Anda di halaman 1dari 14

DI

OLEH :
KELOMPOK : 5

ZURRATUN MAHMUDAH
NUR AKMALIA
SYIFAUL AZQIA
CUT RAUZATUL JANNAH
RISAH SALSABILA
SITI MAISARAH
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu peran perawat adalah membantu individu dalam keadaan sehat,
sakit, mendampingi dari sakit sampai pemulihan dan pada kematian yang tenang.
Dengan demikian, perawat harus mampu berpikir secara kritis agar mendapatkan
jawaban atau solusi yang terbaik untuk klien dari masalah yang dimilikinya.
Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu
untuk menafsir atau menilai dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
keputusan atau jawaban. Seiring dengan berjalannya waktu, keahlian perawat
akan berkembang dengan banyaknya klien yang ditangani, masalah dan
pengalaman setiap klien yang berbeda-beda, mengamalkan setiap ilmu yang
didapatkan dan menerapkannya dalam praktek atau asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan klien. Kemampuan untuk berpikir secara kritis, menerapkan
pengetahuan dan pengalaman, pemecahan setiap masalah, dan membuat
keputusan yang sesuai kebutuhan klien adalah inti dari praktik keperawatan.

Setiap perawat akan mendapatkan klien dengan masalah dan penyakit


yang berbeda, pengamalan yang beragam, perilaku yang unik, kehidupan sosial
yang bervariasi, dan kepercayaan yang bermacam-macam. Berdasarkan uraian
tersebut, sebagai seorang mahasiswa keperawatan, kami akan membahas tentang
konsep berpikir kritis dalam praktik keperawatan karena selain sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk berpikir secara kritis dalam
menyelasaikan semua masalah baik itu untuk dirinya sendiri maupun untuk klien
dan lingkungan di sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu defenisi dari berpikir kritis?
2. Apa saja model berpikir kritis dalam keperawatan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir kritis?
4. Apa itu pengambilan keputusan secara kritis?
5. Bagaimana membentuk sikap dan keterampilan berpikir kritis?
6. Bagaimana proses berpikir kritis dalam praktik keperawatan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apa itu berpikir kritis


2. Mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berpikir kritis
4. Mengetahui pengambilan keputusan secara kritis
5. Dapat membentuk sikap dan keterampilan berpikir kritis
6. Menguasai proses berpikir kritis dalam praktik keperawatan. Sebagai
seorang calon perawat diharapkan dapat menjalankan sebuah profesi
dengan profesional dan menjadi change agent yang lebih baik dengan
menjalankan peran perawat dengan berpikir kritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Berpikir Kritis


1. Definisi Berpikir Kritis

Berfikir dan belajar adalah proses yang berkaitan seiring berjalannya


waktu. Pengetahuan dan pengalaman klinis akan meningkatkan kemampuan untuk
melakukan observasi, penilaian, serta membuat suatu pilihan. Berfikir kritis
adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk
mengetahui pemikiran terhadap orang lain (Caffe, 2002). Hal tersebut meliputi
identifikasi adanya masalah, analisis informasi, evaluasi informasi, dan
kesimpulan. Berfikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi
juga kebiasaan untuk bertanya, jujur, dan selalu mau untuk berfikir jernih tentang
suatu masalah (Facione, 1990).

