Di susun Oleh :
KELOMPOK 4
2023
BERPIKIR KRITIS DALAM MENJALANKAN PROSES KEPERAWATAN
Abstrak
Latar Belakang
kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Kemampuan
dalam berpikir kritis dapat meningkatkan kualitas proses keperawatan.
Tujuan
untuk mengetahui bagaimana sistem berpikir kritis dalam menjalankan proses keperawatan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir bukan suatu proses yang statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berfikir, oleh karena
itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis,
menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan
transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan kebiasaan baik
dalam berpikir, yaitu yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel,inquistiviness, dan perseverance.
Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia,
maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thinking, feeling, dan
doing secara kemprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang
berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan berpikir perawat menguji berbagai alasan
secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan. Berpikir kritis dalam
asuhan keperawatan memberikan jaminan keamanan dan memenuhi standar pelayanan. Berpikir kritis
merupakan suatu pengujian yang rasional terhadap beberapa ide, kesimpulan, prinsip, argument,
penjelasan, persoalan, pernyataan, keyakinan dan tindakan, serta inti dari praktik keperawatan
profesional (Taylor, 2006).
Berpikir menjadi bagian tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
(Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017)
Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat tidak
lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan perawat menggali alasan berdasarkan
evidence base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dan
disposisinya dapat digunakan ketika menyelesaikan masalah keperawatan (Zori & Morrison, 2009).
Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, sementara itu perawat juga
merencanakan dan memberikan asuhan.Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan
membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis.Berpikir kritis
dalam keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari akuntabilitas profesional dan salah
satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan
menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu,
berpikiran terbuka, tekun dan reflektif (Ingram, 2008). Ignatavicus & Workman (2006) mendukung
pendapat ini dengan mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan kompetensi yang perlu dimiliki
oleh perawat agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas karena berpikir kritis
sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penilaian klinis yang tepat. Selain menjadi
komponen yang penting dalam keperawatan, berpikir kritis juga menjadi tema yang penting dalam
keperawatan dikarenakan semakin kompleksnya pengambilan keputusan klinis dalam pemberian
pelayanan keperawatan untuk mengatasi masalah klien dan akan terjadi risiko yang merugikan klien
jika perawat melakukan kesalahan dalam membuat keputusan (Lewis. et al, 2007). Standar praktik
keperawatan profesional di Indonesia telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) pada tahun 2000. Standar tersebut mengacu pada proses keperawatan yang terdiri atas lima
tahap, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Nursalam, 2008). Proses
keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk
mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir
kritis yang memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar
(Potter & Perry, 2005).
A. Pengertian
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan
ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan. Asumsi berpikir kritis adalah komponen
dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan
berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu
sebagai berikut. Asumsi pertama adalah berpikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan
bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang berkerja
bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa perasaan adalah hal yang
sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan berkerja
merupakan tahap penting dalam memulai praktik profesional. Asumsi kedua, berpikir kritis
memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan
bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek
keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena
sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Asumsi keempat, berpikir kritis dapat
dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat
belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya. Asumsi kelima, berpikir kritis
adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif. Asumsi keenam, berpikir kritis dalam
keperawatan adalah campuran dari beberapa
aktifitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu
terjadi.
TANGGUNG GUGAT
Sebagai perawat profesional, perawat harus membuat keputusan dalam proses terhadap hak,
kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian
yang dibuatnya atas nama klien.
BERPIKIR MANDIRI
Sejalan dengan seorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar
mempertimbangkan, ide dan konsep dengan rentang luas dan kemudian membuat penilaian
mereka sendiri. Hal ini bukan berarti tidak menghargai pendapat orang lain.
MENGAMBIL RISIKO
Individu harus mampu menerima bahwa ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima
pemikiran baru. Perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk mengenali
keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan
yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat (penelitian terkait).
KERENDAHAN HATI
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis harus menerima
ketidaktahuan mereka dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan sehingga mampu
membuat keputusan yang tepat. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari
pengetahuan tambahan, dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk konklusi
(kesimpulan).
INTEGRITAS
Integritas pribadi membangun rasa percaya diri sejawat dan bawahan. Orang yang memiliki
integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segela
ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.
KETEKUNAN
Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif terhadap masalah pada
klien. Solusi yang cepat dan tepat adalah solusi yang dapat diterima. Perawat belajar sebanyak
mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus
mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
KREATIVITAS
Kreativitas mencakup berpikir orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang
dilakukan seperti biasanya (tradisional). Kreativitas seorang perawat dapat diterapkan dalam
pemberian intervensi keperawatan.
b. Karakteristik Intelektual
8) Dewasa
Bijaksana dalam melakukan sesuatu, meninjau ulang pernyataan,
menyadari berbagai solusi dapat diakui, menghargai kekurangan.
E. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir
kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan
3. Examine Model Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran
yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan
menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide. Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu :
deduktif, induktif, aktivitas informal,
aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan
berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan
ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya
argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang
dilakukan.
G. Manfaat Dan Hambatan Berfikir Kritis
Hambatan yang dapat terjadi dalam berfikir kritis adalah keliru memahami
makna kritis, kurangnya metode dan strategis, kurangnya praktik, segan
melakukan kritik terhadap suatu keahlian, respon afektif, salah informasi
untuk memahami, kurangnya focus dan perhatian.
a. Faktor Individu
Faktor individu yang mempengaruhi kemampuan berfikir kritis adalah:
1) Perkembangan moral dan berfikir jujur
Ada hubungan yang positif antara perkembangan moral, berfikir jujur
dan berfikir kritis. Seseorang dengan perkembangan moral yang
4) Penghargaan positif
Penghargaan positif meningkatkan berfikir kritis dan membangun rasa
percaya diri.
5) Faktor Motivasi
Adanya factor-faktor yang memotivasi akan membuat individu
berfikir kritis.
3. Tehnik Pengukuran kemampuan Berfikir Kritis
https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/nsa101/wp-content/uploads/sites/1271/2019/12/12.-Konsep-
berfikir-kritis-induktif1.pptx
https://osf.io/qyx7d/download/?format=pdf