Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

Di susun Oleh :

KELOMPOK 4

A.MAQFIRAH RAMADANI ( 2201001 ) Yorindah Triana Choty ( 2201048 )

Fifin Giarsih ( 2201017 ) Fatri ( 2201087 )

Lulu Salsabila ( 2201097) Sry Ramadhany ( 2201094 )

Wahyuni ( 2201047 ) Shafira R. Ahmad ( 2201042 )

Ulil Aniah ( 2201020 ) Alfarizi Alimuddin ( 2201050 )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

2023
BERPIKIR KRITIS DALAM MENJALANKAN PROSES KEPERAWATAN
Abstrak

Latar Belakang

kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Kemampuan
dalam berpikir kritis dapat meningkatkan kualitas proses keperawatan.
Tujuan

untuk mengetahui bagaimana sistem berpikir kritis dalam menjalankan proses keperawatan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir bukan suatu proses yang statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis
dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berfikir, oleh karena
itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis,
menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan
transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan kebiasaan baik
dalam berpikir, yaitu yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel,inquistiviness, dan perseverance.
Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia,
maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thinking, feeling, dan
doing secara kemprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang
berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan berpikir perawat menguji berbagai alasan
secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan. Berpikir kritis dalam
asuhan keperawatan memberikan jaminan keamanan dan memenuhi standar pelayanan. Berpikir kritis
merupakan suatu pengujian yang rasional terhadap beberapa ide, kesimpulan, prinsip, argument,
penjelasan, persoalan, pernyataan, keyakinan dan tindakan, serta inti dari praktik keperawatan
profesional (Taylor, 2006).

Berpikir menjadi bagian tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat.
(Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017)

Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam asuhan
keperawatan.Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat tidak
lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan perawat menggali alasan berdasarkan
evidence base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dan
disposisinya dapat digunakan ketika menyelesaikan masalah keperawatan (Zori & Morrison, 2009).
Perawat melakukan pengambilan keputusan dalam setiap tindakan, sementara itu perawat juga
merencanakan dan memberikan asuhan.Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan
membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data dan keterampilan berpikir kritis.Berpikir kritis
dalam keperawatan merupakan komponen yang sangat penting dari akuntabilitas profesional dan salah
satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan
menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu,
berpikiran terbuka, tekun dan reflektif (Ingram, 2008). Ignatavicus & Workman (2006) mendukung
pendapat ini dengan mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan kompetensi yang perlu dimiliki
oleh perawat agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas karena berpikir kritis
sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penilaian klinis yang tepat. Selain menjadi
komponen yang penting dalam keperawatan, berpikir kritis juga menjadi tema yang penting dalam
keperawatan dikarenakan semakin kompleksnya pengambilan keputusan klinis dalam pemberian
pelayanan keperawatan untuk mengatasi masalah klien dan akan terjadi risiko yang merugikan klien
jika perawat melakukan kesalahan dalam membuat keputusan (Lewis. et al, 2007). Standar praktik
keperawatan profesional di Indonesia telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) pada tahun 2000. Standar tersebut mengacu pada proses keperawatan yang terdiri atas lima
tahap, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Nursalam, 2008). Proses
keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk
mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir
kritis yang memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar
(Potter & Perry, 2005).

A. Pengertian
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan
ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan. Asumsi berpikir kritis adalah komponen
dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan
berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu
sebagai berikut. Asumsi pertama adalah berpikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan
bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang berkerja
bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa perasaan adalah hal yang
sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara pikiran, perasaan, dan berkerja
merupakan tahap penting dalam memulai praktik profesional. Asumsi kedua, berpikir kritis
memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan
bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek
keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena
sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.Asumsi keempat, berpikir kritis dapat
dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat
belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya. Asumsi kelima, berpikir kritis
adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif. Asumsi keenam, berpikir kritis dalam
keperawatan adalah campuran dari beberapa
aktifitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu
terjadi.

B. Tingkat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan

Kaoka dan Saylor dalam Potter& Perry (2010), mengembangkan model


berfikir kritis yang meliputi tiga tingkat pemikiran kritis yaitu: pemikiran
kritis dasar, pemikiran kritis kompleks dan komitmen.
1. Pemikiran kritis dasar

pemikiran kritis dasar adalah suatu tahap awal untuk mengembangkan


suatu penjelasan, belajar menerima berbagai opini dan nilai yang berbeda
dari beberapa ahli. Bagaimanapun juga tidak memiliki pengalaman,
kompetensi yang lemah, dan sikap yang tidak fleksibel akan mengurangi
kemampuan seseorang untuk berpindah ketahap berikutnya.
2. Pemikiran kritis kompleks

Pada pemikiran kritis kompleks, setiap solusi memiliki keuntungan dan


resiko masing-masing yang harus difikirkan dengan hati-hati sebelum
menentukan keputusan terahir. Pemikiran kritis kompleks mau
mempertimbangkan pilihan pilihan yang berbeda dari prosedur rutin jika
terjadi situasi kompleks.
3. Komitmen

Pada tahap ini seseorang dapat mengantisipasi keadaan untuk menentukan


suatu pilihan tanpa bantuan orang lain apapun keputusan yang diambil
akan dipertanggung jawabkan.
C. Hal – Hal Pokok Dalam Penerapan Berpikir Kritis

 TANGGUNG GUGAT

Sebagai perawat profesional, perawat harus membuat keputusan dalam proses terhadap hak,
kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk apapun penilaian
yang dibuatnya atas nama klien.

 BERPIKIR MANDIRI

Sejalan dengan seorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar
mempertimbangkan, ide dan konsep dengan rentang luas dan kemudian membuat penilaian
mereka sendiri. Hal ini bukan berarti tidak menghargai pendapat orang lain.

 MENGAMBIL RISIKO

Individu harus mampu menerima bahwa ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima
pemikiran baru. Perlu dibutuhkan niat dan kemauan mengambil risiko untuk mengenali
keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan
yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat (penelitian terkait).

 KERENDAHAN HATI

Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis harus menerima
ketidaktahuan mereka dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan sehingga mampu
membuat keputusan yang tepat. Perawat harus memikirkan kembali situasi, mencari
pengetahuan tambahan, dan kemudian menggunakan informasi untuk membentuk konklusi
(kesimpulan).

 INTEGRITAS

Integritas pribadi membangun rasa percaya diri sejawat dan bawahan. Orang yang memiliki
integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevaluasi segela
ketidakkonsistenan dalam ide dan keyakinannya.

 KETEKUNAN

Pemikir kritis terus bertekad untuk menemukan solusi yang efektif terhadap masalah pada
klien. Solusi yang cepat dan tepat adalah solusi yang dapat diterima. Perawat belajar sebanyak
mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan terus
mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.

 KREATIVITAS

Kreativitas mencakup berpikir orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa yang
dilakukan seperti biasanya (tradisional). Kreativitas seorang perawat dapat diterapkan dalam
pemberian intervensi keperawatan.

D. Karakteristik Berpikir Kritis

1. Karakterisktik Berfikir Kritis

Menurut Facione, 1990 dalam Potter& Perry (2010), karakteristik berfikir


kritis dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Disposisi Berfikir Kritis
1) Melihat Jelas (Truth Seeking)

Keberanian untuk mendapatkan pengetahuan dan memahami arti


sebenarmya dari suatu situasi, meskipun bertentangan dengan
pendapat yang telah ada.
2) Berfikir Terbuka (Open Maindedness)

Toleransi terhadap pendapat lain, mengontol, fokus terhadap pendapat


yang menyimpang.
3) Berfikir Analitis (Analicity)

Analisis situasi yang berpotensi menjadi masalah, antisipasi


kemungkinan hasil atau konsekuensi, penjelasan bermakna
menggunakan pengetahuan berdasarkan bukti.
4) Sistematis (Systematicity)

Berfikir terorganisir, fokus dan bekerja keras dalam tiap pekerjaan

5) Percaya Diri (Self Confidence)

Percaya terhadap penjelasan diri sendiri

6) Rasa ingin Tahu (Inquis itiveness)


Mempunyai keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan belajar
menjelaskan walaupun dalam penerapan tidak selalu baik.

b. Karakteristik Intelektual

1) Kerendahan Hati (Intelektual Humility)


Kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri sendiri, dengan
bijak mengakui kekurangan diri.
2) Keberanian (Intelektual Courage)

Kesadaran membutuhkan ide, keyakinan dan pandangan yang pada


kenyataan sulit diterima.
3) Empati (Intelektual empathy)
Kesadaran untuk memahami orang
lain

4) Kemandirian (Intelektual Autonomy)


Mempunyai control terhadap keyakinan, nilai dan kesimpulan sendiri
dari pemikiran sendiri.

5) Integritas (Intelektual integrity)


Mengaplikasikan standar intelektual berfikir, melakukan sesuai
standar dan bijak mengakui kemungkinan kekurangan diri.

6) Keyakinan beralasan (Confidence reason)


Keyakinan merupakan proses yang panjang, menggunakan pemikiran
dan keberanian untuk meyakini sesuatu berdasarkan suatu alasan yang
telah dipelajari.

7) Tanpa prasangka (Fair mindedness)


kesadaran secara pribadi membutuhkan berbagai sudut pandang.

8) Dewasa
Bijaksana dalam melakukan sesuatu, meninjau ulang pernyataan,
menyadari berbagai solusi dapat diakui, menghargai kekurangan.

E. Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir
kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta
tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan

7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.

8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.


9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang
dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

F. Model Berpikir Kritis


Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine model yaitu sebagai
berikut : 1. Feeling Model Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan,
kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas
dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada
pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision Model Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang
permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-
prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.

3. Examine Model Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran
yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan
menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide. Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu :
deduktif, induktif, aktivitas informal,

aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut, alasan
berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan
ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya
argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang
dilakukan.
G. Manfaat Dan Hambatan Berfikir Kritis

i. Manfaat berfikir kritis

Manfaat berfikir kritis meningkatkan perhatian dan observasi, lebih fokus


terhadap bacaan, meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi
point-point penting pada suatu teks, meningkatkan kemampuan berespon
terhadap poin penting dalam suatu pesan, melakukan pilihan dengan
mudah, keterampilan menganalisa yang dipilih dalam beberapa situasi
(Cottrell, 2005).
Manfaat berfikir kritis dalam keperawatan meliputi penggunaan proses
berfikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-hari, mengidentifikasi
dan merumuskan masalah keperawatan, menganalisis pengertian
hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan serta tingkat
hubungan, menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan
dan melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam
keperawatan membuat dan memeriksa kembali dasar analisis dan validasi
data keperawatan, merumuskan dan menjelaskan tentang aktifitas
keperawatan.
ii. Hambatan berfikir kritis

Hambatan yang dapat terjadi dalam berfikir kritis adalah keliru memahami
makna kritis, kurangnya metode dan strategis, kurangnya praktik, segan
melakukan kritik terhadap suatu keahlian, respon afektif, salah informasi
untuk memahami, kurangnya focus dan perhatian.

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berfikir Kritis


Faktor-faktor yang menpengaruhi kemampuan berfikir kritis yang
disampaikan oleh Alfaro-Le Fevre,R. (2004) adalah factor individu dan situasi
sebagai berikut:

a. Faktor Individu
Faktor individu yang mempengaruhi kemampuan berfikir kritis adalah:
1) Perkembangan moral dan berfikir jujur
Ada hubungan yang positif antara perkembangan moral, berfikir jujur
dan berfikir kritis. Seseorang dengan perkembangan moral yang

matang akan berfikir jelas, penalaran hati-hati terhadap apa yang


benar, salah dan jujur lebih baik dari pada berfikir kritis.
2) Usia

Usia berhubungan dengan kemampuan berfikir kritis, semakin


bertambah usia semakin meningkat kemampuan berfikir kritis, hal ini
disebabkan semakin bertambah usia biasanya seseorang semakin
matang dan semakin bertambah usia seseorang mempunyai banyak
peluang pengalaman dalam berbagai situasi (Alfaro-Le Fevre,R.
(2004)
3) Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri dapat membantu individu berfikir kritis. Tetapi bila


percaya diri berlebihan akan menghambat kemampuan berfikir kritis,
karena tidak mau belajar dari orang lain.
4) Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan membuat emosi


bekerja secara positif dan meningkatkan berfikir kritis. Sebagaimana
sesuatu mempengaruhi fikiran kita tetapi kita sering tidak menyadari
besarnya kekuatan emosi yang mempengaruhi.
5) Keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif
Keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif merupakan dasar
berfikir kritis untuk memahami orang lain, saling mempercayai untuk
mendapatkan fakta terkait dengan alasan dalam pemikiran kritis.
Komunikasi bukan hanya sekedar berbicara dan mendengarkan tetapi
memahami komunikasi bahasa tersirat.
6) Budaya evaluasi
Budaya evaluasi merupakan kebiasaan yang dilakukan segera menguji
segala sesuatu secara akurat, lengkap dan berdasarkan data terbaru
untuk dapat segera mengoreksi kesalahan.

7) Pengalaman yang lalu


Pengalaman dapat menjadi faktor yang meningkatkan berfikir kritis
tetapi dapat juga menghambat bila mempunyai pengalaman yang
buruk. Pengalaman kerja seseorang menentukan bagaimana seseorang
perawat manjalankan fungsinya sehari-hari, karena semakin lama
perawat bekerja maka akan semakin terampil dan berpengalaman
dalam menghadapi masalah dalam pekerjaannya.

8) Keterampilan menulis, membaca dan belajar efektif


Keterampilan menulis efektif membuat individu belajar menerapkan
prinsip-prinsip berfikir kritis dengan mengidentifikasi pendekatan
terorganisir, menentukan apa yang sesuai dan focus sudut pandang
yang berbeda. Keterampilan membaca dan belajar efektif merupakan
cara belajar bagaimana membaca efesien, mengidentifikasi hal-hal
yang penting dan mengambarkan kesimpulan tentang materi yang
dibaca.
b. Faktor Situasi
Faktor situasi yang mempengaruhi kemampuan berfikir kritis meliputi:
1) Kecemasan, Stress dan kelelahan
Kecemasan, stress dan kelelahan menguras energi otak membuat sulit
berkonsentrasi, tetapi kecemasan pada tingkat rendah dapat
meningkatan berfikir kritis karena memotivasi untuk selalu siaga.

2) Pengetahuan factor terkait


Semakin banyak individu mengetahui factor terkait akan membantu
meningkatkan berfikir kritis, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang dan semakin kritis, logis dan sistematis cara berfikir
sehingga meningkat pula kualitas kerjanya.

3) Kesadaran terhadap resiko


Kesadaran terhadap resiko merupakan factor yang meningkatkan
berfikir kritis karena individu akan berfikir hati-hati tetapi dapat
menghambat karena dapat menimbulkan kecemasan.

4) Penghargaan positif
Penghargaan positif meningkatkan berfikir kritis dan membangun rasa
percaya diri.

5) Faktor Motivasi
Adanya factor-faktor yang memotivasi akan membuat individu
berfikir kritis.
3. Tehnik Pengukuran kemampuan Berfikir Kritis

Kemampuan Berfikir kritis seseorang dapat diketahui dengan pengukuran,


baik menggunakan pemilihan ganda maupu menggunakan skala likert
(Facione & Facione, 2008).
a. California Critical Thinking Dispositions Inventory

California Critical Thinking Dispositions Inventory dapat digunakan


untuk mengukur sejauh mana seseorang memiliki sikap sebagai seorang
pemikir kritis (Facione & Facione 2008). Alat ukur ini sering digunakan
bersamaan dengan California Critical Thinking skill test, tetapi hanya
dapat dilakukan untuk mengukur hal-hal yang bersifat umum dan
mungkin tidak dapat mengukur aspek keperawatan.

b. Critical Thinking Disposition Assessment Instrument (UF- EMI)

UF-EMI mengukur tiga hal yaitu engagement (keterlibatan), cognitive


maturity (kematangan kognitif) dan innovatiness (Inovatif) (Bartl, 2010
dalam jurnal Mulyatiningsih, 2011). Engagement (keterlibatan) untuk
mengukur rasa percaya diri seseorang terhadap pemikirannya dan
kemampuan komunikasi (Irani, et all, 2007). Seseorang dengan
engagement (keterlibatan) yang tinggi akan mampu mengantisipasi situasi
dengan menggunakan rasional yang baik. Orang yang mempunyai
engagement (keterlibatan) yang tinggi juga akan mencari kesempatan
untuk menggunakan keterampilan penalaran dan kemampuannya untuk
memberikan alasan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Orang tersebut juga dapat menjadi komunikator yang baik dan juga

mampu menjelaskan proses penalaran yang digunakan untuk membuat


keputusan atau menyelesaikan masalah.
Cognitive maturity (kematangan kognitif) diukur untuk mengetahui sejauh
mana kesadaran diri dan objektivitas seseorang (Irane, et all, 2007).
Seorang individu dengan cognitive maturity (kematangan kognitif) yang
tinggi akan menyadari kecendrungan dan bisa dalam proses pengambilan
keputusan. Orang tersebut akan menyadari pendapat dan posisinya akan
dipengaruhi oleh orang lain, lingkungan dan pengalaman. Seorang
individu dengan cognitive maturity (kematangan kognitif) akan terbuka
dengan pendapat orang lain dan membutuhkan masukan untuk
menyatukan perbedaan pandangan dan akan objektif ketika membuat
keputusan atau penyelesaian masalah.

Innovatiness (Inovatif) diukur untuk mengatahui keingintahuan seseorang


terhadap sesuatu yang baru (Irane, et all 2007). Seseorang yang memiliki
innovatiness (Inovatif) yang tinggi digambarkan sebagai orang yang selalu
lapar. Orang dengan inovasi tinggi akan selalu mencari pengetahuan baru.
Individu yang memiliki inovasi yang tinggi akan tahu apa yang harus
dipelajari lebih banyak tentang profesi mereka, situasi mereka, hidup
mereka dan dunia mereka. Seseorang dengan inovasi tinggi akan merasa
penasaran dengan tantangan baru dan aktif berusaha untuk tahu lebih
banyak melalui penelitian, membaca, dan mempertanyakan.
Daftar Pustaka

https://osf.io/qyx7d/download/?format=pdf Proses Berpikir Kritis

https://gustinerz.com/7-sikap-perawat-dalam-berpikir-kritis/ 7 Sikap Perawat Dalam Berpikir


Kritis

https://bahan-ajar.esaunggul.ac.id/nsa101/wp-content/uploads/sites/1271/2019/12/12.-Konsep-
berfikir-kritis-induktif1.pptx

https://osf.io/qyx7d/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai