. Berikan analgetik untuk
berpikir,penurunan mengurangi nyeri
interaksi dengan orang 14. Evaluasi keefektifan
dan lingkungan) kontrol nyeri
12. Indikasi nyeri yang dapat 15. Tingkatkan istirahat
diamati 16. Kolaborasikan dengan
13. Dilatasi pupil dokter jika ada keluhan
14. Sikap tubuh melindungi dan tindakan nyeri tidak
15. Perubahan posisi untuk berhasil
menghindari nyeri 17. Monitor penerimaan
16. Melaporkan nyeri secara pasien tentang
verbal manajemen nyeri
17. Gangguan tidur

Analgesic Administration
Faktor yang Berhubungan 1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
1. agen cidera (mis,
dan derajat nyeri
biologis, zat kimia, fisik,
sebelum pemberian obat
psikologis)
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
nyeri dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara cara IV,IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik & gejala
Sumber :

Nurarif,Amin Hudadan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan:


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc,Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta:
Mediaction.

Nurarif,Amin Hudadan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan:


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc,Edisi Revisi Jilid 2.Yogyakarta:
Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai