Anda di halaman 1dari 5

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

JURNAL MEDIS DIPONEGORO


(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK DI RSUD RA KARTINI JEPARA

Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana1, Yuli Trisetiyono2, Bambang Hariyana3, M. Besari Adi Pramono2*
1Program Sarjana, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
2Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
3Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
* Penulis Korespondensi: Email:babas1504@yahoo.com

ABSTRAK
Latar belakang: Kehamilan Ektopik (EP) adalah kehamilan di luar kandungan yang berakhir dengan ruptur. Perdarahan
merupakan salah satu penyebab peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 24,5% di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2017. Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian EP perlu diketahui agar kejadian EP dan
AKI di Indonesia dapat dikendalikan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian EP dan menganalisis hubungan usia
dan paritas dengan kejadian EP di Rumah Sakit Umum Daerah RA Kartini Jepara.Metode: Ini adalah metode observasional
analitik dengan desain penelitian kasus-kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling.
Sebanyak 83 sampel memenuhi kriteria inklusi, yang terbagi menjadi 51 ibu hamil EP dan 32 ibu hamil tanpa EP. Data dianalisis
secara univariat antar variabel bebas dan multivariat untuk variabel terikat. Chi square digunakan untuk menguji korelasi antar
kelompok. Faktor yang dinilai adalah usia dan paritas. Variabel lain yang terdapat dalam rekam medis dimasukkan dalam
bentuk data deskriptif.Hasil: Angka kejadian EP di RSUD RA Kartini Jepara sebesar 0,4% pada tahun 2017, 0,5% pada tahun 2018,
dan 0,3% pada tahun 2019. Pada pasien EP, 54,9% pasien memiliki tingkat pendidikan SLTP, 58,8% pasien menjalani
salpingektomi prosedur, 92,1% EP terletak di tuba fallopi dan 60,7% pasien memerlukan rawat inap lebih dari 4 hari. Hasil
analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan hubungan yang signifikan antara paritas (p = 0,029) dan kejadian
dari EP (p <0,05). Sedangkan umur (p=0,897) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian EP (p>0,05).
Kesimpulan: Ada hubungan antara paritas dengan kejadian EP. Sedangkan umur tidak berhubungan dengan kejadian EP di
RSUD RA Kartini Jepara.
Kata kunci:Kehamilan Ektopik, Usia, Paritas

PENGANTAR Tuba Fallopi (95%), ovarium, serviks, dan rongga


Sebanyak 295.000 wanita di seluruh dunia hilang perut.[5] Beberapa faktor risiko yang dapat
kehidupan mereka selama dan setelah kehamilan dan menyebabkan EP antara lain usia, paritas, riwayat
persalinan pada tahun 2017.[1] Di Provinsi Jawa Tengah penyakit ginekologi, penggunaan alat kontrasepsi,
tahun 2019, terjadi 416 kematian ibu. Penyebab dan riwayat merokok.
kematian ibu didominasi oleh hipertensi dalam Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
kehamilan (123; 29,6%), perdarahan (102; 24,5%), tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang
gangguan sistem peredaran darah (49; 11,8%), infeksi berhubungan dengan kejadian EP di RSUD RA Kartini
(25; 6%), gangguan metabolisme (2; 0,5 %). ), dll. (115; Jepara dengan harapan hasil penelitian ini dapat
27,6%). [2] Salah satu penyebab terjadinya perdarahan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang
adalah kehamilan ektopik yang terjadi pada awal berhubungan dengan terjadinya EP dan memberikan
kehamilan. Sedangkan di Kabupaten Jepara sendiri data deskriptif. tentang variabel lain yang terkait
terdapat 12 kasus kematian ibu pada tahun 2019.[3] dengan EP. di RS RA Kartini Jepara.
Kehamilan ektopik (EP) atau yang biasa disebut
kehamilan di luar kandungan adalah suatu kondisi METODE
kehamilan dimana pertumbuhan sel telur yang telah Penelitian ini menggunakan observasional analitik
dibuahi berimplantasi di luar endometrium rongga dengan desain case control. Penelitian ini bertujuan untuk
rahim. Jika tempat implantasi tidak dapat menyesuaikan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
dengan ukuran kehamilan, maka akan terjadi ruptur, kejadian EP di RSUD RA Kartini Jepara. Sampel penelitian
yang mengakibatkan Kehamilan Ektopik Terganggu. diambil dengan metode consecutive sampling

241
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono

dengan mengumpulkan rekam medis pasien Kartini Jepara. Sehingga kejadian EP pada tahun 2019 adalah
obstetri di RSUD RA Kartini Jepara yang memenuhi 0,3%.
kriteria inklusi dan eksklusi, dengan jumlah
sampel 28 pasien. Kriteria inklusi penelitian ini Meja 2. Karakteristik Subyek Penelitian
adalah seluruh pasien EP dan non EP (pasien yang Jumlah
Jumlah
mengalami persalinan normal, baik pasien rujukan Variabel EP
Non-EP (%)
maupun pasien umum) di RSUD RA Kartini Jepara. (%)
Tingkat pendidikan
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah rekam medis
Dasar (bukan 0 (0%) 1 (3,1%)
tidak lengkap dan tidak terbaca. Variabel bebas
lulus)
dalam penelitian ini meliputi umur dan paritas. Dasar 10 (19,6%) 2 (6,2%)
Sedangkan EP dan non-EP sebagai variabel terikat (lulus)
dalam penelitian ini. SMP 28 (54,9%) 13 (40,6%)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis Sekolah
menggunakan program Statistical Product and SMA 9 (17,6%) 9 (28,1%)
Service Solution (SPSS) meliputi analisis univariat Sekolah
untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel dan Sarjana/Ijazah 4 (7,84%) 7 (21,8%)
analisis bivariat untuk menganalisis hubungan Usia (tahun)

antara usia dan paritas dengan kejadian EP <20-25 10 (19,6%) 14 (43,7%)


26-30 19 (37,2%) 8 (25%)
menggunakan uji Chi-square, dimana hubungan
31-35 16 (31,3%) 7 (21,8%)
dianggap signifikan jika p < 0,05.
> 35 6 (3,7%) 3 (9,3%)
Keseimbangan

HASIL 0 14 (27,4%) 18 (56,2%)


Dalam penelitian ini digunakan data 1 24 (47,0%) 10 (31,2%)
sekunder berupa rekam medis semua kasus ibu 2 11 (21,5%) 4 (12,5%)
EP dan ibu tanpa EP (yang mengalami persalinan 3 2 (3,9%) -
spontan) yang tercatat di RSUD RA Kartini Jepara Usia Kehamilan (minggu)
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Modus 7 39
penelitian. . Data rekam medis periode 19 Januari Kadar Hb
2017 hingga 21 Juni 2020 menunjukkan jumlah Pra-operasi

pasien EP sebanyak 51 orang, sedangkan jumlah 11 gr% 10 (19,6%) -


<11 gr% 41 (80,3%) -
pasien non EP sebanyak 32 orang.
Pasca operasi
11 gr% 14 (27,4%) -
Tabel 1.Jumlah kasus EP dan jumlah pengiriman <11 gr% 37 (72,5%) -
Jumlah Jumlah Insidensi Perlakuan
Tahun
EP pengiriman
Salpingektomi 30 (58,8%) -
2017 16 3297 0,4% Tubektomi 3 (5,8%) -
2018 17 3270 0,5% Histerektomi 1 (1,9%) -
2019 13 3884 0,3% Fimbriektomi 3 (5,8%) -
Salpingo- 11 (21,5%) -
Berdasarkan tabel 1, pada tahun 2017 ditemukan ooforektomi
16 kasus EP dari 3.297 persalinan yang terjadi di RSUD RA Salpingostomi 3 (5,8%) -
Kartini Jepara. Sehingga kejadian EP pada tahun 2017 Transfusi darah
sebesar 0,4%. Pada tahun 2018, ditemukan 17 kasus EP Ya 44 (86,2%) 0 (0%)
dari 3.270 persalinan yang terjadi di RSUD RA Kartini Tidak 7 (13,7%) 32 (100%)
Jepara. Sehingga kejadian EP pada tahun 2018 sebesar Sejarah Operasi Tumor
0,5%. Pada tahun 2019, ditemukan 13 kasus EP dari 3.884
Ya 2 (3,9%) 0 (0%)
Tidak 49 (96,0%) 32 (100%)
persalinan yang terjadi di RSUD RA

