Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ainur Riskia Dian P

No. Absen : 03

Kelas : VII B

Khutbah Jum’at
” Tiga Perkara Yang Diridhai Allah Subhanahuwata’ala”

ِ َّ‫ت لِلن‬
‫اس‬ ْ ‫وج َعلَنَا لَنَا خَ ي َْر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ' ِر َج‬
َ ‫ب‬ِ ُ‫ض َل ال ُكت‬ َ ‫ض َل الرُّ ُس ِل َوَأ ْنزَ َل َعلَ ْينَا َأ ْف‬
َ ‫ْال َح ْم ُد َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َأرْ َس َل ِإلَ ْينَا َأ ْف‬
‫ َأحْ َم ُدهُ تَ َع''الَى َوَأ ْش ' ُك ُرهُ َعلَى نِ َع ِم' ِه‬،‫اع' الهَ َوى‬ ِ َ‫اق َواتِّب‬ِ ‫الحق َوالهُدَى َونَهَانَا' ع َْن اِإل ْفتِ َر‬ َ ‫اع' عَلى‬ ِ ‫َوَأ َم َرنَا بِاِإل جْ تِ َم‬
ُ‫ك ُأ َّمتَ'ه‬َ ‫'ر‬ َّ ‫ُس'نَى َوَأ ْش'هَ ُد‬
َ 'َ‫ ت‬،ُ‫أن ُم َح َّمدًا َع ْب' ُدهُ َو َر ُس'وْ لُه‬ ْ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هُ َو لَهُ اَأْل ْس َما ُء الح‬،‫صى‬ َ ْ‫الَّتِي الَ تُح‬
ْ ‫ص'لَّى هللاُ َعلَيْ' ِه َو َعلَى آلِ' ِه َوَأ‬
‫ص' َحابِ ِه‬ َ ،ُ‫ضا ِء الَ َخ ْي َر ِإالَّ َدلََّهَا َعلَ ْي ِه َوالَ َش' َّر ِإالَّ َح' َّذ َرهَا ِم ْن'ه‬ َ ‫َعلَى ْال َم َح َّج ِة ْالبَ ْي‬
:ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬،‫َصرُوْ هُ َواتَّبَعُوْ ا النُّوْ َر الَّ ِذيْ ُأ ْن ِز َل َم َعهُ َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬
َ ‫الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا بِ ِه َو َع َزرُوْ هُ َون‬

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,


Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, Rabb yang telah mengutus kepada kita sebaik-
baik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahu wata’ala
semata yang memiliki al-asmaul husna. Saya juga bersaksi bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya yang telah
menyampaikan risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas agama
yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat telah diajak kepadanya. Tidak ada satu
kejelekan pun kecuali umat ini telah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya,
dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.

Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar
takwa dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara karena
iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih sayang, dan tolong-menolong dalam
kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,


Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang
semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa
beliau bersabda,
ِ ‫ضى لَ ُك ْم َأ ْن تَ ْعبُدُوهُ َوالَ تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ' ْيًئا َوَأ ْن تَ ْعت‬
‫َص ' ُموا' بِ َح ْب' ِل‬ َ ْ‫ فَيَر‬،‫ضى' لَ ُك ْم ثَالَثًا َويَ ْك َرهُ لَ ُك ْم ثَالَثًا‬
َ ْ‫ِإ َّن هللاَ يَر‬
‫ضا َعةَ ْال َما ِل‬َ ‫ال َوِإ‬ِ ‫ال َو َك ْث َرةَ السَُّؤ‬َ َ‫يل َوق‬ َ ِ‫صحُوا َم ْن َوالَّهُ هللاُ َأ ْم َر ُك ْم؛ َويَ ْك َرهُ لَ ُك ْم ق‬ ِ ‫هللاِ َج ِميعًا َوالَ تَفَ َّرقُوا' َوَأ ْن تُنَا‬
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari
kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wata’ala meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama Allah
Subhanahu wata’ala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang
yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari
mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-
buang harta.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu
wata’ala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia
di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah agar kita memperbaiki
akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala dan berlepas diri
dari berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab,
akidah merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik
akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika
rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu
wata’ala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah
sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,

ُ‫ال يَا قَوْ ِ'م ا ْعبُدُوا هَّللا َ َما لَ ُكم ِّم ْن ِإ ٰلَ ٍه َغ ْي ُره‬
َ َ‫فَق‬
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya.” (al-A’raf:
59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wata’ala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum
muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib
bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah
serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri
bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti
diperbolehkan. Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi
perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
َ ِ‫ُول ِإن ُكنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذل‬
‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل‬ ِ ‫فَِإن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬
“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (al- Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-
Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda.
Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari
dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,


Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita
dilarang untuk  mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu
wata’ala,
َ ‫ق الَّ ِذينَ ُأوتُوا' ْال ِكت‬
ُ‫َاب ِإاَّل ِمن بَ ْع ِد َما َجا َء ْتهُ ُم ْالبَيِّنَة‬ َ ‫َو َما تَفَ َّر‬
“Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi
dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.” (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
'َ ‫َات ۚ َوُأو ٰلَِئ‬
ِ ‫ك لَهُ ْم َع َذابٌ ع‬
‫َظي ٌم‬ ُ ‫اختَلَفُوا ِمن بَ ْع ِد َما َجا َءهُ ُم ْالبَيِّن‬
ْ ‫َواَل تَ ُكونُوا' َكالَّ ِذينَ تَفَ َّرقُوا' َو‬
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.” (Ali-Imran: 105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru
perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan
akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang
satu, yaitu dengan
kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n, baik dalam
akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam
banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam
menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah
dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta
fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.

Khutbah Kedua
َ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن ال‬.ُ‫صلُوْ ه‬ِ َ‫ق ْال ُوصُوْ ِ'ل ِإلَ ْي ِه لِي‬ ِ ‫ َوَأبَانَ آيَاتِ ِه لِيَع‬،ُ‫ق لِيَ ْعبُ ُدوْ ه‬
'َ ‫ َو َسه ََّل لَهُ ْم طَ ِر ْي‬،ُ‫ْرفُوْ ه‬ َ ‫ق ْالخَ ْل‬
َ َ‫ْال َح ْم ُد الَّ ِذيْ َخل‬
‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن نَبِيَّنَا َوِإ َما َمنَا َوقُ ْد َوتَنَا‬،ٌ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوهُ َو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ْير‬ ُ ‫ لَهُ ْال ُم ْل‬،ُ‫ك لَه‬َ ‫ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
َ ،‫ق لِيَكُوْ نَ لِ ْل َع''الَ ِم ْينَ نَ' ِذ ْيرًا‬
‫ص'لَّى هللاُ َعلَ ْي' ِه َو َعلَى آلِ' ِه‬ ِّ '‫لح‬ َ ‫ َأرْ َس'لَهُ هللاُ بِاْلهُدَى َو ِد ْي ِن ْا‬،ُ‫ُم َح َّمدًا َع ْب' ُدهُ َو َر ُس'وْ لُه‬
:ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬.‫َوَأصْ َحابِ ِه َوالتَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun perkara ketiga yang Allah Subhanahu wata’ala ridha untuk kita menjalankannya
adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan
untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa
yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki
wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang
lainnya. Allah Subhanahu wata’ala ridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah
dalam perkara yang ma’ruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya
selama tidak bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wata’ala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para
pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib
bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidakboleh baginya
untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai kesempatan untuk mengeruk
keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan
masyarakat secara umum.

Hadirin rahimakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah
karunia Allah Subhanahu wata’ala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan
terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan
ketakutan akan
menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi sebab
kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu,
sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan
diamalkan.
Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan
mendatangkan kebaikan yang besar jika kaum muslimin mengamalkannya dalam
kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai