Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara


berkesenambungan mencakup interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan
persepsi. Sedangkan berfikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari
konsep berfikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir
kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari defenisi, elemen berfikir
kritis, model berfikir kritis, analisa berfikir kritis, berfikir logis dan kreatif,
krakteristik berfikir kritis, pemecahan masalah dan langka-langka pemecahan
masalah, proses pengambilan keputusan, fungsi berfikir kritis, model
penggunaan atribut, proses intuisi, indikator, dan prinsip utama .

Perawat merupakan unsur vital dari dalam sebuah rumah sakit


karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pasien khususnya dengan pasien yang rawat inap, dengan tugas utama
perawat adalah memberikan asuhan keperawatan dari pengkajian, penegakan
diagnose keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi
(potter & perry,2009).

Perawat akan menghadapai bermacam-macam situasi klinis yang


berhubungan dengan pasien, anggota keluarga dan staf pelayanan kesehatan
lainnya, sehingga penting untuk berpikir cerdas pada setiap situasi. Untuk
berpikir cerdas, perawat harus mengembangkan cara berpikir kritis dalam
menghadapai setiap masalah dan pengalaman baru yang menyangkut pasien
dengan cara berpikiran terbuka, kreatif, percaya diri dan bijaksana. Perawat
memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan klinis yang tepat dan
akurat. Pengambilan keputusan klinis merupakan hal yang membedakan
antara perawat dan staf teknis. Perawat profesional akan mengambil tindakan

1
yang cepat ketika keadaan klien memburuk, mendeteksi jika pasien
mengalami komplikasi dan memiliki inisiatif untuk mengatasinya.

Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan,


sementara itu perawat juga merencanakan dan memberikan asuhan.
Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan membutuhkan kemahiran
dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis. Berpikir krits
dalam keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari
akuntabilitas profesional dan salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan.
Perawat yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikap
percaya diri, berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahum
berpikiran terbuka, tekun dan reflektif. Berpikir kritis merupakan kompetensi
yang perlu dimiliki oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas karena berpikir kritis sangat berkaitan dengan pengambilan
keputusan dan penilaian klinis yang tepat. Oleh karenanya, penulis tertarik
untuk mengangkat judul “ Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi berpikir kritis?


2. Bagaimana sikap berpikir kritis?
3. Bagaimana proses berpikir kritis?
4. Bagaimana aplikasi berpikir kritis dalam praktik keperawatan?
5. Bagaimana karakteristik berpikir kritis?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dan
keterampilan berpikir kritis?
7. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan?
8. Apa fungsi berpikir kritis dalam keperawatan?
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi berpikir kritis


2. Mengetahui sikap berpikir kritis
3. Mengetahui proses berpikir kritis

2
4. Mengetahui aplikasi berpikir kritis dalam praktik keperawatan
5. Mengetahui karakteristik berpikir kritis
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dan
keterampilan berpikir kritis
7. Mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan
8. Mengetahui fungsi berpikir kritis dalam keperawatan

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Berpikir Kritis

Berpikir merupakan karakter khusus pada manusia yang


melibatkan organisasi informasi baru dan mereorganisasi informasi
sebelumnya ke dalam bentuk-bentuk yang mengarah kepada respon-respon
baru, kemudian menggeneralisasi suatu situasi baru.

Istilah berpikir kritis berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni


critical berasal dari dua kata yaitu kriticos yang berarti penilaian perbedaan
dan kriterion berarti standar. Secara etimologis, kedua kata ini menyiratkan
makna perkembangan penilaian perbedaan pada standar-standar.

Berpikir kritis adalah suatu istilah yang digunakan untuk


menjelaskan suatu proses kognitif yang mengarahkan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan, dimana merupakan proses perbaikan dari pikiran
yang mengubah metode proses berpikir untuk meyakinkan bahwa kesimpulan
yang diambil telah tepat, beralasan dan teliti.

Berpikir kritis adalah suatu keterampilan berpikir divergent


(berbeda) untuk menimbang pentingnya suatu informasi yang diperoleh untuk
mengeksplorasi alternatif-alternatif dan menarik kesimpulan dari data relevan
yang telah dikumpulkan. Perawat harus mampu membedakan fakta dan non-
fakta sehingga keputusan yang dibuat sistematis dan logis untuk memecahkan
masalah. Kemampuan perawat untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan
dari informasi yang tidak relevan, juga akan membantu perawat fokus pada
situasi yang sedang dihadapinya saat ini.

