Latar Belakang Perawat juga sebagai seorang praktisi yang
berpendidikan diharapkan mempunyai Pelayanan keperawatan merupakan suatu kemampuan intelektual untuk bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan pemikiran rasional dan diberikan oleh perawat dan didasarkan refektif saat perawat mempertimbangkan pada ilmu dan kiat keperawatan kepada pengamatan dan informasi tentang kondisi individu, kelompok atau masyakarat. masing-masing pasien. Sepanjang Perawat sebagai tim pelayanan komponen dari proses keperawatan, keperawatan di rumah sakit harus perawat menggunakan sikap dan memberikan pelayanan kepada pasien kemampuan berfikir kritis untuk sesuai dengan peran dan tugasnya. Dengan menentukan relevansi, makna dan demikian, perawat harus memberikan iterrelasi data pasien serta untuk memilih pelayanan yang berkualitas kepada pasien. dan menetapkan asuhan keperawatan yang Sikap peduli atau perhatian (caring) sesuai (Cristensen & Kenney, 2009). perawat sangat diperlukan dalam proses Berfikir kritis penting dilakukan sebelum keperawatan. mengambil keputusan dalam asuhan Peningkatan caring salah satunya melalui keperawatan karena merupakan salah satu pengembangan kemampuan berpikir kritis. metode ilmiah dalam menyelesaikan Perawat yang sudah caring akan masalah klien. Kemampuan perawat memberikan dampak positif kepada pasien mengidentifikasi masalah klien dan yaitu pasien merasa puas, pasien merasa memilih solusi intervensi yang tepat tidak dihargai dan pasien merasa aman ketika lepas dari kemampuan perawat berfikir dirawat oleh perawat, sedangkan jika kritis untuk mengali berbagai alasan perawat tidak caring kepada pasien akan berdasarkan evidence base dari setiap berdampak negatif kepada pasien yaitu problem dan solusi yang teridentifikasi pasien akan merasa takut dirawat oleh (Potter& Perry, 2010). perawat, merasa tidak diperdulikan dan Perawat dalam melakukan proses memperlambat proses penyembuhan. keperawatan kepada pasien diwajibkan Kemampuan dalam memberikan asuhan memiliki kemampuan berpikir kritis yang keperawatan (caring) dipengaruhi oleh baik dan pendekatan yang baik dalam kemampuan dalam mengekspresikan diri. menyelesaikan masalah dan mengambil Caring ini tidak hanya berfokus pada keputusan secara sistematis. Sehingga aktivitas yang dilakukan perawat pada saat perawat yang memiki kemampuan dalam melaksanakan fungsi keperawatannya, berpikir kritis dapat mengambil keputusan namun lebih pada proses yang yang tepat dan dapat berpartisipasi dalam memberikan rasa damai, ikhlas, dan tulus meningkatkan perilaku dan sikap. kepada individu yang membutuhkan baik dalam kondisi sehat, maupun sakit. Metode ingin tahu, integritas dan randah hati, dimana karakteristik tersebut dapat dilihat Metode yang digunakan ialah literatur dari sikap dalam memberikan asuhan review yang didapatkan dari berbagai keperawatan dari keterlibatan, kedewasaan sumber jurnal, text book, dan penelitian untuk mengontrol emosi dan inovasi sebelumnya. Tidak dilakukan langsung di (Deswani, 2009). lapangan, hanya mengumpulkan informasi-informasi yang didapatkan. Berfikir kritis menjadi bagian yang tak Sumber yang digunakan merupakan karya terpisahkan dari asuhan keperawatan yang ilmiah yang dibuat dalam 8 tahun terakhir. dilakukan oleh perawat. Berfikir kritis Penulisan ini dilakukan dengan cara penting dilakukan sebelum mengambil mengumpulkan 10 referensi terpercaya dan keputusan dalam asuhan keperawatan akurat, kemudian penulis menganalisis lalu karena berfikir kritis dalam keperawatan menyimpulkan hasil pemikiran dari 10 merupakan keterampilan berfikir perawat referensi tersebut. untuk menguji berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan Hasil dalam asuhan keperawatan (Ignatavicius, Berdasarkan hasil pencarian literature & Workman, 2006). review dengan menganalis jurnal, ebook, Berpikir kritis dan penalaran klinis adalah dan text book didapatkan bahwa dalam bentuk hipotetis-deduktif. Berpikir dan pengambilan keputusan yang tepat penalaran yang berfokus pada fakta-fakta tentunya harus didasari dengan biofisik sehingga memastikan bahwa kemampuan seorang perawat dalam keputusan diagnostik dan pengobatan berfikir secara kritis. Perawat harus nantinya didasarkan pada pemikiran logis mampu mengidentifikasi masalah pasien (Jefford, et al., 2011). dan memilih solusi intervensi yang tepat, karena perawat akan menghadapi Berpikir kritis memungkinkan bagi bermacam-macam situasi klinis yang perawat untuk memanfaatkan potensi berhubungan dengan pasien dimana hal ini dirinya melihat, memecahkan masalah dan tak lepas dari kemampuan perawat dalam menciptakan suatu hal baru dalam berfikir krittis, karena dengan berfikir manajemen asuhan keperawatan. Berpikir secara kritis perawat dapat mengambil kritis meningkatkan kemampuan verbal keputusan secara sistematis dan tepat dan analitik yang sistematis sehingga dalam setiap tahapan asuhan keperawatan mengeksplorasikan gagasan-gagasan, yang dilakukan. menganalisis masalah hingga memahami masalah khususnya dalam manajemen Untuk berfikir cerdas perawat harus asuhan keperawatan. mengembangkan cara berfikir kritis dalam menghadapi setiap masalah dan Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas. pengalaman baru yang menyangkut pasien Untuk menghasilkan solusi kreatif dengan memiliki karakteristik percaya diri, terhadap suatu masalah tidak hanya berfikir mendalam, keadilan, tanggung memerlukan gagasan baru namun dengan jawab dan akuntabilitas, mengambil berpikir kritis dapat mengevaluasi gagasan resiko, disiplin, kegigihan, kreatif, rasa lama dan baru, memilih yang terbaik dan memodifikasi bila perlu. Berpikir kritis dalam rangka membantu mengatasi merupakan upaya refleksi diri, evaluasi masalah pasien. diri terhadap nilai, keputusan yang diambil sehingga hasil refleksi dapat diterapkan Beberapa ahli penelitian menyatakan dalam kehidupan sehari-hari. (Lai Emily, bahwa berpikir kritis memiliki keterkaitan 2011; Jefford et al, 2011). dengan konsep lain, diantaranya metakognitif, motivasi dan kreatifitas. Penelitian yang dilakukan oleh Fenech Menurut Kuhn (1999), Van Gelder (2005) (2015) pada bidan dan perawat yang dan Willingham (2007) menyatakan bahwa melakukan refleksi praktik dengan berpikir kritis termasuk didalamnya adalah Protection Motivation Theory (PMT) metakognitif (berfikir tentang dasar diyakini bahwa perawat akan dapat bekerja pengetahuan), mengetahui metastrategi dalam kemitraan dengan dokter untuk (berfikir bagaiman prosedur dalam suatu memberikan perawatan yang aman dan pengetahuan) serta mengetahui efektif dalam lingkup praktek dan tidak epistemologi (berfikir bagaimana adanya rasa takut. pengetahuan tersebut dihasilkan) sehingga Pembahasan harus benar komponen waktu, strategi dan kondisi (Kuhn & Dean, 2004; Schraw et Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya al, 2006). mencari ide atau gagasan dengan menggunakan berbagai ringkasan yang Kreatifitas dalam berpikir kritis merupakan masuk akal. Berpikir juga diartikan proses menemukan sesuatu yang baru dan sebagai proses menimbang-nimbang dalam memerlukan suatu rangsangan dari ingatan. Maryam (2008 : 2) mendefiniskan lingkungan. berpikir sebagai suatu proses sensasi, persepsi, dan memori/ingatan, berpikir Cara untuk meningkatkan kemampuan menggunakan lambing (visual atau berpikir kritis diantaranya pertama adalah gambar), serta adanya suatu penarikan membaca dengan kritis. Untuk berpikir kesimpulan yang disertai proses secara kritis, seorang profesi perawat harus pemecahan masalah. Berpikir kritis adalah bisa membaca dengan kritis pula. Semua pengujian secara rasional terhadap ide-ide, informasi yang didapat dari berbagai kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, sumber harus dipikirkan secara kritis, masalah, kepercayaan, dan tindakan. Pada disesuaikan dengan kondisi klien disaat proses pembelajaran di akademi perawatan memberikan suatu asuhan. Membaca kritis dibutuhkan kemampuan berpikir kritis berarti menerapkan sebagai bekal awal seorang mahasiswa keterampilanketerampilan berpikir kritis dalam mengikuti perkuliahan. Hal ini seperti mengamati, menghubungkan teks disebabkan karena sebagian besar dengan konteksnya, mengevaluasi teks kompetensi keperawatan yang harus dari logika dan kredibilitasnya, dicapai oleh seorang perawat merefleksika kandungan teks dengan membutuhkan kemampuan menganalisa pendapat sendiri dan membandingkan tes masalah secara kritis untuk kemudian yang satu dengan yang lainnya yang menentukan keputusan yang harus diambil memiliki keterkaitan (OU, 2008). Cara kedua adalah menulis dengan kritis. sehingga asuhan kebidanan dan perawatan Seorang profesi perawat yang telah klien berkualitas tinggi dan berpikir melakukan membaca dengan kritis harus reflektif berarti bidan bukan hanya menuliskan semua pemahaman yang ada menerima laporan dan tugas melakukan dalam bentuk tulisan. Salah satu contohnya asuhan kebidanan lanjutan tanpa adalah dokumentasi dalam manajemen pemahaman yang signifikan dan evaluasi asuhan keperawatan. Dokumentasi tersebut (Mottola, 2001). merupakan suatu media bagi profesi perawat untuk menuangkan semua asuhan Berpikir kritis berdampingan dengan yang telah diberikan dan menjadi acuan berpikir kreatif, artinya kemampuan untuk asuhan berikutnya. berpikir seorang perawat untuk membuat hubungan yang baru dan yang lebih Cara ketiga adalah meningkatkan analisis berguna dari informasi yang sebelumnya dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan sudah diketahui oleh perawat. Perawat keperawatan yang telah dituliskan dapat melakukannya dengan cara menjadi bahan diskusi untuk dievaluasi membangkitkan sejumlah besar ide-ide, atau mencari penyelesainan masalah atau menerima hal yang baru dan tidak cepat mendiskusikan hal terburuk yang mungkin mengambil keputusan. Semua informasi terjadi. yang didapatkan diolah dengan membuat suatu hubungan sebab akibat dengan Cara keempat adalah mengembangkan teknik brainstorming, idea writing, mind kemampuan observasi. Observasi atau mapping, forcing new connections and mengamati suatu kondisi klien akan relaxers. memudahkan seorang profesi perawat untuk menarik kesimpulan dari kondisi Berpikir kritis yang dilakukan seorang klien yang diamati. Pengamatan tersebut perawat tidak terpisah dari clinical dikritisi dan pengamatan yang ia dapatkan reasoning, artinya seorang perawat bisa menjadi acuan untuk menarik memusatkan pikirannya kearah diagnosa kesimpulan yang berdampak pada keperawatan yang memungkinkan pembuaan keputusan. berdasarkan campuran pola pengenalan dan penalaran deduktif hipotetik. Para ahli Cara kelima yaitu meningkatkan rasa ingin mengorganisasikan pengetahuan melalui tahu, kemampuan bertanya dan refleksi. tiga fase, yaitu akumulasi pengetahuan Pengajuan pertanyaan yang bermutu yaitu dasar, proses penggabungan pengetahuan pertanyaan yang tidak memiliki jawaban dasar dengan kasus nyata dan proses benar atau salah atau pertanyaan yang menggunakan script yang sesuai untuk mengharuskan seorang profesi perawat menangani kasus yang baru. menjelaskan sehingga memperbanyak berpikir. Fase pertama merupakan proses akumulasi pengetahuan dasar tentang penyakit, dapat Berpikir kritis memungkinkan perawat dan dicontohkan perawat seperti patofisiologi atau bidan untuk memenuhi kebutuhan dan patogenesis. Patofisiologi persalinan, klien sesuai dengan data yang ia dapatkan, patofisiologi seorang perempuan hamil mampu mempertimbangkan alternatif, dengan penyakit asma, potogenesis suatu penyakit. Fase kedua adalah proses interpretasi dari suatu masalah, semakin penggabungan pengetahuan dasar dengan bervariasi pengetahuan yang berkaitan kasus nyata melalui pengalaman dengan gejalagejala tersebut makin menangani klien atau dikenal dengan memungkinkan merumuskan masalah istilah illness script. Fase ketiga lebih akurat. Memory atau daya ingat merupakan proses menggunakan script menunjukan seberapa efektifnya yang sesuai untuk menangani kasus yang pengetahuan yang dimiliki untuk baru. digunakan dalam mempelajari atau merumuskan suatu masalah. Strategi clinical reasoning menggunakan logika induktif dan deduktif untuk Representation atau mental representative membuat kesimpulan atau dikenal metode menunjukan representasi masalah yang analitik hipotetico-deductive. Strategi dihadapi di dalam pikiran yang biasanya reasoning data dan informasi yang selalu terkait dengan pengetahuannya. Para diperoleh dari klien digeneralisasikan pemula biasanya memiliki