Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DASAR-DASAR DEMOGRAFI

“Pengaruh Kebudayaan Terhadap Kesehatan”

Dosen Pengampu :

Herwati, S.Kep.SKM.M.Biomed

Oleh :

Zahratul Jannah

193110200

1B

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kita semua dalam keadaan sehat dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari. Penyusun juga panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan keridhoan-Nya
makalah dengan judul “Pengaruh Kebudayaan Terhadap Kesehatan” ini dapat terselesaikan
dengan baik tanpa kendala.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah mendukung pembuatan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan untuk itu kritik dan saran yang
m,embangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Demikian kata
pengantar ini penyusun buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi dan
pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Payakumbuh, 8 September 2020

Zahratul Jannah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Hubungan antara Budaya dan Kesehatan ............................................................ 3

B. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia ................................................ 4

C. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat .................................... 6

D. Perubahan Sosial Budaya .................................................................................... 11

E. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pelayanan Kesehatan .................................... 12

F. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kesehatan Masyarakat ........................ 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ................................................................................................ 15

B. Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat  memberikan peranan penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Perubahan sosial
dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan manusia terhadap
sistem alam sekitar, menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Hubungan antara budaya dan kesehatan  sangatlah erat hubungannya, sebagai
salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan budaya dengan kesehatan?
2. Bagaimana perkembangan budaya kesehatan manusia?
3. Apa konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat?
4. Apa saja yang terjadi pada perubahan sosial budaya?
5. Bagaimana pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan?
6. Bagaimana pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui hubungan antara budaya dengan kesehatan.
2. Untuk mengetahui perkembangan budaya kesehatan manusia.
3. Untuk mengetahui makna sehat sakit meurut budaya masyarakat.
4. Untuk mengetahui perubahan sosial budaya.
5. Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan.
6. Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan antara Budaya dan Kesehatan


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang
kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai,
norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-
lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan, yang
kompleks yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya rasa dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi, sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak
terpisahkan akan keberadaannya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan
bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat
ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat sakit berita akibat
penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini oleh masyarakat,
serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat.

3
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika
pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa
masyarakat untuk menempuh cara "trial and error" guna menyembuhkan segala jenis
penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian
perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan
konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara
kuratif.

B. Perkembangan Budaya Kesehatan Manusia


Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya
interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan budaya manusia
pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi
budaya kesehatan yang ada di masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami
perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin
canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa
sekarang dan mendatang.

Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan
personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum
ditemukannya formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di
berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan
badan. Penggunaan yang lazim pada masa itu di antaranya adalah minyak, abu, atau batu
apung sesuai dengan kebudayaan mereka.
Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan
kombinasi minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti
sabun. Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit kulit sekaligus
untuk membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan kecantikan dan tidak
menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan menggunakan balok lilin,
pasir, batu apung, dan abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang
dicampur abu. Sedangkan orang Sunda Kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar
sebagai alat mandi mereka.

4
Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat
mandi Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312
SM itu terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer.
Di abad ke-2 masehi dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk
pengobatan dan pembersih. Akhirnya, mandi dengan menggunakan sabun menjadi
sebuah kegiatan rutin hingga saat ini.
Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari masa dahulu dan sekarang, tapi juga
budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat jazirah Arab menggunakan kayu
siwak untuk menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai
bagian dari pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan
halusan genting dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk
menggosok gigi. Begitu juga dengan shampo yang secara luas digunakan. Dahulu secara
luas masyarakat menggunakan merang untuk keramas.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami
perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika
dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit.
Namun hal ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung
berparadigma sehat dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap
status kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu
perilaku sakit jika mereka merasa sakit dan perilaku sehat jika mereka menganggap
sehat.
Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat
layanan kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh.
Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara
dan meningkatkan meningkatkan kesehatannya, misalnya : pencegahan penyakit,
personal hygiene, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi makanan bergizi. Masyarakat
akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi sakit. Masyarakat menjadi rajin
berolahraga, fitness, check up ke pusat layanan kesehatan, membudayakan cuci tangan
menggunakan sabun, menghindari makanan berkolesterol tinggi, dan lain-lain.
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan
dalam masyarakat. Contohnya masyarakat dahulu saat persalinan minta bantuan oleh
dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih banyak yang ke

5
bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba canggih. Bahkan mereka bisa
tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam kandungan melalui USG.
Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya informasi kesehatan
yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat masyarakat
mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan berbagai
macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

C. Konsep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat


Pengertian Kesehatan dan Budaya, menurut UU nomor 23 1992 kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut WHO (World Health Organization)
kesehatan adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, dan sosial serta tidak cacat
dan bebas dari penyakit. Menurut Perkins (1938) sehat adalah keadaan yang seimbang
dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Menurut MUI (Majelis Ulama Indonesia) kesehatan adalah sebagai ketahanan
jasmani, ruhaniyah, dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib
disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya dan memelihara segala serta
mengembangkannya menurut White (1977) kesehatan adalah keadaan dimana seseorang
pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun ataupun tidak terdapat tanda-
tanda suatu penyakit dan kelainan.
Menurut Neuman (1982) sehat adalah suatu keseimbangan biopsiko sosio culture
dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal, dan resisten.
Pengertian budaya menurut Croydon (1973:4) Budaya adalah suatu sistem pola terpadu
yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran namun semua yang
mengatur perilaku manusia seperti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.
Nostrand (1989:51) budaya merupakan sikap dan kepercayaan cara berpikir, berperilaku,
dan mengingat bersama oleh anggota komunitas.
Richard Brisling (1992:11) kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama
secara luas nilai pembentukan dan penggunaan kategori asumsi tentang kehidupan dan
kegiatan goal directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima sebagai "banar" dan
"benar" oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota
masyarakat. Raymond Williams (1961:16) budaya adalah seluruh kehidupan materi
intelektual dan spiritual.

6
Dr. K. Kuuper kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman
dan arah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku baik secara individu maupun
kelompok. Dr. Moh. Hatta kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Sutan
Takdir Alisyahbana kebudayaan merupakan manifestasi dari cara berpikir. Pengaruh
kebudayaan terhadap bidang kesehatan kebudayaan memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam perkembangan ilmu kesehatan menurut G.M. Foster (1973) di antaranya :
1. Pengaruh Tradisi
Pengaruh tradisi adalah pengaruh yang telah lama dilakukan dan sudah menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Ada beberapa tradisi di dalam
masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
Misalnya seorang ibu yang baru saja melahirkan mendapat pantangan untuk
memakan telur, daging, dan sebagainya. Ibu tersebut hanya diperbolehkan memakan
nasi dan garam serta kecap saja dengan alasan gatal-gatal dan alasan lain, hal ini
sudah dilakukan turun temurun dan membudaya di lingkungan masyarakat tersebut.
Seharusnya adalah ibu yang baru melahirkan memakan makanan bergizi agar
mempercepat proses penyembuhan jaringan dalam tubuh ibu tersebut. Karena hal
tersebut sudah merupakan kebiasaan pada masyarakat setempat sehingga ibu yang
melahirkan melaksanakan anjuran tersebut.
Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan
misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak
yang menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan
tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas akan
pantang makan ikan.
2. Pengaruh Fatalistis
Pengaruh fatalistis adalah pengaruh yang mampu membuat seseorang bersikap putus
asa apabila menghadapi suatu masalah. Sikap fatalistik ini juga mempengaruhi
perilaku kesehatan. Contohnya : beberapa anggota masyarakat di kalangan
kelompok tertentu (fanatik) yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah titipan
Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha
untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya.
3. Sikap Etnosentris
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling
baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Masyarakat tentu memiliki
budaya dan ilmu kesehatan juga memiliki budaya. Misalnya : pada masyarakat

7
tertentu seorang anak yang sedang luka dilarang memakan telur karena alasan telur
dapat membuat luka tersebut infeksi gatal-gatal dan lama sembuh, itu adalah budaya
yang salah dan tidak sesuai dengan budaya kesehatan yang mengharuskan anak
tersebut memakan telur agar mempercepat penyembuhan jaringan. Misalnya orang-
orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,
dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa
superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi
lain, semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar
alamiah adalah yang terbaik.
Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui
tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan
masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut
dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih
menguasai tentang masalah kesehatan, tetapi masyarakat dimana mereka bekerja
lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang perawat/
dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa
dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak.
4. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Pengaruh perasaan bangga pada statusnya misalnya dalam upaya perbaikan gizi di
suatu daerah pedesaan tertentu menolak untuk makan daun singkong, walaupun
mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat
beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing dan mereka
menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan
konsep kesehatan, hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh :
dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan
daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah
diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk
makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.
5. Pengaruh norma
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang
kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku

8
yang baik. Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan. Contoh lain
dalam hal upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dalam mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang
memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan.
6. Pengaruh Nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan
dan perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap
tidak berperilaku “ pamali” atau “ Saru“. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua
mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang
merugikan kesehatan.
a. Nilai yang merugikan kesehatan à arti anak yang banyak akan membawa rejeki
sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.
b. Nilai yang mendukung kesehatan à tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus
wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai
untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau
punya anak lebih satu didenda .
Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,
padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada
diberas putih.
7. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap perilaku kesehatan
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya manusia biasa makan nasi sejak kecil akan
sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa, anak harus mulai diajari sikat gigi,
buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/
berpakaian yang baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai
anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah ketika dewasa.
8. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan
selalu dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga, dan
seterusnya. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan

9
perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa
yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang
terlibat/berpengaruh terhadap perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang
apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat
setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan, maka ia harus
dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari
perubahan yang telah direncanakan.
Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku
kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada
anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih
sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/
hanya petugas kesehatan yang benar.

Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap
kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan
kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada
alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik
(contohnya : suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi
manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur pada dua
tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan
kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi
ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi. 
Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi
langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik
benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak
langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan
kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan
fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial. Para praktisi
kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain permasalahan baru di
sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal
penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada
gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko
terbesar dari dampak perubahan sosial dan budaya atas kesehatan dialami mereka yang

10
paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan
ekonominya. 
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia,
sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan
masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan
resultante dari empat faktor yaitu :
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, antara lain yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.

Dari 4 faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka
ancaman kesehatan (yang sama yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-
variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien
(Notoatmodjo, 2007).

D. Perubahan Sosial Budaya


Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku
bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut
sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga
dengan beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali
mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal, yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat.

11
Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus
dirubah budayanya. Bentuk perubahan sosial budaya :
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat.
2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar.
3. Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi,
Syarat inovasi :
1. Masyarakat merasa membutuhkan perubahan.
2. Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat.
3. Perubahan dapat diajarkan.
4. Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang

E. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pelayanan Kesehatan


Hubungan antara faktor sosial budaya dan pelayanan kesehatan sangatlah penting
untuk dipelajari khususnya bagi tenaga kesehatan. Bila suatu informasi kesehatan yang
baru akan diperkenalkan kepada masyarakat haruslah dibarengi dengan mengetahui
terlebih dahulu tentang latar belakang sosial budaya yang dianut di dalam masyarakat
tersebut (Simatupang, 2008).
Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisa untuk
dirubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikan penjelasan dan
informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Ada banyak cara yang bisa dilakukan mulai dari perkenalan program kerja,
menghubungi tokoh-tokoh masyarakat maupun melakukan pendekatan secara personal
(Cahyani, 2012).
Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-
penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana
penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap
penyakit tersebut. Ada kebiasaan di mana setiap orang sakit diisolasi dan dibiarkan saja.
Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti
cacar dan TBC (Simatupang, 2008).
Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supranatural atau magis, maka digunakan pengobatan
secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila mereka diduga penyebabnya adalah

12
faktor ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata
pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan pemikiran secara medis
(Notoatmodjo, 2007).
Didalam masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema.
Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, padahal rumah sakit itu lah tempat
ideal bagi penyebaran kuman kuman yang telah resisten terhadap antibiotika (Cahyani,
2012).

F. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kesehatan Masyarakat


Sosial budaya masyarakat yang merupakan hasil budi dan akal manusia yang
dilandasi oleh pengalaman, sehingga budaya masyarakat bila dikaitkan dengan
kesehatan, ada yang merugikan kesehatan dan ada pula yang menguntungkan kesehatan.
Yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan, yaitu
semangat gotong royong dan kekeluargaan, serta sikap musyawarah dalam mengambil
keputusan (Maryunani, 2011).
Kebiasaan kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat seringkali merupakan
penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku,
kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya :
1. Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan.
2. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya : ikan, telur.
3. Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang.
4. Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya
cepat keluar.
5. Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut
darah kotor naik ke mata.
Dikatakan merugikan karena beberapa hal tersebut di atas justru dibutuhkan dalam
rangka peningkatan kondisi kesehatan.

Tingkat kepercayaan masyarakat kepada terhadap petugas kesehatan, di beberapa


wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena karismatik dukun
tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong
kepada Ibu dukun. Petugas kesehatan pemerintah dianggap sebagai orang baru yang
tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak mempunyai karismatik
(Prasetyawati, 2012).

13
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat. Tantangan berat yang
masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta
penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.
2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan
wanita.
3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang
kurang menunjang dalam bidang kesehatan.
4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.

Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatan antara lain adalah
faktor kemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran, dan
homoseksual (Prasetyawati, 2012).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu kesehatan sangat dipengaruhi oleh budaya.
Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka
hasilkan budaya manusia pun juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke
waktu. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin
canggih, budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa
sekarang dan mendatang.
Pengaruh kebudayaan terhadap bidang kesehatan kebudayaan memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam perkembangan ilmu kesehatan menurut G.M. Foster (1973) di
antaranya : pengaruh tradisi, pengaruh fatalistis. pengaruh etnosentris, pengaruh perasaan
bangga pada statusnya, pengaruh norma, pengaruh nilai, pengaruh unsur budaya yang
dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan, dan
pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan.

B. Saran
Sebagai pelayan kesehatan masyarakat, kita perlu memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan. Terlebih pada
daerah yang menganggap tenaga kesehatan asing. Mereka masih menganggap dukun lah
tempat yang tepat bagi mereka berobat. Oleh karena itu, tenaga kesehatan dapat memberi
informasi kepada daerah tersebut secara perlahan-lahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asriwati, & Irawati. 2019. Buku Ajar Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan.
Yogyakarta : Deepublish.
Calundu Rasidin. 2018. Manajemen Kesehatan. Makassar : Sah Media.
Fatrisia, Pefi. Tidak ada tahun. Faktor Sosial dan Budaya pada Perilaku Kesehatan.
https://www.academia.edu/29410895/Faktor_Sosial_dan_Budaya_pada_Perilaku_Kes
ehatan. Diakses tanggal 8 Septermber 2020.
MadheWidharma. 2015. Pengaruh Budaya Terhadap Kesehatan.
https://id.scribd.com/doc/273167324/Pengaruh-Budaya-Terhadap-Lingkungan.
Diakses tanggal 8 September 2020.

16

Anda mungkin juga menyukai