OLEH:
2. NURIKSAN
3. AHMAD TULUNG
4. WAHYUNI
1. PENGERTIAN SYAHADATAIN
Syahadatain atau dua kalimat syahadat adalah dua perkataan pengakuan yang diucapkan
dengan lisan dan dibenarkan oleh hati untuk menjadikan diri orang Islam.
Lafadz kalimat syahadat adalah:
“ Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullaah”
Artinya:
“ Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah.”
Jika seseorang yang bukan Islam membaca dua kalimat syahadat dengan sungguh-
sungguh, yakni membenarkan dengan hati apa yang ia ucapkan, serta mengerti apa yang
diucapkan, maka masuklah ia ke dalam agama Islam, dan wajiblah ia mengerjakan rukun islam
yang lima, yaitu sholat lima waktu, zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan
ibadah haji bagi yang mampu.
Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad):’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada sesembahan
selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan
ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’rof: 158).
Dan firman-Nya:
) سورة الفرقان1( .تَبَا َركَ الَّ ِذي نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَى َع ْب ِد ِه لِيَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذيرًا:
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon kepada hamba-Nya agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam” (QS. Al-Furqon: 01).
Konsekuensi kalimat syahadat ini adalah membenarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam tentang apa yang beliau kabarkan, melaksanakan apa yang beliau perintahkan, menjauhi
apa yang beliau larang dan tidak ada ibadah kepada Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan
olehnya. Konsekuensi syahadat ini juga tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam mempunyai hak dalam rububiyyah (hak untuk diibadahi) dan mengatur alam atau hak
dalam ibadah, akan tetapi ia adalah seorang hamba yang tidak diibadahi dan seorang Rasul yang
tidak berdusta, dan dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memberi manfaat dan
mudharot untuk dirinya sendiri maupun orang lain kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (ya Muhammad):’Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah
ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan
kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku…” (QS. Al-An’am: 50).
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang diperintah dan
mengikuti/mematuhi apa yang diperintahkan kepadanya, firman Allah Ta’ala:
Artinya:
“Katakanlah:’Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepadamu
dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan’. Katakanlah:’Sesungguhnya aku sekali-kali tiada
seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh
tempat berlindung selain daripada-Nya” (QS. Al-Jin: 21-22).
Firman-Nya:
“Katakanlah:’Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib,
tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang
yang beriman” (QS. Al-A’rof: 188).
Dengan ayat-ayat tadi, kita tahu bahwasanya tidak ada yang berhak atas ibadah
baik Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun makhluk lainnya dan sesungguhnya ibadah
itu tidak untuk siapapun kecuali Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:
ُ ْك ُأ ِمر
) سورة163-162( . َت َوَأنَاْ َأ َّو ُل ْال ُم ْسلِ ِمين َ الَ َش ِري. َي َو َم َماتِي هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين
َ ِك لَهُ َوبِ َذل َ قُلْ ِإ َّن
َ صالَتِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ يَا
األنعام.
“Katakanlah:’Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-
An’am: 162-163).
Sedangkan hak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kita menempatkannya pada tempat
yang telah Allah tempatkan baginya, yaitu beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sholawat
dan salam Allah atas beliau.
3. URGENSI SYAHADATAIN
Syahadat adalah pintu gerbang Islam. Untuk masuk Islam, orang harus menyatakan
persaksian atas kebenaran Islam itu dengan mengucapkan syhadatain ini. Syahadat
tauhid merupakan pengakuan terhadap ketuhanan Alloh yang menurunkan sistem ini kepada
Nabi-Nya. Syahadat rasul merupakan pengakuan bahwa Muhammad saw. harus dijadikan
panutan dalam menjalankan Islam. Berikut ini adalah urgensi dari syahadatain tersebut:
1. Syahadatain adalah pintu gerbang Islam.
2. Syahadatain adalah intisari ajaran Islam
a. Secara global: Islam mengajarkan tentang aqidah dan syariat.
b. Secara umum: Islam mengajarkan tentang ibadah, akhlaq, muamalat.
3. Syahadatain sebagai azas perubahan
Untuk membangun masyarakat baru di atas puing-puing jahiliyah, Rasulullh saw. tidak
mengawali perubahan itu dari politik, ekonomi dll. Beliau saw. mengawali dengan apa yang ada
didalam jiwa mereka, yaitu dengan menanamkan syahadatain di dalamnya.
4. Syahadatain sebagai dakwah para rasul
5. Syahadatain sebagai fadhilah dan keutamaan yangbesar.
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah, ia masuk surga”, “Barangsiapa mati sedang ia
mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh, ia masuk surga”, “Dua kata yang ringan
diucapkan namun berat timbangannya, yakni: laa ilaha illallah, Muhammad rasululloh“.
Syaikh Muhammad at Tamimi berkata, “tidak ada beda dalam hal yang membatalkan
syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut,
kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling
sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon
perlindungan kepada Allah SAW dari hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksaNya
yang pedih.”
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i, Moh. 2011. Risalah Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
http//:www.goggle.com