2. Perilaku dalam Berpikir Kritis


a. Percaya diri. Saat perawat menunjukan rasa percaya diri, klien akan
melihat dari cara perawat berkomunikasi dan memberikan perawatan.
Rasa percaya diri akan membangun kepercayaan perawat dan klien.
b. Berpikir independen. Saat perawat memperoleh pengetahuan baru,
perawat yang berfikir kritis tidak akan menerima informasi begitu saja,
tetapi hmempertimbangkan berbagai konsep, ide dan segala aspek dari
berbagai situasi sebelum membentuk opini dan penilaian.
c. Keadilan. Seorang pemikir kritis akan adil dalam menyelesaikan
masalah di berbagai situasi serta menghargai kesulitan yang dihadapi
klien.
d. Tanggung jawab dan akuntibilitas. Perawat bertanggung jawab dalam
melakukan aktivitas perawatan yang benar sesuai standar praktik
keperawatan.
e. Mengambil resiko. Seorang pemikir kritis selalu mau mengambil
resiko dalam mencoba cara yang berbeda untuk menyelesaikan
masalah.
f. Disiplin. Saat perawat menerapkan disiplin, akan mempermudah
mengidentifikasi masalah yang lebih akurat sehingga dapat mengambil
tindakan yang sesuai.
g. Persisten. Persisten berarti terus mencari berbagai sumber sampai
perawat dapat menemukan solusi terbaik untuk klien.
h. Kreatif. Kreativitas adalah motivator yang akan menolong perawat
untuk memikirkan segala pilihan dengan pendekatan yang unik.
i. Rasa ingin tahu. Pertanyaan favorit seorang pemikir kritis adalah
“mengapa?”. Rasa ingin tahu dapat membantu perawat dalam
mengambil keputusan.
j. Integritas. Pemikir kritis selalu bertanya dan menguji pengetahuan dan
keyakinan dirinya sendiri dengan cara berprilaku jujur dan mau
mengakui kesalahan dalam hal perilaku, ide, dan pemikiran.
k. Rendah hati. Pemikir kritis mengakui apa yang tidak mereka ketahui
dan mencoba mencari pengetahuan yang mereka perlukan agar dapat
membuat keputusan dengan tepat.
3. Standar untuk Berpikir Kritis
a. Standar Intelektual. Standar intelektual merupakan petunjuk atau
prinsip untuk berfikir rasional. Saat perawat memikirkan masalah
klien, gunakanlah standar intelektual seperti ketepatan, akurasi, dan
konsistensi untuk memastikan bahwa keputusan klinis kita benar.
b. Standar Profesional. Penerapan standar profesional memerlukan
penggunaan pemikiran kritis baik secara individu maupun kelompok
(Kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Standar profesional dari
American Nurse Association adalah salah satu contoh. Standar ini
dapat meningkatkan tanggung jawab perawat dan menjamin kualitas
perawatan yang di berikan pada klien.

B. Model Berpikir Kritis


Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan model berpikir
kritis keperawatan yang bertujuan untuk memberi penilaian yang relevan
mengenai keperawatan dan masalah keperawatan dalam ruang lingkup yang luas.
Model berpikir kritis ini mengarahkan perawat untuk membuat suatu penilaian
dan mengambil tindakan yang tepat dengan mempertimbangkan komponen
berpikir kritis. Komponen-komponen berpikir kritis tersebut di antaranya:
1. Dasar pengetahuan khusus. Dasar pengetahuan perawat mencakup
informasi dan teori ilmu pengetahuan alam , humaniora, dan keperawatan
yang diperlukan untuk mengatasi masalah keperawatan. Informasi-
informasi tersebut akan mendukung perawat untuk berpikir kritis apabila
dihadapkan pada masalah-masalah keperawatan.
2. Pengalaman. Pengalaman klinis akan menguji pengetahuan keperawatan
yang telah dipelajari secara teori sebelumnya. Dengan cara melihat,
merasakan dan mendengarkan klien secara langsung, akan melatih seorang
perawat untuk berpikir kritis hingga dapat menganalisis serta
memodifikasi teori yang ada menjadi suatu tindakan keperawatan yang
lebih baik.
3. Kompeten. Kompetensi berpikir kritis adalah kemampuan seorang perawat
dalam memberi penilaian dan mengambil tindakan. Perawat harus mampu
menentukan skala prioritas, cepat tanggap pada situasi penting dan
genting, serta mampu membuat keputusan secara individu maupun
kelompok dengan klien atau tenaga medis lainnya.
4. Sikap. Sikap dalam berpikir kritis yaitu tanggung gugat, berpikir mandiri,
mengambil resiko, kerendahan hati, dan integritas.
5. Tingkat berpikir kritis. Menurut Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994), ada
tiga tingkatan dalam berpikir kritis yaitu tingkat dasar, kompleks, dan
komitmen. Pada tingkat dasar, perawat hanya mengambil tindakan
berdasarkan prinsip dan aturan yang tertera pada teori yang ia pelajari.
Pada tingkat kompleks, perawat semakin mendapatkan banyak
pengalaman dan secara kontinu mampu mengenali keragaman persepsi
setiap individu. Sedangkan pada tingkat komitmen, perawat mampu
mempertimbangkan berbagai macam alternativ yang tersedia dari segi
keuntungan dan kerugiannya serta sudah mampu mengantisipasi setiap
masalah keperawatan yang dihadapinya.
C. Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis
1. Kondisi fisik. Ketika seseorang berada pada kondisi sakit seperti keadaan
istirahat terganggu sementara mereka dihadapkan pada suatu keadaan di
mana dibutuhkan pemikiran yang matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi ini sangat memengaruhi pikirannya sehingga ia
tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
memungkinkan untuk bereaksi terhadap respon yang ada.
2. Keyakinan diri/motivasi. Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan
rangsangan, dorongan, atau upaya untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Motivasi yang tinggi akan terlihat dari daya serap dalam
belajar, mengambil resiko, menjawab pertanyaan, belajar dari kesalahan,
menggapai tujuan, adanya tekad yang kuat, dan memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi.
3. Kecemasan. Kecemasan atau ansietas adalah keadaan emosional yang
ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan
bahaya/kemalangan/nasib buruk. Menurut Sullivan dalam Riasmini
(2000), kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan (seperti trauma).
4. Perkembangan intelektual. Intelektual berkenaan dengan kecerdasan
(intelegensi). Kecerdasan adalah kemampuan mental seseorang untuk
merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau
menyatukan suatu hal dengan hal lainnya, dan dapat merespon dengan
baik terhadap stimulus. Di dalamnya terdiri atas penilaian, pengertian, dan
penalaran. Seseorang yang semakin cerdas akan semakin cakap dalam
membuat tujuan, berinisiatif, tidak hanya menunggu perintah dan tetap
pada tujuan. Semakin cerdas seseorang, ia akan semakin kritis.

D. Pengambilan Keputusan secara Kritis


Pengambilan keputusan merupakan suatu proses dalam rangka
menyelesaikan suatu masalah. Keputusan terakhir yang diambil merupakan
alternatif terbaik yang telah difikirkan secara matang berdasarkan informasi yang
selengkap-lengkapnya, yang tentunya memiliki risiko yang paling kecil.
Pengambilan keputusan merupakan salah satu proses dalam keperawatan.
Pengambilan keputusan ini berdasarkanan analisis dari data- data dan informasi
yang dikumpulkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang menguntungkan
dengan menggunakan pemikiran logika dan rasional. Keputusan diambil dengan
menentukan prioritas masalah yang paling penting, waktu yang dibutuhkan,
biaya , kemampuan, dan kemungkinan keberhasilan yang paling tinggi.
Komponen yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan secara kritis:
1. tanda/ gejala yang ditimbulkan
2. hipotesis atau dugaan sementara
3. pengetahuan dasar yang berhubungan dengan informasi, serta disertai
logika dan rasionalisasi
4. tindakan keperawatan ditentukan berdasarkan beberapa alternatif yang
diajukan
5. penyelidikan/pemeriksaan
6. pendapat atau perkiraan awal.

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah. Masalah yang timbul dan harus diselesaikan harus


jelas penyebabnya. Mengidentifikasi masalah yang timbul bertujuan
untuk memperoleh data selengkap mungkin.
b. Pengumpulan data. Setelah mengidentifikasi masalah, akan didapatkan
data-data yang akan menjadi acuan untuk menyelesaikan masalah.
c. Analisis data. Data yang telah terkumpul tentunya harus dianalisis
terlebih dahulu untuk menghasilkan informasi yang berdasarkan
kenyataan.
d. Penentuan alternatif. Data-data yang telah dianalisis akan menghasilkan
informasi-informasi yang relevan. Informasi yang berdasarkan
kenyataan inilah yang akan menghasilakan alternatif-alternatif untuk
menyelesaikan masalah.
e. Pelaksanaan alternatif. Seperti yang telah diuraikan diatas, alternatif
harus disertai tindakan nyata. Setelah ditentukan alternatif yang paling
mengandung sedikit risiko, langkah selanjutnya adalah melakukan
alternatif tersebut.
f. Penilaian/evaluasi. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah
alternatif yang telah dilakukan sudah sesuai dan menyelesaikan
masalah.

Langkah-langkah tersebut tentunya sangat berhubungan dengan proses


keperawatan yang memang dituntut untuk menyelesaikan masalah dalam waktu
yang singkat, namun hasilnya sesuai dengan harapan.

E. Membentuk Sikap dan Keterampilan Berpikir Kritis


Setelah mendapat gagasan maksud dari berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan mengambil keputusan, perawat perlu menyadari gaya dan
kemampuan berpikir mereka. Berpikir kritis tidak mudah dilakukan. Kadang kala,
hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dengan upaya, tiap orang
dapat mencapai tingkatan berpikir kritis tertentu guna menjadi pemecah masalah
dan pengambil keputusan yang efektif. Langkah untuk membentuk sikap dan
keterampilan berpikir kritis:
1. Pengkajian diri
Perawat harus merefleksikan beberapa sikap yang dibahas sebelumnya,
yang memfasilitasi berpikir kritis, sikap seperti keingintahuan, berorientasi
keadilan, kerendahan hati, keberanian dan ketekunan. Perawat dapat memperoleh
keuntungan dari pengkajian pribadi yang teliti untuk menentukan sikap yang telah
ia miliki dan yang perlu ditimbuhkan. Perawat juga perlu merefleksikan situasi
saat ia mengambil keputusan yang disesali dan menganalisis proses berpikir dan
sikapnya. Ia juga dapat meminta kolega yang dipercaya untuk mengkaji mereka.
Mengidentifikasi keterampilan dan sikap yang lemah juga penting dilakukan.

2. Menoleransi Ketidaksesuaian dan Ambiguitas


Perawat perlu melakukan upaya terencana untuk menumbuhkan sikap
berpikir kritis. Sebagai contoh, untuk menumbuhkan orientasi terhadap keadilan,
seseorang harus berniat mencari tahu informasi yang bertentangan dengan
pandangn seseorang. Hal ini memberikan latihan untuk memahami dan belajar
terbuka terhadap sudut pandang orang lain.
Manusia cenderung mencari tahu informasi yang berhubungan dengan
kepercayaan yang sebelumnya dipegang seseorang dan mengabaikan bukti yang
bertentangan dengan gagasan yang diinginkan. Perawat harus meningkatkan
toleransi terhadap gagasan yang bertentangan dengan yang dipegang sebelumnya
dan harus melatih menunda penilaian.
Menunda penilaian berarti mentoleransi ambiguitas untuk sementara
waktu. Apabila sangat rumit, masalah mungkin tidak dapat diselesaikan dengan
cepat atau rapi, dan penilaian harus ditangguhkan. Untuk sementara waktu,
perawat perlu mengatakan “Saya tidak tahu” dan nyaman dengan jawaban
tersebut sampai tahu lebih banyak. Meskipun tidak dapat dilakukan pada situasid
darurat saat dibutuhkan tindakan yang cepat, penangguhan penilaian biasanya
dapat dilakukan pada situasi lain.
3. Mencari Situasi untuk Mempraktikan Pemikiran yang Rasional
Perawat akan mendapatkan banyak manfaat dengan menghadiri konferensi
baik di tatanan klinis maupun pendidikan yang mendukung penilaian terbuka
terhadap semua sisi isu dan menghargai pandangan yang berlainan. Perawat perlu
meninjau standar evaluasi pemikiran dan menerapkannya dalam pemikiran
mereka sehingga dapat mendeteksi bila ada kesalahan pemikiran.

4. Menciptakan lingkungan yang Mendukung Berpikir Kritis


Perawat tidak dapat mengembangkan atau memelihara sikap berpikir kritis
dalam kevakuman. Sebagai pemimpin, perawat sebaiknya mendorong para kolega
untuk meneliti bukti dengan saksama sebelum mereka mengambil kesimpulan dan
menghindari pemikiran kelompok atau kecenderungan untuk mengakui keinginan
kelompok tanpa berpikir.

F. Proses Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Proses adalah serangkaian tahapan atau komponenn yang mengarah pada
pencapaian tujuan. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan
mengatasi respon manusia terhadap sehat dan sakit. Proses keperawatan
memberikan cetak biru untuk berfikir kritis sehingga perawat dapat
mengindividualisasikan asuhan dan berespon terhadap kebutuhan klien dengan
tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan
tingkat kesehatan klien. Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur
organisasi yang kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan namun hal ini
cukup fleksibel untuk digunakan di semua lingkup keperawatan. Tujuan dari
proses keperawatan untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien,
menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan,
menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada klien,
memberikan intervensi keperawatam yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil
dan tujuan klien yang diharapkan. Bandman dan Bandman (1995) menguraikan
seluruh proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil. 5 langkah
proses keperawatan:

1. Pengkajian
Dalam pengkajian, perawat mengumpulkan data tentang klien dari
berbagai sumber. Kegagalan untuk berpikir secara kritis dan mendapatkan data
tambahan menyebabkan penetapan tujuan, diagnosis, dan intervensi menjadi tidak
akurat.
2. Diagnosis keperawatan
Penentuan diagnosis dimulai segera setelah menerima informasi mengenai
klien. Perawat yang berpikir kritis akan menunda pengidentifikasian diangnosis
klien sampai didapatkan lebih banyak data dan prioritas klien diketahui. Hal ini
mencegah diagnosis prematur akibat data yang tidak memadai.

3. Perencanaan/intervensi
Komponen perencanaan adalah identifikasi hasil. Penting bagi perawat
untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan yang akan dicapai klien jika
rencana perawatan berhasil.

4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah tindakan dari proses keperawatan yang
menggunakan beragam pendekatan untuk memecahkan masalah kesehatan klien.
Perawat yang berpikir kritis mempertimbangkan implikasi dan konsekuensi
strategi keperawatan tertentu sebelum mengimplementasikan rencana asuhan.

5. Evaluasi
Jika intervensi berhasil, diagnosa keperawatan klien teratasi. Jika masalah
kesehatan klien menetap, proses evaluasi memandu perawat untuk merevisi,
meyingkirkan atau menambah terapi. Tahap ini memberikan peluang revisi
rencana asuhan keperawatan yang diperlukan untuk memecahkan masalah
kesehatan klien. Asuhan keperawatan dievaluasi dalam kaitannya dengan
pencapaian hasil yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan, perawat merupakan profesi
yang paling sering berjumpa dengan pasien dibandingkan profesi lainnya. Untuk
itulah perawat dituntut untuk seprofesional mungkin saat menangani pasien salah
satunya yaitu berpikir kritis. Tidak sedikit pasien sering mengalami kondisi tubuh
yang berubah-ubah dan membuat perawat harus berpikir kritis agar tahu tindakan
yang harus diberikan untuk pasien. Jika perawat asal-asalan menilai dan memberi
tindakan, kondisi pasien bisa saja semakin memburuk bahkan menyebabkan
kematian.
Pemikiran kritis sendiri akan terbentuk bila perawat memiliki pengetahuan
terutama kebutuhan dasar manusia yang menjadi pondasi wawasan perawat untuk
bisa mendiagnosis keperawatan pada pasien, pengalaman yang akan membuat
perawat terbiasa berpikir secara kritis, berpikir rasional agar perawat tidak panik
karena terpengaruh oleh kepanikan keluarga pasien.

Saat keadaan mengharuskan perawat untuk berpikir kristis, perawat harus


mengkaji data pasien agar bisa menentukan diagnosis keperawatan dan tindakan
yang hasus dilakukan untuk memulihkan kondisi pasien. Bila berhasil, perawat
bisa mengevaluasi tindakannya untuk memberikan asuhan keperawatan seperti
sebelumnya kepada pasien yang mengalami gejalan yang sama.

B. Saran
Berpikir kritis bukanlah hal yang mudah untuk diterampilkan apalagi jika
sudah menyangkut kondisi pasien. selain pengetahuan, pengalaman, dan sikap
rasional, perawat sendiri harus berani mengambil resiko agar tidak ragu dan yakin
bahwa tindakannya merupakan tindakan alternative untuk menolong
pasienterutaman disaat genting. Perawat pun harus mau bertanggung jawab
terhadap tindakannya baik itu menguntungkan maupun merugikan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Bandman, EL & Bandman, B. 1995. Critical Thinking in Nursing. 2nd Ed.


Connecticut: Appleton and Lange
Kozier & Erb. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed. 7, Vol. 1. Jakarta: EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2007. Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Ed.7. Jakarta: Salemba Medika.
Rubenfeld, M.G. & Scheffer, B.K. 2010. Critical Thinking Tactics for Nurses,
2nd Ed. Burlington: Jones and Bartlett Publishers.

Anda mungkin juga menyukai