242
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono

infertilitas total 31 pasien EP (60,7%) membutuhkan lebih dari 4 hari


Utama 0 (0%) 3 (9,3%) masuk rumah sakit. Sedangkan pasien non EP sebanyak 17
Sekunder 7 (14,0%) 3 (9,3%) orang (53,1%) hanya membutuhkan rawat inap selama 2
Tidak 44 (86,2%) 26 (81,2%) hari. Variabel usia dan paritas dianalisis dalam bentuk tabel
Lama Operasi (menit) di bawah ini.
Maksimum 210 -
Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh variabel
Minimum 30 -
Rata-rata 63,8 - paritas p-value = 0,029 (p<0,05). Hal ini menunjukkan
Jumlah Perdarahan (cc) bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas
Maksimum 2500 - dengan kejadian EP di RSUD RA Kartini Jepara.
Minimum 50 - Primipara merupakan angka kejadian tertinggi pada
Rata-rata 660,7 - pasien EP di RSUD RA Kartini Jepara. Sedangkan
Lokasi EP variabel umur diperoleh p-value > 0,05 yang artinya
Tabung 47 (92,1%) - tidak ada hubungan yang signifikan dengan kejadian
Genting tanah 1 (1,9%) - EP di RSUD RA Kartini Jepara.
Fimbriae 2 (3,9%) -
ovarium 1 (1,9%) - Tabel 3.Hasil tes bivariat
Masuk ICU EP Non-EP
Ya 5 (9,8%) 0 (0%) Variabel N = 51 N = 32 p
46 (90,1%) 32 (100%)
Tidak
F % F %
Lama Rawat Inap (hari) Usia (tahun)
2 0 (0%) 17 (53,1%) <20 1 1,9 1 3,1
3 0 (0%) 13 (40,6%)
20-35 44 86,2 28 87,5 0,897¥
4 20 (39,2%) 1 (3,1%)
> 35 6 11,7 3 9,3
>4 31 (60,7%) 1 (3,1%)
Keseimbangan

nullipara 14 27,4 18 56,2


Berdasarkan tabel 2, distribusi Primipara 24 47,0 10 31,2 0,029¥*
Kejadian EP dan non EP di RSUD RA Kartini Jepara multipara 13 25.4 4 12,5
paling banyak terjadi pada pasien dengan tingkat * Signifikan (p<0,05); Pearson Chi-square
pendidikan SMP (54,9% EP dan 40,6% non-EP).
Proporsi tertinggi kejadian EP adalah pasien pada DISKUSI
kelompok usia 26-30 tahun (37,2%). Distribusi Angka kejadian EP di RSUD RA Kartini
kejadian EP terbesar adalah pada ibu dengan Jepara pada tahun 2017 sebesar 0,4%. Sedangkan pada
status paritas 1 (primipara) sebanyak 24 orang tahun 2018, kejadian EP sebesar 0,5%. Dalam penelitian ini,
(47,0%). Usia kehamilan 7 minggu merupakan usia kejadian EP terjadi pada wanita dengan pendidikan sekolah
kehamilan yang paling banyak ditemukan pada menengah pertama. Hal ini sejalan dengan penelitian
pasien EP. Mayoritas kadar Hb sebelum dan Parashi et al. yang menyatakan bahwa kejadian EP paling
sesudah operasi pada pasien EP adalah <11 g%. banyak terjadi pada wanita dengan tingkat pendidikan usia
Prosedur yang paling sering dilakukan adalah 0-8 tahun (setara dengan SMP).[6] Mayoritas kadar Hb
salpingektomi diikuti dengan transfusi darah sebelum operasi dan pasca operasi dalam penelitian ini
(86,27%). Mayoritas pasien EP di RSUD RA Kartini berada di bawah 11 g%. Hal ini sejalan dengan penelitian
Jepara belum pernah menjalani operasi tumor. Nurfazrina dkk. yang menyatakan bahwa ibu dengan kadar
Sebanyak 86,2% pasien EP dan 81,25% pasien non Hb di bawah 11gr% memiliki risiko 8,37 kali waktu
EP di RSUD RA Kartini Jepara tidak memiliki riwayat pemulihan ≥7 hari.[7] Pada penelitian ini lama rawat inap
infertilitas primer maupun sekunder. terbanyak pada kelompok >4 hari. Hal ini menunjukkan
Sebanyak 92,1% EP di RSUD RA Kartini Jepara bahwa EP akan meningkatkan jumlah hari rawat inap yang
terletak di tuba fallopi, namun sebagian besar akan meningkatkan biaya untuk pasien EP.
(90,1%) tidak memerlukan rawat inap di ICU. SEBUAH