representasi menjadi hipotesis sebagai diagnosis masalah secara naïf atau terlalu banding. Diagnosis banding yang menyederhanakan. Kualitas perumusan dihasilkan digunakan sebagai dasar untuk masalah, para ahli mengatakan bahwa lima menentukan data yang masih diperlukan, puluh persen masalah dapat diselesaikan membedakan berbagai penyakit dalam apabila tercapai keberhasilan dalam hipotesisnya. Data yang dikumpulkan akan melakukan perumusan masalah. diinterpretasikan untuk menetapkan diagnosis keperawatan yang pasti. Hasil penalaran, berpikir kritis, clinical reasoning dari manajemen asuhan Strategi clinical reasoning yang dijalankan keperawatan akan dilakukan pencatatan oleh perawat terkait dengan keterampilan dan pelaporan. Pencatatan atau perawat untuk menginterpretasi data untuk dokumentasinya memiliki beberapa memahami argument dan pendapat orang metode, diantaranya pendokumentasian lain. Perawat dituntut memiliki kompetensi naratif dan pendokumentasian ceklist. utuk mengevaluasi secara kritis argumentasi dan pendapat serta Bentuk naratif merupakan pencatatan mengembangkan dan mempertahankan tradisional dan bertahan paling lama serta argumentasi yang dibuat dengan landasan merupakan sistem pencatatan yang yang kuat. fleksibel. Karena suatu catatan naratif dibentuk oleh sumber asal dari Perawat dalam mengaplikasikan penalaran, dokumentasi maka sering dirujuk sebagai berpikir kritis, dipengaruhi oleh beberapa dokumentasi berorientasi pada sumber. faktor, yaitu knowledge base, memory atau Sumber atau asal dokumentasi dapat siapa daya ingat, representation atau mental saja dari petugas kesehatan yang representative dan kualitas perumusan bertanggung jawab untuk memberikan masalah. informasi. Setiap narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan Knowledge Base atau landasan aktifitas dan evaluasinya yang unik. pengetahuan adalah awal mula dari Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian urutan kejadian/kronologis. Biasanya mengevaluasi kemampuan berpikir kritis kebijakan institusi menggariskan siapa dari aspek ketrampilan intelektual seperti mencatat/melaporkan apa, bagaimana ketrampilan menganalisis, mensintesis, sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dan mengevaluasi dengan menggunakan dimana. Ada lembaga yang menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis bahwa setiap jenis petugas kesehatan harus taxonomi Bloom. Sedangkan tujuan mencatat di formulir yang telah dirancang pengajaran berpikir kritis meliputi khusus, misalnya catatan dokter, catatan ketrampilan dan strategi kognitif, serta perawat atau fisioterapi atau petugas gizi. sikap. Ada juga institusi yang membuat rancangan format yang dapat dipakai Colucciello menggabungkan berbagai untuk semua jenis petugas kesehatan dan elemen yang digunakan dalam penelitian semua catatan terintegrasi dalam suatu dan komponen pemecahan masalah catatan. Berhubung sifat terbukanya keperawatan serta kriteria yangdigunakan catatan naratif (orientasi pada sumber data) dengan komponen ketrampilan dan sikap sehingga dapat digunakan pada setiap berpikir kritis. Elemen tersebut antara lain kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang menentukan tujuan, menyusun pertanyaan harus diakui memungkinkan bidan atau atau membuat kerangka masalah, perawat mendokumentasikan hasil menunjukkan bukti, menganalisis konsep, observasinya yang relevan dan kejadian interpretasi, asumsi, perspektif yang secara kronologis. digunakan, keterlibatan, dan kesesuaian. Dengan kriteria antara lain: kejelasan, Berpikir kritis dalam manajemen asuhan ketepatan, ketelitian, keterkaitan, keluasan, keperawatan menggambarkan bahwa kedalaman, dan logika. seorang perawat tersebut memiliki basis pengetahuan dan kemampuan untuk Kemampuan berpikir kritis dipengaruhi menganalisis dan mengevaluasi oleh kreativitas seseorang, serta tingkat pengetahuan terbaru, mengaplikasikan kecerdasan atau intelegensi (Facione NC, logika dan rasionalnya untuk mengambil 2004). Individu yang mempunyai tingkat sutu keputusan klinis. Berpikir kritis intelegensi tinggi biasanya akan diiringi pengalaman perawat maka akan mempunyai kemampuan