A. Pendahuluan
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-
Ku.(QS. Az-Zariyat:56)
Dan Para ulama menjelaskan bahwa makna “untuk beribadah kepada-Ku” adalah:
“untuk mentauhidkan Aku.”
Dari ayat ini, dapat kita pahami bahwa tauhid merupakan tujuan
diciptakannya manusia di dalam kehidupan ini. Mustahil bagi Allah Subhaanahu wa
ta’ala menciptakan manusia sekedar main-main saja atau tanpa ada tujuan nyata,
tanpa adanya perintah dan larangan atas hamba-Nya. Namun Allah ‘Azza Wa Jalla
menciptakan manusia untuk satu tujuan yang mulia, yaitu untuk mengesakan
peribadatan hanya kepada-Nya.
Kemudian diantara keutamaan tauhid lainnya adalah bahwa inti dari dakwah
seluruh para Nabi dan Rasul adalah menjadikan manusia bertauhid di dalam
peribadatan. Artinya, materi pokok yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul
seluruhnya adalah tauhid.
﴾ ﴿ َو َلَقْد َبَعْثَنا ْيِف ُك ِّل ُاَّم ٍة َّر ُسْو اًل َاِن اْع ُبُد وا الّٰل َه َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغْو َۚت
Sungguh, pada setiap umat Kami telah mengutus seorang rasul (untuk menyerukan),
“Sembahlah Allah dan jauhilah tagut1!”
﴾ ﴿ َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِم ْن َقْبِلَك ِم ْن َّر ُسْو ٍل ِااَّل ُنْو ِح ْٓي ِاَلْيِه َاَّنه ٓاَل ِاٰلَه ِآاَّل َاَن۠ا َفاْع ُبُد ْو ِن
Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad),
melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka,
sembahlah Aku. (QS. Al-Anbiya:25)
1
Segala sesuatu yang disembah selain Allah, dan dia ridha.
Adapun ayat setelahnya di dalam surat ini:
Maka ayat diatas menunjukan wajibnya seorang muslim untuk menetapkan Tauhid
Asma’ wa Sifat
Maka pada ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkan adanya Tauhid
Rububiyyah.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan. (QS. Al-Fatihah:5)
Dan Ayat-ayat lainnya yang semisal dengan ini sangatlah banyak di dalam Al-Quran.
Oleh karenanya para salaf terdahulu dan juga empat mazhab, baik dari mazhab
Hanabilah, Syafi’iyyah, Malikiyyah dan juga Hanafiyyah seluruhnya sepakat di dalam
penetapan tiga jenis tauhid ini.
C. Definisi Tauhid
Pada hakikatnya, Kata “Tauhid” bukanlah kata yang baru dalam agama islam.
di dalam bahasa Arab, Tauhid adalah mashdar (kata benda) yang berasal dari kata
kerja:
Adapun secara istilah, Tauhid berarti Mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam
Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya serta mengesakan Allah pada kesempurnaan seluruh nama-
nama dan sifat-sifat-Nya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman di dalam beberapa ayat tentang konsep ini:
“Agar agama itu semata-mata hanya untuk Allah” (QS. Al-Anfaal: 39),
َفاْد ُعوا َهَّللا ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِّد يَن َو َلْو َك ِرَه اْلَكاِفُروَن
“Maka sembahlah Allah saja dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, walaupun orang-
orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mu`min: 14)
D. Keutamaan Tauhid
Tauhid memiliki keutamaan yang sangat banyak, dan apabila tidak ada keutamaan
apapun pada tauhid kecuali akan dimasukan orang yang bertauhid ke dalam surga, maka
sebenarnya keutamaan ini sudah mencukupi, namun ternyata masih banyak lagi keutamaan
lainnya pada tauhid. Diantara keutamaan tauhid selain masuk surga adalah:
أسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال ال إله إال هللا خالصا من قلبه
Orang yang paling Bahagia ketika mendapatkan syafaat-ku di hari kiamat kelak adalah orang
yang mengucapkan “laa ilaaha ilallah” dengan ikhlas dari hatinya”
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh abu ‘amr , bahwa nabi shalallahu alaihi wa sallam
bersabda kepada beliau:
katakanlah bahwa aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”. (HR. Muslim) “
Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda kepada muadz bin jabal, tatkala mengutusnya
berdakwah ke negeri yaman, :
ِإَلى َأْن ُيَو ِّح ُدوا: – َفْلَيُك ْن َأَّوَل َم ا َتْدُع ْو ُهْم ِإَلْىِه َش َهاَد ُة َأْن اَل ِإٰل ـَه ِإاَّل ُهللا َو َأَّن ُمَح َّم ًدا َرُسْو ُل ِهللا– َو ِفْي ِرَو اَيٍة، ِإَّنَك َس َتْأِتْي َقْو ًم ا َأْهَل ِكَتاٍب
َهللا
Sesungguhnya engkau akan mendatangi sekelompok kaum dari ahlul kitab (Nasrani), maka
hendaknya yang pertama kali kau dakwahkan adalah “agar mereka bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah, dan bahwa Muhammad adalah
Utusan Allah” , dalam Riwayat lainnya: “agar mereka mentauhidkan Allah”
َفِإَّياَك َو َك َر اِئَم َأْم َو اِلِهْم، َفِإْن ُهْم َأَطاُع ْو ا َلَك ِبٰذ ِلَك،
“Apabila mereka mentaati-mu di dalam hal tersebut, maka jangan kau ambil harta-harta
mereka,”
﴾ ﴿ َو َقِد ْم َنٓا ِاىٰل َم ا َعِم ُلْو ا ِم ْن َعَم ٍل َفَجَعْلٰن ُه َه َبۤاًء َّم ْنُثْو ًر ا
Kami perlihatkan segala amal (yang mereka kerjakan), lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan.
Dari ayat ini, Allah menegaskan bahwa Amal-amal sholeh yang dikerjakan oleh
orang kafir saat di dunia tidak akan dibalas oleh Allah Subhanahu wa ta’ala di
akhirat kelak karena mereka tidak mentauhidkan-Nya.