4
B. Sikap Berpikir Kritis

Seseorang yang berpikir kritis akan memiliki sikap-sikap berikut


ini:

1. Intellectual humanity

Suatu kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri dan kepekaan


diri terhadap kemungkinana bias dan prasangka. Perawat dan tenaga
kesehatan sebaiknya tidak mengklaim bahwa mereka mengetahui lebih
banyak dari apa yang sebenarnya mereka ketahui

2. Intelectual courage

Keinginan keterbukaan untuk mendengar dan secara jujur mengkaji ide-


ide orang lain, meskipun perawat sangat berlawanan dengan ide-ide
tersebut. Membutuhkan keberanian untuk mempertimbangkan dan
mengkaji sudut pandang orang lain dan dengan jujur menimbang
kekuatan dan kelemahan pendapat diri

3. Intellectual emphaty

Kemampuan untuk membayangkan diri sendiri diposisi orang lain


sehingga dapat memahami pandangan dan jalur penalaran orang tersebut

4. Intellectual integrity

Keinginan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang baku dan


sama terhadap pengetahuan yang kita miliki yang kita terapkan terhadap
pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini membutuhkan
kejujuran untuk menelaah dan mengakui kesalahan atau
ketidakkonsistenan pikiran, penilaian dan tindakan diri

5. Intellectual perseverence

Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun


sulit dan frustrasi. Banyak waktu dan energi mungkin dibutuhkan untuk

5
mendapatkan dan mempertimbangkan informasi baru dan membentuk
wawasan baru

6. Faith in reason

Percaya pada diri seniri dan keinginan untuk mencari pemikiran rasional
dan percaya bahwa orang lain juga mampu melakukan hal serupa

7. Intellectual sense of justice

Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar


intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau
keuntungan diri sendiri atau orang lain

C. Proses Berpikir Kritis

Berpikir kritis juga membutuhkan beberapa proses intelektual aktif yang


esensial dalam pengumpulan data, pengambilan keputusan, penyusunan
prioritas, penyelesaian masalah dan perencanaan asuhan keperawatan. Proses
ini adalah :

1. Berpikir rasional, logis dan beralasan

Didasarkan pada pembuatan hubungan antara bukti solid, observasi dan


fakta untuk menarik kesimpulan, bukan pengambilan keputusan yang
berdasarkan ketidaktahuan, bukan pengambilan keputusan yang
berdasarkan ketidaktahuan, kesukaan, prasangka atau kepentingan sendiri

2. Berpikir reflektif

Meluangkan waktu untuk meneliti dan menganalisis data yang secara


akurat mengidentifikasi masalah pasien dan hasil akhir kesehatan yang
diinginka. Kemungkinan tindakan untuk mencapai hasil tersebut
dipertimbangan dan diperbandingkan dengan keuntungan, bahaya dan
kerugian dari setiap tindakan. Perawat tidak hanya sekedar mengambil

6
kesimpulan, tetapi menimbang informasi dengan cara yang sesuai dengan
disiplin yang dianut.

3. Berpikir otonomi

Berpikir dengan diri sendiri, tidak hanya menerima atau dapat


dimanipulasi oleh pandangan orang lain. Pemikir otonomi menganalisis
informasi dan memutuskan dimana yang paling benar dan terpercaya.

4. Berpikir kreatif

Cara yang bertujuan mengarah pada tujuan guna menghubungkan atau


mensintesis informasi sehingga terlibat dengan cara baru atau
memberikan konklusi yang unik. Berpikir kreatif adalah kemampuan
untuk membina hubungan, mentransfer informasi ke dalam situasi baru,
merancang pilihan alternatif, dan menemukan penyelesaian baru terhadap
masalah

5. Memutuskan konklusi dan tindakan

Mencakup menganalisis dan mengevaluasi bukti-bukti, membandingkan


pilihan, menimbang kerugian, risiko dan keuntungan dan memperkirakan
keberhasilan pencapaian hasil akhir yang diinginkan

D. Aplikasi Berpikir Kritis dalam Praktik Keperawatan

Penggunaan berpikir kritis dalam mengembangkan perencanaan


asuhan keperawatan membutuhkan pertimbangan faktor-faktor kemanusiaan
yang dapat mempengaruhi rencana perawatan sebagai hasil interaksi dengan
pasien dan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan
sesuai serta spesifik untuk masing-masing pasien. Budaya, perilaku dan
proses berpikir pasien, perawat dan orang-orang lainnya mempengaruhi
proses berpikir kritis yang terjadi melalui interaksi perawat pasien.

7
Perawat harus menggunakan keterampilan berpikir kritisnya pada
seluruh lahan praktik, Walaupun pada setiap lahan praktik, memiliki
karakteristik pasien yang juga berbeda, unik dan dinamis. Faktor-faktor
keunikan yang dibawa oleh pasien dan perawat ke dalam situasi perawatan
harus dipertimbangkan, dikaji, dianalisa dan diinterpretasi. Interpretasi
informasi memungkinkan perawat berfokus pada faktor-faktor yang paling
relevan dan signifikan pada situasi klinis. Keputusan mengenai apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, dikembangkan dalam suatu
rencana tindakan. Keterampilan ini meliputi pengkajian sistematik dan
komprehensif, pengenalan asumsi dan inkonsistensi, verifikasi realibilitas dan
akurasi, identifikasi informasi yang kurang, pembedaan antara informasi yang
relevan dan tidak relevan, mendukung bukti dengan fakta dan kesimpulan,
penyusunan prioritas dengan penentuan pengambilan keputusan secara
berkala pada kriteria hasil pencapaian pasien dan pengkajian ulang respons
dan outcomes.

Menurut Pacione (2011) dan Potter & Perry (2009), berpikir kritis
teridiri atas enam sub-skill dan aplikasinya dalam keperawatan adalah sebagai
berikut:

1. Interpretasi, merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau


signifikasi variasi yang lusa dari pengalaman, situasi, data, peristiwa,
penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria.
Interpreatasi meliputi sub-skill kategorisasi, pengkodean dan penjelasan
makna. Aplikasi interpretasi dalam keperawatan yaitu melakukan
pengumpulan data secara sistematis. Mencari pola data lalu membuat
kategori dan mengklarifikasi semua data yang belum jelas

2. Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara pernyataan,


pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi lainnya
untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan,
informasi dan opini. Selain itu, diartikan pula dengan memeriksa ide dan

8
mendeteksi argumen. Aplikasi analisis dalam keperawatan yaitu
berpikiran terbuka dalam melihat data informasi pasien, tidak membuat
asumsi yang terburu-bur dan ceroboh dan menanyakan apakah data tidak
sesuai yang perawat ketahui.

3. Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur


yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu
duagaan atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan
mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data, pernyataan,
prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan
dan bentuk-bentuk representasi lainnya. Aplikasi referensi dalam
keperawatan yaitu melihat arti dari data yang dikumpulkan dan
menentukan signifikansinya, apakah terdapat hubungan antara data,
apakah data tersebut dapa membantu untuk mengetahui adanya masalah
pasien.

4. Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau


representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman,
situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji
kekuatan lkogis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan,
deskripsi, pertanyaan atau bentuk representasi lainnya. Aplikasi evaluasi
dalam keperawatan yaitu melihat situasi secara objektif dan menggunaka
kriteria untuk menentukan hasil yang diharapkan atau tindakan
keperawata, evaluasi dilakukan pada tindakan yang telah perawat
kerjakan.

5. Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan


hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren. Ini
berarti bahwa eksplanasi adalah kemampuan untuk memberikan
pandangan penuh terhadap suatu gambaran besar. Aplikasi eksplanasi
dalam keperawatan adalah menjelaskan penemuan dan kesimpulan yang

9
dibuat oleh perawat, menggunakan semua pengetahuan dan pengalaman
perawat untuk menentukan cara yang tepat dalam merawat pasien

6. Pengontrolan diri, diartikan sebagai kesadaran untuk memantau aktivitas


kognitif sendri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan
hasil-hasil yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan
keterampilan dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian infrensial
seseorang dengan suatu pandangan melalui pengajuan pertanyaan,
konfirmasi, validasi atau pembetulan terhadap hasil penilaian seseorang.
Aplikasi pengontrolan diri dalam keperawatan yaitu melihat kejadian
yang telah dialami dan menemukan cara bagaimana dapat memperbaiki
kinerja perawat dan menanyakan apakah yang dapat membuat merasa
telah berhasil

E. Karakteristik Berpikir Kritis

1. Konseptualisasi, artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.


Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadidan, objek, atribut dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikieran abastrak yang
digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.