berpikir dan meminimalkan atau tidak adanya kreativitas yang tinggi pula. kesalahan, bekerjasama dengan tenaga (Geary.D.C,2005). kesehatan lain akan menjadikan perawat lebih memahami kebutuhan klien. Semakin tinggi IQ perawat maka semakin baik pula kemampuan perawat dalam Perawat menerapkan setiap kegiatan berpikir kritis pada proses keperawatan. manajemen asuhan keperawatan selalu Kozier (2001), menyebutkan bahwa untuk menggunakan penalaran, berpikir kritis. dapat memberikan asuhan keparawatan Hal ini dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi pada pasien dengan baik maka seorang merupakan proses pengukuran pencapaian perawat harus mampu menerapkan konsep tujuan yang diinginkan dengan berpikir kritis pada setiap tahapan proses menggunakan metode yang teruji validitas keperawatan, mulai dari pengkajian Mulyaningsih. (2013). Peningkatan sampai evaluasi. Perilaku Caring Melalui Kemampuan Berpikir Kritis Perawat. Jurnal Secara umum semakin tinggi nilai IQ Managemen Keperawatan Vol 1,(2) ,100– maka semakin tinggi pula nilai 6. kemampuan berpikir kritis. Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif antara Octy & Tatiana. (2019). Hubungan nilai IQ dengan kemampuan berpikir kritis Berpikir Kritis dengan Kepedulian dalam keperawatan. Kemampuan berpikir (Caring) Perawat dalam Melaksanakan kritis dalam keperawatan sangat Asuhan Keperawatan di RSUD Kota dibutuhkan oleh perawat selama kuliah Depok. Jurnal Kedokteran dan ataupun saat bekerja. Kesehatan, Vol. 15 (2)
Kiki Deniati,dkk. (2018). Pengaruh
Berfikir Kritis Terhadap Kemampuan Penutup Perawat Pelaksana dalam Melakukan Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit perawat untuk melakukan manajemen Hermina Bekasi Tahun 2016. Jurnal asuhan keperawatan, sehingga tepatnya Kesehatan Holistik (The Journal of pembuatan keputusan dan tepatnya asuhan Holistic Healthcare), Volume 12, (1) yang diberikan. Berpikir kritis harus Yanti & Mulyadi. (2019). Analisis Faktor- diintegrasikan kepada seluruh profesi Faktor yang Mempengaruhi Penerapan perawat dan dimulai pada mahasiswa Berpikir Kritis Perawat dalam keperawatan untuk setiap manajemen Melaksanakan Asuhan Keperawatan di asuhan keperawatan yang akan dilakukan Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan sehingga menghasilkan asuhan yang tepat Raflesia, Vol 1,(1) dan bermutu. Sri Ariyanti,dkk. (2017). Hubungan Perkembangan intelektual perawat dapat Karakteristik Perawat dan Karakteristik meningkatkan berpikir kritis yang paling Organisasi dengan Perilaku Caring dominan dalam melaksanakan asuhan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap keperawatan. Perkembangan intelektual Rumah Sakit Kartika Husada Pontianak perawatan didapatkan dengan cara 2017. Jurnal Keperawatan Soedirman pendidikan formal maupun informal (The Soedirman Journal of Nursing), seperti pelatihan kompetensi berpikir kritis Volume 12, (3) dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Darmi Arda. (2019). Pengetahuan Perawat Daftar Pustaka Tentang Komunikasi Terapeutik Di Diyono,dkk. (2015). Hubungan Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Kesehatan Intelegence Quatient (IQ) dengan Sandi Husada Vol 10,(2) Kemampuan Berpikir Kritis dalam Proses Nusantara, A. F., & Wahyusari, S. (2018). Keperawatan. Jurnal Keperawatan Intan Perilaku Caring Mahasiswa Program Studi Husada Vol 1,(1). Sarjana Keperawatan Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan. JI-KES (Jurnal Simamora, R.H. (2019). Menjadi Perawat Ilmu Kesehatan), 2(1). yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher. Indriatie. (2013). Berfikir Kritis dalam Proses Kperawatan. Jurnal Keperawatan Simamora, R.H. (2005). Hubungan Vol 6 ,(2) Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi Pengorganisasian yang Bambang Sudono,dkk. (2017). Gambaran Dilakukan oleh Kepala Ruangan dengan Kemampuan Berpikir Kritis Perawat Kinerjanya di Ruang Rawat Inap RSUD Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Keperawatan di Rumah Sakit Islam Tesis FIK UI, Tidak dipublikasikan). Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 10,(1)
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu