Anda di halaman 1dari 6

Mengenal Tauhid berikut Keutamaannya

A. Pendahuluan

Tauhid merupakan pilar keimanan seorang hamba. Seorang hamba didalam


beribadah, hendaknya hanya mengharapkan ridho Allah semata dan tidak membuat
tandingan bagi Allah di dalam peribadatan. Sebab inilah salah satu dari dua syarat
diterimanya sebuah ibadah, yaitu tulus ikhlas karena Allah serta sesuai dengan
petunjuk nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebagai muslim, kita perlu memahami bersama bahwa tauhid memiliki


kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya
keutamaan tauhid yang disebutkan didalam Al-Qur’an maupun Hadis. Diantara
keutamaan tauhid, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

﴾ ‫﴿ َو َم ا َخ َلْق ُت اِجْلَّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْع ُبُد ْو ِن‬

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-
Ku.(QS. Az-Zariyat:56)

Dan Para ulama menjelaskan bahwa makna “untuk beribadah kepada-Ku” adalah:
“untuk mentauhidkan Aku.”

Dari ayat ini, dapat kita pahami bahwa tauhid merupakan tujuan
diciptakannya manusia di dalam kehidupan ini. Mustahil bagi Allah Subhaanahu wa
ta’ala menciptakan manusia sekedar main-main saja atau tanpa ada tujuan nyata,
tanpa adanya perintah dan larangan atas hamba-Nya. Namun Allah ‘Azza Wa Jalla
menciptakan manusia untuk satu tujuan yang mulia, yaitu untuk mengesakan
peribadatan hanya kepada-Nya.

Kemudian diantara keutamaan tauhid lainnya adalah bahwa inti dari dakwah
seluruh para Nabi dan Rasul adalah menjadikan manusia bertauhid di dalam
peribadatan. Artinya, materi pokok yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul
seluruhnya adalah tauhid.

Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla:

﴾ ‫﴿ َو َلَقْد َبَعْثَنا ْيِف ُك ِّل ُاَّم ٍة َّر ُسْو اًل َاِن اْع ُبُد وا الّٰل َه َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغْو َۚت‬

Sungguh, pada setiap umat Kami telah mengutus seorang rasul (untuk menyerukan),
“Sembahlah Allah dan jauhilah tagut1!”

Juga firman Allah yang lain:

﴾ ‫﴿ َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِم ْن َقْبِلَك ِم ْن َّر ُسْو ٍل ِااَّل ُنْو ِح ْٓي ِاَلْيِه َاَّنه ٓاَل ِاٰلَه ِآاَّل َاَن۠ا َفاْع ُبُد ْو ِن‬

Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad),
melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka,
sembahlah Aku. (QS. Al-Anbiya:25)

B. Ayat tentang Pembagian Tauhid

Allah Azza wa Jalla telah menyebutkan macam-macam tauhid di dalam


banyak ayat di dalam kitab-Nya. Di antaranya adalah firman Allâh Azza wa Jalla di
permulaan surat al-Fâtihah:

‫ِم‬ ‫ِل ِه‬


‫اَحْلْم ُد َّل َر ِّب اْلَعاَل َني‬

Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. (QS.Al-Fatihah: 2)

kalimat “Lillah” menunjukan wajibnya seorang muslim untuk menetapkan tauhid


uluhiyah.

Kalimat ‘Rabb semesta alam’ menunjukan wajibnya seorang muslim untuk


menetapkan tauhid rububiyah.

1
Segala sesuatu yang disembah selain Allah, dan dia ridha.
Adapun ayat setelahnya di dalam surat ini:

﴾ ‫﴿ الَّر ٰمْحِن الَّر ِح ْيِۙم‬

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Maka ayat diatas menunjukan wajibnya seorang muslim untuk menetapkan Tauhid
Asma’ wa Sifat

Kemudian firman Allah tabaraka wa ta’ala di dalam ayat setelahnya:

﴾ ‫﴿ ٰم ِلِك َيْو ِم الِّد ْيِۗن‬

Pemilik hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah:4)

Maka pada ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkan adanya Tauhid
Rububiyyah.

Dan demikian pula pada ayat setelahnya:

﴾ ‫﴿ ِاَّياَك َنْع ُبُد َو ِاَّياَك َنْس َتِعْي‬

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan. (QS. Al-Fatihah:5)

Ayat ini pun secara jelas menetapkan adanya tauhid uluhiyah.

Dan Ayat-ayat lainnya yang semisal dengan ini sangatlah banyak di dalam Al-Quran.
Oleh karenanya para salaf terdahulu dan juga empat mazhab, baik dari mazhab
Hanabilah, Syafi’iyyah, Malikiyyah dan juga Hanafiyyah seluruhnya sepakat di dalam
penetapan tiga jenis tauhid ini.

C. Definisi Tauhid
Pada hakikatnya, Kata “Tauhid” bukanlah kata yang baru dalam agama islam.
di dalam bahasa Arab, Tauhid adalah mashdar (kata benda) yang berasal dari kata
kerja:

‫َو َّحَد – ُيَو ِّح ُد – َتْو ِح ْيًدا‬

wahhada – yuwahhidu –tauhîdan, yang artinya mengesakan atau menjadikan sesuatu


menjadi satu.

Adapun secara istilah, Tauhid berarti Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam
Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya serta mengesakan Allah pada kesempurnaan seluruh nama-
nama dan sifat-sifat-Nya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman di dalam beberapa ayat tentang konsep ini:

‫َو َيُك وَن الِّديُن ُك ُّلُه ِهَّلِل‬

“Agar agama itu semata-mata hanya untuk Allah” (QS. Al-Anfaal: 39),

‫َو اْع ُبُدوا َهَّللا َو ال ُتْش ِرُك وا ِبِه َشْيًئا‬

“Sembahlah Allah saja dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu


apapun.” (QS. An-Nisa: 36),

‫َفاْد ُعوا َهَّللا ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِّد يَن َو َلْو َك ِرَه اْلَكاِفُروَن‬

“Maka sembahlah Allah saja dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, walaupun orang-
orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mu`min: 14)

D. Keutamaan Tauhid
Tauhid memiliki keutamaan yang sangat banyak, dan apabila tidak ada keutamaan
apapun pada tauhid kecuali akan dimasukan orang yang bertauhid ke dalam surga, maka
sebenarnya keutamaan ini sudah mencukupi, namun ternyata masih banyak lagi keutamaan
lainnya pada tauhid. Diantara keutamaan tauhid selain masuk surga adalah:

1. Bahwa Tauhid merupakan pondasi kedamaian dan kebahagiaan pada masyarakat.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

‫أسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال ال إله إال هللا خالصا من قلبه‬

Orang yang paling Bahagia ketika mendapatkan syafaat-ku di hari kiamat kelak adalah orang
yang mengucapkan “laa ilaaha ilallah” dengan ikhlas dari hatinya”

2. Bahwa tauhid menjadi sebab istiqamahnya kehidupan seseorang.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh abu ‘amr , bahwa nabi shalallahu alaihi wa sallam
bersabda kepada beliau:

‫قل آمنت باهلل ثم استقم‬

katakanlah bahwa aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”. (HR. Muslim) “

3. Dengan Tauhid, seseorang menjadi diharamkan harta dan darahnya.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda kepada muadz bin jabal, tatkala mengutusnya
berdakwah ke negeri yaman, :

‫ ِإَلى َأْن ُيَو ِّح ُدوا‬: – ‫ َفْلَيُك ْن َأَّوَل َم ا َتْدُع ْو ُهْم ِإَلْىِه َش َهاَد ُة َأْن اَل ِإٰل ـَه ِإاَّل ُهللا َو َأَّن ُمَح َّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا– َو ِفْي ِرَو اَيٍة‬، ‫ِإَّنَك َس َتْأِتْي َقْو ًم ا َأْهَل ِكَتاٍب‬
‫َهللا‬

Sesungguhnya engkau akan mendatangi sekelompok kaum dari ahlul kitab (Nasrani), maka
hendaknya yang pertama kali kau dakwahkan adalah “agar mereka bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah
Utusan Allah” , dalam Riwayat lainnya: “agar mereka mentauhidkan Allah”

Kemudian rasul ingatkan kepada mu’adz:

‫ َفِإَّياَك َو َك َر اِئَم َأْم َو اِلِهْم‬، ‫ َفِإْن ُهْم َأَطاُع ْو ا َلَك ِبٰذ ِلَك‬،

“Apabila mereka mentaati-mu di dalam hal tersebut, maka jangan kau ambil harta-harta
mereka,”

4. Tauhid merupakan syarat diterimanya amal sholeh.


Allah berfirman tentang orang-orang kafir yang dahulu banyak beramal shaleh Ketika di
dunia,

﴾ ‫﴿ َو َقِد ْم َنٓا ِاىٰل َم ا َعِم ُلْو ا ِم ْن َعَم ٍل َفَجَعْلٰن ُه َه َبۤاًء َّم ْنُثْو ًر ا‬

Kami perlihatkan segala amal (yang mereka kerjakan), lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan.

Dari ayat ini, Allah menegaskan bahwa Amal-amal sholeh yang dikerjakan oleh
orang kafir saat di dunia tidak akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di
akhirat kelak karena mereka tidak mentauhidkan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai