Anda di halaman 1dari 15

KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

DI SUSUN :

NURMIATI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang perawat, agar menjadi
seorang perawat yang profesional, sehingga mampu menyelesaikan masalah.

Dalam makalah ini,kita membahas Meliputi cara membangkitkan semangat, kebahagiaan, dan
pengharapan.menjelaskan salah satu cara berpikir tidak bisa dilakukan secara luas, karena bagian dalam
keperawatan sebagai suatu perkumpulan profesi dengan “bagaimana mengerjakan sesuatu?”.
Bagaimanapun juga semua tindakan keperawatan yang perawat lakukan membutuhkan tingkat
pemikiran yang tinggi, tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa berpikir kritis.

Berpikir bukan proses yang statis tetapi dapat berubah setiap hari bahkan setiap jam. Karena berpikir
merupakan sesuatu yang dinamis dan karena tindakan keperawatan selalu membutuhkan berpikir, hal
ini sangat penting untuk memahami berpikir secara umum. Dan sangat diperlukan pula untuk
menghadapi klien dengan gaya yang unik dan untuk mengidentifikasi apa yang bisa membuat mereka
lebih baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian dari berpikir kritis?

2. Keterkaitan berpikir kritis dengan keperawatan?

3. Ciri-ciri berpikir kritis?

4. Faktor-faktor seseorang berpikir kritis?

5. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam keperawatan ?

6. Sikap seorang perawat yang berpikir kritis?

7. Bagaimana penerapan berfikir kritis dalam keperawatan ?


8. Bagaimana Model berpikir kritis dalam keperawatan ?

C. TUJUAN

Untuk lebih memahami makna dan maksud dari berpikir kritis dalam keperawatan, serta untuk
mengetahui penerapan dan model berpikir kritis dalam keperwatan,sehingga kita mampu menylesaikan
suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan

D. MANFAAT

Dengan kita memahami konsep dan tujuan dalam penerapan berpikir kritis keperawatan, kita dapat
berpikir kritis sehingga mampu mengambil suatu keputusan dengan tepat dan pasti .
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DARI BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir istematik yang penting bagi seorang professional. Berpikir
kritis akan membantu professional dalam memenuhi kebutuhan klien. Berpikir kritis adalah proses
perkembangan kompleksyang berdasarkan pada pikiran yang cermat dan rasiona. Menjadi seorang
pemikir kritis adalah sebuah dominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pimikiran yang disiplin dan mandiri.

Pengertian berpikir kritis menurut beberapa ahli, yaitu:

1. Berpikir kritis mencakup sikap jujur, dan keterampilan intelektual yang di gunakan dalam menalar
proses (Wilkinson, 1992).

2. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah-sasaran yang membantu individu
membuat penilaian berdasarkan data bukan perkiraan (Alfar-Le Fevre, 1995)

3. Berpikir kritis adalah ditujukan pada situasi rencana dan aturan-aturan yang tersendiri yang
mendahului pembuatan keputusan (MZ. Ken Zie)

4. Berpikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, prinsip, argumen,
kesimpulan, isu, pernyataan, keyakinandan aktivitas pengujian tersebut didasarkan alasan ilmiah dalam
rangka pengambilan keputusan (Bandman, 1998)
5. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan
menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan
mengevaluasi (Anggelo, 1995).

6. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat diartikan bahwa awal
munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita melihat fenomena-fenomena yang kita lihat
dengar dan rasakan maka akan tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir
kreatif. Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan (Beyer, 1995).

7. Berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat
pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi (Scriven).

B. KETERKAITAN BERPIKIR KRITS DENGAN KEPERAWATAN

Prawat berpraktik ketika kondisi, terapi, prosedur dan obat-obatan klien secara konstan berubah. Oleh
karena itu, perawat secara konstan diharuskanmengambil berbagai keputusan yang didasarkan pada
informasi terkini dan keterampilan berpikir kritis. Keteramplan berpikir kritis diperlukan perawat agar
dapat mengumpulkan dan menginterpretasi informasi secara akurat dan membuat penilaian saksama
yang menunjang pengambilan keputusan yang baik di dalam lingkunga perawatan dan kesehatan
kompleks.

C. CIRI-CIRI BERPIKIR KRITIS

Rasional

Ide/pikiran tersebut dapat di refleksikan atau diterapkan

Adanya pikiran-pikiran berbeda

Kreatif

Hasil berfikir tersebut menyimpulkan, memutuskan, menerapkan

D. FAKTOR-FAKTOR SESEORANG BERPIKIR KRITIS

1. Faktor interistik

a) Kemampuan kognitif

b) Percaya diri

c) Otonomi
d) Kebebasan berfikir

e) Sikap terbuka

2. Faktor ekstrinsik

a) Bacaan

b) Mendengar

c) Melihat

d) Pengalamn orang lain

e) Pengalaman sendiri

E. PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan penting
untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan tentang berpikir kritis tetapi spesifikasi
berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998 penelitian menegaskan secara
lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut :

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan


profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam
berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas
intelektual, intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan
mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data,
rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai aktifitas
dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab,


membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dngan
kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

F. SIKAP SEORANG PERAWAT DALAM BERPIKIR KRITIS


1. Intellectual humility

Suatu kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri dan kepekaan diri terhadap kemungkinan bias
dan prasangka. Perawatdan tenaga kesehatan sebaiknya tidak mengklaim bahwa mereka mengetahui
lebih banyak dari apa yang mereka ketahui.

2. Intellectual courage

Keinginan dan keterbukaan untuk mendengar ide-ide orang lain. Meskipun , mungkin perawat sangat
berlawanan dengan ide-ide tersebut. Dan memebutuhkankeberanian untuk mempertimbangkan dan
mengkajisudut pandang orang lain dengan jujur menimbang kekuatan dan kelemahan pendapat sendiri.

3. Intellectul empathy

Kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di posisi orang lain sehinggakita dapat memahami
pandangan dan jalus penalaran orang tersebut.

4. Intellectual integrity

Kemampuan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang kaku dan sama terhadap pengetahuan
yang kita miliki yang kita terapkan terhadap pengetahuan yang dimiliki orang lain. Hal ini membutuhkan
kejujuran untuk menelaah dan mengakui kesalahan atau ketidakkonsistenan pikiran, penilaian, dan
tindakan diri.

5. Intellectual preseverances

Kemampuan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun sulit dan frustasi. Butuh
waktu dan energi untuk mendapatkan dan mempertimbangkan informasi baru dan membentuk
wawasan baru.

6. Faith in reason

Percaya pada diri sendiri dan keinginan untuk mencari pemikiran rasional dan percaya bahwa orang lain
dapat melakukan hal yang serupa.

7. Intellectual sense of justice

Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar intelektual yang sama, dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan/keuntungan diri sendiri dan orang lain.
G. PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:

1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat menggunakan bahasa
verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian
keperawatan.

2. Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan
kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun
kelompok.

3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan

Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan proses keperawatan

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir kritis,
mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.

b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan
masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.

c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang


diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.

d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam menguji


hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.

e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil keputusan
tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
H. MODEL BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu
pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir kritis
yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature.

3.3.1 Costa and Colleagues (1985)

Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu :

1 Remembering (Mengingat)

2 Repeating (Mengulang)

3 Reasoning (Memberi Alasan/rasional)

4 Reorganizing (Reorganisasi)

5 Relating (Berhubungan)

6 Reflecting (Memantulkan/merenungkan)

3.3.2 Lima Model berpikir kritis

Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan.
Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:

Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.

Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk mempelajari asumsi
yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut.

Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh komponen esensial
dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berpikir tanpa mengerjakan adalah
suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau
mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai
status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus dipertimbangkan saat belajar
berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali
langkah praktek professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa dipisahkan
dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan mendiskusikan secara terpisah
mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan
perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.

Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka dalam
dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir kritis
dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing jika
mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari.

Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai dengan pikiran
dan yang sudah dipelajari.

Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk mengambarkan
keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya “bagaimana pelajar dan perawat berpikir”,
selalu yang ditanyakan adalah “apa yang kamu pikirkan”.

Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan dari
beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir dituangkan.

1. Total Recall

Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan
fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dkumpulkan dari banyak sumber, yaitu
pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat peroleh dari klien atau
orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll), dsb.

Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya
pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing
individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada sekelompok yang
mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan
pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolah-sekolah
keperawatan.

Contoh pertanyaan total Recall:

1. Berapa nomor telepon Akper Baptis Kediri?

2. Dimana alamat Akper Baptis Kediri?

3. Berapa Hemoglobin pasien 2 jam post operasi?

4. Berapa Trombosit pasien dengan DHF?


Yang perlu dipelajari :

Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan cepat?

Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?

Berapa banyak data yang bisa kita simpan?

Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan memori?

2. Habits (Kebiasaan)

Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali sehingga menjadi
kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu dan mudah
untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan
seperti “saya mengerjakan sesuatu di luar pikiran”. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan karena
tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah
berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang terjadi, di bawah sadar.

Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu. Contoh : pernahkah kita
mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati? Yang kita
pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari kecelakaan.

Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat penting dalam keperawatan.
Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan disini adalah melakukan
pijat jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu tubuh, memasang kateter, dan aktivitas
lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan yang alami terjadi dan dilakukan oleh perawat.

Yang perlu dipelajari :

Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?

Mengapa suatu aktivitas berguna?

Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?

3. Inquiry (Penyelidikan/Menanyakan Keterangan)

Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan pertanyaan
yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi social, kita akan
disebut “Mendesak”. Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan, khususnya pendapat dalam
situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang menyebabkan,
keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah bagaimana
memperlihatkan ketidaksesuaian.

Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan sesuatu.
Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika
menggunakan inquiry.

Inquiry bisa diwujudkan melalui :

1. Melihat sesuatu (menerima informasi)

2. Mendapatkan kesimpulan awal

3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki

4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah utama

5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui

6. Menggunakan pertanyaan netral

7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan

8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi.

, teman kita.

Yang perlu dipelajari :

Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita?

Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman kita apakah ada
perbedaan?

4. New Ideas and Creativity

Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi individu.
Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan biasanya membentuk
kembali norma. Seperti Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif
merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat “melakukan sesuatu seperti
biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”. Berpikir kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi
salah satu kadang-kadang akan terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir
kreatif menghargai kesalahan yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan dasar dalam merawat
pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan
bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk menghemat
waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja perawat berbeda satu
sama lain. Contoh : Ethel yang tinggal di rumah perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda,
keluar-masuk ke ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun
meskipun perawat mengulangi kata-kata yang sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.

Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran bahwa berbicara kepada orang lain
merupakan cara standar untuk membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal tersebut yang sebagian
perawat lakukan, kecuali Maria (contoh). Suatu hari Maria berlutut di depan kursi roda Ethel dan
merangkulnya. Memandang Ethel dan dengan senyum yang lebar mengajaknya bernyanyi. Apa yang
terjadi? Ethel menyanyi. Tidak hanya menyanyi tetapi juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa
Irlandia.

Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut? Kebanyakan perawat memahami komunikasi
terapeutik yang mereka pelajari dari buku. Pendekatan verbal utnuk komunikasi terapeutik bisa
dilakukan dengan kebanyakan klien. Maria, meskipun mengembangkan komunikasi dengan cara
sentuhan dan menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang tidak disebutkan dalam literature.

Yang perlu dipelajari :

Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?

Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?

Berapa lama dalam seminggu?

Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?

5. Knowing How You Think (Mengetahui apa yang kamu pikirkan)

Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak dihiraukan dari
model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut
“metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”.
Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.
BAB III

PENUTUP
SIMPULAN

Berpikir kritis merupakan proses berfikir dalam menyelesaikan masalah melalui pertimbangan
dengan merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan, sehingga keputusan yang diambil bersifat
efektif. Untuk berpikir kritis dalam keperawatan melalui beberapa model dan penerapan, seperti
penggunaan bahasa keperawatan, penerapan proses keperawatan serta pengkajian,sehingga berpikir
kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan
kualitas perawat.

SARAN

Mahasiswa keperawatan harus belajar berpikir kritis dari saat ini, agar ketika terjun kemasyarakat
mereka mampu mengambil suatu keputusan dan menylesaikan suatu masalah.

Kami mengharapkan agar mahasiswa mengerti tentang berpikir kritis terutama dalam keperawatan, dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Dari Berpikir Kritis

Keterkaitan Berpikir Kritis Dengan Keperawatan

Ciri-Ciri Berpikir Kritis

Factor-Faktor Berpikir Kritis

Pengertian Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Sikap Seorang perawat Yang Berpikir Kritis

Penerapan Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Model Berpikir Kritis dalam keperawatan

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Anda mungkin juga menyukai