com
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana1, Yuli Trisetiyono2, Bambang Hariyana3, M. Besari Adi Pramono2*
1Program Sarjana, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
2Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
3Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
* Penulis Korespondensi: Email:babas1504@yahoo.com
ABSTRAK
Latar belakang: Kehamilan Ektopik (EP) adalah kehamilan di luar kandungan yang berakhir dengan ruptur. Perdarahan
merupakan salah satu penyebab peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 24,5% di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2017. Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian EP perlu diketahui agar kejadian EP dan
AKI di Indonesia dapat dikendalikan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat kejadian EP dan menganalisis hubungan usia
dan paritas dengan kejadian EP di Rumah Sakit Umum Daerah RA Kartini Jepara.Metode: Ini adalah metode observasional
analitik dengan desain penelitian kasus-kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling.
Sebanyak 83 sampel memenuhi kriteria inklusi, yang terbagi menjadi 51 ibu hamil EP dan 32 ibu hamil tanpa EP. Data dianalisis
secara univariat antar variabel bebas dan multivariat untuk variabel terikat. Chi square digunakan untuk menguji korelasi antar
kelompok. Faktor yang dinilai adalah usia dan paritas. Variabel lain yang terdapat dalam rekam medis dimasukkan dalam
bentuk data deskriptif.Hasil: Angka kejadian EP di RSUD RA Kartini Jepara sebesar 0,4% pada tahun 2017, 0,5% pada tahun 2018,
dan 0,3% pada tahun 2019. Pada pasien EP, 54,9% pasien memiliki tingkat pendidikan SLTP, 58,8% pasien menjalani
salpingektomi prosedur, 92,1% EP terletak di tuba fallopi dan 60,7% pasien memerlukan rawat inap lebih dari 4 hari. Hasil
analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan hubungan yang signifikan antara paritas (p = 0,029) dan kejadian
dari EP (p <0,05). Sedangkan umur (p=0,897) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian EP (p>0,05).
Kesimpulan: Ada hubungan antara paritas dengan kejadian EP. Sedangkan umur tidak berhubungan dengan kejadian EP di
RSUD RA Kartini Jepara.
Kata kunci:Kehamilan Ektopik, Usia, Paritas
241
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono
dengan mengumpulkan rekam medis pasien Kartini Jepara. Sehingga kejadian EP pada tahun 2019 adalah
obstetri di RSUD RA Kartini Jepara yang memenuhi 0,3%.
kriteria inklusi dan eksklusi, dengan jumlah
sampel 28 pasien. Kriteria inklusi penelitian ini Meja 2. Karakteristik Subyek Penelitian
adalah seluruh pasien EP dan non EP (pasien yang Jumlah
Jumlah
mengalami persalinan normal, baik pasien rujukan Variabel EP
Non-EP (%)
maupun pasien umum) di RSUD RA Kartini Jepara. (%)
Tingkat pendidikan
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah rekam medis
Dasar (bukan 0 (0%) 1 (3,1%)
tidak lengkap dan tidak terbaca. Variabel bebas
lulus)
dalam penelitian ini meliputi umur dan paritas. Dasar 10 (19,6%) 2 (6,2%)
Sedangkan EP dan non-EP sebagai variabel terikat (lulus)
dalam penelitian ini. SMP 28 (54,9%) 13 (40,6%)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis Sekolah
menggunakan program Statistical Product and SMA 9 (17,6%) 9 (28,1%)
Service Solution (SPSS) meliputi analisis univariat Sekolah
untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel dan Sarjana/Ijazah 4 (7,84%) 7 (21,8%)
analisis bivariat untuk menganalisis hubungan Usia (tahun)
242
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono
243
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono
Dalam penelitian ini, 86,2% pasien EP kondisi segmen bawah rahim yang sudah rapuh
tidak memiliki riwayat infertilitas primer atau dan banyak pembuluh darah kecil yang rusak
sekunder. Hal ini sejalan dengan penelitian akibat riwayat persalinan.[4,12]
Parashi et al. yang menyatakan bahwa kejadian Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
EP kebanyakan terjadi pada wanita tanpa status infertilitas berdasarkan status paritas dan usia
riwayat infertilitas.[6] Status infertilitas perkawinan pasien tanpa mempertimbangkan
disimpulkan oleh peneliti dari rekam medis keinginan pasien yang mungkin akan menunda
karena tidak ada informasi apakah ibu kehamilannya karena tidak adanya data tersebut.
menunda kehamilan. Dalam penelitian ini,
lokasi EP terbanyak berada di tuba Fallopi. Hal KESIMPULAN DAN SARAN
ini sejalan dengan penelitian Santoso (2006) Kesimpulan
yang menyatakan bahwa EP banyak terjadi di 1. Angka kejadian EP di RSUD RA Kartini Jepara tahun
ampula (61,5%) dan isthmus (11,5%).[8] Hal ini 2017 sebesar 0,4%. Pada tahun 2018, kejadian EP
karena luas permukaan mukosa yang besar di adalah 0,5%. Sedangkan pada tahun 2019,
ampula dapat menjadi tempat implantasi.[9] kejadian EP sebesar 0,3%.
Juga, ampula terdiri dari lapisan epitel, jaringan 2. Pada pasien EP 54,9% pasien berpendidikan
ikat longgar, lapisan otot dan serosa. SMP, 37,2% pasien kelompok usia 26-30
tahun, 47% pasien primipara, 58,8% pasien
Dalam penelitian ini, kejadian EP paling menjalani salpingektomi, 92,1% disebabkan
banyak terjadi pada wanita berusia 20-35 tahun. EP adalah obstruksi tuba dan 60,7% pasien
Hal ini sejalan dengan penelitian Parashi et al. masuk rumah sakit lebih dari 4 hari.
yang menyatakan bahwa kehamilan ektopik
terganggu paling banyak terjadi pada wanita 3. Ada hubungan paritas dengan kejadian EP di
dengan rentang usia 21-35 tahun dengan RSUD RA Kartini Jepara. Sedangkan umur
persentase terbesar pada usia 26-30 tahun tidak berhubungan dengan kejadian EP di
(33,3%).[6] Dalam penelitian Santoso, EP paling RSUD RA Kartini Jepara.
banyak terjadi pada wanita dengan rentang usia Saran
26-30 tahun.[8] Namun usia ibu tidak memiliki Perlu adanya kelengkapan penulisan dan pengisian
hubungan yang signifikan dengan kejadian EP rekam medis oleh Dokter Penanggung Jawab
di RSUD RA Kartini Jepara. Parashi dkk. juga Pelayanan/tenaga medis lainnya agar data terkait faktor
menyatakan bahwa penuaan dapat risiko terjadinya EP di RSUD RA Kartini Jepara lebih
mempengaruhi fungsi tuba sehingga lengkap sehingga peneliti lain di masa depan akan
penurunan fungsi tuba akan menghambat terfasilitasi dengan baik. Selain itu, ada kebutuhan
pengangkutan ovum yang dapat untuk penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang
mengakibatkan implantasi tuba. terkait dengan kejadian EP dengan desain kohort
prospektif untuk mengkonfirmasi lebih lanjut faktor
risiko lain yang mungkin terkait dengan EP.
Dalam penelitian ini, paritas berkorelasi dengan
EP. Hal ini sejalan dengan penelitian Parashi et al. yang Persetujuan Etis
menyatakan bahwa primipara memiliki persentase lebih Izin etik diperoleh dari Komite Etik Penelitian
besar mengalami EP diikuti oleh nulipara dan kemudian Kesehatan Etik RS Dr. Kariadi Semarang.
multipara.[6] Namun, menurut Arifuddin, ibu yang
memiliki paritas tinggi akan mengalami penurunan Konflik kepentingan
fungsi sistem reproduksi.[11] Selain itu, wanita Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.
multipara lebih berisiko mengalami kehamilan ektopik.
Hal ini terkait dengan
244
JURNAL MEDIS DIPONEGORO
(Jurnal Kedokteran Diponegoro)
On line :http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico E-
ISSN : 2540-8844
Volume 10, Nomor 4, Juli 2021
Muhammad Fikri Hanif Raza Pradana, Yuli Trisetiyono,
Bambang Hariyana, M. Besari Adi Pramono
245