A. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya
satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Pengertian ibadah menurut ahmad ibnu abdul halim ibnu taymiyyah adalah
pengertian komprehensif untuk setiap apa yang dicintai oleh allah dan apa yang ia ridhoi dari
bentuk perkataan, perbuatan secara batin ataupun zahir. Contoh dari berbagai ibadah adalah
sholat,puasa haji,zakat,berkata jujur, silaturrahim,bebuat baik kepada orangtua,dll.
Dan juga mencintai alllah subhanahu wata’ala,dan juga rasulnya,dan takut kepadanya,
berserah diri kepadanya,ikhlas,sabar atas segala hikmah-hikmahnya adalah bagian dari ibadah
menurutnya.Dan ibadah kepada allah semata adalah tujuan yang disukai olehnya dan juga
diridhoinya seperti apa yang tertulis didalam alqur’an :
َّ ََوقَالُوا ات َّ َخذ
ُ الرحْ َم ُن َولَدًا
س ْب َحانَهُ بَ ْل ِعبَا ٌد ُمك َْر ُمون
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha
Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan,
َ ُسبِقُو َنهُ بِا ْلقَ ْو ِل َو ُه ْم ِبأ َ ْم ِر ِه يَ ْع َمل
ون ْ َال ي
mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-
perintah-Nya.
َ ُش ِفق
ون ْ ضى َو ُه ْم ِم ْن َخ
ْ شيَتِ ِه ُم َ َ ارت َ ُشفَع
ْ ون ِإال ِل َم ِن ِ يَ ْعلَ ُم َما بَ ْي َن أ َ ْيد
ْ َِيه ْم َو َما َخ ْلفَ ُه ْم َوال ي
Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang
mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan
mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. ( surat Al-Anbiyaa : 26-28 )
Agama atau dalam bahasa arab disebut ad-diin semuanya termasuk dalam ibadah seperti
tang tertulis dalam hadist jibril berikut ini :
“Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat rasululah. Tiba-tiba muncul kepada kami
seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat
padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang
mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut nabi dan
meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha nabi,
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku:
“Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan
RasulNya lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah yang mengajarkan kalian tentang
agama kalian.”( HR. Muslim no.8).
Maka pada kalimat akhir dari hadist ini nabi Muhammad mengtakan bahwasannya jibril
datng kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian maka islam, iman, dan ihsan adalah bagian
agama(ad-deen)dan ad-deen semuanya termasuk dari bagian ibadah.
Ad-deen mengandung makna alkhuduu’( ) الخضوعdan adzillu ( (الذذلyang mana arti kedua-
duanya adalah tunduk,patuh. Dan kata diin diambil dari kata دانyang berarti ذلyang mana
artinya adalah tunduk,patuh maka addiin berarti tunduk atau patuh .ibadah juga berarti ذل.
Tetapi ibadah yang diperintahkan disini mengandung makna dzillun dan hubbun, karena
ibadah haruslah didasari atas rasa tunduk dan juga cinta denagn sebenar-benarnya.
Hakikat cinta atau hubbun memiliki tahapan-tahapan menurut ibnu qayyim al-jauzi :
1. Tatayyum
Cinta yang paling tinggi dan utama, yaitu cinta kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah
yang menciptakan manusia dan segala isinya, serta memberikan segala apa yang manusia
butuhkan untuk hidup di dunia, berhak mendapatkan cinta tertinggi melebihi apa pun yang ada di
dunia.Bila masih ada dalam diri kita rasa lebih menaati perintah bos, atau lebih mendengar kata-
kata sahabat dan kekasih, hingga rela menyingkirkan Allah dalam kehidupan, maka kita belum
memiliki rasa tatayyun. Hendaknya renungkan kembali apakah selama ini kita masih
menomorduakan Ar Rahman dan Ar Rahim.
2. Isyk
Rasa cinta ini merupakan tingkat ke dua setelah mencintai Allah, yaitu cinta yang hanya
ditujukan kepada kekasih Allah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mencintai Nabi
Muhammad berarti mengamalkan apa-apa yang dicontohkan oleh beliau dan menjauhi perkara
yang tidak berasal darinya.Jangan sampai rasa cinta kepada dunia melebihi cinta kepada Allah
dan RasulNya. Kisah Mus’ab bin Umar seorang yang kaya raya dan dicintai oleh ibunya, tapi
karena kecintaannya pada Nabi Muhammad, ia rela meninggalkan kekayaan tersebut dan hidup
sederhana dalam ajaran Islam.
3. Syauq
Merupakan tingkatan cinta antar sesama muslim yang memiliki ikatan keluarga. Setelah
mencintai Allah dan RasulNya, tingkatan selanjutnya adalah mencintai keluarga kita, orang tua,
adik, kakak, kerabat dan saudara kita. Keluarga berhak mendapatkan cinta yang melebihi orang
lain.
Sangat disayangkan saat ini anak-anak kita khususnya remaja, apalagi yang sudah mengenal
cinta dengan lawan jenis, lebih banyak mencurahkan rasa sayangnya kepada kekasih dan teman-
temannya. mereka bahkan tidak ragu berbuat buruk kepada orang tua demi mendapat simpati
dari kekasih.
Sungguh sangat miris melihat sikap anak-anak kita yang jauh dari tingkatan cinta ini. Mari kita
jaga, sayangi dan beri pengertian kepada anak-anak agar mereka dapat menjadikan orang tua dan
keluarga sebagai orang pertama yang mereka cintai setelah Allah dan Rasul.
4. Shababah
Yaitu rasa cinta antar sesama muslim karena satu aqidah. Sesama muslim itu bersaudara.
Di belahan dunia mana pun, kita yang beragama Islam adalah saudara. Muslim di Afrika,
Autralia, Palestina, Turki, Jepang, adalah saudara kita. Di mana pun muslim berpijak, apabila
mereka tertindas, sengsara, terancam, kita sebagai saudara pastilah merasakan sedih dan pedih
yang mereka rasa. Dan hati kita tergerak untuk menolong dan mengurangi beban mereka
semampu yang kita bisa. Yang paling penting yaitu doa-doa kita kepada saudara-saudara muslim
di belahan bumi mana pun.
5. ‘Ithf (simpati)
Tingkatan cinta yang timbul dari sisi kemanusiaan. Misalnya, menolong orang yang
terkena musibah atau bencana, maka akan timbul rasa cinta antar sesama manusia. Termasuk di
dalam tingkatan ini adalah mencintai lawan jenis. Seorang lelaki yang mencintai seorang wanita,
pun sebaliknya.
6. Intifa
Cinta kepada harta benda yang dimiliki. Allah memberikan kita rasa cinta terhadap harta
benda, tapi janganlah kecintaan yang satu ini melebih cinta kita kepada Allah dan Rasulnya.
Dan menurut syakhul islam ibnu taimiyyah mengtakan dalam bukunya alubudiiyah
tentang pembagian tahapan cinta yaitu :