Belasan Jawaban
Bagi Penunggu Kibarul Ulama
Untuk Menerima Kebenaran
Judul Asli:
عشرات أجوبة لمنتظري فتوى كبار العلماء في قبول الحجة
احدَ ٍة َو َخ َل َق
ِ سو ِ ِ
ُ ﴿ َيا َأ ه َُّيا الن
َ ٍ َّاس ا َّت ُقوا َر َّبك ُُم ا َّلذي َخ َل َقك ُْم م ْن َن ْف
اء َوا َّت ُقوا اهلل ا َّل ِذي ِ ِ ِ َّ ِمنْها زَوجها وب
ث من ُْه ََم ِر َج ااًل كَث اريا َون َس ا ََ َ َ ْ َ
.]1:َان َع َل ْيك ُْم َر ِقي ابا﴾ [النساء
َ ون بِ ِه َو ْاْلَ ْر َحا َم إِ َّن اهلل ك
َ اء ُلَ ت ََس
“Wahai manusia, bertaqwalah kalian pada Rabb
kalian Yang menciptakan kalian dari satu jiwa, dan
menciptakan darinya istrinya, dan menyebarkan
dari keduanya lelaki yang banyak dan wanita yang
banyak. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah
Yang kalian saling meminta dengan-Nya dan
peliharalah hubungan kekerabatan. Sesungguhnya
Allah senantiasa mengawasi kalian.”
ين َآ َمنُوا ا َّت ُقوا اهلل َح َّق ُت َقاتِ ِه َو ًَل َتَ ُوت َُّن إِ ًَّل َو َأ ْنت ُْم ِ
َ ﴿ َيا َأ ه َُّيا ا َّلذ
.]101:ون﴾ [آل عمران َ ُم ْسلِ ُم
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kalian kepada Allah dengan sebenar-benar
ketaqwaan kepada-Nya, dan janganlah kalian
meninggal kecuali dalam keadaan kalian sebagai
Muslimin.”
6
ين َآمنُوا ا َّت ُقوا اهلل َو ُقو ُلوا َق ْو اًل َس ِديدا ا * ُي ْصلِ ْح َلك ُْم ِ
َ ﴿ َيا َأ ه َُّيا ا َّلذ
َأ ْع ََم َلك ُْم َو َيغ ِْف ْر َلك ُْم ُذنُو َبك ُْم َو َم ْن ُيطِ ِع اهلل َو َر ُسو َل ُه َف َقدْ َفا َز َف ْو ازا
.]01- 00:َعظِ ايَم﴾ [اْلحزاب
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan
yang lurus, niscaya Allah akan memperbaiki untuk
kalian amalan-amalan kalian, dan mengampuni
untuk kalian dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia
telah beruntung dengan keberuntungan yang
agung.”
فإن خري احلديث كتاب اهلل وخري اهلدى هدى:أما بعد
ورش األمور حمدثاهتا وكل،رسول اهلل صىل اهلل عليه وعىل آله وسلم
. وكل ضاللة يف النار،حمدثة بدعة وكل بدعة ضاللة
Kemudian setelah itu: Maka sesungguhnya
sebaik-baik ucapan adalah Kalamullah, dan sebaik-
baik jalan adalah jalan Muhammad ( ﷺsemoga
shalawat dan salam dari Allah tercurah untuk
beliau)-, sejelek-jelek perkara adalah perkara yang
dibuat-buat, dan setiap perkara yang dibuat-buat
adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan,
7
(1)
Hadits ini hasan dengan jalur-jalurnya. Diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban (559), Al Kharaithiy dalam “Makarimul Akhlaq”
(355), dan Ath Thabraniy dalam “Al Ausath” (8991), semuanya
dari jalur Abdullah ibnul Mubarak, dari Kholid Al Hadzdza, dari
‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas رضي هللا عنهما.
Zhahir sanadnya Shahih, akan tetapi para huffazh
mengkritiknya.
Ibnu hibban رحمه هللاberkata: “Ibnul Mubarak tidak
meriwayatkan hadits ini di Khurosan. Beliau hanya
meriwayatkannya di Darbirrum, maka penduduk Syam
mendengar hadits tadi dari beliau. Dan tidaklah hadits ini di
dalam kitab-kitab Ibnul Mubarak itu marfu’ (sampai ke Nabi
)ﷺ.” (“Shahih Ibni Hibban”/2/hal. 320).
20
dari yang paling tua, mulailah dari yang paling tua.” Yaitu
umurnya. (HR. Al Bukhariy (7192) dan Muslim (1669)).
25
Rasulullah ﷺbersabda:
.»«الكرب بطر اقق وغمص الناس
"Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia." [hadits Ibnu Mas’ud رضهههي
]هللا عنه.
Dan datang dengan lafazh: "kesombongan itu
adalah masa bodoh terhadap kebenaran dan
meremehkan manusia.” Diriwayatkan Al Imam
Ahmad (6583) dari Abdullah bin Amr, dishahihkan
oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه هللاdalam “Ash
Shahihul Musnad” (801)).
Dan Allah ta'ala berfirman:
.)1 : ﴿إن اهلل ًل يغفر أن يرشك به﴾ (النساء
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni kesyirikan
terhadap diri-Nya" (QS. An Nisa: 8).
Sebagai peringatan bahwasanya Dia tidak
mengampuni kesombongan yang hal itu lebih besar
daripada kesyirikan. Dan sebagaimana bahwasanya
orang yang bertawadhu' kepada Allah, Allah akan
mengangkatnya, demikian pula barangsiapa
menyombongkan diri dari ketundukan kepada al
haq, Allah akan menghinakannya,
merendahkannya, mengecilkannya,
meremehkannya. Dan barangsiapa
menyombongkan diri dari ketundukan kepada al haq
53
dia dari dosa. Dan yang bersikap kurang dalam hal ini
padahal dia mampu, maka sungguh dia akan terkena
dosa sesuai dengan kadar sikap kurang yang dia
lakukan. Akan tetapi diamnya orang yang diam
tidaklah menjadi hujjah yang mengharuskan
diamnya orang yang tengah menunaikan kewajiban
ini. Bahkan orang yang diam itulah yang harus
memperhatikan: apakah kewajiban tadi telah
tertunaikan dengan pengingkaran yang dilakukan
oleh orang yang mengingkari kemungkaran ataukah
belum? Jika belum tertunaikan maka wajib baginya
untuk menunaikan." ("Ar Raddusy Syar'i"/ hal. 230).
Beliau رحههههمههههه هللاjuga berkata dalam "Raddul
Jawab" hal. 37: "Jika para ulama tadi tidak berkata
sedikitpun tentangnya (tentang seorang pembesar
Ikhwani), itu karena mereka tidak mengetahui
tentang kejelekannya sedikitpun. Maka mereka
punya hak untuk bersikap hati-hati dan menahan
diri, dalam keadaan yang seperti ini.
Yang keempat: telah nampak di dalam
manhajnya kejelekan-kejelekan yang banyak. Orang
yang menghapalnya adalah hujjah terhadap orang
yang tidak menghapalnya. Ini adalah kaidah yang
telah terkenal di kalangan para ahlul hadits, dan
beramal dengannya dalam kasus ini adalah wajib."
(Selesai).
65
Daftar Isi
Table of Contents