243
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono

Dalam penelitian ini, 86,2% pasien EP kondisi segmen bawah rahim yang sudah rapuh
tidak memiliki riwayat infertilitas primer atau dan banyak pembuluh darah kecil yang rusak
sekunder. Hal ini sejalan dengan penelitian akibat riwayat persalinan.[4,12]
Parashi et al. yang menyatakan bahwa kejadian Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
EP kebanyakan terjadi pada wanita tanpa status infertilitas berdasarkan status paritas dan usia
riwayat infertilitas.[6] Status infertilitas perkawinan pasien tanpa mempertimbangkan
disimpulkan oleh peneliti dari rekam medis keinginan pasien yang mungkin akan menunda
karena tidak ada informasi apakah ibu kehamilannya karena tidak adanya data tersebut.
menunda kehamilan. Dalam penelitian ini,
lokasi EP terbanyak berada di tuba Fallopi. Hal KESIMPULAN DAN SARAN
ini sejalan dengan penelitian Santoso (2006) Kesimpulan
yang menyatakan bahwa EP banyak terjadi di 1. Angka kejadian EP di RSUD RA Kartini Jepara tahun
ampula (61,5%) dan isthmus (11,5%).[8] Hal ini 2017 sebesar 0,4%. Pada tahun 2018, kejadian EP
karena luas permukaan mukosa yang besar di adalah 0,5%. Sedangkan pada tahun 2019,
ampula dapat menjadi tempat implantasi.[9] kejadian EP sebesar 0,3%.
Juga, ampula terdiri dari lapisan epitel, jaringan 2. Pada pasien EP 54,9% pasien berpendidikan
ikat longgar, lapisan otot dan serosa. SMP, 37,2% pasien kelompok usia 26-30
tahun, 47% pasien primipara, 58,8% pasien
Dalam penelitian ini, kejadian EP paling menjalani salpingektomi, 92,1% disebabkan
banyak terjadi pada wanita berusia 20-35 tahun. EP adalah obstruksi tuba dan 60,7% pasien
Hal ini sejalan dengan penelitian Parashi et al. masuk rumah sakit lebih dari 4 hari.
yang menyatakan bahwa kehamilan ektopik
terganggu paling banyak terjadi pada wanita 3. Ada hubungan paritas dengan kejadian EP di
dengan rentang usia 21-35 tahun dengan RSUD RA Kartini Jepara. Sedangkan umur
persentase terbesar pada usia 26-30 tahun tidak berhubungan dengan kejadian EP di
(33,3%).[6] Dalam penelitian Santoso, EP paling RSUD RA Kartini Jepara.
banyak terjadi pada wanita dengan rentang usia Saran
26-30 tahun.[8] Namun usia ibu tidak memiliki Perlu adanya kelengkapan penulisan dan pengisian
hubungan yang signifikan dengan kejadian EP rekam medis oleh Dokter Penanggung Jawab
di RSUD RA Kartini Jepara. Parashi dkk. juga Pelayanan/tenaga medis lainnya agar data terkait faktor
menyatakan bahwa penuaan dapat risiko terjadinya EP di RSUD RA Kartini Jepara lebih
mempengaruhi fungsi tuba sehingga lengkap sehingga peneliti lain di masa depan akan
penurunan fungsi tuba akan menghambat terfasilitasi dengan baik. Selain itu, ada kebutuhan
pengangkutan ovum yang dapat untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mengakibatkan implantasi tuba. terkait dengan kejadian EP dengan desain kohort
prospektif untuk mengkonfirmasi lebih lanjut faktor
risiko lain yang mungkin terkait dengan EP.
Dalam penelitian ini, paritas berkorelasi dengan
EP. Hal ini sejalan dengan penelitian Parashi et al. yang Persetujuan Etis
menyatakan bahwa primipara memiliki persentase lebih Izin etik diperoleh dari Komite Etik Penelitian
besar mengalami EP diikuti oleh nulipara dan kemudian Kesehatan Etik RS Dr. Kariadi Semarang.
multipara.[6] Namun, menurut Arifuddin, ibu yang
memiliki paritas tinggi akan mengalami penurunan Konflik kepentingan
fungsi sistem reproduksi.[11] Selain itu, wanita Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.
multipara lebih berisiko mengalami kehamilan ektopik.
Hal ini terkait dengan

244
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono

Pendanaan Tasikmalaya Tahun 2012− 2013. Jurnal


Tidak ada dana khusus yang disediakan untuk artikel ini. Peneliti Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan
menanggung semua biaya yang berhubungan dengan penelitian. Indonesia. 2015;2(3):8-12.
Ucapan Terima Kasih [8] Santoso B. Analisis Faktor Risiko Kehamilan
Karya ini didukung oleh Departemen Ektopik. Jurnal Ners. 2011;6(2):164-8.
Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran [9] Senterman M, Jibodh R, Tulandi T. Studi
Universitas Diponegoro. histopatologi kehamilan ektopik tuba
ampullary dan isthmic. Jurnal obstetri dan
REFERENSI ginekologi Amerika. 1988;159(4):939-41.
[1] Statistik Kesehatan Dunia 2020: Pemantauan
Kesehatan untuk SDGs, Tujuan Pembangunan [10] Budowick M, Johnson Jr TR, Genadry R, Parmley
Berkelanjutan [Internet]. Jenewa: Organisasi TH, Woodruff JD. Histopatologi kehamilan ektopik
Kesehatan Dunia; 2020 [dikutip 14 Des 2020]. tuba yang sedang berkembang. Kesuburan dan
Tersedia dari: Kemandulan. 1980;34(2):169-71.
https://www.who.int/gho/publications/world_h [11] Arifuddin A. Hubungan Paritas dan Umur Ibu
ealth_statistics/2020/EN_WHS_2020_TOC.pd f? Terhadap Kejadian Kehamilan Ektopik
ua=1 Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa
[2] Wibowo MA. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Delima
Tengah Tahun 2019 [Internet]. Semarang: Pelamonia. 2018;2(2):87-92.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2020. [12] Cunningham FG, Leveno, KJ, Bloom, SL; Hauth,
[dikutip 14 Des 2020]. Tersedia dari: https:// JC Williams kebidanan. edisi ke-22 New York:
dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2 Bukit McGraw: 587–606.
020/09/Profil-Jateng-tahun-2019.pdf
[3] Suryoko. Statistik Daerah Kabupaten Jepara 2019
[Internet]. Jepara: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Jepara; 2019. [dikutip 22 Maret
2020]. Tersedia dari:
https://jeparakab.bps.go.id/publication/
2019/12/03/050e336305450bb112f48b0a/
statistikdaerah-kabupaten-jepara-tahun-2019.html .
[4] Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Edisi ke-4.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014:474-6.
[5] Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong
CY, Dashe JS, Hoffman BL, dkk. Kebidanan
William. edisi ke-24 New York: Mc Graw
Hill; 2014. hal. 371-372.
[6] Parashi S, Moukhah S, Ashrafi M. Faktor risiko
utama untuk kehamilan ektopik: studi kasus-
kontrol pada sampel wanita Iran. Jurnal
internasional kesuburan & kemandulan.
2014; 8(2):147
[7] Nurfazrina N, Lisnawati L. Korelasi Kadar
Hemoglobin Ibu Pada Kehamilan Ektopik
Terganggu Terhadap Waktu Pemulihan di
Rumah Sakit Umum Dr. Soekardjo Kota

245

Anda mungkin juga menyukai