Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai
cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang digambarkan dalam Qur’an
Surat Al-Ikhlas : 1-4.
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan apa-apa yang telah
Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya.
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya taqwa adalah
integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4,
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
1) Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan batil (Al- anfal : 29)
6) Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat pahala besar (Al- anfal : 29
& Al- anfal : 5).
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya
sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
3. Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11
& 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.
4. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini
memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan
sehingga berbuat kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam Surah
Ali-Imron : 135.
5. Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga
dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa
akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya :
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat dihari kiamat kepada
para pembacanya”.
6. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha
Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata karena
Allah SWT.
b. Keutamaan Ikhlas
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda, yang artinya :”Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang- orang yang bila hadir tidak dikenal, bila
tidak hadir tidak dicari- cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan…”( HR.
Baihaqi ).
Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang
oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’ karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati
dari segala sifat jelek), sedangkan raja’ dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang baik).
Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan segala pelanggaran), dan tahalliyyah
mendorong seseorang untuk beramal.
8. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan
keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman dalam surah Hud: 123, yang arinya :”Dan
kepunyaan Allah lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan-
urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali- kali Tuhanmu tidah
lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ). Tidaklah dinamai tawakal
kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.
Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada
Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar.
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul ,
ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi
saw;Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman.
Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini
terdapat dalam firman Allah:
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-
orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
َير َ ْلن َكانَآبَاؤُ ُك ْم َوأ َ ْبنَآؤُ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأ َ ْز َوا ُج ُك ْم ََو
َ ع ِش ِ ْ ُق
َ سا ِكنُتَ ْر
ض َْو َ َاو َم
َ سا َده َ ارةات َ ْخش َْونَ َك َ َاوتِ َج َ ت ُ ُك ْم َوأ َ ْم َو ااٌل ْقتَ َر ْفت ُ ُموه
٢٤﴿ َيالقَ ْو َم ْالفَا ِسقِين ْ صواْ َحتَّى َيأ ْ ِت َياللّ ُه ِبأ َ ْم ِر ِه َواللّ ُهالَ َي ْه َِد ُ َّس ِبي ِل ِهفَت َ َرب ُ ممنَاللّ ِه َو َر
َ سو ِل ِه َو ِج َها ٍدفِي ّ ِ ﴾نَ َهاأ َ َحبَّإِلَ ْي ُك
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih
dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti
do’a, istighfar dan rahmah.
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku didekatnya, tetapinia tidak bersholawat
kepadaku. (H.R Ahmad ).
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َع ْش ًرا ِ ص ََلة ً َو
َ ً احدَة َّ َصلَّى َعل
َ ي َ َم ْن
Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali
sholawat. (H.R Ahmad).
Jika Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam memperthankan prinsip, dan seterusnya maka
manusia juga harus demikian. Allah berfirman:
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus
dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang
Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak
menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi
Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan.
Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat
duduknya di neraka” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan yang orang-orang yang tidak suka
padanya. Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para
ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt
dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah
Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang
teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:“Aku tinggalkan
kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya,
yaitu kitab Allah dan sunnahku” (HR. Hakim).
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan berarti
kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan
utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan
melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan
kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya.
Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri.
Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia
juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap
unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya masing-masing.
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci badan, pakaian,
dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari
kotoran, juga suci dari hadas.
Allah SWT berfirman yang artinya:Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu
adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri137 dari wanita di waktu haidh;
dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci138. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al
Baqarah:222)Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-
nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu
sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah:108)
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan minum dalam
keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia
agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.
Allah SWT berfirman :Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An
Nahl:114)
b. Menjaga Kesehatan
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min
yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat
bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa
sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang
Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim)
Allah SWT berfirman Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat. (QS. Al A’raf:26)
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu
dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan
datang.
Allah SWT berfirman yang Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia;
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan
demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab,
merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.Firman Allah SWT :
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung-
hitung amal hariannya. Firman Allah SWT yang Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu
senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan
syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.Firman Allah SWT yang Artinya :
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
a. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak
seorang muslim. Sebuah hadits Rasulullah SAW menggambarkan yang Artinya : “Menuntut ilmu
merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr.
Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah : Al-Qur'an, baik
dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih
terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus
memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah,
namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya. Dalam
sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang
tertentu.
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam
nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT yang Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)
Berbuat baik dalam segala sesuatu adalah karakteristik islam, demikian juga pada tetangga. Imam Al
Marwazi meriwayatkan dari Al Hasan Al Bashriy pernyataan beliau: “Tidak mengganggu bukan termasuk
berbuat baik kepada tetangga akan tetapi berbuat baik terhadap tetangga dengan sabar atas
gangguannya.” Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baiknya sahabat di
sisi Allah adalah yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang
paling baik pada tetangganya.”
Di antara ihsan kepada tetangga adalah memuliakannya. Sikap ini menjadi salah satu tanda
kesempurnaan iman seorang muslim.Di antara bentuk ihsan yang lainnya adalah ta’ziyah ketika mereka
mendapat musibah, mengucapkan selamat ketika mendapat kebahagiaan, menjenguknya ketika sakit,
memulai salam dan bermuka manis ketika bertemu dengannya dan membantu membimbingnya kepada
hal-hal yang bermanfaat dunia akhirat serta memberi mereka hadiah. Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah saya memiliki dua tetangga lalu kepada siapa dari keduanya aku memberi hadiah?
Beliau menjawab: kepada yang pintunya paling dekat kepadamu.”
Hasan Al Bashri berkata: “Tidak mengganggu bukan termasuk berbuat baik kepada tetangga akan tetapi
berbuat baik terhadap tetangga dengan sabar atas gangguannya.” Sebagian ulama berkata:
“Kesempurnaan berbuat baik kepada tetangga ada pada empat hal, (1) senang dan bahagia dengan apa
yang dimilikinya, (2) Tidak tamak untuk memiliki apa yang dimilikinya, (3) Mencegah gangguan darinya,
(4) Bersabar dari gangguannya.”
Imam Ibnu Abi Jamroh berkata: “Menjaga tetangga termasuk kesempurnaan iman. Orang jahiliyah
dahulu sangat menjaga hal ini dan melaksanakan wasiat berbuat baik ini dengan memberikan beraneka
ragam kebaikan sesuai kemampuan; seperti hadiah, salam, muka manis ketika bertemu, membantu
memenuhi kebutuhan mereka, menahan sebab-sebab yang mengganggu mereka dengan segala
macamnya baik jasmani atau maknawi. Apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meniadakan
iman dari orang yang selalu mengganggu tetangganya. Ini merupakan ungkapan tegas yang
mengisyaratkan besarnya hak tetangga dan mengganggunya termasuk dosa besar.”
Telah dijelaskan di atas akan kedudukan tetangga yang tinggi dan hak-haknya terjaga dalam islam. Oleh
karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dengan keras upaya mengganggu
tetangga, sebagaimana dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:“Tidak demi Allah tidak beriman,
tidak demi Allah tidak beriman, tidak demi Allah tidak beriman mereka bertanya: siapakah itu wahai
Rasulullah beliau menjawab: orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhori).
Demikian juga dalam hadits yang lain beliau bersabda:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu tetangganya.”
Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan cara
menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon
sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
…َص َدقَةا
َ ساناأ َ ْوبَ ِهي َمةاإِ ٌَّل َكانَلَ ُهبِ ِه َ عافَيَأ ْ ُكلُ ِم ْن ُه
َ طي اْرأ َ ْوإِ ْن ُ ساأ َ ْويَ ْز َر
ً عزَ ْر ُ ام ْن ُم ْسلِمٍ يَ ْغ ِر
ً سغ َْر ِ َم
Artinya :
“…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu
dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
َض ًرانُ ْخ ِر ُج ِم ْن ُه َحَبِ َام ْن ُهخ ِ َيءٍ فَأ َ ْخ َر ْجن ْ اء َما ًءفَأ َ ْخ َر ْجنَابِ ِهنَبَاَت َ ُك ِلّشِ س َم َّ َو ُه َوالذيأ َ ْنزَ لَ ِمنَال
ِالز ْيتُون ََوالر َّمانَ ُم ْشت ََب َّ ط ْل ِع َهاقِ ْن َوانا َدانِيَةا َو َجنَّات ٍِم ْنأ َ ْعنَابٍ َو َ ا ُمت َ َرا ِكبً َاو ِمنَالنَّ ْخ ِل ِم ْن
ََظ ُرواإِلَىث َ َم ِر ِهإ ِ َذاأَثْ َم َر َويَ ْن ِع ِهإِنَّ ِفي َذ ِل ُك َْم ََليَاتٍ ِلقَ ْومٍ يُؤْ ِمنُون
ُ ( ًه َاو َغي َْر ُمتَشَابِ ٍها ْن99)
Terjemahnya :
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam
tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai
tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima
yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman.
Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak dimanfaatkan.
Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):
Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati, Kami hidupkan bumi
itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari padanya mereka makan”.
Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :
Artinya … Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan air diatasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbu-hkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan sesungguhnya Dia lah yang
menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang air besar
dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah saw bersabda :
Artinya :
Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air, ditengah jalan, dan di
bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud)
َ اءالدَّائِ ِمالَّذ
َِيال َي ْج ِريث ُ َّم َي ْغت َ ِسلُ ِفي ِه ْ ٌَل َيبُولَنَّأ َ َح ُد ُك ْم ِف
ِ يال َم
(Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian mandi
disana. HR. Al-Bukhari)
Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah bagaimana menjaga
keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak diragukan lagi
bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan tertentu. Seperti dalam firman
Nya dalam QS. al-Mulk (67):
َور
ٍ ط ِ ص َره َْلت َ َر
ُ ُىم ْنف َ َار ِج ِع ْالب َّ س َم َوات ٍِطبَاقًا َمات َ َرى ِفيخ َْل ِق
ُ َالر ْح َمنِ ِم ْنتَف
ْ َاوتٍف َ َالَّذِي َخلَق
َ َس ْبع
Artinya: Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah
kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.
Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan moderat dalam konteks
keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap
hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung menyimpang, lalai serta merusak.
Tetapi menurut al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh perbuatan manusia
yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang menandaskan hal tersebut adalah QS. al-Rum
(30):, sebagai berikut :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan
yang benar)”.
Negara merupakan suatu wadah tempat berlindung para bangsa,yang di dalamnya tedapat peraturan-
peraturan yang mengikat baik tertulis maupun secara lisan.Disitulah kita menumphkan kemerdekaan
kita,kemerdekan yang telah diraih para pahlawan yang tak mengenal darah juangnya.Maka patutlah
para pemuda meneruskan perjuangan mereka yang telah rela meberikan darahnya untuk tanah air ini
untuk kebahagiaan kita menghuni tanah air ini.
Agar tidak terjadi deviasi antar tanggung jawab dunia serta akhirat coba kita lihat lagi ayat suci yang
dikumandangkan Allah :
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Maka dengan pedoman ayat inilah manusia menentukan jalan hidupnya,sebenarnya semua tindakan
kita akan di catat oleh malaikatnya Allah tidak ada perhitungan satu pun yang keliru balasannya maka
sungguh manusia hidup mereka hanya untuk beribadah pada hakikatnya,seorang khalifah pun
memimpin hanya semata beribadah bangsa yang bertanggung jawab kepada negerinya hanya semata
berlutut menyadari kodratnya sebagai manusia yang tiada arti dihadapan tuhannya.
Menurut pemikir politik terkenal dalam Islam yaitu Al-Farabi, menurutnya Negara adalah organisasi
territorial bangsa yang mempunyai kedaulatan.yakni institute suatu bangsa yang berdiam dalam suatu
daerah territorial tertentu dengan fungsi penyelenggaraan kesejahteraan bersama,baik secara materiala
maupun secara spiritual.
Dalam akhlak muslim terhadap suatu Negara maka harus dilihat dimana kaitannya atas apa yang akan
mereka pikuli,pada prinsifnya Negara itu di isi oleh dua kategori yaitu pemimpin (pemerintah) atau
warga (rakyat biasa).Keduanya harus tahu bagaimana ia bersikap dan berakhlak.
Yang disebut pemimpin adalah orang-orang yang punya tugas memikul tanggung jawab sangat
berat,hakikatnya setiap muslim adalah punya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan menjadi
pemimpinnya sendiri.Oleh sebab itu meskipun ada seorang yang memimpin kita,maka harus tahu dulu
apa yang ada dalam diri kita,karena merupakan tanggungan individualistis.Berbeda dengan para pejabat
yang memimpin maka keseluruhan tanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya benar-benar harus di
tunjukan dengan sikap bijaksana dan yakin bahwa dirinya mampu membimbing diri sendi keluarga serta
para rakyatnya.Semuanya berawal dari diri sendiri maka Allah berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.(Q.S.At-tahrim :6)
س ُك َْم قُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها َيا َ َُارا َوأ َ َْه ِلي ُك َْم أ َ ْنف
ً اس َوقُودُهَا ن َ َم ََلئِ َكةَ َعلَ ْي َها َو ْال ِح َج
َُ َّار َة ُ الن
َل ِشدَادَ ِغ ََلظ َ َ ََصون ََّ يُؤْ َم ُرونََ َما َويَ ْف َعلُونََ أ َ َم َر ُه َْم َما
ُ ّللاَ يَ ْع
Tidak hanya pemimpin sajah yang memenuhi kewajiban sebagai warga Negara pun harus senantiasa
memenuhi kewajiban atas apa yang diperintahkan pemimpinnya yang memenuhi criteria pemimpin
menurut pandanga islam.dan ini merupakan kewajiban akhlak muslim sebagai warga negara.Kewajiban
itu diantaranya :
a) Harus ta’at pada pemimpin/pemerintah,selama mereka memerintahkan atas perkara yang positif
dan masih dalam kategori perintah Allah serta Rasulnya.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya(Q.S. An-Nisa :59)
b) Mengoreksi dan mengevaluasi perjalanan Negara seperti hal nya dalam al-quran Surah al-ashr (1-
3).
Isi kandungan ayat di atas bahwasanya islam perlu saling nasihat-menasihati agar tercipta
kehidupan negar yang dinamis.Budaya kritis ini menjadi parameter keberuntungan umat islam.karena
dalam islam yang salah ya salah tidak ada penyelewengan dalam kebenaran.
ال ِخفَافًا ا ْن ِف ُروا س ُك ْام بِأ َ ْم َوا ِل ُك ْام َو َجا ِهدُوا َوثِقَ ًا
ِ ُسبِي ِال فِي َوأ َ ْنف ن لَ ُك ْام َخيْرا َٰ َذ ِل ُك ْامۚ ِّا
َ َللا إِ ْا
ون ُك ْنت ُ ْام
ت َ ْعلَ ُم َا
Disamping itu ada kewajiban lain yang terkait dengan akhlak terhadap Negara bahwa setiap
warga Negara bis menggunakan dan menuntut haknya ,Hak tersebut adalah :
b. Hak Asasi
1). Mendapatkan persamaan didepan hukum dan peradilan
2). Kebebasan pribadi :Hak beragama,hak memilih serta hak kesenangan yang bersifat pribadi.
Jadi disimpulkan bahwa setiap pemimpin ataupun warga Negara berhak untuk menjaga
kemaslahatan negaranya.Dengan memegang dan mencerminkan akhlak- akhlak yang menjadi jalan
menuju keberhasilan serta hiasan sdan pondasi membangun kebagiaan bernegara.