2. Rasional dan beralasan, artinya argumen yang diberikan selalau


berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena
nyata.

3. Reflektif, artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan


asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi
akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian

10
4. Bagian dari suatu sikap, yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus
diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi
itu lebih baik atau lebih buruk dibandingkan yang lai.

5. Kemandirian berpikir, seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam


dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain
menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.

6. Berpikir adil dan terbuka, yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran
yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik

7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan, berpikir kritis digunakan


untuk mengevaluasi suatu argumentai dan kesimpula, mencipta suatu
pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan dan Keterampilan


Berpikir Kritis

Faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis perawat


adalah lamanya pengalaman klinik dan tingkat pendidikan. Keperawatan
merupakan sebuah disiplin ilmu yang menerapkan praktik. Pengalaman
belajar klinis diperlukan untuk memenuhi keterampilan membuat keputusan.
Dengan pengalaman, perawat akan mulai mengerti situasi klinis, mengenali
pola kesehatan pasien. Keterpaparan dengan masalah klinik di lahan
keperawatan memberikan kesempatan kepada perawat untuk
mengaplikasikan dan membiasakan keterampilannya, sehingga seseorang
yang mengabaikan kemampuan berpikir kritisnya akan semakin
mengumpulkan keterampilannya. Pentingnya berpikir kritis sebagai salah satu
kriteria dalam berbagai disiplin telah banyak diakui termasuk dalam disiplin
ilmu keperawatan. Strategi yang daapt digunakan oleh seorang pendidik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis perawat adalah dengan
melakukan ujian tulis teoritis, studi kasus, problem based learning, dan role
play. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi kompetensi dan
kecenderungan berpikir kritis perawat selain lamanya pengalaman praktik

11
klinik dan tingkat pendidikan adalah usia dan pengalaman di rumah sakit lain
secara signifikan mempengaruhi kompetensi berpikir kritis perawat.

Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan


oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu.
Menurut Rubenfeld & Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari,
2008) ada 8 faktor yaitu :

1. Kondisi fisik

Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.


Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.

2. Keyakinan diri/motivasi

Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan


motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian
tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan
yang telah ditetapkannya.

3. Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika


terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls
untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang
mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld & Scheffer
(2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir
kritis seseorang.

12
4. Kebiasaan dan rutinitas

Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis


adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006)
mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat
penggunaan penyelidikan dan ide baru.

5. Perkembangan intelektual

Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk


merespons dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.

6. Konsistensi

Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu


ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan
waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.

7. Perasaan

Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :


sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang
harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat
mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan
sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.

8. Pengalaman

Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula


menjadi seorang ahli

13
G. Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan


keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan
examine model yaitu sebagai berikut:
1. Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam
pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan
perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis,
dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien,
beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian
dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan
untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat
konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli,
1. Costa and colleagues (1985)
Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six
R” yaitu:
a. Remembering ( mengingat)
b. Repeating (mengulang)
c. Reasoning (memberi alasan)

14
d. Reorganizing (reorganisasi)
e. Relating (berhubungan)
f. Reflecting (merenungkan)
2. Lima model berpikir kritis
a. Total recall
b. Habits ( kebiasaan)
c. Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
d. New ideas and creativity
e. Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)
Ada empat alasan berpikir kritis yaitu: deduktif, induktif, aktifitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam
tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk mengenalisis
penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan, dan ketegasan asumsi,
kuatnya bukti-bukti,menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan
buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang
diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.
H. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam


keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari


2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan faliidasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan

15
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengefaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

16
BAB III
KASUS

Di Puskesmas Sorawolio tanggal 22 Oktober 2019 datang pasien


bernama Ny. H dengan keluhan nyeri pada lutut sebelah kiri. Perawat S mengkaji
pasien tersebut dan mengetahui bahwa terdapat luka kecil pada lutut klien yang
sudah tampak sedikit pus. Ny. H mengatakan lututnya tertusuk besi berkarat
tempat penyimpanan air minum saat sedang mengikuti pengajian disalah satu
rumah warga. Klien mengatakan kejadian tersebut sudah 2 hari yang lalu, awalnya
hanya terasa sedikit nyeri, namun semakin lama nyeri dirasa semakin bertambah
sehingga Ny. H memutuskan untuk datang ke puskesmas. Setelah diperiksa,
dokter P memberikan instruksi untuk memberikan obat antibiotik dan penghilang
nyeri serta memberi tahu pasien untuk kembali lagi jika setelah 3 hari luka tidak
juga sembuh.
Mendengar instruksi tersebut, perawat S menyarankan untuk
melakukan perawatan luka mengingat bahwa luka disebabkan tusukan besi yang
sudah berkarat dan tampak sedikit pus pada luka. Namun dokter P tetap
memutuskan hanya memberikan obat karena lukanya masih kecil walaupun telah
berkali-kali disarankan oleh perawat S. Dua hari kemudian, Ny. H datang kembali
dibawa keluarganya dengan keluhan nyeri yang bertambah parah terutama saat
digerakkan.

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Perawat S kembali melakukan pengkajian dan menemukan luka pada


lutut kiri klien semakin memburuk, telah tampak tanda-tanda infeksi kemerahan,
teraba hangat, nyeri, tampak adanya pus. Ukuran luka membesar dan nyeri
dirasakan seperti tertusuk. Perawat S memutuskan untuk melakukan perawatan
luka steril dan ingin menghubungi dokter P terlebih dahulu, namun Ny. H
mengatakan tidak ingin lagi diperiksa oleh dokter P. Maka perawat S memutuskan
untuk menelpon dokter L dan menjelaskan keadaan pasien serta keinginannya
untuk segera melakukan perawatan luka mengingat luka pada lutut Ny. H telah
mengalami infeksi. Dokter L menyetujui hal tersebut dan meresepkan salep
antibiotik untuk luka pada Ny.H.
Perawat segera melakukan perawatan luka dengan teknik steril.
Perawat S berhasil mengeluarkan pus, memberikan salep sesuai resep dan
membalut luka Ny.H.
Perawat S kembali menelpon dokter L menanyakan apakah boleh
memberikan obat pereda nyeri serta antibiotik oral mengingat luka pada Ny.H
baru selesai dibedah dan pasti akan terasa nyeri dan dikhawatirkan akan terinfeksi
kembali jika tidak diberi antibiotik oral. Dokter L menyetujui hal tersebut.
Perawat S kemudian menginstruksikan Ny.H dan keluarganya untuk
kembali lagi besoknya untuk memeriksa kembali lukanya dan mengganti balutan
luka. Keesokan harinya Ny. H datang lagi ke puskesmas dengan keluhan yang
semakin berkurang. Perawat S melakukan tindakan ganti perban dan melihat luka
tampak semakin membaik. Kemudian perawatan dilakukan bersama-sama dengan
perawat dan tim kesehatan lainnya hingga luka pada Ny.H akhirnya sembuh.
Sekarang Ny.H dapat kembali beraktivitas seperti biasa tanpa ada keluhan.

18
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan suatu proses kognitif yang mengarahkan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan, dimana merupakan proses perbaikan dari pikiran
yang mengubah metode proses berpikir untuk meyakinkan bahwa kesimpulan
yang diambil telah tepat, beralasan dan teliti. Proses berpikir kritis terdiri dari
berpikir rasional, logis dan beralasan, berpikir reflektif, berpikir otonomi,
berpikir kreatif, memutuskan konklusi dan tindakan. Terdapat faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berpikir kritis yakni kondisi fisik,
keyakinan diri/motivasi, kecemasan, kebiasaan dan rutinitas, perkembangan
intelektual, konsistensi, perasaan dan pengalaman.

Berpikir kritis teridiri atas enam sub-skill dan aplikasinya dalam


keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Interpretasi

2. Analisis

3. Inferensi

4. Evaluasi

5. Eksplanasi

6. Pengontrolan diri

B. Saran
Diharapkan tenaga kesehatan dapat menerapkan berpikir kritis
dalam merawat pasien sehingga dapat menentukan diagnosa dan tindakan
yang tepat dan cepat pada setiap masalah yang dihadapi pasien agar pasien
dapat sembuh dengan baik dan bukannya justru memperparah dan
menimbulkan kecacatan pada pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fungsi, G., Pada, P., Indonesia, U., Masyarakat, F. K., Keselamatan, D., &
Kesehatan, D. A. N. (2008). UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA. diakses tanggal 22 Oktober 2019

20

Anda mungkin juga menyukai